Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap orang tentu akan menemukan kesulitan dan cobaan hidup. Mungkin dia tidak merasa
sedemikian berputus asa sehingga bunuh diri, tetapi dia mempunyai pengalaman depresi sewaktu-waktu.
Yang terkadang diaplikasikan atau dicurahkan dalam beberapa bentuk, dan tak jarang membawa mereka
kedalam pemikiran yang menyulitkan, dan lain sebagainya. Biasanya semua orang tidak mengakui bahwa
mereka telah terpelosok ke dalam kancah penderitaan.
Banyak dari mereka berpikir tentang tingkat-tingkat depresi yang mereka sebut perasaan sedih
atau seperti yang dilakukan oleh wanita dengan menangis. Tapi mereka sadar bahwa sekali waktu
kehidupan mereka tidak bahagia. Jelaslah ada perbedaan antara ketidakbahagiaan dan penyakit mental.
Bagaimanapun juga, bentuk depresi yang paling ringan akan menumpulkan ketajaman kehidupan yang
paling keras. Sehingga beberapa orang yang terjebak dalam kesedihan ataupun ketidakbahagiaan lainnya,
mengambil langkah berbahaya yang dapat merugikan dirinya, yaitu dengan tindakan bunuh diri dan
sebagainya.
Untuk itu makalah ini disusun sedemikian rupa guna membantu pembaca agar lebih mudah
memahami maksud dari depresi. Selain itu, agar dapat memberikan pengetahuan atau wawasan bagi para
pembaca.
Pada zaman modern ini, banyak manusia yang mengalami stress, kecemasan, dan kegelisahan.
Sayangnya, masih saja ada orang yang berpikir bahwa stress dan depresi bukan benar-benar suatu
penyakit. Padahal, dibandingkan AIDS yang menjadi momok saat ini, stres dan depresi jauh lebih
bertanggung jawab terhadap banyak kematian. Karena, kedua hal tersebut merupakan sumber dari
berbagai penyakit.
Stres dan depresi yang dibiarkan berlarut membebani pikiran dan dapatmengganggu system
kekebalan tubuh. Apabila kita berada dalam emosi yang negative seperti rasa sedih, benci, iri, putus asa,
kecemasan, dan kurang bersyukur dengan nikmat yang ada, maka system kekebalan kita menjadi lemah.

Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental utama saat ini, yang mendapat perhatian
serius. Dinegara-negara berkembang, WHO memprediksikan bahwa pada tahun 2020 nanti depresi akan
menjadi salah satu penyakit mental yang banyak dialami dan depresi berat akan menjadi penyebab kedua
terbesar kematian setelah serangan jantung. Berdasarkan data WHO tahun 1980, hampir 20%-30% dari
pasien rumah sakit di Negara berkembang mengalami gangguan mental emosional seperti depresi.

B. Ruang Lingkup
Makalah ini membahas tentang depresi secara general atau universal. Namun, sesuai dengan
literatur yang kami miliki maka makalah ini dibatasi oleh ruang lingkup bahasan yang meliputi pengertian
depresi dan tanda gejalanya serta ciri-ciri kepribadian penderita depresi.

C. Tujuan
Adapun tujuan yang inin dicapai dalam penulisan makalah ini antara lain:
1 Memahami tentang pengertian depresi;
2 Faktor penyebab depresi;
3 Memahami tentang gejala depresi;
4 Memahami tentang ciri-ciri kepribadian penderita depresi;
5 Membantu mengurangi timbulnya gejala depresi baik di lingkungan masyarakat maupun pribadinya;
6 Cara menanggulangi depresi dalam diri;
7 Memperluas wawasan mengenai penyakit psikis, khusunya depresi, agar dapat digunakan sebagai
dasar pengetahuan untuk berpartisipasi dalam memberikan informasi bagi masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Depresi
Depresi adalah gangguan mood (kondisi emosional) berkepanjangan yang mewarnai seluruh
proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang dan kesulitan untuk berkomunikasi
dengan orang lain seolah ada penghalang yang tampak atau timbul tanpa alasan yang jelas. Depresi dapat
diartikan sebagai suatu reaksi yang berlebihan terhadap suatu kejadian yang menjadi pemicunya. Depresi
juga dapat diartikan suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologik : rasa susah,
murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia, serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab
(rasa dingin), tekanan darah dan denyut nadi sedikit menurun.
Depresi biasanya terjadi saat stress yang dialami oleh seseorang tidak kunjung reda. Depresi yang
dialami ini berkolerasi dengan kejadian dramatis yang baru saja terjadi atau menimpa seseorang. Pada
umumnya, mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan.
Depresi adalah kata yang memiliki banyak nuansa arti. Sebagian besar diantara kita pernah merasa sedih
atau jengkel, menjalani kehidupan yang penuh masalah, merasa kecewa, kehilangan dan frustasi, yang
dengan mudah menimbulkan ketidakbahagiaan dan keputusasaan.

