Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang maha
esa, karena atas berkat dan limpahan serta rahmatnyalah maka kami
boleh menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah


Keperawatan Medikal ANAK dengan judul : ANEMIA, yang menurut kami
dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajarinya.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan
ada tulisan yang kami buat kurang tepat atau menyinggung perasaan
pembaca.

Dengan ini penulis mempersembahkan makalah ini dengan penuh


rasa terima kasih dan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkahi
makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

Masohi, 23 november2014

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. pengertian

B. Etiologi

C. manifestasiklinik

D. Patofiologi

E. klasifikasi data
F. Kemungkinan Komplikasi yang muncul

G. Pemeriksaankhususdanpenunjang

H. penatalaksanaanmedis

ASUHAN KEPERAWATAN

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia adalah keadaan saat jumlah darah merah atau jumlah


hemoglobin (protein pembawah oksigen )dalam seldarah merah berada di
bawah normal . seldarah merah mengandung hemoglobin yang
memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru, dan
mengantarkanya keseluruh bagian tubuh.

Anemia di sebabkan oleh berbagai jenis penyakit ,namun semua


kerusakan tersebut secara signifikan akan mengurangi banyaknya oksigen
yang tersedia untuk jaringan.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu anemia.

2. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan


anemia.
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN ANEMIA

Anemia (dalam bahasa Yunani: anaimia, artinya kekurangan darah, -


an-, "tidak ada" + haima, "darah" ) adalah keadaan saat jumlah sel darah
merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel
darah merah berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung
hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-
paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.

2. ETIOLOGI ANEMIA

Anemia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit, namun semua


kerusakan tersebut secara signifikan akan mengurangi banyaknya oksigen
yang tersedia untuk jaringan. Menurut Brunner dan Suddart (2001),
beberapa penyebab anemia secara umum antara lain :

Secara fisiologis anemia terjadi bila terdapat kekurangan jumlah


hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
b Akibat dari sel darah merah yang prematur atau penghancuran sel
darah merah yang berlebihan.
Produksi sel darah merah yang tidak mencukupi.
Faktor lain meliputi kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor
keturunan, penyakit kronis dan kekurangan zat besi.

3. MANIFESTASI KLINIK

Lemah, letih, lesu dan lelah


Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak
tangan menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah
dan Hb, vasokontriksi
Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah)
Angina (sakit dada)
Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2
berkurang)
Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung)
menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada SSP
Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi
atau diare)
4.PATOFISIOOGI

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum


tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau
keduanya.Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan
nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab
yang tidak diketahui.Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan
atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah
dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan
sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah
merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system


fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan
limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk
dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi
sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan
bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.

Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya


kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah
adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh.Jika suplai
ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat
menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri
dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan
seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau
sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).

Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan


hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung

5. KLASIFIKASI DATA

Anemia dibagi menjadi 2 tipe umum :

a. Anemia Hipropropilatif

1) Anemia Aplastik

Anemia aplastik merupakan suatu gangguan yang mengancam jiwa


pada sel induk di sum-sum tulang yang sel-sel darah diproduksi dalam
jumlah yang tidak mencukupi. Anemia aplastik dapat terjadi secara
congenital maupun idiopatik ( penyebabnya tidak diketahui). Secara
marfologis, sel darah mer4ah terlihat normositik dan normokronik. Jumlah
retikulosit rendah atau tidak ada dan biop[si sumsum tulang menunjukan
keadaan yang disebut pungsi kering dengan hipoplasia nyata dan
penggatian dengan jarinagan lemak.

2) Anemia defisiensi besi

Anemia defesiensi besi adalah dimana keadaan kandungan besi


tubuh total turun dibawah tingkat normal. Defesiensi besi merupakan
penyebab utama anemia didunia, dan tetutama seringdijumpai pada
wanita usia subur, disebabkan oleh kekurangan darah sewaktu menstruasi
dan peningkatan kebutuhan besi selama kehamilan. Pada anemia
defisiensi besi pemeriksaan darah menunjukan jumlah sel darah merah
normal atau hamper normal dan kadar Hb berkurang. Pada perifer sel
darah merah Mikrositik dan Hiprokromik disertai poikilositosi dan
asisositosis jumlah retikulosis dapat normal atau berkurang. Kadar besi
berkurang, sedangkan kapasitas mengikat besi serum total meningkat.

3) Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan
asam volat menunjukan perubahan yang sama antara sumsum tulang dan
drah tepi, karena kedua vitamin tersebut esensial bagiu sintesis DNA
normal. Pada setiap kasus, terjadi hyperplasia sumsum tulang, precursor
eritroit dan myeloid besara dan aneh dan beberapa mengalami
multinukleasi. Tetapi beberapa sel ini mati dalam sumsum tulang,
sehingga jumlah sel matang yang meninggalkan sumsum tulang menjadi
sedikit dan terjadilah parisitopenia. Pada keadaan lanjut Hb dapat turun 4-
5 gr/dl hitung leukosit 2000-3000/ml3 dan hitung trombosit kurang dari
50000/ml3.

b. Anemia hemolitik

1) Anemia hemolitik

Pada anemia hemolitik,eritrosit memiliki rentang usia yang


memendek. Untuk mengkompensasi hal ini biasanya sumsum tulang
memproduksi sel darah merah baru 3x/ lebih disbanding kecepatan
normal. Pada pemerikasaan anemia hemolitik ditemukan jumlah
retikulosis meningkat, fraksi bilirubin indirect meningkat,dan haptok globin
biasanya rendah.

