Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................... i

Daftar Isi.............................................................................................................................. ii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
1.3 Tujuan...................................................................................................................... 1

BAB II: PEMBAHASAN


2.1. Komponen-komponen desain pembelajaran............................................................ 2
2.2. Penjelasan komponen-komponen desain pembelajaran.......................................... 2

BAB III: PENUTUP


3.1. Kesimpulan.............................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kegiatan menyusun rencana pembelajaran merupakan salah satu tugas penting guru
dalam memproses pembelajaran siswa. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional yang
dituangkan dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan
bahwa salah satu komponen dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu
adanya tujuan pembelajaran yang di dalamnya menggambarkan proses dan hasil belajar yang
diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Selain tujuan, masih
ada komponen-komponen perencanaan pembelajaran yang lainnya yang dapat mendukung
perencanaan pembelajaran dengan baik. Komponen-komponen selain tujuan adalah isi (materi
pembelajaran), kegiatan pembelajaran (kegiatan belajar mengajar), media dan sumber belajar,
dan evaluasi.

Agar proses pembelajaran dapat terkonsepsikan dengan baik, maka seorang guru dituntut
untuk mampu menyusun dan merumuskan rencana pembelajaran secara jelas dan tegas. Oleh
karena itu, melalui tulisan yang sederhana ini akan dikemukakan secara singkat tentang apa saja
komponen-komponen yang ada dalam perencanaan pembelajaran. Dengan harapan dapat
memberikan pemahaman kepada para guru dan calon guru agar dalam merencanakan suatu
pembelajaran dapat direncanakan secara baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
diharapkan berdasarkan undang-undang.

1.2. Rumusan Masalah

Perumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:

1. Apa saja yang terdapat dalam komponen-komponen desain pembelajaran?

2. Bagaimana penjelasan mengenaitiap-tiap komponen desain pembelajaran?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini:
1. Untuk mengetahui komponen-komponen yang terdapat dalam desain pembelajaran
2. Untuk mengetahui penjelasan tiap-tiap komponen desain pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Komponen-Komponen Desain Pembelajaran

Komponen desain pembelajaran terdiri dari :

1. Guru.
2. Siswa.
3. Tujuan pembelajaran
4. Bahan Ajar
5. Strategi
6. Media
7. Evaluasi

2.2. Penjelasan Komponen-Komponen Desain Pembelajaran

1. Guru
Proses pembelajaran mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar
hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu..
Interaksi dalam peristiwa pembelajaran memiliki arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan
antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya
penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan menanamkan sikap dan nilai pada diri
siswa yang sedang belajar.
Peran guru dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya tampil sebagai pengajar, seperti
fungsinya yang menonjol selama ini, melainkan beralih sebagai pelatih, pembimbing dan
manager belajar. Hal ini sudah sesuai dengan fungsi dari peran guru masa depan. Di mana
sebagai pelatih, seorang guru akan berperan mendorong siswanya untuk menguasai alat belajar,
memotivasi siswa untuk bekerja keras dan mencapai prestasi setinggi-tingginya.
Peranan guru dalam proses pembelajaran belum dapat digantikan oleh mesin, radio, tape
recorder ataupun oleh komputer yang paling modern sekalipun. Masih terlalu banyak unsur-
unsur manusiawi seperti sikap, sistem, nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan Iain-lain yang
diharapkan merupakan hasil dari proses pembelajaran tidak dapat dicapai melalui alat-alat
tersebut. Di sinilah kelebihan manusia dalam hal ini guru dari alat-alat atau teknologi yang
diciptakan manusia untuk membantu dan mempermudah kehidupannya. Berikut adalah peran
yang dianggap paling dominan dan klasifikasi guru sebagai:

Guru sebagai demonstrator


Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya
senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa
mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya
karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Salah satu hal yang
harus diperhatikan oleh guru ialah bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini berarti bahwa guru harus
belajar terus-menerus. Dengan cara demikian ia akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu
pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai demonstrator sehingga mampu
memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis. Maksudnya ialah agar apa yang
disampaikannya itu betul-betul dimiliki oleh anak didik.

