Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi yaitu 359/100.000

kelahiran hidup. Menurut data SDKI 2012 seringnya di temukan 4T (terlalu

muda, terlalu tua, terlalu dekat jarak antar kehamilan dan terlalu banyak anak

yang di lahirkan) merupakan salah satu faktor yang berperan dalam terjadinya

kematian ibu (Menkes RI, 2013).


Penguatan pelayanan Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu

upaya guna untuk mendukung percepatan penurunan AKI dengan mencegah

kehamilan yang tidak di inginkan dan kehamilan 4T. Data SDKI 2012

menunjukkan bahwa cakupan kesertaan KB aktif atau Contra Ceptive

Prevalence Kate hanya meningkat 0,5% dari 57,4 % menjadi 57,9%, Unmett

heed hanya menurun 0,6% dari 9,1% menjadi 8,5% dan angka kelahiran pada

remaja atau Age Specific Fertility Rate 15-19 masih tinggi, yaitu 40/1000

perempuan usia 15-19 tahun. Belum optimalnya pencapaian indikator-indikator

tersebut berkontribusi pada stagnannya Total Fertility Rate dan berdampak pada

tingginya AKI di Indonesia (Menkes RI, 2013)


Berbagai potensi, konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidak

diinginkan, besar keluarga yang direncanakan dan persetujuan pasangan. Misi

Paradigma baru program keluarga berencana ini sangat menekankan pentingnya

upaya menghormati hak-hak reproduksi sebagai upaya integral dalam

meningkatkan kualitas keluarga dengan memberdayakan masyarakat untuk

membangun keluarga kecil berkualitas, menggalang kemitraan dalam

meningkatkan kesejahteraan, kemandirian dan ketahanan keluarga,


1
2

meningkatkan dan upaya mewujudkan hak-hak reproduksi, meningkatkan upaya

pemberdayaan perempuan untuk untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan

gender melalui progam keluarga berencana, dan mempersiapkan sumber daya

manusia berkualitas sejak pembuahan dalam kandungan sampai dengan lanjut

usia (Saifuddin, 2005).


Prioritas pertama kontrasepsi yang disarankan berdasarkan keterangan di

atas adalah pil KB, karena pil KB termasuk metode yang efektif untuk mencegah

kehamilan dan salah satu metode yang paling disukai karena kesuburan langsung

kembali bila penggunaan dihentikan, serta pil KB dapat mengurangi risiko

infertilitas primer hingga 40%. Ada 2 macam kontrasepsi pil, yaitu: pil

kombinasi dan pil progestin. Mengingat kerja kontrasepsi oral yang multipel

sulit untuk memahami bagaimana kelalaian tidak mengkonsumsi satu atau dua

pil dapat menyebabkan kehamilan (Iswarati, 2010).


Ada beberapa hal yang melatarbelakangi dalam pemilihan jenis

kontrasepsi, salah satunya adalah tingkat pengetahuan dari calon akseptor KB.

Tingkat pengetahuan yang berbeda-beda dari masing-masing orang, tentu akan

menimbulkan persepsi yang berbeda pula tentang alat kontrasepsi. Semakin

tinggi tingkat pengetahuan seseorang, semakin jeli dia dalam menentukan suatu

hal (Meliono, 2007).


Cakupan peserta KB aktif di Indonesia (Contraceptive Prevalence

Rate/CPR) mencapai 61,4% dan angka ini merupakan pencapaian yang cukup

tinggi di antara negara-negara ASEAN. Namun demikian metode yang dipakai

lebih banyak menggunakan metode jangka pendek seperti pil dan suntik.

Menurut data SDKI 2010 akseptor KB yang menggunakan suntik sebesar


3

31,6%, pil 13,2%, AKDR 4,8%, susuk 2,8%, tubektomi 3,1%, vasektomi 0,2%,

dan kondom 1,3% (SDKI, 2010)


Dari data Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana

(BPPKB) Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2015 jumlah keseluruhan Pasangan

Usia Subur (PUS) adalah 53.719 jiwa dengan jumlah akseptor KB aktif 39.926

orang untuk akseptor IUD 930 orang (2,32%), MOW 882 orang (2, 20%), MOP

277 orang (0,69%), Kondom 1092 orang (2,73%), Implant 6.640 orang

(16,63%), Suntik 15.711 orang (39,35%), Pil 14.393 orang (36,04%) (Buku

Pelaporan BPPKB Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2015).


