Anda di halaman 1dari 23

A.

Jenis Pengujian
Pengujian penetrasi aspal merupakan pengujian yang bertujuan untuk
mengetahui tingkat kekerasan aspal yang dinyatakan dalam masuknya jarum
penetrometer dengan beban tertentu dan dengan kurun waktu tertentu pada suhu
kamar. Tingkat kekerasan ini mefupakan klasifikasi aspal, pengujian penetrasi
aspal ini dilakukan di Laboratorium Bahan Bangunan Jurusan Pendidikan Teknik
Sipil dan Perencanaan Universitas Negeri Yogyakarta.

B. Kajian Teori
Pengujian penetrasi aspal bertujuan untuk mengukur kekerasan/kelunakan
aspal dengan persyaratan tertentu. Hasil tes berupa jarak sepersepuluh centimeter,
dari sebuah jarum standar penetrasi, masuk secara perlahan vertikal pada suatu
contoh kecil aspal yang ditempatkan pada wadah tepat dibawah jarum tersebut,
pengujian ini akan mendapatkan panjang aspal dalam cm, yang dapat ditarik
sampai menjelang putus dengan kecepatan 5cm/menit pada suhu 25C (Saodang,
2004:164).
Menurut SNI 2456:2011 aspal merupakan bahan pengikat agregat yang
mutu dan jumlahnya sangat menentukan keberhasilan suatu campuran beraspal
yang merupakan bahan penyusun jalan. Salah satu jenis pengujian dalam
menentukan persyaratan mutu aspal adalah penetrasi aspal yang merupakan sifat
aspal yaitu kekerasan aspal. Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam
hal pengendalian mutu aspal atau tar untuk keperluan pembangunan, peningkatan
atau pemeliharaan jalan.
Pengujian penetrasi ini sangat dipengaruhi oleh faktor berat beban total,
ukuran sudut dan kehalusan permukaan jarum, temperatur dan waktu. Oleh karena
itu perlu disusun dengan rinci ukuran, persyaratan dan batasan peralatan, waktu
dan beban yang digunakan dalam penentuan penetrasi aspal. Cara uji ini
dimaksudkan sebagai acuan para penanggung jawab dan teknisi laboratorium aspal
untuk menentukan penetrasi aspal serta menyeragamkan cara pengujian untuk
pengendalian mutu aspal agar diperoleh hasil pengujian yang akurat dan benar.

1
Aspal keras/panas (Aspalt cement, AC), adalah aspal yang digunakan dalam
keadaan cair dan panas. Aspal ini berbentuk padat pada keadaan penyimpanan
( termperatur ruang). Di Indonesia, aspal semen biasanya dibedakan berdasarkan
nilai penetrasinya yaitu:
1. AC pen 40/50, yaitu AC dengan penetrasi antara 40-50.
2. AC pen 60/70, yaitu Ac dengan penetrasi antara 60-70.
3. AC pen 85/100, yaitu aspal dengan penertrasi antara 85-100.
4. AC pen 120/150, yaitu AC dengan penetrasi antara 120-150.
5. AC pen 200/300, yaitu AC dengan penetrasi antara 200-300.
Aspal semen dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas
atau lalu lintas dengan volume tinggi, sedangkan aspal semen dengan penetrasi
tinggi digunakan untuk daerah bercuaca dingin atau lalu lintas volume rendah. Di
Indonesia umumnya dipergunakan aspal semen dengan penetrasi 60/70 dan 85-100
(Sukirman,1999)

C. Alat dan Bahan


Dalam praktikum penetrasi aspal ini digunakan alat dan bahan guna menunjang
kelancaran pelaksanaan praktikum, berikut adalah alat dan bahan yang digunakan
dalam praktikum pemanasan aspal:
1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum pemanasan aspal ini adalah sebagai
berikut:
a. Penetrometer

1) Alat penetrometer yang dapat melepas pemegang jarum untuk bergerak


secara vertikal tanpa gesekan dan dapat menunjukkan kedalaman
masuknya jarum ke dalam benda uji sampai 0,1mm terdekat.
2) Berat pemegang jarum 47,5gram 0,05gram. Berat total pemegang
jarum beserta jarum 50gram 0,05gram. Pemeganng jarum harus
mudah dilepas dari penetrometer untuk keperluan pengecekan berat.