B. Penyebab depresi
1. Faktor genetik
Seseorang yang dalam keluarganya diketahui menderita depresi berat memiliki resiko lebih besar
menderita gangguan depresi daripada masyarakat pada umumnya. Gen berpengaruh dalam terjadinya
depresi, tetapi ada banyak gen di dalam tubuh kita dan tidak ada seorangpun peneliti yang mengetahui
secara pasti bagaimana gen bekerja. Dan tidak ada bukti langsung bahwa ada penyakit depresi yang
disebabkan oleh faktor keturunan.

2. Susunan kimia otak dan tubuh


Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh memegang peranan yang besar dalam
mengendalikan emosi kita. Pada orang yang depresi ditemukan adanya perubahan dalam jumlah bahan
kimia tersebut. Hormon adenalin yang memegang peranan utama dalam mengendalikan otak dan aktivitas
tubuh, tampaknya berkurang pada mereka yang mengalami depresi. Pada wanita, perubahan hormon
dihubungkan dengan kelahiran anak dan menopause juga dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi.

3. Faktor usia
Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa golongan usia muda yaitu remaja dan orang dewasa
lebih banyak terkena depresi. Hal ini dapat terjadi karena pada usia tersebut terdapat tahap-tahap serta
tugas perkembangan yang penting, yaitu peralihan dari masa anak-anak kemasa remaja, remaja ke
dewasa, masa sekolah ke masa kuliah atau bekerja, serta masa pubertas hingga ke pernikahan. Namun
sekarang ini usia rata-rata penderita depresi semakin menurun, yang menunjukkan bahwa remaja dan
anak-anak semakin banyak yang terkena depresi. Survei masyarakat terakhir melaporkan adanya
prevalensi yang tinggi dari gejala-gejala depresi pada golongan usia dewasa muda yaitu 18- 44 tahun.

4. Gender
Wanita dua kali lebih sering terdiagnosis menderita depresi daripada pria. Bukan berarti wanita
lebih mudah terserang depresi, bisa saja karena wanita lebih sering mengakui adanya depresi daripada
pria. Dan dokter lebih dapat mengenali depresi pada wanita. Bagaimanapun, tekanan pada wanita yang
mengarahkan pada depresi. Misalnya, seorang diri dirumah dengan anak-anak kecil lebih jarang ditemui
pada pria daripada wanita. Ada juga perubahan hormonal dalam siklus menstruasi yang berhubungan
dengan kehamilan dan kelahiran dan juga menopause yang membuat wanita lebih rentan menjadi depresi
atau menjadi pemicu penyakit depresi.

5. Gaya hidup
Banyak kebiasaan dan gaya hidup tidak sehat berdampak pada penyakitmisalnya penyakit jantung
juga dapat memicu kecemasan dan depresi. Tingginya tingkat stress dan kecemasan digabung dengan
makanan yang tidak sehat dan kebiasaan tidur serta tidak olahraga untuk jangka waktu yang lama dapat
menjadi faktor beberapa orang yang mengalami depresi penelitian menunjukkan bahwa kecemasan dan
depresi berhubungan dengan gaya hidup yang tidak sehat pada pasien berisiko penyakit jantung. Gaya
hidup yang tidak sehat misalnya tidur tidak teratur, makan tidak teratur, pengawet dan pewarna buatan,
kurang berolahraga, merokok, dan minum-minuman keras.