Data di Wilayah Kerja Puskesmas Motaha tahun 2016 jumlah keseluruhan

Pasangan Usia Subur (PUS) adalah 2.818 dengan jumlah akseptor KB aktif

pada bulan Januari-April yaitu 781 jiwa terdapat Pil 339 orang (43,4%), Suntik

413 orang (1,46%), AKDR 7 orang (0,89%), IMPLANT 22 orang (2,81%), dan

tidak terdapat yang menggunakan Kondom, MOW, MOP (Buku Register

Puskesmas Motaha Tahun 2016).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu tentang alat

kontrasepsi pil di UPTD Puskesmas Motaha Kecamatan Angata Kabupaten

Konawe Selatan tahun 2016?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum

Untuk mengetahui Gambaran gambaran pengetahuan ibu tentang alat

kontrasepsi pil di UPTD Puskesmas Motaha Kecamatan Angata Kabupaten

Konawe Selatan tahun 2016.


4

2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi

pil di UPTD Puskesmas Motaha Kecamatan Angata Kabupaten Konawe

Selatan tahun 2016 berdasarkan pendidikan.

b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi

pil di UPTD Puskesmas Motaha Kecamatan Angata Kabupaten Konawe

Selatan tahun 2016 berdasarkan Umur.

c. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi

pil di UPTD Puskesmas Motaha Kecamatan Angata Kabupaten Konawe

Selatan tahun 2016 berdasarkan Paritas.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar pengetahuan bagi

pengembangan Ilmu Kebidanan khususnya tentang Alat Kontrasepsi Pil.


2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi bagi

masyarakat setempat utamanya bagi pasangan usia subur untuk mengerti dan

memahami tentang fungsi, manfaat, serta efektivitas alat kontrasepsi pil

sehingga pemakaian alat kontrasepsi pil semakin bertambah.


3. Bagi peneliti
Merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam rangka

menambah ilmu pengetahuan serta merupakan salah satu Syarat dalam

menyelesaikan Pendidikan di Yayasan Pendidikan Konawe Akademi

Kebidanan Tahun 2016.


4. Bagi masyarakat.
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi secara umum

pada masyarakat untuk memperkaya ilmu pengetahuan khususnya dalam

bidang kesehatan.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Pengetahuan


1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengidaraan terhadap satu obyek tertentu (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) karena dari pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik

dari perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.


2. Tingkat Pengetahuan
6

Notoatmodjo (2007), dalam bukunya berjudul pendidikan dan perilaku

kesehatan, bahwa pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif

mempunyai enam tingkat yaitu:


a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat satu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Bisa juga diartikan sebagai tingkat pengetahuan yang lebih

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan dan sebagainya.


b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasi materi

tersebut secara benar. Orang yang paham terhadap obyek atau materi yang

dapat harus menjelaskan, menyebutkan, menyimpulkan, meramalkan dan

sebagainya. 6
c. Aplikasi (application)
Aplikasi adalah kemapuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi riil atau sebenarnya, seperti rumus,

metode, prinsip dan sebagainya.


d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

obyek kedalam komponen-komponen,tetapi masih didalam struktur

organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dapat

menggambarkan atau membuat bagan, membedakan, memisahkan,

mengelompokkan,dan sebagainya.
e. Sintesis (syinthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagaian-bagaian didalam suatu bentuk keseluruhan


7

yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat

menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuiakan

dan sebagainya.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu

berdasarkan suatu kiteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kiteria-kiteria yang ada.


Pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian

atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita

ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tngkat tersebut diatas.

Pengetahuan ibu yang kurang tentang program keluarga berencana di

masyarakat dapat mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan program keluarga

berencana, sehingga nanti tidak mampu mengimbangi laju pertumbuhan

dimasyarakat sangat besar, karena dengan adanya tingkat pengetahuan yang

kurang, maka para pasangan usia subur kurang mampu menyerap dan

mengaplikasikan program yang diturunkan oleh pemerintah. Selain itu program

keluarga berencana dapat terlaksana dengan baik apabila ada pemahaman dan

kemauan masyarakat untuk mendukung program tersebut (Hartanto, 2008).