2
3) Penetrometer harus dilengkapi dengan waterpass untuk memastikan
posisi jarum dan pemegang jaruum tegak (90) ke permukaan.
4) Berat beban 50gram 0,05gram dan 100gram 0,05gram sehingga
dapat digunakan untuk mengukur penetrasi dengan berat total 100gram
atau 200gram sesuai dengan kondisi pengujian yang diinginkan. (RSNI
06-2456-1991-Penetrasi Aspal).

Gambar 1. Penetrometer
b. Cawan
Pada pengujian penetrasi aspal, cawan digunakan sebagai tempat aspal
padat saat pengujian penetrasi aspal. Cawan yang digunakan saat pengujian
penetrasi aspal di standarkan dari (RSNI 06-2456-1991):
1. Untuk pengujian penetrasi dibawah 200:
a) Diameter 55mm.
b) Tinggi bagian dalam 35mm.
2. Untuk pengujian penetrasi antara 200 dan 350:
a) Diameter 55mm-75mm.
b) Tinggi bagian dalam 45mm-70mm.
3. Untuk pengujian penetrasi antara 350 dan 500:
a) Diameter 55mm.
b) Tinggi bagian dalam 70mm.

3
Gambar 2. Cawan
c. Waterbath
Pada pengujian penetrasi aspal waterbath digunakan sebagai tempat batu es
yang sudah dipecah, waterbath yang digunakan terbuat dari logam dan
tidak terjadi kebocoran saat diisi batu es dan air.

Gambar 3. waterbath
d. Stopwatch
Stopwatch adalah alat pengukur waktu, pada pengujian penetrasi aspal,
Stopwatch digunakan untuk menghitung berapa lama waktu yang
diperlukan saat penetrasi aspal berlangsung.

4
Gambar 4. Stopwatch
e. Termometer
Termometer digunakan untuk mengukur suhu aspal. Dalam praktikum
penetrasi aspal ini termometer yang digunakan harus memenuhi
persyaratan berikut:
1) Termometer harus dikalibrasi dengan maksimum kesalahan skala tidak
melebihi 0,1C atau dapat juga digunakan pembagian skala termometer
lain yang sama ketelitiannya.
2) Termometer harus sesuai dengan SNI 19-421-2000 tentang spesifikasi
standar thermometer.

Gambar 5. Termometer
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum penetrasi aspal ini adalah:
a. Aspal
Aspal merupakan bahan utama pada pengujian ini. Aspal yang dibutuhkan
dalam pengujian ini sekitar 80%-90% dari volume cawan. Aspal yang
digunakan pada pengujian ini berasal dari aspal Buton.

Gambar 6. Aspal
b. Es Batu
Es batu digunakan untuk membantu menurunkan suhu aspal ke titik 25C

5
Gambar 7. Es Batu

D. Langkah Kerja
Tahapan-tahapan kerja dari praktikum penetrasi aspal ini adalah sebagai berikut:
1. Alat dan Bahan yang akan digunakan dipersiapkan terlebih dahulu.
2. Es batu dipecah dengan ukuran tidak terlalu besar.
3. Es batu dan air dimasukkan kedalam waterbath hingga 60% volume
waterbath.
4. Benda uji dimasukkan kedalam waterbath berisi air es hinga aspal didalam
cawan mencapai suhu 25C 5C.
5. Benda uji di angkat dari waterbath berisi air es, lalu diletakkan di alat
penetrometer.
6. Termometer di tancapkan pada benda uji yang sudah diletakkan pada alat
penetrometer guna memantau suhu.
7. Jarum penetrometer diperiksa agar terpasang dengan baik dan di bersihkan
dengan cairan bensin. Kemudian jarum di keringkan dengan lap kering.
8. Jarum di turunkan perlahanlahan menyentuh permukaan benda uji kemudian
di atur angka 0 pada arloji penetrometer sehingga jarum penunjuk berimpit.
9. Penahan jarum ditekan selama 5 detik dan dilepaskan bersamaan dengan
berjalannya stopwatch.
10. Arloji penetrometer di putar dan dibaca angka penetrasi yang berimpit dengan
jarum penunjuk, dibulatkan hingga 0,1 mm terdekat.
11. Jarum dilepaskan dari pemegang jarum untuk titik pembacaan berikutnya
sejauh 1 cm dari titik pembacaan awal dan tepi sisi dinding cawan.
12. Jarum dibersihkan dengan lap kering, kemudian di ukur suhunya kembali pada
benda uji tersebut sebgai suhu berbeda dan titik berbeda dari titik awal.