6. Penyakit fisik
Penyakit fisik dapat menyebabkan depresi. Perasaan terkejut karena mengetahui kita memiliki
penyakit serius dapat mengarahkan pada hilangnya kepercayaan diri dan penghargaan diri, juga depresi.
Alasan terjadinya depresi cukup kompleks. Misalnya, depresi sering terjadi setelah serangan jantung,
mungkin karena seseorang merasa mereka baru saja mengalami kejadian yang dapat menyebabkan
kematian atau karena mereka tiba-tiba menjadi orang yang tidak berdaya. Pada individu lanjut usia,
penyakit fisik adalah penyebab yang paling umum terjadinya depresi.

7. Obat-obatan
Beberapa obat-obatan untuk pengobatan dapat menyebabkan depresi. Namun bukan berarti obat
tersebut menyebabkan depresi, dan menghentikan pengobatan dapat lebih berbahaya daripada depresi.

8. Obat-obatan terlarang: Marijuana/Ganja, Heroin/ Putauw, Kokain, Ekstasi dan Sabu-sabu.


9. Sinar matahari
Kebanyakan dari kita merasa lebih baik dibawah sinar matahari dari pada mendung, tetapi hal ini
sangat berpengaruh pada beberapa individu. Mereka baik-baik saja ketika musim panas tetapi menjadi
depresi ketika musim dingin. Mereka disebut menderita seasonal affective disorder (SAD).

10. Kepribadian
Aspek-aspek kepribadian ikut pula mempengaruhi tinggi rendahnya depresi yang dialami serta
kerentanan terhadap depresi. Ada individu-individu yang lebih negative, pesimis, juga tipe kepribadian.

C. Proses Terjadinya Masalah

Depresi disebabkan oleh banyak faktor antara lain : faktor heriditer dan genetik, faktor konstitusi,
faktor kepribadian pramorbid, faktor fisik, faktor psikobiologi, faktor neurologik, faktor biokimia dalam
tubuh, faktor keseimbangan elektrolit dan sebagai nya. Depresi biasanya dicetuskan oleh trauma fisik
seperti penyakit infeksi, pembedah a n,kecelakaan, persalinan dan sebagainya, serta faktor psikik seperti
kehilangan kasih sayang atau harga diri dan akibat kerja keras.
Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu yang pendek dengan
adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan dalamnya depresi sesuai dengan faktor pencetusnya. Depresi
merupakan gejala psikotik bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat
menilai realitas dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain. Penyebab depresi terbagi menjadi beberapa
aspek menurut Beck yaitu :
1. Aspek Yang Dimanifestasikan Secara Emosional
a) Perasaan kesal atau patah hati (dejected mood); perasaan ini menggambarkan keadaan sedih,
bosan dan kesepian yang dialami individu. Keadaan ini bervariasi dari kesedihan sesaat hingga
kesedihan yang terus - menerus.
b) Perasaan negatif terhadap diri sendiri ; perasaan ini mungkin berhubungan dengan perasaan sedih
yang dijelaskan di atas, hanya bedanya perasaan ini khusus ditujukan kepada diri sendiri.
c) Hilangnya rasa puas ; maksudnya ialah kehilangan kepuasan atas apa yang dilakukan. Perasaan ini
dapat terjadi pada setiap kegiatan yang dilakukan termasuk hubungan psikososial, seperti aktivitas
yang menuntut adanya suatu tanggung jawab.
d) Hilangnya keterlibatan emosional dalam melakukan pekerjaan atau hubungan dengan orang lain ;
keadaan ini biasanya disertai dengan hilangnya kepuasan diatas. Hal ini dimanifestasikan dalam
aktivitas tertentu, kurangnya perhatian atau rasa keterlibatan emosi terhadap orang lain.
e) Kecenderungan untuk menangis diluar kemauan ; gejala ini banyak dialami oleh penderita depresi,
khususnya wanita. Bahkan mereka yang tidak pernah menangis selama bertahun-tahun dapat
bercucuran air mata atau merasa ingin menangis tetapi tidak dapat menangis.
f) Hilangnya respon terhadap humor ; dalam hal ini penderita tidak kehilangan kemampuan untuk
mempersepsi lelucon, namun kesulitannya terletak pada kemampuan penderita untuk merespon
humor tersebut dengan cara yang wajar. Penderita tidak terhibur, tertawa atau puas apabila
mendengar lelucon.