Sebagian besar orang tua ingin memiliki pengetahuan serta cara untuk

merencanakan jumlah keluarga dan kesempatan untuk menentukan jumlah

keluarga dan kesempatan untuk menentukan jumlah anak dan jarak setiap anak

(Mochtar, 2006).
8

B. Tinjauan Tentang Alat Kontrasepsi


Kontrasepsi adalah usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha

tersebut dapat bersifat sementara dan dapat juga bersifat permanen

(Wiknjosastro, 2008).
Kontrasepsi adalah mencegah terjadinya pembuahan sel telur oleh sel

sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke

dinding rahim (Tarsanto, 2007).


1. Alat kontrasepsi
Alat kontrasepsi adalah suatu alat atau bahan baik yang mengandung

obat maupun tidak yang dapat mencegah atau menghambat terjadinya

pembuahan antara sel telur dan spermatozoa sehingga kehamilan tidak

terjadi (Manuaba, 2008).


2. Akseptor KB
Akseptor KB yaitu peserta keluarga berencana pasangan usia subur

yang telah memilih dan menggunakan suatu metode kontrasepsi tertentu.

Akseptor KB merupakan Pasangan Usia Subur (PUS) karena mempunyai

kesempatan lebih banyak untuk reproduksi (Hartanto, 2008).


3. Jenis kontrasepsi
Pada umumnya metode kontrasepsi dibagi menjadi metode

kontrasepsi sederhana dan metode kontrasepsi modern (Handayani, 2010).


a. Metode kontrasepsi sederhana
1) Metode kontrasepsi sederhana tanpa alat
a) Metode kontrasepsi alamiah
(1) Metode kalender
Metode kalender adalah metode yang digunakan

berdasarkan masa subur dimana harus menghindari hubungan

seksual tanpa perlindungan kontrasepsi pada hari ke 8-19

siklus menstruasi.
(2) Metode Suhu Badan Basal (Thermal)
9

Suatu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan

mengukur suhu tubuh untuk mengetahui suhu tubuh basal,

untuk menentukan masa ovulasi.


Metode suhu basal tubuh mendeteksi kapan ovulasi

terjadi. Keadaan ini dapat terjadi karena progesteron, yang

dihasilkan oleh korpus luteum, menyebabkan peningkatan

suhu basal tubuh. Sebelum perubahan suhu basal tubuh

dipertimbangkan sebagai masa ovulasi, suhu tubuh terjadi

peningkatan sedikitnya 0,4oF (0,20,5 oC) di atas 6 kali

perubahan suhu tubuh sebelumnya yang diukur.


Pendeteksian peningkatan suhu tubuh ini kemudian

dapat mengidentifikasi dua fase siklus menstruasi, yakni fase

luteum atau fase pasca ovulasi.


(3) Metode Lendir Serviks (Metode Ovulasi Billings/ MOB)
Metode kontrasepsi dengan menghubungkan

pengawasan terhadap perubahan lender serviks wanita yang

dapat dideteksi di vulva.


Metode ovulasi didasarkan pada pengenalan terhadap

perubahan lender servik selama siklus menstruasi yang

menggambarkan masa subur dalam siklus dan waktu fertilitas

maksimal dalam masa subur.

(4) Metode Sympto Thermal


Metode kontrasepsi yang dilakukan dengan

mengamati perubahan lendir dan perubahan suhu pada tubuh.


b) Metode Amenorhea Laktasi
Metode Amenorhea laktasi adalah kontrasepsi yang

mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif,


10

artinya hanya diberikan ASI saja tanpa pemberian makanan

tambahan atau minuman apapun.


c) Coitus Interruptus (Senggama Terputus)
Metode kontrasepsi di mana senggama diakhiri sebelum

terjadi ejakulasi intra- vagina. Ejakulasi terjadi jauh dari genitalia

eksterna.
2) Metode kontrasepsi sederhana dengan alat
a) Kondom
Kondom adalah selubung atau sarung karet yang terbuat dari

berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau

bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis

(kondom pria) atau vagina (kodom wanita) pada saat berhubungan

seksual.
b) Spermiside
Spermiside adalah zat-zat kimia yang kerjanya melumpuhkan

sperma didalam vagina sebelum sperma bergerak kedalam traktus

genetalia interna.

c) Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari

lateks (karet) yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum

melakukan hubungan seksual dan menutupi serviks.


d) Kap Servik
Kap Servik adalah suatu alat kontrasepsi yang hanya

menutupi serviks saja.


b. Metode kontrasepsi modern
1) Pil oral kombinasi
Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang berisi hormon sintetis

estrogen dan progesteron dengan jenis pil monofasik, bifasik dan

trifasik.
2) Pil progestin
11

Pil progestin merupakan pil kontrasepsi yang berisi hormon sintetis

progesteron dengan jenis levonorgestrel atau noretindron dan

norgestrel.
3) Suntikan kombinasi
Suntikan kombinasi merupakan kontrasepsi suntik yang berisi

hormon sintetis estrogen dan progesteron. Jenis suntikan 25 mg depo

medroksiprogesteron asetat dan 5 mg estradiol valerat dengan 50

noretindron enantat dan 5 mg estradiol valerat.