6
13. Pekerjaan 1-10 dilakukan hingga tidak kurang 3 bagian untuk benda uji yang
sama. Setiap 2 bagian dengan suhu yang sama ada 3 bacaan titik yang berbeda-
beda dan bagian selanjutnya berbeda suhu benda uji dengan pembacaan awal.
14. Tempat dan alat praktek di bersihkan setelah selesai pengujian.
15. Setelah suhu yang diinginkan tercapai, stopwatch dihentikan dan dicatat waktu
yang dibutuhkan.
16. Piring dan cawan diangkat secara bersamaan menggunakan lap dan didiamkan
cawan berisi aspal hingga dingin.
17. Cawan berisi aspal diangkat menggunakan penjepit dan diletakkan ditempat
yang aman
18. Setelah dingin cawan diberi kode sesuai nama kelompok dan disimpan
ditempat yang aman di laboratorium.
19. Alat alat yang telah digunakan dibersihkan menggunakan minyak tanah dan
dikembalikan sesuai tempatnya dengan keadaan bersih dan rapi.
20. Laboratorium dibersihkan hingga rapi.

E. Penyajian Data
1. Penyajian Data 1
Pada praktikum penetrasi aspal pertam, diperoleh beberapa data yang
dihasilkan, dan berikut adalah data yang dihasilkan:
Tabel 1. Data Hasil Pengujian

Waktu Pengujian Tempat


Suhu Ruangan
Pengujian
Hari,Tanggal Waktu
11.00 s.d Laboratorium
Senin, 6
12.40 28C Jalan Raya,
Maret 2017
WIB PTSP, FT UNY

Tabel 2. Data Hasil Pengujian Penetrasi Aspal Bagian A


No Notasi Suhu (o C) Nilai Penetrasi
. (mm)
1 A1 25,5 36
2 A2 25 46
3 A3 24 44
Rata-rata 24,833 42

7
Tabel 3. Data Hasil Pengujian Penetrasi Aspal Bagian B
No Notasi Suhu (o C) Nilai Penetrasi
. (mm)
1 B1 23 34
2 B2 23 42
3 B3 21 30
Rata-rata 22,5 35,333

Tabel 4. Data Hasil Pengujian Penetrasi Aspal Bagian C


No Notasi Suhu (o C) Nilai Penetrasi
. (mm)
1 C1 23 43
2 C2 24 44
3 C3 24,5 65
Rata-rata 23,833 50,6666

UTARA

Gambar 8. Sketsa Hasil Penetrasi Pertama

2. Penyajian Data 2
Pada praktikum penetrasi aspal kedua, diperoleh beberapa data yang
dihasilkan, dan berikut adalah data yang dihasilkan:
Tabel 5. Data Hasil Pengujian

8
Waktu Pengujian Suhu Tempat
Ruangan Pengujian
Hari,Tanggal Waktu
Laboratorium
Senin, 13 11.00 s.d
28C Jalan Raya,
Maret 2017 12.40 WIB
PTSP, FT UNY

Tabel 6. Data Hasil Pengujian Penetrasi Aspal Bagian A


No Notasi Suhu (o C) Nilai Penetrasi (mm)
.
1 A1 28 52
2 A2 27 51
3 A3 26 48
Rata-rata 27 50,333

Tabel 7. Data Hasil Pengujian Penetrasi Aspal Bagian B


No Notasi Suhu (o C) Nilai Penetrasi
. (mm)
1 B1 25 37
2 B2 24 44
3 B3 25 32
Rata-rata 24,666 37,666

Tabel 8. Data Hasil Pengujian Penetrasi Aspal Bagian C


No Notasi Suhu (o C) Nilai Penetrasi
. (mm)
1 C1 24 32
2 C2 26 38
3 C3 27 39
Rata-rata 25,666 36,333

