Anda di halaman 1dari 12

TUGAS SEMESTER PENDEK

Pembimbing dr. Dian Nugroho

Nurrohmat Triatmojo
G0014180

UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET


SURAKARTA
2015
BPJS
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak penduduk. Sebagian penduduk Indonesia
memiliki tingkat ekonomi yang rendah sehingga tidak semua masyarakat memperoleh jaminan kesehatan
yang memadai. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka pemerintah Indonesia membuat suatu
badan yang bertujuan untuk memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial. Badan tersebut
bernama BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU
BPJS), BPJS dibagi menjadi dua yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan
merupakan badan hukum publik yang bertanggung jawab kepada Presiden dan berfungsi
menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia termasuk orang asing
yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia. Sedangkan BPJS Ketenagakerjaan menurut UU
BPJS berfungsi menyelenggarakan 4 program, yaitu program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua,
jaminan pensiun, dan jaminan kematian. Kedua BPJS tersebut pada dasarnya mengemban misi negara
untuk memenuhi hak konstitusional setiap orang atas jaminan sosial dengan menyelenggarakan program
jaminan yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial.
Salah satu bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN). Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi
kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang
diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.
Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
berikut.
1. Prinsip kegotongroyongan
Gotong-royong sesungguhnya sudah menjadi salah satu prinsip dalam hidup bermasyarakat dan juga
merupakan salah satu akar dalam kebudayaan kita. Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti
peserta yang mampu membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang
sakit atau yang berisiko tinggi, dan peserta yang sehat membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena
kepesertaan SJSN bersifat wajib untuk seluruh penduduk, tanpa pandang bulu. Dengan demikian,
melalui prinsip gotong-royong jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
2. Prinsip nirlaba
Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah nirlaba bukan
untuk mencari laba (for profit oriented). Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-
besarnya kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat,
sehingga hasil pengembangannya, akan di manfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta.
Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas. Prinsip-prinsip manajemen
ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil
pengembangannya.
3. Prinsip portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan
kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

4. Prinsip kepesertaan bersifat wajib

1
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi.
Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan
kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program. Tahapan
pertama dimulai dari pekerja di sektor formal, bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi
peserta secara mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dapat
mencakup seluruh rakyat.
5. Prinsip dana amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan-badan penyelenggara
untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan
peserta.
6. Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial
Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-
besar kepentingan peserta.
Beberapa pelayanan kesehatan yang dijamin Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan
meliputi:
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non spesialistik mencakup:
a. Administrasi pelayanan
b. Pelayanan promotif dan preventif
c. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis
d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif
e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
f. Transfusi darah sesuai kebutuhan medis
g. Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama
h. Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi
2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan kesehatan mencakup:
a. Rawat jalan, meliputi:
Administrasi pelayanan
Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan sub spesialis
Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis
Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
Pelayanan alat kesehatan implant
Pelayanan penunjang diagnostic lanjutan sesuai dengan indikasi medis
Rehabilitasi medis
Pelayanan darah
Pelayanan kedokteran forensic
Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan
b. Rawat Inap yang meliputi:
Perawatan inap non intensif
Perawatan inap di ruang intensif
Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri

Sedangkan beberapa pelayanan kesehatan yang tidak dijamin oleh Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
BPJS Kesehatan meliputi:
1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan
yang berlaku

2
2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan, kecuali untuk kasus gawat darurat
3. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja terhadap penyakit
atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja
4. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri
5. Pelayanan kesehatan untuk tujuan kosmetik dan/atau estetik
6. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas (memperoleh keturunan)
7. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi)
8. Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alcohol
9. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang
membahayakan diri sendiri
10. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupuntur, shin she, chiropractic, yang
belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health technology
assessment/HTA)
11. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan (eksperimen)
12. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu
13. Perbekalan kesehatan rumah tangga
14. Pelayanan kesehatan yang sudah dijamin dalam program kecelakaan lalu lintas sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
15. Pelayanan kesehatan akibat bencana, kejadian luar biasa/wabah
16. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan manfaat jaminan kesehatan yang diberikan

3
Salah satu cara seorang ilmuwan untuk meraih tujuan tertentu dalam berpikir ilmiah adalah dengan
melakukan pengamatan. Sehingga pada esai kali ini penulis akan mengamati dan membahas mengenai
permasalahan yang menyangkut tentang BPJS Kesehatan. Permasalahan yang akan dibahas mulai dari
pendaftaran sampai dengan penggunaan BPJS. Adapun pendaftaran BPJS berdasarkan pengamatan
penulis dapat dilihat pada diagram berikut.