Guru Sebagai Pengelola Kelas


Mengajar dengan sukses berarti harus ada keterlibatan siswa secara aktif untuk belajar.
Keduanya berjalan seiring, tidak ada yang mendahului antara mengajar dan belajar karena
masing-masing memiliki peran yang memberikan pengaruh satu dengan yang lainnya.
Keberhasilan/kesuksesan guru mengajar ditentukan oleh aktivitas siswa dalam belajar, demikian
juga keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan pula oleh peran guru dalam mengajar.
Mengajar berarti menyampaikan atau menularkan pengetahuan dan pandangan. William Burton
mengemukakan bahwa mengajar diartikan upaya memberikan stimulus, bimbingan, pengarahan,
dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. Dalam hal ini peranan guru sangat
penting dalam mengelola kelas agar terjadi PBM bisa berjalan dengan baik.
Dalam proses mengajar, pastilah ada tujuan yang hendak dicapai oleh guru yaitu agar
siswa memahami, mengerti, dan dapat mengaplikasikan ilmu yang mereka dapatkan. Tujuan
mengajar juga diartikan sebagai cara untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam
tingkah laku seorang siswa. Dalam hal ini tentu saja guru berharap siswa mau belajar, baik dalam
jam pelajaran tersebut atau sesudah materi dari guru yang ia terima. Belajar adalah kegiatan
individu memperoleh pengetahuan, perilaku, dan keterampilan dengan cara mengolah bahan
belajar. Proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik jika guru dan siswa sama-sama
mengerti bahan apa yang akan dipelajari sehingga terjadi suatu interaksi yang aktif dalam PBM
di kelas dan hal ini menjadi kunci kesuksesan dalam mengajar. Dengan demikian proses
pembelajaran terjadi dalam diri siswa. Pembelajaran merupakan suatu proses di mana
lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan siswa turut merespon
situasi tertentu yang ia hadapi.
Mengajar dengan sukses adalah jika guru dapat memberikan materi kepada siswa dengan
media dan metode yang menarik, menciptakan situasi belajar yang kondusif dalam kelas
sehingga tercipta interaksi belajar aktif. Dengan begitu akan terjadi proses perubahan dalam diri
siswa bukan hanya pada hasil belajar tetapi juga pada perilaku dan sikap siswa.
Jadi, mengajar dengan sukses itu tidak hanya semata-mata memberikan pengetahuan
yang bersifat kognitif saja, tetapi di dalamnya harus ada perubahan berpikir, sikap, dan kemauan
supaya siswa mau terus belajar. Timbulnya semangat belajar dalam diri siswa untuk mencari
sumber-sumber belajar lain merupakan salah satu indikasi bahwa guru sukses mengajar
siswanya. Dengan demikian kesuksesan dalam mengajar adalah seberapa dalam siswa
termotivasi untuk mau terus belajar sehingga mereka akan menjadi manusia-manusia pembelajar.

Guru sebagai mediator dan fasilitator


Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup
tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi guna lebih
mengefektifkan proses belajar-mengajar. Dengan demikian jelaslah bahwa media pendidikan
merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian
integral demi berhasilnya proses pendidikan.
Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang kiranya
berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar-mengajar, baik yang berupa
narasumber, buku teks, majalah ataupun surat kabar.

Guru sebagai evaluator


Dalam dunia pendidikan, setiap jenis pendidikan atau bentuk pendidikan pada waktu-
waktu tertentu selama satu periode pendidikan akan diadakan evaluasi, artinya pada waktu-waktu
tertentu selama satu periode pendidikan tadi orang selalu mengadakan penilaian terhadap hasil
yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik. Penilaian perlu dilakukan,
karena dengan penilaian guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan
siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar.

