Anda di halaman 1dari 5

Kearifan Lokal Selamatkan Bumi

Kearifan Lokal sebagai pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai
strategi kehidupan yang berwujud aktivitas masyarakat lokal (adat, agama, ilmu
pengetahuan, ekonomi, tehnologi, organisasi sosial, bahasa dan komunikasi, serta
kesenian) dalam menjawab berbagai masalah untuk mempertahankan, memperbaiki,
mengembangkan unsur kebutuhan mereka, dengan memperhatikan ekosistem serta
sumberdaya manusia yang terdapat pada warga mereka sendiri. Kearifan lokal telah
menjadi tradisi-fisik-budaya, dan secara turun-temurun menjadi dasar dalam
membentuk bangunan dan lingkungannya, yang diwujudkan dalam sebuah warisan
budaya perkotaan.

Pelestarian Hutan Mangrove


Kerusakan hutan mangrove disebabkan karena penebangan yang berlebihan. Lahan
bekas penebangan mangrove dipakai untuk membuat tambak. Selain itu, kayu mangrove
digunakan untuk berbagai keperluan. Mangrove dianggap penduduk sebagai gulma
(tanaman penggangu). Akibat penebangan mangrove banyak tambak milik penduduk
rusak dan jebol karena hantaman ombak, populasi hewan seperti monyet ekor panjang
berkurang. Adanya sebaran pencemaran seperti tumpahan minyak juga mengakibatkan
kerusakan hutan mangrove. Akibat rusaknya hutan mangrove antara lain yaitu :
1. Instrusi air laut adalah masuknya atau merembesnya air laut ke arah daratan
sampai mengakibatkan air tawar sumur/ sungai menurun mutunya, bahkan
menjadi payau atau asin (Harianto, 1999). Dampak instrusi air laut ini sangat
penting, karena air tawar yang tercemar intrusi air laut akan menyebabkan
keracunan bila diminum dan dapat merusak akar tanaman.
2. Turunnya kemampuan ekosistem mendegradasi (pengikisan) sampah organic,
minyak bumi.
3. Menurunnya keanekaragamanhayati di wilayah pesisir
4. Meningkatnya abrasi pantai
5. Turunnya sumber makanan, tempat pemijah & bertelur biota laut. Akibatnya
produksi tangkapan ikan menurun.
6. Turunnya kemampuan ekosistem flora pesisir pantai dalam menahan tiupan
angin, gelombang air laut.
7. Meningkatnya pencemaran pantai.
Upaya penduduk untuk mengatasi hantaman ombak yang merusak tambak
dengan menanam tanaman mangrove disela sela lahan tambak. Tanaman mangrove
dipilih karena jauh lebih kuat dibandingkan dengan tanggul yang terbuat dari bambu
atau beton. Tanaman mangrove mampu menahan hantaman ombak hingga berpuluh-
puluh tahun. Semakin besar tanaman mangrove maka semakin kuat menahan hantaman
ombak sedangkan tanggul yang terbuat dadri bambu atau beton hanya mampu bertahan
2-3 tahun. Selain itu, pemerintah juga ikut serta bertindak lebih tegas terhadap pelaku
pencemaran yang menghambat upaya pelestarian mangrove.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki dan melestarikan hutan
mangrove antara lain:
1. Penanaman kembali mangrove sebaiknya melibatkan masyarakat. Masyarakat
terlibat dalam pembibitan, penanaman dan pemeliharaan serta pemanfaatan
hutan mangrove berbasis konservasi. Dengan melibatkan masyarakat
memberikan keuntungan antara lain terbukanya peluang kerja sehingga terjadi
peningkatan pendapatan masyarakat.
2. Pengaturan kembali tata ruang wilayah pesisir: pemukiman, vegetasi. Wilayah
pantai dapat diatur menjadi kota ekologi sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai
wisata pantai berupa wisata alam.
3. Peningkatan motivasi dan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan
memanfaatkan mangrove.
4. Ijin usaha dan lainnya hendaknya memperhatikan aspek konservasi.
5. Penegakan hukum
6. Perbaikkan ekosistem wilayah pesisir secara terpadu dan berbasis masyarakat.
Dalam memperbaiki ekosistem wilayah pesisir masyarakat sangat penting
dilibatkan yang kemudian dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
pesisir. Selain itu juga mengandung pengertian bahwa konsep-konsep lokal
(kearifan lokal) tentang ekosistem dan pelestariannya perlu ditumbuh-
kembangkan kembali sejauh dapat mendukung program ini.
Mangrove selain befungsi sebagai pemecah hantaman ombak juga mampu
mengurangi karbon dioksida di udara, Hasil budidaya ikan pada tambak penduduk
meningkat karena tambak dilindungi oleh hutan mangrove sehingga pendapatan
penduduk juga meningkat. Potensi yang dihasilkan dari hutan mangrove diantaranya :
1. Mendukung penghidupan masyarakat pesisir
2. Mengurangi emisi karbon
3. Sumber penghasilan negara
4. Sebagai sarana rekreasi dan konservasi
5. Sebagai sumber energi penghasila bahan bakar, arang dan lain-lain
6. Sebagai sarana pendidikan dan penelitian