Pendaftaran BPJS Kesehatan

Offline Online

PBI PPU PBPU dan Bukan Mengisi Data di Website


Pekerja BPJS

Dilakukan Dilakukan Mendaftar ke Melakukan


Pemerintah Perusahaan Kantor BPJS Aktivasi
Kesehatan
Melakukan
Mengisi Pembayaran
Formulir
Mengulangi
Aktivasi
Melampirkan
Dokumen
Mendapat e-id BPJS
Kesehatan
Mendapatka
n Mencetak e-id BPJS
Virtual Kesehatan

Melakukan
Pembayaran
Iuran

Mendapatkan
Bukti
Pembayaran

Mencetak Kartu
JKN

4
Pendaftaran BPJS Kesehatan dibagi menjadi 2 yaitu secara offline dan secara online. Pendaftaran secara
offline dibagi menjadi 3 yaitu PBI (Penerima Bantuan Iuran), PPU (Pekerja Penerima Upah), PBPU
(Pekerja Bukan Penerima Upah) dan Bukan Pekerja.

Gambar 1. Prosedur Pendaftaran BPJS secara offline


Pada pendaftaran PBI, pendataan peserta PBI dilakukan oleh BPS (Badan Pusat Statistik) yang
diverifikasi dan divalidasi oleh Kementerian Sosial. Selain peserta PBI yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat, juga terdapat penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan SK
Gubernur/Bupati/Walikota bagi Pemda yang mengintegrasikan program Jamkesda ke program JKN
(Jaminan Kesehatan Nasional). Peserta PBI dikhususkan untuk rakyat miskin dan tidak mampu. Iuran
untuk peserta PBI dibayar oleh pemerintah.
Pada pendaftaran PPU, pendaftarannya dilakukan oleh perusahaan atau badan usaha tempat bekerja.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2. Prosedur Pendaftaran Pekerja Penerima Upah (PPU)

5
Sesuai dalam Pasal 4 Pilpres yang termasuk Pekerja Penerima Upah (PPU) adalah:
a. Pegawai Negeri Sipil
b. Anggota TNI
c. Anggota Polri
d. Pejabat Negara
e. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri
f. Pegawai swasta
g. Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f yang menerima Upah
Pada pendaftaran PBPU dan BP, calon peserta datang sendiri untuk mendaftar ke Kantor BPJS Kesehatan.
Sedangkan untuk pendaftaran Bukan Pekerja Melalui Entitas Berbadan Hukum (Pensiunan
BUMN/BUMD). Proses pendaftaran pensiunan yang dana pensiunnya dikelola oleh entitas berbadan
hukum dapat didaftarkan secara kolektif melalui entitas berbadan hukum yaitu dengan mengisi formulir
registrasi dan formulir migrasi data peserta. Iuran pembayaran BPJS diatur dalam undang-undang dan
tergantung dari besarnya penghasilan dan jenis pekerjaan peserta BPJS.

Gambar 3. Prosedur Pendaftaran Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan Bukan Pekerja
Sesuai dalam Pasal 4 Pilpres yang termasuk Pekerja Bukan Penerima Upah terdiri atas:
a. Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri
b. Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan Penerima Upah
Sesuai dalam Pasal 4 Pilpres yang termasuk Bukan Pekerja terdiri atas:
a. Investor
b. Pemberi Kerja
c. Penerima pension
d. Veteran
e. Perintis Kemerdekaan
f. Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e yang mampu membayar Iuran
g. Perpres juga mengatur secara rinci siapa yang dimaksud dengan penerima pensiun yang
dikelompokkan ke dalam kelompok Peserta Bukan Pekerja
Sesuai dalam Pasal 4 Pilpres yang termasuk penerima pensiun terdiri atas:
a. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun
b. Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pension
c. Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pension
d. Penerima pensiun selain huruf a, huruf b, dan huruf c, dan