2. Siswa

Peserta didik merupakan sumber daya utama dan terpenting dalam proses pendidikan.
Peserta didik bisa belajar tanpa guru. Sebaliknya, guru tidak bisa mengajar tanpa peserta didik.
Karenanya kehadiran peserta didik menjadi keniscayaan dalam proses pendidikan formal atau
pendidikan yang dilambangkan dengan menuntut interaksi antara pendidik dan peserta didik.
Kemampuan awal (Entry Behavior) adalah kemampuan yang telah diperoleh siswa
sebelum dia memperoleh kemampuan terminal tertentu yang baru. Kemampuan awal
menunjukkan status pengetahuan dan keterampilan siswa sekarang untuk menuju ke status yang
akan datang yang diinginkan guru agar tercapai oleh siswa. Dengan kemampuan ini dapat
ditentukan dari mana pengajaran harus dimulai. Kemampuan terminal merupakan arah tujuan
pengajaran diakhiri. Jadi, pengajaran berlangsung dari kemampuan awal sampai ke kemampuan
terminal itulah yang menjadi tanggung jawab pengajar.
Tidak ada peserta didik di muka bumi ini yang benar-benar sama. Hal ini bermakna
bahwa masing-masing peserta didik memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik peserta didik
adalah totalitas kemampuan dan perilaku yang ada pada pribadi mereka sebagai hasil dari
interaksi antara pembawaan dengan lingkungan sosialnya, sehingga menentukan pola
aktivitasnya dalam mewujudkan harapan dan meraih cita-cita. Karena itu, upaya memahami
perkembangan peserta didik harus dikaitkan atau disesuaikan dengan karakteristik siswa itu
sendiri. Utamanya, pemahaman peserta didik bersifat individual, meski pemahaman atas
karakteristik dominan mereka ketika berada di dalam kelompok juga menjadi penting. Ada
empat hal dominan dari karakteristik siswa.

a. Kemampuan dasar seperti kemampuan kognitif, afektif, psikomotor, dan intelektual.


b. Latar belakang kultural lokal, status sosial, status ekonomi, agama dll.
c. Perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, minat, dll.
d. Cita-cita, pandangan ke depan, keyakinan diri, daya tahan,dll.

3. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran merupakan suatu target yang ingin dicapai, oleh kegiatan
pembelajaran. Tujuan merupakan dasar untuk mengukur keberhasilan pembelajaran dan juga
menjadi landasan untuk menentukan materi, strategi, media, dan evaluasi pembelajaran. Dengan
demikian perilaku yang dilakukan siswa merupakan perilaku dalam upaya untuk mencapai
tujuan pembelajaran dan diharapkan tidak ada perilaku lain di luar tujuan pembelajaran. Menurut
jenis perilakunya tujuan dibedakan menjadi tiga yaitu: tujuan berupa kognitif, tujuan-tujuan
afektif dan tujuan-tujuan psikomotorik. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Blooms yang
menggunakan istilah ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

Ranah Kognitif, menekankan pada aspek intelektual dan memiliki jenjang dari yang
rendah sampai yang tinggi, yaitu :
o Pengetahuan. Pengetahuan menitikberatkan pada aspek ingatan terhadap materi
yang telah dipelajari mulai dari fakta sampai teori.
o Pemahaman. Pemahaman merupakan langkah awal untuk dapat menjelaskan dan
menguraikan sebuah konsep ataupun pengertian. Pemahaman dapat berupa
kemampuan dalam memperkirakan, dan menafsirkan. Misalnya: memahami fakta
dan prinsip, menafsirkan bahan lisan, menafsirkan bagan, menerjemahkan bahan
verbal ke rumus matematika, dan sebagainya.
o Penerapan (aplikasi). Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan
bahan yang telah dipelajari ke dalam stuasi yang baru/nyata. Meliputi: aturan,
metode, konsep, prinsip, hokum, teori. Misalnya mampu menerapkan sebuah teori
ke dalam situasi yang praktis, mempertunjukkan metode dan prosedur tertentu.
o Analisis (pengkajian). Analisis merupakan kemampuan dalam merinci bahan
menjadi bagian-bagian supaya strukturnya mudah untuk dipahami. Meliputi
identifikasi bagian-bagian, mengenali prinsip-prinsip tertentu.
o Sintesis. Adalah kemampuan mengkombinasikan bagian-bagian menjadi suatu
keseluruhan baru yang menitikberatkan pada tingkah laku kreatif dengan cara
memformulasikan pola dan struktur baru. Contoh: menulis cerita pendek yanag
kreatif, menyusun rencana penelitian, menggunakan bahan-bahan untuk
memecahkan masalah.
o Evaluasi, adalah kemampuan dalam mempertimbangkan nilai untuk maksud
tertentu berdsarkan kriteria internal dan kriteria ekternal.