4) Suntikan progestin/ Progestin-Only Injectable (PICs)
Suntik progestin merupakan kontrasepsi suntikan yang berisi hormon

progesteron. Jenis suntikan depo medroxyprogesterone asetat, depo

provera (DMPA) yaitu 150 mg depo medroxyprogesterone acetate

yang diberikan setiap 3 bulan, dengan noristeratR (NET-EN): 200 mg

norethindrone enanthate yang diberikan setiap 2 bulan.


5) Implant
Salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk yang terbuat dari

sejenis karet silastik yang berisi hormon, dipasang pada lengan atas.
6) AKDR
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah suatu alat atau benda

yang di masukkan ke dalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan

berjangka panjang, dapat di pakai oleh semua perempuan usia

reproduktif.
7) Metode kontrasepsi mantap operatif pada pria
Kontrasepsi Mantap Pria/ Vasektomi/ Medis Operatif Pria (MOP)

adalah suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang

sangat aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi

yang singkat dan tidak memerlukan anestesi umum.


8) Metode Kontrasepsi Mantap Pada Wanita
Kontrasepsi Mantap pada Wanita adalah setiap tindakan pada kedua

saluran telur yang mengakibatkan orang atau pasangan yang


12

bersangkutan tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Kontrasepsi

ini untuk jangka panjang dan sering disebut tubektomi atau sterilisasi

(Saifuddin, 2011).

C. Tinjauan tentang Kontrasepsi Pil


1. Pengertian
Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi yang bekerja di bawah

pengaruh hipotalamus, hipofisis mengeluarkan menurut urutan tertentu

Follicle stimulating hormone (FSH), Luitenezing hormone (LH). Hormon-

hormon ini dapat merangsang ovarium untuk membuat estrogen dan

progesteron. Dua hormon yang terakhir ini menumbuhkan endometrium

pada waktu daur haid, dalam keseimbangan yang tertentu menyebabkan

ovulasi, dan akhirnya penurunan kadar mengakibatkan integrasi

endometrium dan haid. Penyelidikan lebih lanjut menunjukkan bahwa baik

estrogen maupun progesteron dapat mencegah ovulasi. Pengetahuan ini

menjadi dasar untuk menggunakan kombinasi estrogen dan progesteron

sebagai cara kontrasepsi dengan jalan mencegah ovulasi (Wiknjosastro,

2008).
2. Macam-macam Pil
Wiknjoastro (2008) membagi kontrasepsi pil menjadi 2 jenis yaitu:
a. Pil kombinasi terdiri dari tiga jenis yaitu:
1) Monofasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon aktif estrogen/progesteron dalam dosis yang

sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.


2) Bifasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon aktif estrogen/progesteron dengan mengandung

dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.


13

3) Trifasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon aktif estrogen/progesteron dengan 3 dosis yang

berbeda,dengan 7 tablet tanpa hormon aktif (Noviawati dan

Sujiantini, 2008).
b. Pil progestin (Minipil) terdiri dari dua jenis

antara lain:
1) Kemasan dengan isi 5 pil: 300 ug levonorgestel atau 350 ug

noretridon.
2) Kemasan dengan isi 28 pil: 75 ug desogestrel.
3) Pil progestin adalah pil yang mengandung hormon progestin saja,

sehingga bila dipergunakan untuk menyusui tidak akan mengganggu

produksi ASI
3. Cara Kerja Kontrasepsi Pil
a. Pil Kombinasi
a) Menekan ovulasi.
b) Mencegah implantasi.
c) Lendir servik mengental sehingga sulit dilalui sperma.
d) Penggeseran tuba tergantung sehingga trasportasi telur dengan

sendirinya akan terganggu pula (Wiknjosastro, 2008).


b. Pil Progestin atau Mini Pil
a) Menekan sekresi Gonadotropin dan sintesi steroid ses di ovarium

(tidak begitu kuat).


b) Endrometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga

implamentasi lebih sulit


c) Mengentalkan lendir servik sehingga menghambat penetrasi sperma
d) Mengubah motilitas tuba sehingga trasfortasi sperma terganggu.

