Anda di halaman 1dari 6

Category: teori akuntansi

KERANGKA KONSEPTUAL FASB


Filed under: teori akuntansi Tinggalkan komentar
Oktober 19, 2010

KERANGKA KONSEPTUAL FASB

KERANGKA KERJA KONSEPTUAL

Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) didefinisikan oleh FASB sebagai :

a coherent system of interrelated objectives and fundamentals that is expected to lead to


consistent standards and that prescribes the nature, function, and limits of financial
accounting and reporting.

Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah suatu sistem koheren yang terdiri
dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi
penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas- batas dari
akuntansi keuangan dan laporan keuangan

Yang dimaksud tujuan adalah tujuan pelaporan keuangan. Sedangkan fundamentals (kaidah-
kaidah pokok) adalah konsep-konsep yang mendasarai akuntansi keuangan, yakni yang
menuntun kepada pemilihan transaksi, kejadian, dan keadaan-keadaan yang harus
dipertanggungjawabkan, pengakuan dan pengukurannya, cara meringkas serta
mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Konsep-konsep yang bersifat pokok atau fundamental, artinya bahwa konsep-konsep lainnya
mengalir dari konsep-konsep pokok tersebut yang diperlukan sebagai referensi berulang-
ulang dalam menetapkan, menafsirkan, dan menetapkan standar akuntansi keuangan dan
pelaporan.

Kebutuhan akan Kerangka Kerja Konseptual

1. Kerangka kerja konseptual akan meningkatkan pemahaman dan keyakinan pemakai


laporan keuangan atas pelaporan keuangan, dan akan menaikkan komparabilitas antar
laporan keuangan perusahaan.

2. Masalah-masalah yang baru akan dapat dipecahkan secara cepat jika mengacu pada
kerangka teori yang telah ada
Perkembangan Kerangka Kerja Konseptual FASB (Financial Accounting Standard Board)
telah menerbitkan enam statement of financial accounting concept yang berhubungan dengan
pelaporan keuangan entitas bisnis, yaitu:

SFAC no. 1 objective of financial reporting by business enterprises, yang


menyajikan tujuan dan sasaran akuntansi.

SFAC no. 2 qualitative caracteristics of accounting information, yang menjelaskan


karakteristik yang membuat informasi akuntansi bermanfaat.

SFAC no. 3 element of financial statement of business enterprises, yang


memberikan definisi dari pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan seperti
aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban.

SFAC no. 5 recognition and measurement in financial statement of business


enterprises, yang menetapkan kriteria pengakuan dan pengukuran fundamental serta
pedoman tentang informasi.

SFAC no. 6 element of financial statement, yang menggantikan SFAC no. 3 dan
memperluas SFAC no. 3 dengan memasukkan organisasi-organisasi nirlaba.

SFAC no. 7 using cash flow information and present value in accounting
measurement, yang memberikan kerangka kerja bagi pemakaian arus kas masa
depan yang diharapkan dan nilai sekarang (present value) sebagai dasar pengukuran

TINGKAT PERTAMA: TUJUAN DASAR

Tujuan pelaporan keuangan (objectives of financial reporting) adalah untuk


menyediakan informasi:

1) yang berguna bagi mereka yang memiliki pemahaman memadai tentang aktivitas bisnis
dan ekonomi untuk membuat keputusan investasi serta kredit;

2) untuk membantu investor yang ada dan potensial, kreditor yang ada dan potensial, serta
pemakai lainnya dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan;

3) tentang sumber daya ekonomi, klaimterhadap sumber daya tersebut, dan perubahan di
dalamnya.

Tujuan(objectives) dimulai dengan lebih banyak berfokus pada informasi yang


berguna bagi para investor dan kreditor dalam membuat keputusan. Fokus ini lalu
menyempit pada kepentingan investor dan kreditor atas prospek penerimaan kas dari
investasi mereka dalam, atau dari pinjaman yang telah mereka berikan ke entitas
bisnis. Pada akhirnya, tujuan berfokus pada laporan keuangan yang menyediakan
informasi yang berguna untuk menilai prospek arus kas yang akan diterima entitas
bisnis yaitu arus kas yang menjadi harapan investor dan kreditor. Pendekatan ini
dikenal sebagai kegunaan keputusan (decision usefulness).
Dalam menyediakan informasi kepada pemakai laporan keuangan, profesi akuntan
mengandalkan laporan keuangan bertujuan-umum(general-purpose financial
statement), yaitu menyediakan informasi paling bermanfaat dengan biaya minimal
kepada berbagai kelompok pemakai

TINGKAT KEDUA : KONSEP-KONSEP FUNDAMENTAL

Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi

Agar berguna dalam pengambilan keputusan (decision usefulness), informasi akuntansi harus
memiliki dua kualitas yaitu kualitas primer dan kualitas sekunder. Tentu saja terdapat
beberapa kendala untuk mencapai dua kualitas tersebut.

