Tjang, Andreas Archie Candra Saputra Wijaya 1, Dr.rer.nat. Thomas Triadi Putranto, ST., M.Eng., Istiqomah
Ari Kusuma, ST., MT
1
Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Jl. Prof Soedarto, SH-Semarang, Telp. (+6224)7460055 Fax. (+6224)7460055
Email: andreas.archie@gmail.com
SARI
Kebutuhan manusia terhadap air semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah
penduduk disuatu daerah. Air digunakan untuk kebutuhan primer maupun sekunder, skala
lokal sampai global, dan dimanfaatkan untuk berbagai bidang didalam kehidupan.
Kepentingan akan kebutuhan air dilihat dari segi kuantitasnya maupun kualitasnya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kerentanan airtanah terhadap pencemaran
dan pemompaan di Kecamatan Grobogan dan Kecamatan Purwodadi. Metode yang
digunakan untuk analisis kerentanan airtanah terhadap pencemaran adalah metode GOD
(Groundwater Occurrence, Overall lithology of aquifer, and Depth of groundwater). Metode
untuk mengetahui tingkat kerentanan airtanah terhadap pemompaan adalah metode Foster.
Hasil analisis ini kemudian digabungkan dengan Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Grobogan untuk mengetahui risiko airtanah terhadap pencemaran dan
pemompaan. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan 4 (empat) zona kerentanan airtanah
terhadap pencemaran, yaitu zona kerentanan airtanah sangat rendah memiliki rentang skor
0,08 sampai 0,1, zona kerentanan airtanah rendah memiliki rentang skor 0,11-0,3, zona
kerentanan airtanah sedang memiliki rentang skor 0,31-0,5, dan zona kerentanan airtanah
sangat tinggi memiliki rentang skor 0,71-1. Zona kerentanan airtanah terhadap pemompaan
dibagi menjadi 2 (dua) zona, yaitu zona kerentanan airtanah sedang dengan rentang skor 10-
12 dan zona kerentanan airtanah tinggi dengan skor 13. Hasil analisis kerentanan airtanah
yang ditumpangtindihkan dengan Peta RTRW Kabupaten Grobogan menghasilkan 5 (lima)
zona risiko airtanah terhadap pencemaran dan 2 (dua) zona risiko airtanah terhadap
pemompaan. Zona risiko airtanah terhadap pencemaran dibagi menjadi zona risiko sangat
rendah, zona risiko rendah, zona risiko sedang, zona risiko tinggi, dan zona risiko sangat
tinggi. Zona risiko airtanah terhadap pemompaan dibagi menjadi zona risiko sedang dan zona
risiko tinggi.
Katakunci: pertambahan penduduk, kerentanan airtanah, pencemaran, pemompaan, zona
risiko airtanah
ABSTRACT
The humans needs for water increases with the increase of population in an area. Water used
for primary or secondary use, local to global scale, and utilized for various fields in life. Concern
about the need of water in terms of quantity and quality. This study was conducted to
determine the level of vulnerability of groundwater against pollution and pumping in the
District Grobogan and District Purwodadi. The method used for the analysis of the
vulnerability of groundwater towards pollution is a GODs method (Groundwater Occurrence,
Overalls lithology of the aquifer, and Depth of groundwater). Methods to determine the level
of groundwater vulnerability towards pumping is a Fosters method. The results of this analysis
were combined with Grobogans Spatial Map to determine the risk of groundwater towards
pollution and pumping. Based on the analysis, there are four (4) zones of groundwater
vulnerability towards pollution, which is very low groundwater vulnerability zone has a score
range of 0.08 to 0.1, low groundwater vulnerability zone has a score range from 0.11 to 0.3,
moderate groundwater vulnerability zone has a score range from .31 to 0.5, and very high
groundwater vulnerability zone has a score range from 0.71 to 1. Groundwater vulnerability
towards pumping zone to be divided into two (2) zones, a zone of groundwater vulnerability
being with 10-12 score range and high groundwater vulnerability zone with a score of 13. The
results of the analysis of the vulnerability of groundwater that are overlaid with Grobogans
Spatial Map produce five (5) the groundwater risk zone towards pollution and two (2)
groundwater risk zone towards pumping. The risk zone of groundwater against pollution is
divided into very low risk zone, low risk zone, moderate risk zone, high risk zone, and very high
risk zone. Groundwater risk zone towards pumping is divided into moderate risk zone and high
risk zone.