Pemukiman Ramah Lingkungan


Rumah panggung berada diatas permukaan air dan dibuat jembatan kayu untuk
menghubungkan antar rumah . Rumah panggung dan bahan pembentuknya terbilang
ramah lingkungan. Dinding yang terbuat dari papan kayu dengan kombinasi anyaman
bambu, atap yang berasal dari daun rumbia. Material didapatkan disekitar pulau.
Berbagai kebutuhan sehari-hari masyarakat yang bermukim diatas laut
sepenuhnya mengandalkan hasil laut. Masyarakat umumnya berprofesi sebagai nelayan
dan sebagian membudidayakan ikan serta bertani rumput laut. Air bersih didapatkan
dari pulau terdekat yang disalurkan dengan pipa didasar laut. Sumber listrik berasal dari
generator. Pemukiman tersebut cukup modern dengan sejumlah fasilitas sekolah, tempat
ibadah, tempat pelelangan, penyimpanan ikan, balai-balai tempat menonton siaran
televisi atau berkumpul.
Rumah panggung yang dibuat masyarakat menjadi upaya adaptasi terhadap
dampak perubahan iklim dan kehidupan masyarakat tergolong hemat energi yang
menggunakan listrik pada malam hari serta menonton televisi yang disaksikan beramai-
ramai. Selain itu, masyarakat tidak menggunakan alat transportasi sehingga tidak ada
emisi gas karbon monoksida sehingga membantu laju pemanasan global.

Masyarakat sekitar masih menjaga tradisi, antara lain dilarang membuang ke


perairan laut seperti, air cucian teripang, arang kayu atau abu dapur, puntung dan abu
rokok, air cabai, jahe dan air perasan jeruk, dan larangan mencuci alat memasak (wajan)
di perairan laut. Air cucian maupun bahan-bahan ini hendaknya ditampung dan dibuang
di daratan.

Kedekatan masyarakat dengan laut dan pesisir memungkinkan mereka memiliki


berbagai pengetahuan lokal tentang gejala-gejala alam. Di tengah kerusakan atmosfer
bumi, ada gejala alam dan tanda-tanda atmosfer yang masih digunakan masyarakat saat
melaut.
Perairan terumbu karang dikenal dari gejala-gejala seperti, permukaan laut
sekitar cukup tenang, arus kurang kencang, banyak buih atau busa putih dan bau anyir,
dan ketika dayung perahu berdesir saat berperahu. Gugusan karang dapat dikenal dari
kilauan cahaya bulan pada malam hari. Peralihan pasang surut alir laut pada siang hari,
ketika burung elang turun mendekati permukaan air laut pertanda air mulai surut.
Pengetahuan masyarakat terhadap gejala alam ini memiliki nilai ekologis.
Terumbu karang, antara lain sebagai penahan arus dan gelombang. Tak heran, di sekitar
kawasan itu yang cukup tenang. Kilauan cahaya bulan akibat pantulan permukaan air
cukup tenang. Aktivitas burung elang mendekati permukaan laut karena ketika air surut
lebih banyak tampak biota laut yang menjadi mangsa burung elang.
http://farchantp049.blogspot.co.id/2012/04/hutan-mangrove-permasalahan-dan.html
http://www.mongabay.co.id/2014/01/26/kearifan-suku-bajo-menjaga-kelestarian-pesisir-
dan-laut/

Anda mungkin juga menyukai