Kualitas Primer

Relevansi (relevance) dan keandalan (reliability) harus melekat pada informasi akuntansi.

1) Relevansi. Agar relevan informasi akuntansi harus mampu membuat perbedaan dalam
sebuah keputusan. Informasi itu mampu mempengaruhi pengambilan keputusan dan
berkaitan erat dengan keputusan yang akan diambil, jika tidak berarti informasi tersebut
dikatakan tidak relevan. Informasi yang relevan harus memiliki nilai umpan balik (feed-back
value), yakni mampu membantu menjustifikasi dan mengoreksi harapan masa lalu. Informasi
juga harus memiliki nilai prediktif (predictive value) yakni dapat digunakan untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Selain itu kualitas relevan juga harus mempunyai substansi tepat waktu (timeliness).
Informasi harus disajikan kepada para pemakai sebelum informasi itu kehilangan
kapasitasnya untuk mempengaruhi pengambilan keputusan.

2) Keandalan. Informasi dianggap andal jika dapat diverifikasi, netral, disajikan secara
tepat serta bebas dari kesalahan dan bias (penyimpangan). Keandalan sangat diperlukan bagi
individu-individu pemakai yang tidak memiliki waktu atau keahlian untuk mengevaluasi isi
faktual dari informasi.

Realibilitas sangat diperlukan oleh individu-individu yang tidak memiliki waktu atau
keahlian untuk mengevaluasi isi faktual dari informasi.

Daya Uji (verifiability): ditunjukkan ketika pengukur-pengukur independen, dengan


menggunakan metode pengukuran yang sama, mendapatkan hasil yang serupa.

Ketepatan penyajian (representational faithfulness): angka-angka dan penjelasan


dalam laporan keuangan mewakili apa yang benar-benar ada dan terjadi.

Netralitas(neutrality): informasi tidak dapat dipilih untuk kepentingan sekelompok


pemakai tertentu. Info yang disajikan harus faktual, benar dan tidak bias
3) Keberdayaujian (verifiability). Informasi harus dapat diuji kebenarannya. Dapat
diujinya kebenaran informasi akuntansi berdasar pada keobyektifan dan konsensus. Contoh,
keandalan informasi harga perolehan fixed assets harus diuji berdasar data masa lalu yang
terekam pada faktur (keobyektifan). Tetapi keandalan informasi tentang depresiasi aktiva
tetap itu adalah berdasarkan konsensusa mengenai metode depresiasi yang digunakan,
taksiran nilai residu, dan taksiran umur ekonomis.

4) Kenetralan (neutrality). Informasi akuntansi dimaksudkan untuk memenuhi tujuan


berbagai kelompok pemakai. Oleh karena itu harus bebas dari usaha-usaha untuk
memberikan keuntungan lebih kepada kelompok tertentu.

5) Kejujuran penyajian (representational faithfulness). Penyajian yang jujur berarti


adanya kesesuaian antara fakta dan informasi yang disampaikan.

Kualitas Sekunder

Kualitas sekunder yang harus dimiliki informasi akuntansi adalah keberdayabandingan


(comparability) dan konsistensi (consistency).

1) Keberdayabandingan. Informasi akuntansi akan lebih bermanfaat jika dapat


dibandingkan antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain dalam satu industri
(perbandingan horizontal) atau membandingkan perusahaan yang sama untuk periode yang
berbeda (perbandingan vertikal). Jadi diperlukan standar dan ukuran tertentu.

2) Konsistensi. Sebuah entitas dikatakan konsisten dalam menggunakan standar


akuntansi apabila mengaplikasikan perlakuan akuntansi (metode akuntansi) yang sama untuk
kejadian-kejadian serupa, dari periode ke periode.

Kendala-kendala.

Terdapat dua kendala yang mempengaruhi tercapainya kualitas informasi seperti yang telah
dijelaskan, yaitu pertimbangan manfaat-biaya dan tingkat materialitas. Dua kendala lainnya
yang kurang dominan tapi merupakan bagian dari lingkungan pelaporan adalah praktek
industri dan konservatisme.

1) Pertimbangan manfaat-biaya (cost-effectiveness). Untuk menghasilkan informasi yang


relevan,andal, berdaya banding, dan konsisten dibutuhkan biaya yang mahal. Oleh karena
biaya dan terutama manfaat tidak mudah diukur, maka mempertimbangkan hubungan
manfaat-biaya menjadi masalah

2) Materialitas (materiality) berhubungan dengan dampak suatu item terhadap operasi


keuangan perusahaan secara keseluruhan. Suatu item akan dianggap material jika
pencantuman atau pengabaian item tersebut mempengaruhi atau mengubah penilaian seorang
pemakai laporan keuangan. Baik faktor-faktor kuantitatif maupun kualitatif harus
dipertimbangkan dalam menentukan apakan suatu item material atau tidak.
3) Praktik industri.(industry practices) Sifat unik dari sejumlah industri dan perusahaan
terkadang memerlukan penyimpangan dari teori dasar.