Keywords: increasing population, groundwater vulnerability, contamination, pumping,
groundwater risk zone
Pada peta risiko airtanah terhadap Zona dengan rentang skor 5,1-5,7 dan
pencemaran, zona dengan rentang skor 2,1-3 didelineasi dengan warna merah, merupakan
dan didelineasi dengan warna hijau muda, daerah dengan tingkat risiko sangat tinggi.
merupakan daerah dengan tingkat risiko Zona ini merupakan hasil penggabungan zona
rendah. Zona ini merupakan hasil kerentanan airtanah sedang dengan kelas
penggabungan keempat zona kerentanan penggunaan lahan berbobot 5, berupa
airtanah (sangat rendah hingga sangat tinggi) kawasan industri. Persebaran zona ini hanya
dengan kelas penggunaan lahan berbobot 2, sebesar 0,18% dengan wilayah persebarannya
berupa hutan produksi. Zona ini merupakan di Desa Getasrejo. Zona ini memiliki potensi
zona risiko airtanah dengan persebaran terluas tercemar yang sangat tinggi, terutama oleh
ketiga, yaitu sebesar 24,71% dari luas wilayah limbah cair sebagai hasil akhir aktivitas
penelitian. Wilayah dengan zona risiko kawasan industri sehingga diperlukan
airtanah rendah tersebar di Desa Sumber pengawasan yang ketat untuk pembuangan
Jatipohon, Sedayu, Lebengjumuk, Groboan, sampah industri. Peta zona risiko airtanah
Karangrejom Lebak, Putatsari, dan terhadap pencemaran dapat dilihat pada
Tanggungharjo. Gambar 6.
Zona dengan rentang skor 3,1-4 dan Pada peta zona risiko airtanah terhadap
didelineasi dengan warna kuning, merupakan pemompaan, zona dengan rentang skor 11-15
dan didelineasi dengan warna kuning, c. Parameter kedalaman muka airtanah,
merupakan daerah dengan tingkat risiko dilakukan pembobotan dengan skor
sedang. Zona ini merupakan hasil 0,8 untuk kedalaman 5,1-10 mbmt
penggabungan zona kerentanan airtanah (meter bawah muka tanah), skor 0,9
sedang dan tinggi dengan kelas penggunaan untuk kedalaman 2,1-5 mbmt, dan
lahan berbobot 2 sampai 4, yaitu hutan skor 1 untuk kedalaman kurang dari 2
produksi, pertanian lahan basah dan pertanian mbmt
lahan kering, serta permukiman. Persebaran Parameter yang digunakan untuk analisis
zona risiko ini sebesar 93,63% luas wilayah tingkat kerentanan airtanah terhadap
penelitian. Persebarannya ada di seluruh pemompaan adalah:
Kecamatan Purwodadi dan Kecamatan a. Parameter karakteristik respon
Grobogan. Risiko pemompaan berasal dari akuifer, dilakukan pembobotan
penggunaan airtanah yang diambil untuk dengan skor 1 untuk nilai 0-10
pertanian dan rumah tangga selain dari air m2/hari, skor 2 untuk nilai 10-100
permukaan. m2/hari, dan skor 3 untuk nilai 100-
1.000 m2/hari.