2. Aspek depresi yang dimanifestasikan secara kognitif


a) Rendahnya evaluasi diri ; hal ini tampak dari bagaimana penderita memandang dirinya. Biasanya
mereka menganggap rendah ciri - ciri yang sebenarnya penting, seperti kemampuan prestasi,
intelegensi, kesehatan, kekuatan, daya tarik, popularitas, dan sumber keuangannya.
b) Citra tubuh yang terdistorsi ; hal ini lebih sering terjadi pada wanita. Mereka merasa dirinya jelek
dan tidak menarik.
c) Harapan yang negatif ; penderita mengharapkan hal - hal yang terburuk dan menolak uasaha terapi
yang dilakukan.
d) Menyalahkan dan mengkritik diri sendiri ; hal ini muncul dalam bentuk anggapan penderita bahwa
dirinya sebagai penyebab segala kesalahan dan cenderung mengkritik dirinya untuk segala
kekurangannya.
e) Keragu-raguan dalam mengambil keputusan ; ini merupakan karakteristik depresi yang biasanya
menjengkelkan orang lain ataupun diri penderita. Penderita sulit untuk mengambil keputusan,
memilih alternatif yang ada, dan mengubah keputusan.

3. Aspek yang dimanifestasikan secara motivasional


Meliputi pengalaman yang disadari penderita, yaitu tentang usaha, dorongan, dan keinginan. Ciri
utamanya adalah sifat regresif motivasi penderita, penderita tampaknya menarik diri dari aktifitas yang
menuntut adanya suatu tanggung jawab, inisiatif bertindak atau adanya energi yang kuat.

4. Aspek depresi yang muncul sebagai gangguan fisik


Meliputi kehilangan nafsu makan, gangguan tidur, kehilangan libido, dan kelelahan yang sangat.
Individu mengalami depresi jika individu mengalami gajala-gejala rasa, seperti sedih, pesimis, membenci
diri sendiri, kehilangan energi, kehilangan konsentrasi, dan kehilangan motivasi. Selain itu individu juga
kehilangan nafsu makan, berat badan menurun, insomnia, kehilangan libido, dan selalu ingin menghindari
orang lain.
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek depresi adalah gejala depresi yang dapat
dimanifestasikan secara emosional, kognitif, motivasional, fisik dan pencernaan, raut wajah sedih,
retardasi, dan agitasi. Gejala yang dimanifestasikan secara emosional terdiri dari perasaan kesal atau
patah hati, perasaan negatif terhadap dirinya, hilangnya rasa puas, hilangnya keterlibatan
emosional,kecenderungan untuk menangis diluar kemauan, dan hilangnya respon terhadap humor.
Sedangkan gejala yang dimanifestasikan secara kognitif meliputi sikap menyimpang penderita, baik
terhadap diri, pengalaman, dan masa depannya.
Gejala yang dimanifestasikan secara motivasional meliputi pengalaman yang disadari penderita,
yaitu tentang usaha, dorongan, dan keinginan , sedangkan gejala yang muncul sebagai gangguan fisik
apabila terjadi gangguan saraf otonom dan
hipotalamus.
POHON MASALAH