9
UTARA

Gambar 9. Sketsa Hasil Penetrasi Kedua

F. Pembahasan

Pelaksanaan praktikum pengujian pembakaran aspal yang telah dilakukan,


benda uji yang berisi aspal telah didinginkan pada suhu ruangan yang seharusnya
ruangan dalam keadaan dingin. Waktu pelaksanaan pratikum ini cuaca di
Laboratorium panas sehingga kurang memungkinkan benda uji bersuhu dingin
sehingga benda uji direndam di dalam baskom yang telah diisi es selama 30menit.
Pembacaan jarum pada penetrometer dilakukan mengacu pada ketentuan bahwa
hasilhasil pembacaan tidak melampui ketentuan / toleransi:

Tabel 9. Toleransi / Ketentuan Hasil Pembacaan Arloji penetrometer


(RSNI 06-2456-1991 )
Hasil penetrasi 0 - 49 50 149 150 249 250
Toleransi 2 4 6 8
Dilihat dari tabel angka toleransi antar titik penetrasi menurut SKSNI 1991,
hasil pengujian yang dilakukan masuk ke dalam kategori penetrasi 50 - 149. Di dalam
tabel disebutkan bahwa kategori 50 149 memiliki maksimum perbedaan nilai
penetrasi antara yang tertinggi dengan yang terendah yaitu bernilai 4. Dan Hasil
pengujian ternyata melenceng jauh dari standar toleransi yang diijinkan.
Hasil pengujian penetrasi aspal I dan II dapat dijabarkan dalam sebuah grafik
perbandingan antara suhu dengan hasil penetrasi sebagai berikut:

10
Gambar 10. Grafik Perbandingan Antara Suhu dengan Hasil Penetrasi I

Gambar 11. Grafik Perbandingan Antara Suhu dengan Hasil Penetrasi 2

1. Perhitungan Koefisien Varian Penetrasi I


Tabel 10. Perhitungan Koefisien Varian Penetrasi I

Pengamata Pnetrasi I Xi - X Xi - X Rata- Xi - X Rata-


n (titik uji) (Xi) Rata-rata rata rata
Bagian A
A1 36 -6 6 36
A2 46 4 4 16
A3 44 2 2 4
rata-rata 42 0 4 18.66666667
Bagian B
B1 34 -1.33333333 1.333333333 1.777777778

11
6.66666666
B2
42 7 6.666666667 44.44444444
B3 30 -5.33333333 5.333333333 28.44444444
rata-rata 35.33333333 -2.3685E-15 4.444444444 24.88888889
Bagian B
C1 43 -7.66666667 7.666666667 58.77777778
C2 44 -6.66666667 6.666666667 44.44444444
14.3333333
C3
65 3 14.33333333 205.4444444
rata-rata 50.66666667 0 9.555555556 102.8888889

a Menghitung Varian
Rumus:
XiXratarata 2
S2 = n1

XiXratarata 2
S2A = n1

18,6667
= 31

= 9,333

XiXratarata 2
S2B = n1

24,888
= 31

= 12,444

12
XiXratarata 2
S2C = n1

102,8889
= 31

= 51,444

a. Menghitung Varian

Rumus: Sd = Varian1

Sd A = Varian A

= 9,333

= 3,055

Sd B = VarianB

= 12,44

= 3,527

Sd C = VarianC

= 51,444

= 7,172

c. Menghitung Koefisien Varian


Dengan rumus:

Sd
KV = Xratarata x 100%

13
Sd A
KV A = Xratarata A x 100%

3,055
= 18,666 x 100%

= 7,3%

Sd B
KV B = Xratarata B x 100%

3,527
= 24,888 x 100%

= 10%

Sd C
KV C = XratarataC x 100%

7,172
= 102,888 x 100%

= 14,2%

Tabel 11. Hubungan Suhu dan Koefisien Varian Penetrasi 1


Pengujian Suhu (C) Koefisien Varian (%)
Area A 24,833 7,3
Area B 22,5 10
Area C 23,833 14,2

14
Gam
bar 12. Hubungan Suhu dan Koefisien Varian Penetrasi 1

2. Perhitungan Koefisien Varian Penetrasi 2


Tabel 12. Perhitungan Koefisien Varian Penetrasi 2
Pengamata Pnetrasi I Xi - X Rata- Xi - X Rata- Xi - X Rata-
n (titik uji) (Xi) rata rata rata
Bagian A
A1 52 1.666666667 1.666666667 2.777777778
A2 51 0.666666667 0.666666667 0.444444444
A3 48 -2.333333333 2.333333333 5.444444444
50.3333333
rata-rata
3 -2.36848E-15 1.111111111 2.888888889
Bagian B
B1 37 -0.666666667 0.666666667 0.444444444
B2 44 6.333333333 6.333333333 40.11111111
B3 32 -5.666666667 5.666666667 32.11111111
37.6666666
rata-rata
7 2.36848E-15 4.222222222 24.22222222
Bagian B
C1 32 -4.333333333 4.333333333 18.77777778
C2 38 1.666666667 1.666666667 2.777777778
C3 39 2.666666667 2.666666667 7.111111111
36.3333333
rata-rata
3 -2.36848E-15 1.777777778 9.555555556