2) Anemia hemolitika turunan

1. Sferositosis turunan

Sferositosis turunan merupakan suatu anemia hemolitika ditandai


dengan sel darah merah kecil berbentuk feris dan pembesaran limfa
(spenomegali). Merupakan kelainan yang jarang, diturunkan secara
dominant. Kelainan ini biasanya terdiagnosa pada anak-anak, namun
dapat terlewat sampai dewasa karena gejalanya sangat sedikit.
Penangananya berupa pengambilan limpa secara bedah.

2. Anemia sel sabit

Adalah anemia hemolitika berat akibat adanya defek pada molekul


hemoglobin dan disertai dengan serangan nyeri. Anemia sel sabit ini
merupakan ganggaun genetika resesif auto somal yaitu individu
memperoleh Hb sabit (Hb s) dari kedua orang tua. Pasien dengan anemia
sel sabit biasanya terdiagnosa pada kanak-kanak karena mereka nampak
anemis ketika bayi dan mulai mengalami krisis sel sabit pada usia 1-2
tahun.

6. KEMUNGKINAN KOMPLIKASI YANG MUNCUL


Komplikasi umum akibat anemia adalah:

Gagal jantung, Kejang.


Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
Daya konsentrasi menurun
Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun

7. PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENUNJANG

o Kadar porfirin eritrosit bebas ---- meningkat


o Konsentrasi besi serum ------- menurun
o Saturasi transferin ------ menurun
o Konsentrasi feritin serum ---- menurun
o Hemoglobin menurun
o Rasio hemoglobin porfirin eritrosit ---- lebih dari 2,8 ug/g
adalah diagnostic untuk defisiensi besi
o Mean cospuscle volume ( MCV) dan mean cospuscle
hemoglobin concentration ( MCHC ) ---- menurun
menyebabkan anemia hipokrom mikrositik atau sel-sel darah
merah yang kecil-kecil dan pucat.
o Selama pengobatan jumlah retikulosit ---- meningkat dalam 3
sampai 5 hari sesuadh dimulainya terapi besi mengindikasikan
respons terapeutik yang positif.
o Dengan pengobatan, hemoglobin------- kembali normal dalam
4 sampai 8 minggu mengindikasikan tambahan besi dan
nutrisi yang adekuat.

8. PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan


mengganti darah yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan
penyebabnya, yaitu :

1. Anemia aplastik:

Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif


dengan antithimocyte globulin ( ATG ) yang diperlukan melalui jalur
sentral selama 7-10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum
tulang tidak berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah
leukosit dan platelet ( Phipps, Cassmeyer, Sanas & Lehman, 1995 ).

2. Anemia pada penyakit ginjal


Pada paien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan
asam folat

Ketersediaan eritropoetin rekombinan

3. Anemia pada penyakit kronis

Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak


memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan
penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang
dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.

4. Anemia pada defisiensi besi

Dengan pemberian makanan yang adekuat.Pada defisiensi besi


diberikan sulfas ferosus 3 x 10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila
kadar Hb kurang dari 5 gr %. Pada defisiensi asam folat diberikan asam
folat 3 x 5 mg/hari.

5. Anemia megaloblastik

Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila


difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.

Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus


diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau
malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.

Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan


penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan
gangguan absorbsi.

6.Anemia pasca perdarahan ;

Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan


darurat diberikan cairan intravena dengan cairan infus apa saja yang
tersedia.

7. Anemia hemolitik

Dengan penberian transfusi darah menggantikan darah yang hemolisis.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA


1. Pengkajian

1) Aktivitas / istirahat

Gejala :keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan


produktivitas, penurunan semangat untuk bekerja.Toleransi terhadap
latihan rendah.Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.

Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau


istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada
sekitarnya.Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.Tubuh tidak
tegak.Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda
lain yang menunujukkan keletihan.

2) Sirkulasi

Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan


nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi
segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi
jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan
membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku.
(catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-
abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang
(AP).Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler
melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi
kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia)
(DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara
premature (AP).

3) Integritas ego

Gejala : Keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan


pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah.

Tanda : Depresi.

4) Eleminasi

Gejala : Riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom


malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare
atau konstipasi.Penurunan haluaran urine.

Tanda : distensi abdomen.


5) Makanan/cairan

Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani


rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah,
kesulitan menelan (ulkus pada faring).Mual/muntah, dyspepsia,
anoreksia.Adanya penurunan berat badan.Tidak pernah puas mengunyah
atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan
sebagainya (DB).

Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan
vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk,
kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status
defisiensi).Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut
pecah. (DB).

