Oleh :
Ayu Wulan Sari
(201138015)
Komponen utama kromosom pada eukariota adalah molekul DNA dan protein
histon. Protein histon ini bersifat basa, sehingga dapat menetralkan sifat asam dari
DNA. Pada dasarnya sel mengandung dua asam nukleat, yaitu RNA dan DNA.
DNA yang dijumpai di nukleus disebut DNA kromosomal, DNA lain yang
terdapat dalam sel di luar nukleus yaitu DNA mitokondria, DNA kloroplas, DNA
plasmid, ketiganya disebut DNA ekstrakromosomal.
DNA adalah asam nukleat yang mengandung materi genetik dan berfungsi
untuk mengatur perkembangan biologis seluruh bentuk kehidupan. DNA terdapat
di nukleus, mitokondria, dan kloroplas. Ada perbedaan di antara ketiga lokasi
DNA ini, yaitu: DNA nukleus berbentuk linear dan berhubungan sangat erat
dengan protein histon, sedangkan DNA mitokondria dan kloroplas berbentuk
sirkular dan tidak berhubungan dengan protein histon.
DNA memiliki struktur helix utas ganda, yang mengandung komponen-
komponen gula pentosa, gugus fosfat, dan pasangan basa nitrogen. Satu sel
memiliki DNA yang merupakan materi genetik dan akan diturunkan pada
keturunannya.
Langkah pertama untuk mendapatkan DNA baik untuk kepentingan rekayasa
genetika, forensik maupun molekular lainnya tahap awal yang akan dilakukan
yaitu ekstraksi DNA, Reaksi Berantai Polimerase dan Electroforesis yang akan di
praktekkan pada praktikum kali ini.
2.3 Electroforesis
4.1 Hasil
4.1.2 Hasil Ekstraksi DNA
Sampel
Hasil Ekstraksi DNA
Code UGMK (02, 03, 04 & 07)
Supernatan
Chelex
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini tahap pertama yang dilakukan yaitu Ekstraksi
DNA, tahap ini dimulai dengan mengisi lembar kerja chelex, preparasi alat dan
bahan antara lain, dalam bekerja di Laboratorium Bioteknologi, semua praktikan
diwajibkan memakan sarung tangan, tujuannnya agar melindungi diri dari zat-zat
berbahaya dan juga sebagai syarat utama agar semua yang akan kita kerjakan
selalu aseptis, setelah memakai sarung tangan kita dapat menyiapkan chelex dan
ddH2O dan memasukkannya kedalam tabung mikrotube dan sedikit chelex
kemudian mencampurnya kedalam mikrotube. Sampel yang akan kita pakai untuk
ekstraksi DNA yaitu sampel Udang Galah asal Merauke, oleh karena itu kode
untuk tabung di tuliskan UGMK dan nomor dari sampel udang tersebut contoh
(UGMK 03). Sesudah memberi ID dan Tanggal praktikum, kita dapat merendam
pinset kedalam alkohol 96% yang akan digunaan untuk mengambil sampel udang,
tujuan perendaman yaitu untuk mensterilkan pinset agar saat bekerja tidak terjadi
kontaminan dan menyebabkan DNA tidak terbaca. Hal ini sangat penting karena
untuk ke tahap selanjutnya, langkah dasar yang paling utama adalah menjaga agar
setiap alat yang akan kita gunakan steril. Setelah memastikan pinset yang akan
kita gunakan telah terendam alkohol dan telah dipanaskan dibunsen, kita dapat
mengeluarkan sampel dari botolnya dan meletakkan diatas cawan petri, kemudian
mengambil sampel udang sebesar titik di bagian dagingnya, sampel dapat
langsung dimasukkan kedalam mikrotube begitu seterusnya hingga sampel Udang
habis. Sesudah mengambil daging udang, langkah selanjutnya yaitu memasukkan
sampel kedalam hot block suhu diatur 94C selama 30 menit, tujuan sampel
dipanaskan yaitu agar membantu memecahkan sel dan mendenaturasi protein serta
mengaktifkan beberapa enzim yang hanya akan aktif jika dengan suhu yang
panas. Dengan begitu DNA dapat memisah dengan reagen chelex. Setelah di
panaskan hingga 30 menit, sampel dapat di vortex selama 15 detik dan di shaker
selama 10 detik, tujuannya yaitu mencegah adannya gelembung pada sampel dan
mengembalikan pelet. Sampel yang telah diekstraksi dapat dilihat hasilnya terlihat
bahwa chelex berada dibawah dan supernatan/ DNA berada di atas. Mengapa
dapat terjadi 2 pemisahan? Karena chelex merupakan reagen yang membantu
DNA terdenaturasi sehingga dapat melisis dan terpisah dari substratnya. Hasilnya
yaitu supernatan/ DNA yang akan diambil untuk tahap selanjutnya yaitu
Polimerase Chain Reaction/ Reaksi Berantai Polimerase (PCR). Supernatan
berada diatas karena berat molekul DNA yang lebih ringan dibandingkan dengan
chelex.