Ranah afektif, adalah sikap, perasaaan, emosi, dan karakteristik moral yang diperlukan
untuk kehidupan di masyarakat, dengan demikian ranah sangat diperlukan bagi siswa.
Menurut Bloom, Krathwohl, dan Masia, ranah afektif terbagi menjadi lima tingkatan,
yaitu :
o Penerimaan/receiving, misalnya kemampuan siswa untuk mau mendengarkan
materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dan media pembelajaran dengan
melibatkan perasaan, antusiasme dan semangat belajar yang tinggi.
o Sambutan/responding : yaitu kemampuan siswa untuk memberikan timbale balik
positif terhadap lingkungan dalam pembelajaran misalnya: menanggapi,
menyimak, dan menyimak.
o Menilai/valuing : penerimaan terhadapa nilai-nilai yang ditanamkan dalam
pembelajaran, membuat pertimbangan terhadap berbagai nilai untuk diyakini dan
diaplikasikan.
o Organisasi, dalam hal ini kemampuan siswa dalam mengorganisasikan suatu
system nilai.
o Karakteristik dengan suatu kompleks nilai. Misalnya : siswa menyatukan nilai
music ke dalam kehidupan pribadi dan menerapkan konsep tersebut pada hobi
pribadinya, minatnya atau juga untuk karirnya.
Ranah Psikomotorik, ranah ini menekankan pada gerakan-gerakan jasmaniah dan control
fisik. Kecakapan-kecakapan fisik dapat berupa pola-pola gerakan atau keterampilan fisik
baik halus maupun kasar.

4. Bahan Ajar / Materi


1. Standar Kompetensi

Standar Kompetensi (SK) merupakan ukuran kemampuan minimal yang mencakup


pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui, dan mahir dilakukan oleh
peserta didik pada setiap tingkatan dari suatu materi yang diajarkan. Bisa juga dikatakan SK
adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai setelah siswa
mempelajari mata pelajaran tertentu pada jenjang pendidikan tertentu pula.Pada setiap mata
pelajaran SK sudah ditentukan oleh para pengembang kurikulum, yang dapat kita lihat dari
Standar Isi. Jika sekolah memandang perlu mengembangkan mata pelajaran tertentu, misalnya
mengembangkan kurikulum kimia, maka perlu dirumuskan SKnya sesuai dengan nama mata
pelajaran dalam kimia tersebut.

2. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar (KD) merupakan penjabaran SK peserta didik yang cakupan
materinya lebih sempit dibanding dengan SK peserta didik. Kompetensi merupakan perpaduan
dari pengetahuan, ketrampilan nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan
bertindak. Dalam hal ini kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, ketrampilan dan
kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia
dapat melakukan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.

Dalam kurikulum kompetensi sebagai tujuan pembelajaran itu dideskripsikan secara


eksplisit, sehingga dijadikan standar dalam pencapaian tujuan kurikulum. Baik guru maupun
siswa perlu memahami kompetensi yang harus dicapai dalam proses pembelajaran. Pemahaman
ini diperlukan dalam merencanakan strategi dan indikator keberhasilan.

Ada beberapa aspek didalam kompetensi sebagai tujuan, antara lain:

a) Pengetahuan (knowlegde) yaitu kemampuan dalam bidang kognitif


b) Pemahaman (understanding) yaitu kedalaman pengetahuan yang dimiliki setiap individu
c) Kemahiran (skill)
d) Nilai (value) yaitu norma-norma untuk melaksanakan secara praktik tentang tugas yang
dibebankan kepadanya
e) Sikap (attitude) yaitu pandangan individu terhadap sesuatu
f) Minat (interest) yaitu kecenderungan individu untuk melakukan suatu perbuatan

Sesuai aspek diatas maka tampak bahwa kompetensi sebagai tujuan dalam kurikulum yang
bersifat kompleks artinya kurikulum berdasarkan kompetensi bertujuan untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman kecakapan, nilai, sikap dan minat siswa agar mereka dapat melakukan
sesuatu dalam bentuk kemahiran disertai tanggung jawab. Dengan demikian tujuan yang ingin
dicapai dalam kompetensi ini bukanlah hanya sekedar pemahaman akan materi pelajaran, akan
tetapi bagaimana pemahaman dan penguasaan materi itu dapat mempengaruhi cara bertindak dan
berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.