Zona dengan rentang skor 16-20 dan Zona ini b. Parameter karakteristik daya simpan
merupakan hasil penggabungan zona akuifer, dilakukan pembobotan
kerentanan airtanah tinggi dengan kelas dengan skor 2 untuk nilai 0,0001-
penggunaan lahan berbobot 3 sampai 4, yaitu 0,001 tahun/mm dan skor 3 untuk
permukiman dan kawasan industri. Zona ini nilai 0,001-0,01 tahun/mm.
merupakan zona risiko airtanah dengan c. Parameter ketebalan akuifer,
persebaran sebesar 6,37% dari luas wilayah dilakukan pembobotan dengan skor 3
penelitian. Wilayah dengan zona risiko untuk ketebalan 20-50 meter, skor 4
airtanah tinggi tersebar di seluruh Kecamatan untuk ketebalan 10-20 meter, dan
Purwodadi dan Desa Grobogan, skor 5 untuk ketebalan 0-10 meter.
Tanggungharjo, Rejosari, Getasrejo di d. Parameter jarak dengan air asin,
Kecamatan Grobogan. Risiko pengambilan dilakukan pembobotan dengan skor 2
airtanah dari aktivitas rumahtangga dan untuk jarak 10,1-100 km dari muka air
industri. Diperlukan pengawasan untuk laut
industri dikarenakan besarnya debit yang 2. Hasil analisis zona kerentanan airtanah
diperlukan oleh suatu wilayah industri dari terhadap pencemaran dengan metode
sumber airtanah. Peta zona risiko airtanah GOD pada daerah penelitian dibagi
terhadap pemompaan dapat dilihat pada 7 menjadi 4 (empat) zona kerentanan,
yaitu:
V. KESIMPULAN a. Zona kerentanan airtanah sangat
rendah
Berdasaarkan hasil kajian lapangan dan data
Zona ini tersebar di Kecamatan
sekunder, dapat diambil beberapa kesimpulan
Grobogan, meliputi:
sebagai berikut:
Desa Grobogan, Karangrejo, Sumber
1. Parameter yang digunakan untuk analisis
Jatipohon, Sedayu, Putatsari, Lebak,
tingkat kerentanan airtanah terhadap
Lebengjumuk
pencemaran adalah:
b. Zona kerentanan airtanah rendah
a. Parameter terjadinya airtanah,
Zona ini tersebar di Kecamatan
dilakukan pembobotan dengan skor
Grobogan, meliputi:
0,2 untuk akuifer tertekan dan skor 1
Desa Grobogan, Sumber Jatipohon,
untuk akuifer bebas.
Sedayu, Lebengjumuk
b. Parameter litologi penutup akuifer,
c. Zona kerentanan airtanah sedang
dilakukan pembobotan dengan skor
Zona ini tersebar di:
0,5 untuk material alluvium, skor 0,5
1.) Kecamatan Grobogan:
untuk napal pasiran, dan skor 1 untuk
batugamping terumbu
Desa Grobogan, Teguhan, persebaran 93,63% dan zona risiko tinggi
Putatsari, Tanggungharjo, (skor 16-20) dengan persebaran 6,37%.
Ngabenrejo, Rejosari, Getasrejo
2.) Kecamatan Purwodadi: 4. Rekomendasi untuk pengelolaan airtanah
Kelurahan Pulorejo, Putat, berdasarkan peta kerentanan airtanah
Cingkrong, Candisari, antara lain:
Genuksuran, Ngembak, Kuripan, a. Kerentanan airtanah terhadap
Purwodadi, Danyang, Kuripan, pencemaran
Ngraji, Karanganyar, 1.) Zona kerentanan airtanah
Kedungrejo, Kandangan, sangat rendah untuk melakukan
Nglobar, Nambuhan dan Waru pemantauan airtanah secara
Karanganyar. berkala meliputi kualitas dan
d. Zona kerentanan airtanah sangat muka airtanah.
tinggi 2.) Zona kerentanan airtanah
Zona ini tersebar di Kecamatan rendah direkomendasikan untuk
Grobogan, meliputi: melakukan: pemantauan
Desa Lebak, Sedayu, airtanah secara berkala meliputi
Lubungjumuk kualitas dan muka airtanah,
Hasil analisis zona kerentanan airtanah sosialisasi penggunaan airtanah
terhadap pemompaan dengan metode sebagai alternatif terakhir
Foster pada daerah penelitian berupa sumber air baku.