6) Neurosensori

Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak


mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan
bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ;
parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.

Tanda : Peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis.


Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis
retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik).
Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda
Romberg positif, paralysis (AP).

7) Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)

8) Pernapasan

Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan
aktivitas.

Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.

9) Keamanan

Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat


terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan.Riwayat
kanker, terapi kanker.Tidak toleran terhadap dingin dan panas.Transfusi
darah sebelumnya.Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk,
sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam,
limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).

2. Diagnosa Keperawatan

Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan


komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke
sel.

Kelemahan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.

Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder


tidak adekuat.

Kecemasan berhubungandengan perubahan status kesehatan

3. Intervensi/Implementasi keperawatan

1) . Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan


komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke
sel.

Tujuan : peningkatan perfusi jaringan.

Kriteria hasil : menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI

*Mandiri

Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa,


dasar kuku.

Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi


jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.

Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.

Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi


untuk kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi.

Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi


adventisius.
Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jantung karena
regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.

Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.

Rasional : iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial


risiko infark.

Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air
mandi dengan thermometer.

Rasional : termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan


oksigen.

*Kolaborasi

awasi hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah


lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.

Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons


terhadap terapi.

Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.

Rasional : memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.

2). Kelemahan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.

Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.

Kriteria hasil : melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk


aktivitas sehari-hari)

- menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi,


pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.

*Mandiri

Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.

Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan


otot.

Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin


B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.
Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.

Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk


membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.

Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising,


pertahankan tirah baring bila di indikasikan.

Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen


tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.

Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi


kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas
semampunya (tanpa memaksakan diri).

Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan


memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri
dan rasa terkontrol.

3) . Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan


sekunder tidak adekuat.

Tujuan : Infeksi tidak terjadi.

Kriteria hasil : mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan


risiko infeksi.

- meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema,


dan demam.

*Mandiri

Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien.

Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan :


pasien dengan anemia berat/aplastik dapat berisiko akibat flora normal
kulit.

Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka.

Rasional : menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri.

Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.

Rasional : menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.

Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas


dalam.
Rasional : meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu
memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia.

Tingkatkan masukkan cairan adekuat.

Rasional : membantu dalam pengenceran secret pernapasan untuk


mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh misalnya
pernapasan dan ginjal

Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.

Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi


dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respons imun sangat terganggu.

Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau
tanpa demam.

Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan


evaluasi/pengobatan.

Amati eritema/cairan luka.

Rasional : indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin


tidak ada bila granulosit tertekan.

*Kolaborasi

Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi.

Rasional : membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus


dan mempengaruhi pilihan pengobatan.

Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik.

Rasional : mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan


kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local.

4). Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

Tujuan : Kecemasan berkurang

Kriteria hasil : Tampak rileks dan tidur / istirahat tidur

*Mandiri

Kaji tingkat kecemasan klien.

Rasional : Untuk mengetahui faktor predis-posisi yang menimbulkan kece-


masan sehingga memudahkan mengantisipasi rasa cemasnya.
Dorong klien dapat mengekspresikan pera-saannya.

Rasional :Dengan mengungkapkan perasaannya maka kecemasannya


berkurang.

Beri informasi yang jelas proses penyakitnya.

Rasional : Memudahkan klien dalam memahami dan mengerti tentang


proses penyakitnya.

Beri dorongan spiritual

Rasional : Kesembuhan bukan hanya dipe-roleh dari pengobatan atau


pera-watan tetapi yang menentukan adalah Tuhan.

4. EVALUASI

Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang


kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan
cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)

Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :

1) Infeksi tidak terjadi.

2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.

4) Peningkatan perfusi jaringan.

5) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur


diagnostic dan rencana pengobatan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Anemia adalah keadaan saat jumlah darah merah atau jumlah
hemoglobin (protein pembawah oksigen )dalam seldarah merah
berada di bawah normal . seldarah merah mengandung hemoglobin
yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru, dan
mengantarkanya keseluruh bagian tubuh.

Anemia di sebabkanolehberbagaijenispenyakit ,namun semua


kerusakan tersebut secara signifikan akan mengurangi banyaknya
oksigen yang tersedia untuk jaringan.

B. Saran

Dengan makalah ini kami harapkan, baik kami dan teman-teman


yang lain dapat memahami konsep teori beserta asuhan keperawatan
pada pasien dengan masalah anemia, agar dilapangan dapat melakukan
asuhan keperawatan dengan professional, sehingga secara tidak langsung
dapat mempertahankan generasi yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan ;


Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien,
edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta.

Engram, Barbara, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan anak, alih bahasa


Suharyati S, volume 1, EGC, Jakarta

Wilson, Susan and Thompson, June (1990), Respiratory Disorders, Mosby


Year Book, Toronto.
ANEMIA

DOSEN MK: R. AMELAMAN S.KEP,.Ns

Disusun oleh :

NAMA : FADILA AYU HURASAN


NIM : PO 7120313033
TINGKAT : IIA
SEMESTER : III

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEHNIK KESEHATAN MALUKU
PRODI KEPERAWATAN MASOHI
TA 2014/2015

Anda mungkin juga menyukai