Resiko Mencederai Diri

Akibat

Gangguan Alam Perasaan: Depresi

Koping Maladaptif

Penyebab

D. Gejala-Gejala Depresi
Sebelum mengenali gejala depresi, ada baiknya kita mengenal arti dari gejala. Gejala adalah
sekumpulan peristiwa, perilaku atau perasaan yang sering (namun tidak selalu) muncul pada waktu yang
bersamaan. Gejala depresi adalah kumpulan dari perilaku dan perasaan yang secara spesifik dapat
dikelompokkan sebagai depresi. Individu yang terkena depresi pada umumnya menunjukkan gejala fisik,
gejala psikis, dan gejala sosial yang khas, seperti murung, sedih berkepanjangan, sensitif, mudah marah
dan tersinggung, hilang semangat kerja, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya konsentrasi, dan
menurunnya daya tahan, seperti berikut ini.
1. Gejala Fisik
a. Kelakuan yang aneh pada waktu tidur
b. Kelesuan apatis omong kosong
c. Hilangnya nafsu makan
d. Kehilangan nafsu seks
e. Penyakit-penyakit fisik yang ringan
2. Gejala Psikis
a. Kehilangan rasa percaya diri

Orang yang mengalami depresi cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negatif, termasuk
menilai diri sendiri. Mereka senang sekali membandingkan antara dirinya dengan orang lain. Orang lain
dinilai lebih sukses, pandai, beruntung, kaya, lebih berpendidikan, lebih berpengalaman, lebih
diperhatikan oleh atasan, dan pikiran negatif lainnya.

b. Sensitif
Orang yang mengalami depresi senang sekali mengaitkan segala sesuatu dengan dirinya.
Perasaannya sensitif sekali, sehingga sering peristiwa yang netral jadi dipandang dari sudut pandang yang
berbeda oleh mereka, bahkan disalahartikan. Akibatnya, mereka mudah tersinggung, mudah marah,
perasa, curiga akan maksud orang lain, mudah sedih, murung, lebih suka menyendiri.

c. Merasa diri tidak berguna


Perasaan ini muncul karena mereka merasa menjadi orang yang gagal terutama di bidang atau
lingkungan yang mereka kuasai.

d. Perasaan bersalah.
Mereka memandang suatu kejadian yang menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat
dari kegagalan mereka melaksanakan tanggung jawab yang seharusnya dikerjakan. Banyak pula yang
merasa dirinya menjadi beban bagi orang lain dan menyalahkan diri mereka atas situasi tersebut.

e. Perasaan terbebani
Banyak orang yang menyalahkan orang lain atas kesusahan yang dialaminya. Mereka merasa
terbeban berat karena merasa terlalu dibebani tanggung jawab yang berat.

3. Gejala Sosial
Masalah depresi yang berawal dari diri sendiri pada akhirnya mempengaruhi lingkungan dan
pekerjaan atau aktivitas rutin lainnya. Lingkungan tentu akan bereaksi terhadap perilaku orang yang
depresi tersebut yang pada umumnya negatif. Problem sosial yang terjadi biasanya berkisar pada masalah
interaksi dengan rekan kerja, atasan, atau bawahan. Masalah ini tidak hanya berbentuk konflik, namun
masalah lainnya juga seperti perasaan minder, malu, cemas jika berada di antara kelompok dan merasa
tidak nyaman untuk berkomunikasi secara normal. Mereka merasa tidak mampu untuk bersikap terbuka
dan secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun ada kesempatan.

E. Ciri-ciri Kepribadian Penderita Depresi


Ada beberapa ciri kepribadian orang-orang tertentu yang mudah terkena depresi bila dihadapkan
pada situasi yang sulit, yaitu:
a) Individu yang sangat perasa dan tidak percaya diri.
b) Merasa diawasi.
c) Cenderung menjadi korban keraguan berat.
d) Cenderung mendramatisir.
e) Jika dihadapkan situasi yang sulit dimana perasaan mereka tak dipertimbangkan, mereka akan sedih,
tidak puas, dan depresi.
f) Kepribadian histeris.
Antara orang yang normal dan orang yang mengalami depresi dapat dibedakan satu sama lain
melalui tingkah laku mereka atau ciri-ciri kepribadiannya. Ciri-ciri penderita depresi adalah sebagai
berikut:
1 Mood dalam keadaan tertekan, berbeban berat, merasa sedih yang berkepanjangan, dan adanya
perasaan kosong atau hampa.
2 Minat untuk melakukan aktivitas menjadi kurang dan tidak ada semangat dalam melakukan apapun.
Padahal biasanya minat beraktivitas sangat tinggi dan bersemangat.
3 Berat badan bertambah atau menurun sebanyak 5% dari berat badan semula (normal).
4 Pola tidur berubah. Bisa juga menderita kesulitan tidur atau insomnia, bahkan sebaliknya yaitu
merasa kebanyakan tidur.
5 Kondisi tubuh jadi cepat merasa lelah dan merasa tidak berenergi.
6 Adanya perasaan menjadi orang yang tak berguna dan tak berharga. Cenderung untuk meremehkan
diri sendiri dan putus asa.
7 Sulit berkonsentrasi dan menjadi lamban dalam berpikir.
8 Muncul keinginan untuk bunuh diri.