(Noviawati dan Sujiantini, 2008).


c. Manfaat Kontrasepsi Pil
1) Pil Kombinasi
a) Memiliki efektivitas yang tinggi.
b) Resiko terhadap kesehatan sangat kecil.
c) Tidak mengganggu hubungan seksual.
d) Siklus haid menjadi teratur, banyak darah haid berkurang.
e) Dapat digunakan jangka panjang.
f) Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.
g) Mudah dihentikan setiap saat.
14

h) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.


i) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
j) Membantu mencegah: Kehamilan ektopik, Kanker Ovarium,

Kanker Endometrium, Kelainan jinak pada payudara,

Dismenorhoe.
2) Pil progestin
a) Sangat efektif bila digunakan secara benar.
b) Tidak mengganggu hubungan seksual.
c) Tidak mempengaruhi ASI.
d) Kesuburan cepat kembali.
e) Nyaman dan mudah digunakan.
f) Sedikit efek samping.
g) Dapat dihentikan setiap saat.
h) Tidak mengandung estrogen
4. Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Pil
a. Usia reproduksi.
b. Telah memiliki anak ataupun yang belum memiliki anak.
c. Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektifitas tinggi.
d. Pasca persalinan dan tidak menyusui, pasca keguguran.
e. Mempunyai tekanan darah tinggi
f. Perokok segala usia (minipil).
g. Anemia karena haid berlebihan (pil kombinasi).
h. Nyeri haid hebat (pil kombinasi).
i. Siklus haid tidak teratur (pil kombinasi).
j. Riwayat kehamilan ektopik (pil kombinasi).
k. Kelainan payudara jinak (pil kombinasi) (Noviawati dan Sujiantini,

2008).
5. Petunjuk Penggunaan Kontrasepsi Pil
a. Pil kombinasi
1) Sebaiknya pil diminum setiap hari, lebih baik pada saat yang sama

setiap haid.
2) Pil yang pertama dimulai pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus

haid.
3) Sangat dianjurkan penggunaannya pada hari pertama haid.
4) Beberapa paket pil mempunyai 28 pil, yang lain 21 pil. Bila paket 28

pil habis gunakan pil yang lain, atau menggunakan kontrasepsi yang

lain.
5) Bila muntah dalam dua jam sesudah menggunakan pil, ambillah pil

yang lain atau menggunakan kontrasepsi yang lain.


15

6) Bila tejadi muntah hebat atau diare lebih dari 24 jam, maka keadaan

memungkinkan dan tidak memperburuk keadaan anda, pil dapat

diteruskan.
7) Bila muntah dan diare berlangsung sampai 2 hari atau lebih, cara

penggunaan pil mengikuti cara menggunakan pada saat ibu lupa

meminum pil.
8) Bila lupa minum pil sebaiknya minum pil tersebut segera setelah

ingat walaupun harus minum 2 pil pada hari yang sama.


9) Bila tidak haid perlu segera ke klinik untuk tes kehamilan.
b. Pil Progestin (minipil)
1) Minum minipil setiap hari pada saat yang sama.
2) Minum pil yang pertama pada hari pertama.
3) Bila klien muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil,

minumlah pil yang lain atau gunakan metode kontrasepsi lain


4) Bila klien menggunakan pil terlambat lebih dari 3 jam, minumlah

pil tersebut begitu klien ingat.


5) Bila klien lupa 1 atau 2 pil minumlah segera pil yang terlupa

tersebut, sesegera klien ingat dan menggunakan metode pelindung

sampai akhir bulan


6) Walaupun klien belum haid mulailah paket baru sehari setelah paket

terakhir habis sangat efektif bila digunakan secara benar.