6
e. Janda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun yang mendapat hak pensiun
Pendaftaran secara online tergolong mudah karena hanya mengisi secara online melalui website resmi
BPJS yaitu http://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2014/15/Pendaftaran-Peserta. Setelah
melakukan pendaftaran secara online dan melakukan pembayaran di bank, maka e-id BPJS Kesehatan
bisa dicetak dan dipergunakan. Pendaftaran secara online memang tergolong cukup mudah, hanya saja
jika peserta tidak memiliki koneksi internet yang memadai dan buta akan komputer maka akan menjadi
sulit. Oleh karena itu jika ingin melakukan pendaftaran secara online, hendaknya dilakukan oleh peserta
yang tidak buta internet dan komputer.
Secara garis besar BPJS memiliki manfaat positif dalam membantu meningkatkan kesejahteraan dan
kesehatan warga. Oleh sebab itu warga negara Indonesia diwajibkan untuk mendaftar BPJS. Manfaat
yang didapat dari BPJS antara lain mendapatkan perawatan dan pengobatan gratis sesuai tingkatan
masing-masing.
Keberhasilan BPJS harus ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai. Menurut UU No 23
Tahun 1992 Tentang Kesehatan, sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan. Fungsi sarana kesehatan yaitu memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat, sehingga sarana kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat
peningkatan derajat kesehatan masyarakat sekaligus untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk. Sarana
kesehatan tersebut meliputi:
a. Rumah sakit pemerintah dan swasta,
b. Puskesmas,
c. Puskesmas Pembantu,
d. Poliklinik atau Balai Pengobatan,
e. BKIA (Balai Kesehatan Ibu dan Anak),
f. Posyandu,
g. Apotek,
h. Laboratorium, dan
i. Tenaga medis seperti Dokter Spesialis, Dokter Umum, Bidan dan Perawat.
Banyaknya sarana kesehatan di suatu wilayah secara tidak langsung menunjukkan tingkat kesehatan
masyarakat. Sarana penunjang lainnya dalam pembangunan kesehatan di suatu wilayah adalah adanya
persediaan obat yang memadai.

Cara penggunaan kartu BPJS harus sesuai dengan prosedur yang berlaku. Prosedur pelayanan bagi
peserta BPJS Kesehatan dapat dilihat pada gambar berikut.

7
Gambar 4. Prosedur Pelayanan BPJS
Penggunaan kartu BPJS harus dari tingkat bawah atau sering disebut faskes 1. Faskes 1 yang dimaksud
adalah puskesmas atau klinik atau dokter keluarga. Jika pada faskes 1 penyakit masih bisa diatasi maka
peserta BPJS tidak perlu ke rumah sakit.
Faskes 2 yaitu rumah sakit. Faskes 2 bisa digunakan jika penyakit yang diderita tergolong parah dan
diwajibkan harus ditangani rumah sakit. Pada faskes ini, peserta BPJS harus membawa persyaratan
seperti berikut:

1. Foto copy KTP

2. Foto Copy Kartu Keluarga

3. Foto Copy Surat Rujukan

4. Foto Copy Kartu BPJS dan kartu BPJS asli

Ketika hendak berobat ke faskes 2, peserta BPJS harus membawa surat rujukan dari faskes 1. Surat
rujukan tersebut bisa berasal dari dokter keluarga atau puskesmas atau klinik terdekat.

Ketika di rumah sakit, peserta BPJS masih harus melakukan registrasi dan sering antri juga. Oleh karena
itu, diharap peserta BPJS datang lebih awal untuk melakukan registrasi terlebih dahulu. Jika peserta BPJS
melakukan registrasi sesuai dengan prosedur, maka biaya berobat baik rawat jalan maupun rawat inap
dapat ditanggung sepenuhnya oleh BPJS. Namun ada juga obat yang memang harus dibayar oleh peserta
sendiri.

Jika ada peserta BPJS yang dalam kondisi kritis dan darurat atau dalam keadaan sakit yg bisa
menyebabkan cacat dan kematian maka surat rujukan dari faskes 1 tidak diperlukan dan bisa langsung
masuk rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS.