Adapun prinsip dasar dari Ekstraksi DNA yaitu:
- Memecahkan sel (lisis) melalui sonikasi, dan menghancurkan
lipid membran dengan penambahan detergen seperti SDS. Melakukan
vorteks dengan fenol (kadang-kadang dipanaskan) sering efektif untuk
memecahkan protein dinding sel.
- Mengeluarkan sel dan protein histon yang terikat dengan DNA melalui
penambahan protease dalam presipitasi dengan garam atau asetat
ammonium, atau dengan menggunakan ekstrasi fenol-ktoroform.
- Presipitasi DNA dalam etanol atau isopropanol dingin, DNA dapat larut di
dalam alkohol dan berikatan bersama, tahap ini juga melepaskan garam.
Memisahkan DNA dari set, biasannya menggunakan teknik chelex. Teknik ini
telah dikembangkan sejak tahun 1991 sebagai langkah awal untuk tahap PCR,
teknik chelex dikenal lebih cepat, efektif dan murah Metode chelex disarankan
untuk preparasi DNA karena tidak membutuhkan tabung-tabung untuk transfer
dan Chelex melindungi sampel dari DNAse dan mencegah sampel dari
kontaminan.
Tahap kedua yaitu Reaksi Berantai Polimerase (PCR) Proses PCR merupakan
proses siklus yang berulang meliputi denaturasi, annealing dan ekstensi oleh
enzim DNA polimerase. Enzim ini tahan sampai temperature mendidih 100C,
dan aktifitas maksimal pada temperatur 70-72C. Dasar siklus PCR yang utama
merupakan siklus berulang 30-35 siklus meliputi:
a) Denaturation; suhu yang dibutuhkan adalah (95C) pada suhu ini akan
terjadi denaturasi yaitu terputusnya ikatan hidrogen basa-basa komplemen
rantai DNA pada dua untai DNA template menjadi untai DNA tunggal.
Dalam siklus ini dibutuhkan waktu 30 detik.
b) Annealing; pada tahap ini suhunya akan turun menjadi (5560C),
diharapkan primer dapat menempel pada cetakan DNA rantai tunggal/
DNA template, suhu annealing ditentukan oleh susunan primer.
Optimalisasi temperatur annealing dimulai dengan menghitung Melting
Temperature (Tm) dari ikatan primer dan DNA template. Waktu yang
dibutuhkan 30- 40 detik.
c) Extension/ pemanjangan; suhu yang dibutuhkan antara (72C), pada tahap
ini DNA polimerase melakukan kondensasi 5'- fosfat dNTP dengan gugus
5'- hidroksil ujung awal rantai DNA yang komplemen dengan cetakan
dalam arah 5' ke 3'. waktu yang dibutuhkan tergantung dari panjang atau
pendeknya ukuran DNA yang diinginkan sebagai produk amplifikasi.
Dibawah ini merupakan gambar siklus PCR
Keteragan :
A : tahap Denaturasi, suhunya akan naik 94-95C.
B : tahap Anneling, suhunya akan turun pada 50C
C : tahap Ekstensi, suhunya akan naik lagi menjadai 72C
D : siklusnya di ulang sebanyak 38 x
D
Tahap terakhir yaitu Electroforesis, Electroforesis adalah teknik
laboratorium untuk memisahkan molekul bermuatan. "Gel" merujuk pada matriks
yang digunakan untuk memisahkan molekulnya. Electroforesis gel memisahkan
asam deoksiribonukleat, asam ribonukleat, dan protein melalui muatan listrik.
Pada tahap ini langkah pertama yang dilakukan yaitu membuat cetakan DNA
template dari Agarose. Komposisi cetakan yaitu Agarose/ agar sebanyak 0,8 gram
dan buffer/ larutan penyangga sebanyak 40 ml. Semua komponen dicampur jadi
satu kedalam erlenmeyer dan dipanaskan kedalam microwave hingga warnanya
yang putih berubah menjadi jernih. Setelah terjadi perubahan warna agarose dapat
dituang kedalam tangki electroforesis dan dipasang sisir cetakan DNA template.
Tunggu selama 15-30 menit hingga agar mengeras, angkat sisir cetakan dan DNA
template hasil running PCR dapat di masukkan kedalam sumur-sumur. Sebelum
dimasukkan kedalam tiap-tiap sumur, mix DNA template di atas kertas parafilm
dengan pewarna Loading die agar tampak jelas terbaca ketika di masukkan
kedalam mesin electroforesis, dalam mengerjakan hal ini perlu diperhatikan
kecermatan dalam mengemix pewarna dan DNA template, mengganti tip dan
dalam mengambil DNA template agar tidak salah. Setelah semua sampel DNA
dimasukkan kedalam sumur, langkah terakhir yaitu memasukkan Leader One KB
pada depan sumur sebagai penanda.