15
a. Menghitung Varian
Rumus:
XiXratarata 2
S2 = n1

XiXratarata 2
S2A = n1

2,88
= 31

= 1,44

XiXratarata 2
S2B = n1

24,222
= 31

= 12,111

XiXratarata 2
S2C = n1

9,555
= 31

= 4,777

b. Menghitung Varian

16
Rumus: Sd = Varian1

Sd A = Varian A

= 1,44

= 1,20

Sd B = VarianB

= 12,11

= 3,48

Sd C = VarianC

= 4,777

= 2,185

c. Menghitung Koefisien Varian


Dengan rumus:

Sd
KV = Xratarata x 100%

Sd A
KV A = Xratarata A x 100%

1,2
= 2,888 x 100%

= 2,4%

Sd B
KV B = Xratarata B x 100%

17
3,48
= 24,222 x 100%

= 9,2%

Sd C
KV C = XratarataC x 100%

2,185
= 9,555 x 100%

= 6%

Tabel 13. Hubungan Suhu dan Koefisien Varian Penetrasi I


Pengujian Suhu (C) Koefisien Varian (%)
Area A 27 2,4
Area B 24,666 9,2
Area C 25,666 6

18
Gambar 13. Hubungan Suhu dan Koefisien Varian Penetrasi 2

G. Kendala Praktikum
Pada pengujian penetrasi aspal yang kami lakukan banyak menemukan kendala
yaitu:
1. Ketersediaan alat penetrometer hanya 1 buah yang menghambat efisiensi
waktu pada saat melakukan praktikum. Minimnya alat penetrometer
berdampak pada mahasiswa yang harus saling bergantian saat melakukan
pengujian.
2. Kondisi penetrometer yang sudah tidak sesuai yang dipersyaratkan membuat
data yang dihasilkan tidak akurat kebenarannya.
3. Waktu praktikum yang dirasa kurang karena antrian saat menggunakan alat.
H. Kesimpulan
Dari pengujian pemanasan aspal yang kami lakukan dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
1. Aspal akan mengalami titk leleh pada kisaran suhu 115C hingga 120C.
2. Aspal akan mengalami titik bakar pada suhu diatas 120C.
3. Aspal belum mengalami titik leleh pada suhu dibawah 115C

I. Saran-Saran
1. Dalam melakukan praktikum ini mahasiswa hendaknya berhati hati dan selalu
fokus walaupun pengujian ini bersifat sederhana, namun tetap harus
mengutamakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
2. Ketelitian pada praktikum ini sangat penting karena akan menentukan kualitas
data yang dihasilkan.
3. Hindari bercanda dengan teman saat peraktikum.
4. Kelengkapan alat sangat mendukung dalam praktikum ini sangat membantu
agar mahasiswa tidak harus menunggu terlalu lama saat pengujian.

19
5. Agar diperoleh hasil yang akurat perlu juga pembaharuan alat yang sudah mulai
kurang baik.
6. Kebersihan lokasi praktikum baik kebersihan alat ataupun kebersihan kelas
harus tetap dijaga setelah selesai praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Saodang, Hamirhan. (2005). Konstruksi Jalan Raya. Bandung: Penerbit Nova.

Sukirman. (1999). Perkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung: Nova.

SNI 06-2456-1991. Metode Pengujian Penetrasi Aspal. Jakarta: Badan Standarasisasi


Nasional.

20
LAMPIRAN

21
Gambar 14. Penurunan Suhu Aspal dengan Es Batu

Gambar 15. Pengukurah Suhu Akhir Aspal

Gambar 15. Penusukan Jarum Penetrometer

22
Gambar 13. Pengukuran Suhu Aspal Panas

23

Anda mungkin juga menyukai