Proses pembayaran iuran BPJS dilakukan setiap bulan dan dibayarkan sebelum tanggal 10. Apabila
peserta BPJS membayar setelah tanggal 10, maka akan dikenakan denda sebesar 2% dari iuran tersebut.
Jika peserta BPJS tidak membayar selama 3 bulan berturut-turut (termasuk terlambat membayar), maka

8
layanan akan dihentikan sementara. Apabila peserta ingin menggunakan layanan kembali maka peserta
harus datang ke kantor BPJS terdekat. Tujuan dibentuknya BPJS adalah untuk memberikan jaminan
kesehatan bagi masyarakat, menurut penulis denda sebesar 2% terlalu memberatkan peserta karena
kemungkinan peserta bukan ingin menghentikan layanan BPJS namun peserta kemungkinan lupa, sibuk,
atau belum mempunyai uang untuk membayar iuran. Walaupun denda 2% itu sebenarnya untuk
mendisiplinkan pembayaran BPJS, namun menurut penulis sebaiknya denda maksimal sebesar 1% saja
atau pembayaran boleh dibayar bersamaan dalam 1 bulan.

Jika dilihat secara keseluruhan, baik dalam proses pendaftaran maupun penggunaan kartu BPJS umumnya
sudah baik. Hanya saja perlu ditingkatkan pelayanan dan penyuluhan bagaimana pentingnya kartu BPJS,
sehingga rakyat Indonesia menjadi sadar untuk mempunyai kartu BPJS dan masyarakat juga perlu
menyadari pentingnya menggunakan BPJS Kesehatan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Aryaputra, Emir (2014). BPJS Kesehatan. https://www.scribd.com/doc/239770421/BPJS-kesehatan -


Diakses Februari 2015.

BPJS Info (2014). Mekanisme Jaminan Kesehatan Sosial.


http://www.bpjs.info/beritabpjs/MEKANISME_JAMINAN_KESEHATAN_SOSIAL-5454/ -
Diakses Februari 2015.

BPJS Kesehatan (2014). Iuran. http://faskes.bpjs-kesehatan.go.id/statis-14-iuran.html - Diakses Februari


2015.

BPJS Kesehatan (2014). Manfaat. http://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2014/12 -


Diakses Februari 2015.

Daftar BPJS. Tanpa Tahun. Cara Pendaftaran BPJS Kesehatan. http://daftarbpjs.com/2014/01/01/cara-


pendaftaran-bpjs-kesehatan/ - Diakses Februari 2015.

Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo (2013). Tanya Jawab BPJS Kesehatan (Bagian 4).
http://dinkes.kulonprogokab.go.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=198 Diakses Februari
2015.

Informasi BPJS (2014). Cara Berobat dengan Menggunakan BPJS. http://infobpjs.net/cara-berobat-


dengan-menggunakan-bpjs/ - Diakses Februari 2015.

Informasi BPJS (2014). Cara Daftar BPJS Kesehatan Online. http://infobpjs.net/cara-daftar-bpjs-


kesehatan-online/ - Diakses Februari 2015.

Informasi BPJS (2014). Tata Cara Daftar BPJS Kesehatan Online. http://infobpjs.net/tata-cara-daftar-
bpjs-
online/ - Diakses Februari 2015.

Informasi BPJS (2014). Telat Bayar Iuran BPJS Kena Denda. http://infobpjs.net/telat-bayar-iuran-bpjs-
kena-denda/ - Diakses Februari 2015.

Jamsos Indonesia. Tanpa Tahun. Definisi BPJS Kesehatan.


http://www.jamsosindonesia.com/teropong/subdetail/bpjs-kesehatan_397/definisi-bpjs-kesehatan-
_24 - Diakses Februari 2015.

Jamsos Indonesia. Tanpa Tahun. Fungsi, Tugas, dan Wewenang BPJS.


http://www.jamsosindonesia.com/cetak/printout/268 - Diakses Februari 2015.

10
Jamsos Indonesia. Tanpa Tahun. Peserta dan Kepesertaan Jaminan Kesehatan.
http://www.jamsosindonesia.com/cetak/printout/410 - Diakses Februari 2015.

Moore, Brooke Noel dan Richard Parker (2009). Critical Thinking 9th Edition. New York: McGraw-Hill,
pp: 87.

Paul, Richard dan Linda Elder (2003). Scientific Thinking. Foundation for Critical Thinking, pp: 7.

Pemerintah Kabupaten Bantul. Tanpa Tahun. Sarana Kesehatan.


http://www.bantulkab.go.id/datapokok/0801_sarana_kesehatan.html - Diakses Februari 2015.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

11

Anda mungkin juga menyukai