3. Indikator

Indikator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar yang menunjukkan tanda-tanda


perbuatan dan respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik. Indikator juga
dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan potensi daerah dan peserta didik
dan juga dirumuskan dalam rapat kerja operasional yang dapat diukur dan diobservasi sehingga
dapat digunakan sebagai dasar dalam penyusunan alat penilaian.

Petunjuk dalam merumuskan indikator adalah :

a) Indikator dirumuskan dalam bentuk perubahan perilaku yang dapat diukur


keberhasilannya.
b) Perilaku yang dapat diukur itu berorientasi pada hasil belajar bukan pada proses belajar.
c) Sebaiknya setiap indikator hanya mengandung satu bentuk perilaku.
4. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran adalah segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus
dikuasai oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar dalam rangka pencapaian standar
kompetensi setiap mata pelajaran dalam satuan pendidikan tertentu. Materi pembelajaran
merupakan bagian dari struktur keilmuan suatu bahan kajian yang dapat berupa pengertian
konseptual, gugus isi atau konteks, proses, bidang ajar, dan keterampilan. Penempatan materi
pembelajaran di dalam silabus berfungsi sebagai payung dari setiap uraian materi yang disajikan
dalam kegiatan belajar siswa.

Adapun untuk mengidentifikasi materi pokok atau pembelajaran yang menunjang pencapaian
kompetensi dasar dilakukan dengan mempertimbangkan:

a) Potensi peserta didik


b) Relevansi dengan karakteristik daerah
c) Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik
d) Kebermanfaatan bagi peserta didik
e) Struktur keilmuan
f) Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran
g) Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan
h) Alokasi waktu yang tersedia

5. Strategi

Strategi atau skenario atau tahapan-tahapan proses belajar mengajar yaitu kegiatan
pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam berinteraksi
dengan materi pembelajaran dan sumber-sumber belajar untuk menguasai kompetensi. Strategi
belajar-mengajar dapat diartikan sebagai kegiatan guru untuk memikirkan dan mengupayakan
terjadinya konsistensi antara aspek-aspek dari komponen pembentuk sistem instruksional,
dimana untuk itu guru menggunakan siasat tertentu. Tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran
meliputi :

1. Kegiatan awal

Kegiatan pendahuluan dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada siswa,


memusatkan perhatian, dan mengetahui apa yang telah dikuasai siswa berkaitan dengan
bahan yang akan dipelajari.

2. Melaksanakan apersepsi atau penilaian kemampuan awal.

Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan awal yang
dimiliki siswa. Seorang guru peru menghubungkan materi yang akan dipelajari siswa dan
tidak mengesampingkan motivasi belajar terhadap siswa.

3. Menciptakan kondisi awal pembelajaran melalui upaya :


Menciptakan semangat dan kesiapan belajar melalui bimbingan guru kepada siswa.
Menciptakan suasana pembelajaran yang demokratis dalam belajar, melalui cara dan
teknik yang digunakan guru dalam mendorong siswa untuk berkreatif dalam belajar dan
mengembangkan keunggulan yang dimilikinya.

4. Kegiatan inti

Kegiatan inti adalah kegiatan utama untuk menanamkan, mengembangkan


pengetahuan, sikap dan ketrampilan berkaitan dengan bahan kajian yang bersangkutan.
Kegiata inti setidaknya mencakup beberapa hal :

Penyampaian tujuan pembelajaran.


Penyampaian materi atau bahan ajar dengan menggunakan : pendekatan dan metode,
sarana dan prasarana dan alat atau media yang sesuai.
Pemberian bimbingan bagi pemahaman siswa.
Melakukan pemeriksaan atau pengecekan tentang pemahaman siswa.

Dalam kegiatan ini siswa dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok pembelajaran yaitu:

Pembelajaran klasikal yang digunakan apabila materi pembelajaran lebih bersifat fakta
atau formatif terutama ditujukan untuk memberikan informasi atau sebagai pengantar
dalam prose pembelajaran. Sehingga cenderung metode ceramah dan tanya jawab akan
banyak digunakan.

Pembelajaran kelompok digunakan apabila materi pembelajaranya lebih mengembangkan


konsep atau sub pokok bahasan yang sekaligus mengembangkan aktifitas social. Kegiatan
guru akan lebih banyak memantau dan mengawasi kelompok belajar sehingga setiap siswa
dalam kelompok turut berpartisipasi.