F. Tips-Tips Mencegah Depresi


Adapun tips yang disarankan dan juga dianjurkan untuk mencegah terjadinya depresi antara lain.
1). Terbuka dan jangan suka memendam masalah. Di dunia ini tidak ada orang yang luput dari
masalah. Orang yang tidak mempunyai masalah cenderung tidak mempunyai pegangan. Sedikit
sekali ada orang yang selalu bisa mengatasi masalahnya sendiri, jadi berbagilah kepada teman dekat.
2). Curhat dan Sharing. Kalau masalah tidak bisa dipecahkan secara sendiri lebih baik mengajak
temam untuk sharing, atau siapa pun orang yang kita percayai. Karena dengan begitu siapa tahu kita
bisa mendapat bantuan solusi untuk memecahkan masalah. Kalaupun enggak, paling tidak dengan
berbagi cerita, perasan jadi lebih enteng dan pikiran tidak stres. Kalau beginim jadi bisa mikirin
solusinya lagi kan.
3). Kerjakan banyak hal. Saat waktu senggang dan masih muda, banyak cara untuk menghilangkan
beban perasaan. Selain olahraga, membaca buku, menonton dan istirahat adalah pentung artinya
dalam hidup.
4). Mencoba yang belum pernah. Bukan berarti coba-coba sesuatu yang mengundang risiko, akan
tetapi menguji nyali diri untuk melakukan tantangan yang dapat men-supprt diri.
5). Banyak cara untuk meraih cita-cita, mewujudkan keyakinan dan harapan asal dengan
sungguh dan pantang menyerah. Cara berserah diri dan sabar adalah pegangan supaya tidak
terpeleset ke jurang kebimbangan.

G. Cara Menanggulangi Depresi

1. Obat Antidepresan
Ada beberapa obat antidepresan yaitu:
a. Lithium. Lithium adalah obat yang digunakan untuk mengobati gangguan bipolar.
b. MAOIs
c. Tricyclics.
d. SSRIs

2. CBT
Pendekatan CBT memusatkan perhatian pada proses berpikir klien yang berhubungan dengan
kesulitan emosional dan psikologi klien. Pendekatan ini akan berupaya membantu klien mengubah
pikiran-pikiran atau pernyataan diri negative dan keyakinan-keyakinan pasien yang tidak rasional.jadi
focus teori ini adalah mengganti cara-cara berfikir yang tidak logis menjadi logis.

3. Terapi Interpersonal
Terapi Interpersonal adalah bantuan psikoterapi jangka pendek yang berfokus kepada hubungan
antara orang-orang dengan perkembangan simtom penyakit kejiwaan.
4. Konseling kelompok dan dukungan social
Konseling secara kelompok adalah pelaksanaan wawancara konseling yang dilakukan antara
seorang konselor professional dengan beberapa pasien sekaligus dalam kelompok kecil

5. Berolahraga
Keadaan mood yang negative seperti depresi, kecemasan, dan kebingungan disebabkan oleh
pikiran dan perasaan yang negative pula. Salah satu cara yang dapat dilakuakan untuk menghasilkan
pikiran dan perasaan positifyang dapat menghalangi munculnya mood negative adalah dengan
berolahraga.

