27JUN
MAKALAH OTONOMI DAERAH
Disusun untuk Melegkapi Tugas Akhir Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Disusun oleh :
Nama : Riswanto
NIM : 10660029
Sumber daya alam daerah di Indoinesia yang tidak merata juga merupakan salah satu penyebab
diperlukannya suatu sistem pemerintahan yang memudahkan pengelolaan sumber daya alam yang
merupakan sumber pendapatan daerah sekaligus menjadi pendapatan nasional. Sebab seperti yang kita
ketahui bahwa terdapat beberapa daerah yang pembangunannya memang harus lebih cepat daripada
daerah lain. Karena itulah pemerintah pusat membuat suatu sistem pengelolaan pemerintahan di tingkat
daerah yang disebut otonomi daerah.
Pada kenyataannya, otonomi daerah itu sendiri tidak bisa diserahkan begitu saja pada pemerintah
daerah. Selain diatur dalam perundang-undangan, pemerintah pusat juga harus mengawasi keputusan-
keputusan yang diambil oleh pemerintah daerah. Apakah sudah sesuai dengan tujuan nasional, yaitu
pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Republik Indonesia yang berdasar pada sila Kelima
Pancassila, yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
1. Manfaat
2. Sebagai bahan evaluasi akhir perkuliahan mengenai Otonomi Daerah mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan.
3. Sebagai bahan revernsi dari sumber-sumber yang sudah ada sebelumnya serta penyusiunan
makalah selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
1. A. Sejarah dan Pelaksanaan Otonomi Daerah
Sebelum membahas lebih jauh mengenai Otonomi Daerah perlulah kita mengetahui apakah sebenarnya
Otonomi Daerah itu. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah bahwa otonomi
daerah adalah kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Sedangkan Otonomi Daerah sebagaimana dikandung dalarn UU No. 22/1999,
adalah usaha memberi kesempatan kepada daerah untuk memberdayakan potensi ekonomi, sosial-
budaya dan politik di wilayahnya. Dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Otonomi Daerah
adalah merupakan pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah untuk
mengurusi masalah rumah tangganya sendiri yang disesuaikan dengan keadaan masyarakatnya.
Pemerintah pusat hanyalah memberikan pengawasan terhadap pelaksanaan pemerintahan yang ada di
daerah masing-masing.
Upaya serius untuk melakukan desentralisasi di Indonesia pada masa reformasi dimulai di tengah-tengah
krisis yang melanda Asia dan bertepatan dengan proses pergantian rezim (dari rezim otoritarian ke rezim
yang lebih demokratis). Pemerintahan Habibie yang memerintah setelah jatuhnya rezim Suharto harus
menghadapi tantangan untuk mempertahankan integritas nasional dan dihadapkan pada beberapa
pilihan yaitu :
1. Melakukan pembagian kekuasaan dengan pemerintah daerah, yang berarti mengurangi peran
pemerintah pusat dan memberikan otonomi kepada daerah,
2. Pembentukan negara federal, atau
3. Membuat pemerintah provinsi sebagai agen murni pemerintah pusat.
Pada masa ini, pemerintahan Habibie memberlakukan dasar hukum desentralisasi yang baru untuk
menggantikan Undang-Undang No. 5 Tahun 1974, yaitu dengan memberlakukan Undang-Undang No. 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Beberapa hal yang mendasar mengenai
otonomi daerah dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang
sangat berbeda dengan prinsip undang-undang sebelumnya antara lain.
Dengan melakukan otonomi daerah maka kebijakan-kebijakan pemerintah akan lebih tepat sasaran, hal
tersebut dikarenakan pemerintah daerah cinderung lebih menegeti keadaan dan situasi daerahnya, serta
potensi-potensi yang ada di daerahnya daripada pemerintah pusat. Contoh di Maluku dan Papua
program beras miskin yang dicanangkan pemerintah pusat tidak begitu efektif, hal tersebut karena
sebagian penduduk disana tidak bisa menkonsumsi beras, mereka biasa menkonsumsi sagu, maka
pemeritah disana hanya mempergunakan dana beras meskin tersebut untuk membagikan sayur, umbi,
dan makanan yang biasa dikonsumsi masyarakat. Selain itu, denga system otonomi daerah pemerintah
akan lebih cepat mengambil kebijakan-kebijakan yang dianggap perlu saat itu, yanpa harus melewati
prosedur di tingkat pusat.
2. Dampak Negatif
Dampak negatif dari otonomi daerah adalah adanya kesempatan bagi oknum-oknum di pemerintah
daerah untuk melakukan tindakan yang dapat merugika Negara dan rakyat seperti korupsi, kolusi dan
nepotisme. Selain itu terkadang ada kebijakan-kebijakan daerah yang tidak sesuai dengan konstitusi
Negara yang dapat menimbulkan pertentangan antar daerah satu dengan daerah tetangganya, atau
bahkan daerah dengan Negara, seperti contoh pelaksanaan Undang-undang Anti Pornografi di tingkat
daerah. Hal tersebut dikarenakan dengan system otonomi daerah maka pemerintah pusat akan lebih
susah mengawasi jalannya pemerintahan di daerah, selain itu karena memang dengan sistem.otonomi
daerah membuat peranan pemeritah pusat tidak begitu berarti.
Otonomi daerah juga menimbulkan persaingan antar daerah yang terkadang dapat memicu perpecahan.
Contohnya jika suatu daerah sedang mengadakan promosi pariwtsata, maka daerah lain akan ikut
melakukan hal yang sama seakan timbul persaingan bisnis antar daerah. Selain itu otonomi daerah
membuat kesenjangan ekonomi yang terlampau jauh antar daerah. Daerah yang kaya akan semakin
gencar melakukan pembangunan sedangkan daerah pendapatannya kurang akan tetap begitu-begitu
saja tanpa ada pembangunan. Hal ini sudah sangat mengkhawatirkan karena ini sudah melanggar
pancasila sila ke-lima, yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Daftar Pustaka
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah<Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
http://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah_di_Indonesia
http://dte.gn.apc.org/AMAN/publikasi/makalah_ttg_konflik_sda.html
http://www.scribd.com/doc/19470904/Otonomi-Daerah