4) Konservatisme (conservatism) berarti jika ragu, maka pilihlah solusi yang sangat kecil
kemungkinannya dalam menghasilkan penetapan laba dan aktiva yang terlalu tinggi. Tujuan
dari konvensi ini, jika diaplikasikan secara tepat adalah menyediakan pedoman yang paling
rasional dalam situasi sulit : jangan menyajikan angka laba bersih dan aktiva bersih yang
terlalu tinggi.

Elemen-elemen Laporan Keuangan.

SFAC No. 6 menetapkan sepuluh elemen utama laporan keuangan. Cakupannya bukan hanya
perusahaan yang berorientasi laba, tetapi juga organisasi nirlaba. Elemen-elemen laporan
keuangan bagi organisasi yang berorientasi laba meliputi 10 macam, yaitu : aktiva,
kewajiban, ekuitas, investasi oleh pemilik, distribusi kepada pemilik, laba komprehensif,
pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian. Adapun bagi organisasi nirlaba ada 7 macam,
yaitu : aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian.

TINGKAT KETIGA : PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

Tingkat ketiga kerangka konseptual terdiri dari konsep-konsep yang dipakai untuk
mengimplementasikan tujuan dasar dari tingkat pertama. Konsep-konsep ini menjelaskan
apa, kapan, dan bagaimana unsur-unsur serta kejadian keuangan harus diakui, diukur, dan
dilaporkan oleh sistem akuntansi.

Asumsi-Asumsi Dasar.

Asumsi-asumsi menyediakan satu landasan bagi profesi akuntansi. Jadi, asumsi dasar
akuntansi adalah anggapan-anggapan yang digunakan oleh para akuntan agar akuntansi dapat
dipraktikkan.

a. asumsi entitas ekonomi (economic entity assumption). Akuntansi memandang


bahwa perusahaan merupakan unit yang berdiri sendiri dan terpisah dari pihak-pihak yang
memiliki kepentingan (pemilik, kreditor, karyawan, dan lainnya).

b. Kesinambungan (going concern). Sebagian besar metode akuntansi di dasarkan pada


asumsi kelangsungan hidup yaitu perusahaan bisnis akan memiliki umur yang
panjang.pengalaman mengindikasikan bahwa, meskipun banyak mengalami kegagalan bisnis,
perusahaan dapat memiliki kelangsungan hidup yang panjang

c. Asumsi unit moneter ( monetary unit assumption). Akuntansi menggunakan unit moneter
sebagai alat pengukur suatu obyek atau aktivitas perusahaan dan menganggap nilai uang
adalah stabil dari waktu ke waktu.
d. Asumsi periodisitas (periodicity assumption). Cara yang paling akurat untuk
mengukur hasil operasi perusahaan adalah dengan mengukurnya pada saat perusahaan
tersebut di likuidasi. Namun, pengambil keputusan tidak bisa menunggu selama itu untuk
menerima informasi semacam itu. Asumsi periodisitas (periodicity assumption) atau periode
waktu menyiratkan bahwa aktivitas ekonomi sebuah perusahaan dapat di pisahkan dalam
periode waktu artifisial periode waktu ini bervariasi, tetapi yang paling umum yaitu secara
bulanan, kuartalan dan tahunan

Prinsip-Prinsip Dasar Akuntansi

a. Biaya historis (historical cost). GAAP mewajibkan sebagian besar aktiva dan
kewajiban diperlakukan dan dilaporkan berdasarkan harga akuisisi. Kos(cost) memiliki
keunggulan yang penting dibandingkan penilaian yang lainnya yaitu dapat diandalkan.

b. Pengakuan pendapatan. Pendapatan umumnya diakui jika (1) telah direalisasi atau
dapat direalisasikan dan (2) telah dihasilkan.

c. Prinsip Penandingan (matching principle). Beban untuk suatu periode ditentukan


dengan mengaitkannya dengan pendapatan tertentu atau dengan periode tertentu.. Beban
diakui :

jika terdapat hubungan langsung atau sebab akibat dengan penjualan produk atau
penyerahan jasa,

pada periode terjadinya, yakni pada saat kas dikeluarkan jika tidak terdapat hub.
Langsung atau sebab akibat dengan penjualan produk atau jasa,

dengan alokasi yang sistematis dan rasional, jika butir 1 dan 2 tidak terpenuhi. Contoh:
depresiasi.

d. Prinsip Pengungkapan Penuh (full disclosure principle)

Mengakui sifat dan jumlah informasi yang dimasukkan dalam laporan keuangan
mencerminkan trade off penilaian, seperti :

Hal-hal yang harus diungkapkan karena mempengaruhi keputusan pemakai

Kebutuhan untuk menyajikan secara penuh agar informasi dapat dipahami.

Catatan atas laporan keuangan umumnya ditujukan untuk memperkuat atau memperjelas pos-
pos yang disajikan dalam bagian utama laporan keuangan.

Anda mungkin juga menyukai