zona kerentanan sedang yang memiliki 3.) Zona kerentanan airtanah
persebaran: sedang direkomendasikan untuk
1.) Kecamatan Grobogan: melakukan: pemantauan
Desa Sumber Jatipohon, Sedayu, airtanah secara berkala meliputi
Lebeng Jumuk, Lebak, Grobogan, kualitas dan muka airtanah,
Karangrejo, Putatsari, Teguhan, sosialisasi penggunaan airtanah
Ngabenrejo, Tanggungharjo, sebagai alternatif terakhir
Rejosari, Getasrejo, Pulorejo, Putat, sumber air baku, sosialisasi
Cingkrong. pengelolaan air limbah rumah
2.) Kecamatan Purwodadi: tagga pada lokasi yang dekat
Kelurahan Candisari, Genuksuran, dengan sumur dangkal/gali.
Ngembak, Kuripan, Purwodadi, 4.) Zona kerentanan airtanah
Karanganyar, Kalongan, Danyang, sangat tinggi direkomendasikan
Ngraji, Kedungrejo, Nglobar, untuk melakukan: pemantauan
Kandangan, Nambuhan dan Waru airtanah secara berkala meliputi
Karanganyar. kualitas dan muka airtanah,
sosialisasi penggunaan airtanah
3. Zona risiko airtanah terhadap sebagai alternatif terakhir
pencemaran dibagi menjadi 4, yaitu zona sumber air baku, sosialisasi
risiko rendah (skor 2,1-3) dengan pengelolaan air limbah
persebaran 24,71%, zona risiko sedang rumahtangga pada lokasi yang
(skor 3,1-4) dengan persebaran 49,29%, dekat dengan sumur
zona risiko tinggi (skor 4,1-5) dengan dangkal/gali, pembuatan
persebaran 25,82%, dan zona risiko peraturan daerah mengenai alur
sangat tinggi (skor 5,1-6) dengan pembuangan air limbah dan
persebaran 0,18%. konstruksi saluran pembuangan
Zona risiko airtanah terhadap air limbah, penerbitan
pemompaan dibagi menjadi 2, yaitu zona peraturan daerah tentang
risiko sedang (skor 11-15) dengan sampah dan limbah industri.
b. Kerentanan airtanah terhadap kedalaman serta jumlah debit yang
pemompaan terambil.
Zona kerentanan airtanah sedang
direkomendasikan untuk
pemantauan airtanah secara berkala VI. ACKNOWLEDGEMENT
meliputi kualitas dan muka airtanah, Pemerintah Kabupaten Grobogan, CV. Reka
pembuatan kawasan terbuka hijau, Adicipta atas kesempatan untuk melakukan
pendataan dan pemantauan sumur Penelitian tugas akhir
dalam dan gali, pengawasan proses
pengeboran dan penetapan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1986, Runoff Curve Number Computations, Amerika Serikat: United States Department of
Agriculture
______, 2004, Pemetaan Sumber Airtanah Dalam di Kecamatan Ngaringan, Wirosari, Tawangharho,
Grobogan, Brati, dan Pulokulon, Kabupaten Grobogan, Semarang: Bappeda Kabupaten
Grobogan dan Lembaga Penelitian Pusat Studi Kebumian Universitas Diponegoro
______, 2006, Pemetaan Sumber Airtanah Dalam di Kecamatan Purwodadi, Penawangan, Godong,
Klambu, Karangrayung, Tegowanu, dan Kedungjati., Purwodadi: Bappeda Kabupaten
Grobogan
______, 2011, Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Grobogan, Purwodadi
______, 2013a, Statistik Daerah Kecamatan Grobogan 2013, Purwodadi: Badan Pusat Statistik
Kabupaten Grobogan
______, 2013b, Statistik Daerah Kecamatan Purwodadi 2013, Purwodadi: Bappeda Kabupaten
Grobogan
______, 2014a, Statistik Daerah Kecamatan Grobogan 2014, Purwodadi: Badan Pusat Statistik
Kabupaten Grobogan