6. Keuntungan dan Kerugian Kontrasepsi Bagi Ibu


a. Keuntungan
1) Sangat efektif bila digunakan secara benar
2) Tidak mengganggu hubungan seksual.
3) Tidak mempengaruhi ASI (minipil).
4) Kesuburan cepat kembali.
5) Nyaman dan mudah digunakan,Sedikit efek samping.
6) Dapat digunakan setiap saat.
7) Tidak mengandung estrogen (minipil).
b. Kerugian
1) Memerlukan disiplin dari pemakai/akseptor.
2) Dapat mengurangi ASI.
7. Indikasi Kontrasepsi Pil
a. Usia reproduksi.
b. Telah memiliki anak atau yang belum memiliki anak.
16

c. Pasca persalinan dan tidak menyusui (minipil).


d. Menyusui.
e. Pasca keguguran.
f. Riwayat kehamilan ektopik.
g. Siklus haid tidak teratur.
8. Kontraindikasi Kontrasepsi Pil
Pil tidak boleh diberikan pada wanita yang menderita:
a. Kanker payudara dan organ reproduksi.
b. Penyakit kuning.
c. Penyakit pembuluh darah
d. Tekanan darah tinggi, gangguan jantung.
e. Perdarahan abnormal, Varises.
f. Sakit kepala yang hebat.
g. Penyakit kencing manis.
9. Efek Samping Kontrasepsi Pil
a. Perdarahan
Terjadi bercak-bercak perdarahan di antara masa haid terutama pada

bulan-bulan pertama pemakaian pil KB.


b. Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah yang sama atau lebih tinggi dari 140/90 mmHg dalam

keadaan istirahat. Penderita kadang-kadang merasa pusing atau terasa

pegal pada kuduknya.


c. Perubahan Berat Badan
Berat badan bertambah/berkurang beberapa kg dalam beberapa bulan

setelah pemakaian pil KB.


d. Air Susu Ibu berkurang
Air susu ini berkurang bahkan kadang-kadang sampai berhenti setelah

pemakaian pil KB dengan dosis estrogen rendah.


e. Perubahan Libido
Terjadi peningkatan libido atau penurunan libido, sulit dinilai karena

bersifat subyektif.

f. Pusing dan Sakit Kepala


Rasa berputar atau sakit kepala yang dapat terjadi pada satu sisi, kedua

sisi atau seluruh bagian kepala. Biasanya bersifat sementara.

(Prawirohardjo, 2008).
17

D. Tinjauan tentang variabel di teliti

1. Pendidikan

Pendidikan merupakan hasil atau prestasi yang dicapai oleh

perkembangan manusia, dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam

mencapai tujuannya. Pendidikan merupakan tingkat kemajuan masyarakat dan

kebudayaan sebagai satu kesatuan (Budioro. B, 2005)

Menurut Budioro (2005), jalur pendidikan terdiri atas pendidikan

formal, nonformal, dan informal. Jenjang pendidikan formal terdiri atas:

a) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang

pendidikan menengah, pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan

madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah

menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain

yang sederajat.
b) Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan

pendidikan menengah kejuruan, pendidikan menengah berbentuk sekolah

menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan

(SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang

sederajat.
c) Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan

menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,

spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi

Menurut Budisantoso (2004) tingkat pendidikan akan berpengaruh

terhadap tingkat pengetahuan dan perilaku dalam memelihara kesehatan

termasuk dalam KB. Pengaruh pendidikan terutama terhadap penggunaan alat

kontrasepsi dalam KB telah dikemukakan oleh Cochrane dan Steatfield dalam


18

Budisantoso (2004). Menurut mereka pendidikan wanita berpengaruh positif

terhadap penggunaan alat kontrasepsi untuk KB.

Dalam pelaksanaan program KB Nasional, pendidikan merupakan faktor

yang mendorong proses perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang

dalam memilih kontrasepsi sehingga mampu melaksanakan KB secara mantap

(BKKBN, 2007).

2. Umur

Umur adalah lama seseorang hidup yang berpanjangan sejalan dengan

perkembangan biologis alat-alat tubuh dan kematangan intelektual. Ukuran

reproduksi sehat dikenal bahwa umur yang lama untuk kehamilan dan

persalinan adalah usia 25-35 tahun dengan jumlah anak 2 orang dan jarak

antara kehamilan anak I dan II adalah 2-4 tahun. Usia istri di atas 35 tahun

sebaiknya mengakhiri kehamilan atau kesuburan setelah mempunyai anak 2

orang anak.

Menurut pola dasar penggunaan kontrasepsi yang rasional, perencanaan

keluarga kecil bahagia dan sejahtera dibagi atas tiga masa dan usia reproduksi

wanita yaitu :

a) Masa menunda kehamilan atau kesuburan. Bagi wanita

dibawah umur 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya.

b) Masa mengatur atau menjarangkan kehamilan periode

kehamilan. Periode usia wanita antara 20-35 merupakan usia yang paling

baik untuk melahirkan dengan jumlah anak 2 orang dengan jarak antara anak

I dan II adalah 2-4 tahun.


