Anda di halaman 1dari 2

BAB III

PEMBAHASAN

1.1. Hasil
Pada saat praktikum, hasil pemeriksaan ante mortem pada seekor kambing jantan
diperoleh hasil sebagai berikut :

Mukosa cermin hidung : Lembab


Warna gusi : Merah muda
CRT : <2
Glandula limfonodus : Tidak ada pembengkakan
Telinga : Normal
Turgor kulit : <2
Respirasi : 120 kali / menit
Abdomen : Tidak ada refleks sakit
Suhu : 39,3C
Anus : Tidak ada luka dan berarna merah kecoklatan
Testis : Simetris dan ukuran sama
Kaki : Tidak berjalan pincang

1.2. Pembahasan
Pemeriksaan ante mortem merupakan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum
pemotongan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperoleh hewan yang berada dalam
keadaan cukup istirahat, menghindari pemotongan hewan yang sakit (penyakit hewan
menular, zoonosis), mencegah kemungkinan terjadinya kontaminasi pada tempat
pemotongan, alat dan pegawai/pekerja, bahan informasi bagi keperluan pemeriksaan
postmortem, dan mengawasi penyakit-penyakit tertentu yang harus dilaporkan.
Ciri-ciri hewan yang sehat, yaitu memiliki kepala tegak dan sigap, mata yang
bening, cermin hidung yang lembab/basah dan tidak mengalami hipersalivasi; kotoran
berkonsistensi normal dan tidak mengandung darah; warna urin berwarna kuning-jerami;
tidak menampakkan masalah dalam bergerak seperti berjalan pincang; bernafas normal
dan tidak bersuara; berinteraksi dan beraktifitas dengan lingkungannya; gusi yang merah
muda dan mukosa yang berwarna merah muda; tidak kejang-kejang atau melengkungkan
punggung; tidak adanya tanda-tanda kesakitan, abses, luka, memar, patah; tidak adanya
tanda-tanda stress panas maupun dingin.
Berdasarkan Bianca (1968) bahwa rataan suhu rektal kambing pada status fisiologis
normal sebesar 39C. Begitu pula menurut Banerjee (1982) yang melaporkan bahwa pada
suhu kamar, temperatur tubuh kambing berkisar 101,3 sampai 105,8 F atau 38,5 sampai
41C. Pada saat didapat suhu rektal kambing yaitu 39,3C. Hal ini kambing berada dalam
status fisiologis tubuh normal, tidak sedang mengalam demam ataupun stress.
Respirasi normal pada kambing yaitu 25-35 kali/menit. Pada saat praktikum
diperoleh hasil 120 kali/menit. Hal ini berarti respirasi kambing diatas normal. Pada saat
praktikum kambing dapat dikatakan sedang dalam keadaan stress akibat perlakuan dari
praktikan maupun banyaknya orang sehingga hal ini menyebabkan stress pada kambing.
Hales dan Webster (1967) menyatakan bahwa frekuensi pernapasan dapat mencapai lebih
dari 300 kali per menit ketika ternak kambing mengalami stress. Lee, dkk. (1976) yang
dilaporkan dalam Nasution (1979) menyatakan bahwa, stress panas dapat menaikkan
temperatur rektal dan fekwensi pernafasan.
Dalam Sriogandono (1972) dinyatakan bahwa, angka frekuensi pernapasan yang
tinggi dalam banyak hal tidak selalu menunjukan suksesnya hewan-hewan dalam
mempertahankan suhu badan yang normal. Selanjutnya dinyatakan bahwa apabila kenaikan
frekuensi pernapasan diikuti oleh naiknya frekuensi pulsus dan suhu tubuh akan
menyebabkan terjadinya gangguan fisiologis pada hewan tersebut. Kenaikan frekuensi
pernapasan disebabkan oleh karena temperatur lingkungan yang tinggi dan aktivitas otot
bertambah. (Soebekti, 1980). Frekuensi pernapasan yang normal bagi ternak kambing
berkisar antara 12 20 kali per menit (Dukes,1957), antara 20 24 kali per menit (Smith
dan Harry 1972), antara 20 25 kali per menit (Hafez 1968), antara 12- 15 kali per menit
pada kambing dewasa dan pada kambing muda atau anak kambing antara 12 20 kali per
menit (Bayer, 1970). Hafez (1968) menyatakan kecepatan denyut jantung bereaksi pada
pembongkaran panas tubuh. Bilamana panas hilang dalam waktu yang pendek, maka
kecepatan jantung akan tinggi. Ternak kambing mempunyai fekuensi denyut jantung yang
lebih tinggi dari ternak ruminansi lainnya.
Pada saat praktikum, secara keseluruhan keadaan fisik dan fisiologis kambing
berada dalam keadaan normal. Baik itu meliputi warna mukosa mata, gusi dan mulut, CRT
dan turgor kulit tidak mengindikasikan bahwa kambing sedang dalam keadaan anemia
ataupun dehidrasi. Pada ekstremitaspun demikian, kambing berjalan dengan normal dan
tidak pincang. Pada abdomen, tidak mengindikasikan hewan sedang mengalami gangguan
atau sakit pencernaan, ditandai dengan tidak adanya refleks sakit saat abdomen ditekan.

Anda mungkin juga menyukai