______, 2014b, Statistik Daerah Kecamatan Purwodadi 2014, Purwodadi: Bappeda Kabupaten
Grobogan
______, 2015a, Statistik Daerah Kecamatan Grobogan 2015, Purwodadi: Badan Pusat Statistik
Kabupaten Grobogan
______, 2015b, Statistik Daerah Kecamatan Purwodadi 2015, Purwodadi: Bappeda Kabupaten
Grobogan
______, 2016a, Statistik Daerah Kecamatan Grobogan 2016, Purwodadi: Badan Pusat Statistik
Kabupaten Grobogan
______, 2016b, Statistik Daerah Kecamatan Purwodadi 2016, Purwodadi: Bappeda Kabupaten
Grobogan
Clark, D. W. dan Briar, D. W., 2001, What is Groundwater, USGS Open-file Report 93-463
Feinstein, D. T., M. N. Fienen, J. L. Kennedy, C.A. Buchwald, dan M. M. Greenwood, 2005, A Regional
Aquifer Simulation Model for Southeastern Wisconsin, Southeastern Wisconsin Regional
Planning Commision.
Fetter, C. W., 2001, Applied Hydrogeology (Fourth Edition), New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Foster, S. S. D. dan Hirata, R. C. A., 1988, Groundwater Pollution Risk Assessmeent, A Methodology
Using Available Data, Peru: WHO-PAHO-CEPIS Technical Report p.73
Harter, T., 2003, Basic Concepts of Groundwater Hydrology, University of California
Heath, R. C., 2004, Basic Ground-water Hydrology, U. S. Geological Survey Water-supply Paper 2220
Hendrayana, H. dan Aprimanto, B., 2015, Penentuan Jaringan Sumur Pantau Berdasarkan Penilaian
Risiko terhadap Pemompaan Airtanah di CAT Yogyakarta-Sleman, Proceeding: Seminar
Nasional Kebumian ke 8 Academia Industry Linkage
Jarvis, A., H. I. Reuter, A. Nelson, dan E. Guevara, 2008, Hole-filled SRTM for the Globe Version 4,
http://srtm.csi.cgiar.org
North American Commision On Stratigraphic Nomenclature, 1983, North American Stratigraphic Code,
AAPG Buletin V.67
Pringgoprawiro, H., 1983, Stratigrafi Cekungan Jawa Timur Utara dan Paleogeografisnya (Disertasi
doktor), Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Putra, D. P. E., 2007, The Impact of Urbanization on Groundwater Quality: A Case Study in Yogyakarta
City-Indonesia (Doctoral dissertation), RWTH Aachen University, Aachen
Putra, D. P. E. dan Indrawan, I. G. B., 2014, Assessment of Aquifer Susceptibility Due to Excessive
Groundwater Abstraction: A Case Study of Yogyakarta-Sleman Groundwater Basin,
Yogyakarta: Asean Engineering Journal
Said, H. D. dan Sukrisno, 1988, Peta Hidrogeologi Indonesia Lembar VII Semarang, Bandung: Direktorat
Geologi Tata Lingkungan
Sukardi dan Budhitrisna, T., 1992, Peta Geologi Lembar Salatiga, Bandung: Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Geologi
Suwarti, T. dan Wikarno, R., 1992. Peta Geologi Lembar Kudus. Bandung: Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Geologi
Todd, D. K., 2005, Groundwater Hydrology Third Edition, Massachusetts: John Willey & Sons, Inc
Van Zuidam, R. A., 1983, Guide to Geomorphology Arial Photographic Interpretation and Mapping, ITC
Enschede the Nederland
Yates, D. N., 1997, Climate Changes Impacts on the Hydrologic Resources of South America: An Annual,
Continental Scale Assessment, Climate Research
9:147-155
TABEL
Tabel 1 Pembagian zona kerentanan airtanah terhadap pencemaran
GAMBAR