19

c) Masa mengakhiri kesuburan (tidak hamil lagi) periode usia

wanita diatas 35 tahun sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai

anak.

Dari ketiga hak diatas maka umur ibu merupakan salah satu faktor yang

menentukan tingkat resiko kehamilan dan persalinan. Alat kontrasepsi non

hormonal merupakan kontrasepsi yang efektif dalam menunda, menjarangkan

serta mengakhiri kehamilan (Manuaba, 2007).

Hartanto (2007) membagi kurun reproduksi dalam tiga golongan yaitu,

pertama: kontrasepsi untuk menunda kehamilan (usia 20 tahun), jenis

kontrasepsi yang sering digunakan adalah pil, IUD-Mini dan cara sederhana,

kedua: kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan (usia 20-30 tahun), jenis

kontrasepsi yang digunakan adalah IUD, suntikan, minipil, pil, susuk KB, dan

cara sederhana, ketiga: kontrasepsi untuk menghentikan kehamilan (usia 30

tahun keatas), jenis kontrasepsi yang digunakan adalah sterilisasi, IUD, susuk

KB, suntikan, cara sederhana dan pil.

3. Paritas

Menurut BKKBN paritas adalah banyaknya anak lahir hidup oleh

seorang wanita Tingkat paritas sangat erat hubungannya dengan kesehatan,

terutama kesehatan ibu dan anak. Secara ekonomi jumlah anak yang sedikit

berarti mengurangi beban keluarga, setidaknya beban ekonomi keluarga lebih

ringan dibandingkan bila mereka memiliki anak yang lebih banyak (BKKBN,

2007).

Berdasarkan penelitian Casuli (2005) salah satu yang mendorong

seseorang untuk memutuskan menggunakan kontrasepsi apabila ia merasa anak


20

lahir hidup dan anak yang masih hidup sudah mencukupi jumlah yang

dinginkannya. Berdasarkan SDKI 2012, pemakaian kontrasepsi meningkat

pesat sejalan dengan jumlah anak yang masih hidup. Sebesar 7% pada wanita

yang tidak memiliki anak, 67% pada wanita dengan 1-2 anak, 38% pada wanita

yang memiliki 3-4 anak dan turun menjadi 49% pada wanita dengan 5 anak

atau lebih (Kemenkes RI., 2013).

E. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian di atas maka kerangka konsep pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Variabel Independent Variabel Dependent


21

Pendidikan

Pengetahuan Ibu
Umur
Tentang Alat
Kontrasepsi Pil

Paritas

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu mendapatkan gambaran

pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi pil di UPTD Puskesmas Motaha

Kabupaten Konawe Selatan tahun 2016.


22

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di UPTD Puskesmas Motaha Kabupaten

Konawe Selatan pada bulan Juni-juli 2016.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2005). Populasi penelitian ini adalah semua akseptor KB Pil

aktif yang berkunjung pada bulan Juni-Juli tahun 2016 yang berada di UPTD

Puskesmas Motaha Kabupaten Konawe Selatan.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu

hingga dianggap mewakili populasinya (Notoatmodjo, 2005). Sampel

penelitian ini adalah sebagian akseptor KB Pil aktif. Teknik pengambilan

sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan cara Accidental

Sampling yang akan dilakukan dengan mengambil responden yang kebetulan

ada atau bersedia (Notoatmodjo, 2005).

Perhitungan besar sampel pada penelitian ini diperoleh berdasarkan

besar populasi dengan menggunakan rumus penentuan besar sampel yang

subyek populasinya kurang dari 100 semua populasi digunakan untuk


26
penelitian, apabila subyek populasinya besar, maka dapat diambil antara 10%-

15% (Arikunto, 2006).

D. Variabel Penelitian

Jenis variabel dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua yaitu:

1. Variabel terikat (Dependent variabel)


23

Dalam penelitian ini variabel terikat adalah pengetahuan ibu tentang alat

Kontrasepsi Pil.

2. Variabel bebas (Independent variabel)

Variabel bebas pada penelitian ini adalah variabel yang digunakan

sebagai faktor yang mempengaruhi jenis kontrasepsi pil, diantaranya adalah

pendidikan, umur dan paritas ibu.