Elektroforesis biasanya memerlukan media penyangga sebagai tempat
bermigrasinya molekul. Media penyangganya bermacam-macam tergantung pada
tujuan dan bahan yang akan dianalisa. Media penyangga yang dipakai dalam
elektroforesis kali ini yaitu gel. Gel ada yang bermacam-macam ada yang dapat
berupa pati, agarose ataupun poliakrilamid. Namun yang kita pakai dalam
electroforesis kali ini adalah agarose. Matriks agarose berfungsi untuk
memisahkan protein berdasarkan ukuran dan menstabilkan pH buffer agar muatan
protein tidak berubah.
Setelah preparasi agarose selesai, Mesin electroforesis dapat dinyalakan
dengan tegangan 200 Volt dengan kecepatan 72 Ampere selama 30 menit. Pada
saat proses elektroforesis berlangsung, protein akan bergerak dari elektroda
negatif menuju elektroda positif sampai pada jarak tertentu pada gel agarose
tergantung pada berat molekulnya. Semakin rendah berat molekulnya maka
semakin jauh pula protein bergerak dengan kata lain mobilitisnya tinggi.
Sebaliknya, protein dengan berat molekul lebih besar akan bergerak pada jarak
yang lebih pendek dengan kata lain mobilitisnya rendah. Berbagai jenis
protein pada suatu sampel akan terseparasi (terpisah-pisah) pada gel agarose
tergantung pada mobilitasnya. Protein dengan mobilitas tinggi akan berhenti
bergerak pada bagian yang lebih bawah gel, sedangkan protein dengan mobilitas
rendah cenderung berhenti bergerak pada bagian atas gel. Dengan demikian, pada
jalur pergerakan protein akan didapatkan jajaran protein (disebut sebagai band
atau pita protein) yang sudah terseparasi berdasarkan berat molekulnya.
Namun dalam praktikum kali ini, band tidak terlihat pada gel penyangga
agarose hal tersebut dikarenakan perbedaan nyata antara pita dipengaruhi oleh
persentase agarose, waktu electroforesis, konsentrasi Etidium bromide, derajat
superkoil dan ukuran serta kompleksitas DNA. Sedangkan pada sampel hasil
electrforesis yang sudah ada, tampak terlihat jelas bahwa band/pita terbaca pada
gel. Bisa di karenakan presentase agarosenya yang tepat, atau menggunakan gel
poliakrilamid yang khusus untuk membaca protein. Dalam praktikum Ekstraksi,
PCR dan Electroforesis memang harus dilakukan secara berulang-ulang agar
mendapatkan hasil yang maksimal, karena keterampilan dalam bekerja
dilaboratorium sangat dibutuhkan dalam mengerjakan sampel DNA.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ekstraksi DNA adalah langkah pertama yang sangat penting dalam
langkah-langkah kerja analisis DNA sequencing. Kualitas secara keseluruhan,
akurasi dan panjang pembacaan urutan basa DNA dapat dipengaruhi secara
signifikan oleh karakter sample itu sendiri, dan metode yang dipakai untuk
ekstraksi DNA. Mengisolasi DNA dengan kualitas tinggi dari berbagai jenis
sample memiliki tantangan tersendiri, dan metode yang ideal akan beragam
bergantung pada jenis jaringan (termasuk darah), bagaimana ia diperoleh dari
sumbernya, dan bagaimana sample ditangani atau disimpan sebelum diekstrak
Polymerase Chain Reacton (PCR) adalah suatu teknik sintesis dan
amplifikasi DNA secara in vitro. Teknik ini pertama kali dikembangkan oleh
Karry Mullis pada tahun 1985. Teknik PCR dapat digunakan untuk
mengamplifikasi segmen DNA dalam jumlah jutaan kali hanya dalam beberapa
jam.
Electroforesis adalah teknik laboratorium untuk memisahkan molekul
bermuatan. "Gel" merujuk pada matriks yang digunakan untuk memisahkan
molekulnya. Prinsip Dasar Electroforesis berhubungan dengan gaya gerak Iistrik
yang digunakan untuk mendorong atau menarik molekul melalui matriks gel.
Dari hasil praktikum Ekstraksi DNA, PCR dan Electrofresis didapat hasil
yaitu pada gel agarose tidak terbaca band/pitanya, hal tersebut dapat dikarenakan
kurangnya keaseptisan saat bekerja, kurang cermat dalam memberi reagen/enzim
serta dikarenakan perbedaan nyata antara pita dipengaruhi oleh persentase
agarose, waktu electroforesis, konsentrasi Etidium bromide, derajat superkoil dan
ukuran serta kompleksitas DNA.
5.2 Saran
1. Dalam melakukan teknik PCR harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan
aseptis agar sampel yang akan di running akan tampak pada saat
electroforesis.
2. Sebaiknya dalam melalukan suatu pekerjaan Ekstraksi, PCR dan
Electroforesis dilakukan dengan serius agar hasil yang didapat
memuaskan.
3. Perlu dilakukan latihan berulang-ulang agar didapat hasil (terbacanya pita
DNA) pada gel agarosa.
DAFTAR PUSTAKA