Kegiatan belajar individual, artinya setiap anak yang belajar dikelas mengerjakan atau
melakukan kegiatan belajar masing-masing. Dalam pembeljaran individu ini setiap siswa
dituntun untuk mengerjakan tugasnya sesua dengan kemampuan yang mereka miliki.
Implikasi dari pembelajaran individual ini guru harus banyak memberikan perhatian dan
pelayanan secara individual, sebab setiap anak berbeda kemampuanya.

5. Penutup

Kegiatan penutup ini adalah kegiatan yang memberikan penegasan atau kesimpulan
dan penilaian terhadap penguasaan bahan kajian yang diberikan pada kegiatan inti. Kegiatan
ini meliputi :

1. Melaksanakan penilaian akhir dan mengkaji hasil penilaian.


2. Melaksanakan kegiatan tindak lanjut dengan alternative kegiatan diantaranya :
memberikan tugas atau latihan latihan , menugaskan mempelajari materi tertentu .
3. Mengakhiri proses pembelajaran dengan menjelaskan atau memberi tahu materi
yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.

Strategi belajar-mengajar memiliki dua dimensi sekaligus. Pertama strategi belajar-


mengajar pada dimensi perancangan, merupakan pemikiran dan pengupayaan secara strategis
untuk merumuskan, memilih, dan menetapkan aspek-aspek dari komponen pembentuk sistem
instruksional sehingga dapat konsisten antaraspek-aspek tersebut. Strategi belajar mengajar
pelaksanaan, merupakan pemikiran dan pengupayaan secara strategi dari seorang guru untuk
memodifikasi dan menyelaraskan aspek-aspek pembentuk sistem instruksional. Seperti yang
telah dikemukakan sebelumnya, strategi belajar-mengajar merupakan pemikiran dan
pengupayaan dengan siasat tertentu untuk mengonsistensikan aspek-aspek dari komponen
pembentuk sistem instruksional. Siasat-siasat yang berbeda akan menyebabkan adanya berbagai
strategi belajar-mengajar yang berbeda pula. Adapun jenis-jenis strategi belajar-mengajar
diantaranya:

1. Strategi belajar-mengajar ekspositaris, yakni suatu strategi belajar-mengajar yang


menyiasati agar semua aspek-aspek dari komponen-komponen pembentuk sistem
instruksional mengarah pada tersampaikannya isi pelajaran (informasi) kepada siswa
secara langsung. Daam strategi belajar-mengajar ekspositoris ini, siswa tidak perlu
mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsip, dan konsep yang dipelajari. Semua
fakta, prinsip, dan konsep yang dibutuhkan oleh siswa telah disajikan secara jelas
melalui aspek-aspek dari komponen yang langsung berhubungan dengan paras iswa
dalam kegiatan belajar-mengajar.
2. Strategi belajar-mengajar heuristik, yakni suatu strategi belajar-mengajar yang
menyiasati agar aspek-aspek dari komponen-komponen pembentuk sistem
instruksional mengarah kepada pengaktifan siswa untuk mencari dan menemukan
sendiri fakta, prinsip, dan konsep yang mereka butuhkan. Semua siswa yang
berinteraksi dengan komponen pembentuk sistem instruksional, harus mengusahakan
sendiri mencari dan menemukan fakta, prinsip, dan konsep yang mereka butuhkan.
6. Alat / Media

Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi antara sumber pesan dengan


penerima pesan. Guru dapat berperan sebagai sumber pesan. Sebagai sumber pesan berarti guru
harus menciptakan kondisi yang memungkinkan proses komunikasi berjalan lancar, agar pesan
yang disampaikan dapat diterima melalui alat-alat indra siswa. Guru perlu mengidentifikasi
berbagai kemungkinan atau hal-hal yang dapat mengganggu proses terjadinya komunikasi yaitu
dengan menggunakan alat-alat bantu pengajaran. Alat bantu bukan hanya dapat memperlancar
proses komunikasi akan tetapi dapat merangsang siswa untuk merespon dengan cepat tentang
pesan yang akan disampaikan. Oleh sebab itu alat bantu yang dapat mendukung proses
kelancaran komunikasi antara guru dan siswa dapat dipandang sebagai media pengajaran.

Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih media adalah :


o Ketepatan dengan tujuan pembelajaran.
o Dukungan terhadap isi pelajaran.
o Kemudahan memperoleh media.
o Keterampilan guru dalam menggunakannya.
o Ketersediaan waktu menggunakannya.
o Sesuai dengan taraf berpikir siswa.

Alat bantu pengajaran terutama media yang menggunakan audiovisual mempunyai sifat sebagai
berikut :

o Kemampuan untuk meningkatkan persepsi


o Kemampuan untuk meningkatkan pengertian
o Kemampuan untuk meningkatkan transper (pengalihan) belajar
o Kemampuan untuk memberikan penguatan (reinforcement) atau pengetahuan hasil yang
dicapai
o Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan)

7. Evaluasi

Evaluasi merupakan komponen terakhir dalam sistem proses pembelajaran. Evaluasi


bukan saja berfungsi untuk melihat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran, tetapi juga
berfungsi sebagai umpan balik bagi guru atas kinerjanya dalam pengelolaan pembelajaran.
Melalui evaluasi kita dapat melihat kekurangan dalam pemanfaatan berbagai komponen sistem
pembelajaran. Tujuan evaluasi dapat dilihat dari 2 segi, yaitu:

Tujuan Umum

1. Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai


tujuan yang diharapkan
2. Memungkinkan pendidik/guru menilai aktivitas/pengalaman yang didapat
3. Menilai metode mengajar yang dipergunakan

Tujuan Khusus

1. Merangsang kegiatan siswa


2. Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan
3. Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa
yang bersangkutan
4. Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan orang tua dan
lembaga pendidikan
5. Untuk memperbaiki mutu pelajaran/cara belajar dan metode mengajar

Evaluasi sebagai alat untuk melihat keberhasilan pencapaian tujuan dapat dikelompokkan ke
dalam 2 jenis, yaitu :
o Tes
Digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau tingkat
penguasaan materi pembelajaran
Tes harus memiliki dua kriteria yaitu kriteria validitas dan kriteria reliabilitas
Tes hasil belajar dapat dibedakan menjadi tes kelompok dan tes individual

o Non Tes
Adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk menilai aspek tingkah laku
termasuk sikap, minat dan motivasi.
Jenis-jenis non tes : Observasi, Wawancara, Studi Kasus, Skala Sikap

BAB III
PENUTUP

1.1. Kesimpulan
1. Pembelajar atau siswa (peserta didik) merupakan pihak yang menjadi fokus, yang
perlu diketahui meliputi: Karakteristik dan kemampuan awal yang dimiliki oleh
peserta didik. Seperti : Ranah afaketif, ranah kognitif, dan ranah psikomotor
siswa. Hal lainnya juga seperti daya tangkap, pengetahuan, keterampilan, minat
dan pengalaman yang dimiliki siswa.
2. Isi (materi pembelajaran) berdasarkan kurikulum, indikator, standar kompetensi,
dan analisis materi yang berupa peta konsep.
3. Proses pembelajaran, adapun mekanismenya berupa: Pemilihan strategi,
penyusunan pertanyaan yang menekankan konsep inti, prosedur pembelajaran
atau pembuatan langkah konkrit, dan memanage kelas.
4. Evaluasi merupakan mengukur atau menilai seberapa jauh tujuan pembelajaran
telah tercapai atau hingga mana terdapat kemajuan siswa, dan bagaimana tingkat
keberhasilan sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196209061986011-
AHMAD_MULYADIPRANA/PDF/Komponen_Pembelajaran.pdf
(Diakses pada 4 Februari 2017)

http://nurulmaimunahsiregar.blogspot.co.id/2012/01/standar-kompetensi-kompetensi-
dasar.html
(Diakses pada 4 Februari 2017)

https://makalahinyong.blogspot.co.id/2015/05/makalah-peran-guru-dalam-proses-belajar-
mengajar.html
(Diakses pada 4 Februari 2017)

https://www.scribd.com/doc/300231838/komponen-komponen-pembelajaran-
docxpembelajaran
(Diakses pada 4 Februari 2017)
moedjiono dan dimyati.1991.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.

https://sites.google.com/site/pendidikansekitarkita/komponen-strategi-pembelajaran
(Diakses pada 4 Februari 2017)

http://multazam-einstein.blogspot.co.id/2013/10/kemampuan-awal-dan-karakteristik.html
(Diakses pada 4 Februari 2017)

Anda mungkin juga menyukai