E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Definisi Skala
Variabel Cara Ukur Alat ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
1 2 3 4 5 6
Variabel
Dependent:
Pengetahuan ibu Adalah Wawancara Kuesioner Baik : jika skor Ordinal
tentang alat pengetahuan ibu jawaban ibu 75
kontrasepsi Pil tentang % dari skore
kontrasepsi pil. maksimal/
24

tertinggi.
Benar: Nilai 1
Salah: Nilai 0 Kurang : jika
skor jawaban ibu
< 75 % dari
skore maksimal/
tertinggi.
(Arikunto, 2006)

Variabel
Independent:
1.Pendidikan Pendidikan adalah Wawancara Kuesioner Tinggi : jika Ordinal
suatu proses tamat SMA dan
belajar yang Perguruan Tinggi
bertujuan untuk (PT).
meningkatkan
intelektual Rendah : jika
seseorang yang tamat SD dan
diperoleh melalui tamat SMP
pendidikan formal.

2.Umur Adalah umur Wawancara Kuesioner Beresiko : Jika Nominal


responden saat umur < 20 tahun
dilakukannya dan >35 Tahun
wawancara
berdasarkan tahun Tidak beresiko :
lahir saat jika umur 20 - 35
responden Tahun
diwawancarai.

3.Paritas Adalah jumlah Wawancara Kuesioner Jumlah anak 1-2 Nominal


anak yang telah Jumlah anak 3
dilahirka oleh ibu

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

diajukan secara tertulis kepada responden untuk mengumpulkan data yang

diperlukan oleh peneliti.

G. Tehnik Pengumpulan Data


1. Data primer
25

Data primer diperoleh dengan menggunakan lembar kuesioner dan

wawancara langsung, yang berisi daftar pertanyaan berstruktur yang dibuat

dengan mengacu pada kerangka konsep.


2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari hasil pencatatan dan pelaporan Puskesmas

Motaha Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016.

H. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini diolah melalui beberapa proses

dengan tahapan sebagai berikut :


1. Penyeleksian (Editing)
Editing adalah menyeleksi data yang telah di dapat dari hasil penelitian untuk

mendapat data yang paling akurat.


2. Pengkodean (coding)
Coding adalah melakukan pengkodean data agar tidak terjadi kekeliruan

dalam melakukan tabulasi data

3. Tabulasi Data (Tabulating)


Tabulasi data adalah data di masukan kedalam tabel sehingga memudahkan

penjumlahan data dan disajikan dalam bentuk tulisan. Data yang sudah di olah

kemudian di analisis dalam bentuk tabel dan narasi.


I. Cara Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan melalui penelitian dan lembar observasi

diolah secara manual dan dimasukkan kedalam tabel sesuai dengan variabel

penelitian.
Dan selanjutnya untuk mengetahui besarnya persentase dari tiap-tiap

variabel tersebut dapat digunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :
X = Persentase dari variabel yang diteliti
26

F = Jumlah responden berdasarkan variabel


n = Jumlah variabel penelitian
k = Konstanta (100%) (Arikunto, 2006).
J. Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk tabel didistribusi frekuensi dan tabel 2x2

kemudian dinarasikan.
K. Etika Penelitian
Dalam melakukan penlitian, peneliti perlu mendapat adanya rekomendasi

dari institusinya atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepda

institusi/lembaga tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan barulah

melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi:


1. Informed Consent
Setiap responden yang ikut dalam penelitian ini diberikan informasi

tentang tujuan penelitian dan diberikan lembar persetujuan agar responden

dapat mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti

selama proses penelitian ini berlangsung. Jika responden bersedia ikut dalam

penelitian ini maka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika

responden menolak untuk diwawancara maka peneliti tidak akan memaksa

dan tetap menghormati hak responden.


2. Confidentiality
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh

peneliti dan hanya kelompok data tertentu dan sesuai kebutuhan penelitian

yang akan dilaporkan oleh peneliti.


3. Asas Manfaat
Pada penelitian ini peneliti akan selalu berusaha memaksimalkan

manfaat dari penelitian yang dilakukan dan meminimalkan kerugian akibat

penelitian ini.
4. Asas Keadilan

Semua responden yang ikut dalam penelitian ini diperlakukan secara

adil dan diberikan hak yang sama

Anda mungkin juga menyukai