6. Diet (mengatur pola makan)


Simtom depresi dapat diperparah oleh ketidakseimbangan nutrisi di dalam tubuh.
Ketidakseimbangan nutrisi yang dapat menyebabkan depresi semakin parah yaitu:
a. Konsumsi kafein secara berkala.

b. Konsumsi sukrosa (gula)

c. Kekurangan biotin, asam folat dan vitamin B, C, kalsium, tembaga, magnesium

d. Kelebihan magnesium

e. Ketidakseimbangan asam amino

f. Alergi makanan

7. Terapi Humor
Sudah lama professional medis mengakui bahwa pasien yang mempertahankan sikap mental yang
positif dan berbagai tawa merespons lebih baik terhadap pengobatan. Respons psiologis dari tertawa
termasuk meningkatkan pernapasan, sirkulasi, sekresi hormone dan enzim pencernaan, dan peningkatan
tekanan darah.

8. Berdoa
Banyak orang mempunyai kecenderungan alami untuk berpaling pada agama dalam memperoleh
kekuatan dan hiburan. Bagi yang percaya,keyakinan yang kuat dan menjadi anggota aliran agama tertentu
serta tujuan yang sama dapat menanggulangi penderitaan dan depresi.
Berdoa merupakan salah satu cara untuk mengatasi depresi. Mengambil waktu untuk berdoa member I
kesempatan kepada kita menghentikan kegiatan kita dan jalan arus hidup kita.

9. Hidroterapi dan Hidrotermal


Hidroterapi adalah penggunaan air untuk pengobatanpenyakit.terapi hidrotermal adalah
penggunaan efek temperature air misalnya mandi air panas, sauna, dan lain-lain.
Pengobatan dari hidroterapi berdasarkan efek mekanis dan/atautermal dari air. Tubuh bereaksi pada
stimulus panas dan dingin. Saraf mengantarkan rangsangan yang dirasakan kulit kedalam tubuh, dimana
merangsang system imun, memengaruhi hormone stres, meningkatkan aliran tubuh dan mengurang rasa
sakit.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Depresi adalah gangguan mood (kondisi emosional) berkepanjangan yang mewarnai seluruh
proses mental (berpikir, berperasaan, dan berperilaku) seseorang dan kesulitan untuk berkomunikasi
dengan orang lain seolah ada penghalang yang tampak atau timbul tanpa alasan yang jelas. Individu yang
terkena depresi pada umumnya menunjukkan gejala fisik, gejala psikis, dan gejala sosial yang khas.
Orang yang mudah sekali mengalami depresi biasanya memiliki beberapa kepribadian tertentu. Penderita
depresi memiliki ciri kepribadian yang berbeda dengan orang normal. Hal ini merupakan pengaruh
pikiran dari orang yang mengalami depresi tersebut terhadap situasi sulit yang sedang dialaminya.
B. Saran
Adapun saran dari kami untuk perkembangan profesi keperawatan sebagai berikut:
1 Sebaiknya perawat dapat memberikan motivasi bagi penderita depresi, baik depresi ringan bahkan
depresi berat, tidak menggunakan kata-kata yang membuat penderita patah semangat.
2 Perawat diharapkan dapat mengontrol pasien/penderita depresi dari tindakan yang atau hal-hal yang
kecil hingga hal yang besar sekalipun untuk mencegah terjadinya suatu tindakan fatal diluar dugaan.
3 Komunikasi secara kontinyu dengan penderita depresi, agar penderita tersebut merasa dihargai,
dibutuhkan dan dihibur.

Daftar Pustaka

1. Gunarsa, Singgih D. & Gunarsa, Ny. Y Singgih. 1995. Psikologi Keperawatan. Jakarta: PT. BPK
Gunung Mulia ( hal 89)
2. Maramis. 2012. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press (hal 94,
131,339, 385)
3. Latipah, Eva. 2012. Pengantar Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pedagogia (hal 191)
4. Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC (hal 70, 149)
5. Sadock, Benjamin J.. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC (hal
189, 630)
6. Lumongga Namora. (2009). Depresi Tinjauan Psikologis, Jakarta: Kencana Pranada.

Anda mungkin juga menyukai