Disusun oleh :
Purwo Andri Prabowo (1510831001)
Dosen Pembimbing:
Andri Rusta S.ip,M.pp
Puji syukur saya panjatkan kehadiran Allah SWT, karena atas limpahan rahmat serta
hidayahnyalah maka makalah ini dapat selesai sesuai rencana.
Berdasarkan Pengamatan, bahwa pada saat ini masalah Otonomi Daerah selalu
menjadi persoalan umum yang di dapati di negara republik indonesia. Permasalahan ini
mungkin dikarenakan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai otonomi daerah
sehingga masalah-masalah itu selalu menjadi persoalan yang tak kunjung selesai.
Dalam karya tulis ini penulis mencoba memadukan beberapa teori dan aplikasi
sehingga pembaca dapat dengan mudah memahaminya. Penulis telah berusaha memberikan
penjelasan yang sedemikian rupa, namun masih disadari adanya beberapa kekurangan, untuk
itu saran dan kritik demi penyempurnaan buku ini sangat diharapkan.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimah kasih kepada semua pihak
yang telah membantu menyelesaikan Makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan Rahmat_Nya kepada kita semua, Amin.
1. Kelebihan/keuntungan.........................................................................................9
2. Kekurangan/kerugian..........................................................................................10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan........................................................................................................18
Saran..................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
C. Tuj u a n P e n u l i s a n
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini dimaksudkan untuk lebih mengetahui
secara mendalam bahwa otonomi daerah mempunyai peran penting dalam pembangunan
suatu Bangsa dan sebagai bahan pembelajaran buat teman-teman dibangku kulia.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan merupakan suatu cara yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode penulisan kepustakaan yaitu
suatu metode pengumpulan data yang diperoleh dari buku, diktat-dikta dan literatur-literatur
serta informasi lainnya yang berhubungan dengan penulisan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
1. Pengertian Otonomi Daerah
Pengertian atau Definisi Otonomi Daerah Otonomi Daerah adalah kewenangan
Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan (pasal 1 huruf (h) UU NOMOR 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah).
Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (pasal 1 huruf (i) UU NOMOR 22 tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah).
UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
UU No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah (Revisi UU No.32 Tahun 2004)
Secara konseptual, Indonesia dilandasi oleh tiga tujuan utama yang meliputi: tujuan politik,
tujuan administratif dan tujuan ekonomi. Hal yang ingin diwujudkan melalui tujuan politik
dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah upaya untuk mewujudkan demokratisasi politik
melalui partai politik dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Perwujudan tujuan administratif
yang ingin dicapai melalui pelaksanaan otonomi daerah adalah adanya pembagian urusan
pemerintahan antara pusat dan daerah, termasuk sumber keuangan, serta pembaharuan
manajemen birokrasi pemerintahan di daerah. Sedangkan tujuan ekonomi yang ingin dicapai
dalam pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia adalah terwujudnya peningkatan indeks
pembangunan manusia sebagai indikator peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Pelaksanaan otonomi daerah adalah titik fokus penting guna memperbaiki kesejahteraan
rakyat. Pengembangan suatu daerah disesuaikan oleh pemerintah daerah itu sendiri dengan
potensi yang ada serta ciri khas dari daerahnya masing-masing.
Hal ini dapat dijadikan kesempatan yang baik bagi pemerintah daerah guna membuktikan
kemampuannya untuk melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah masing-masing.
Maju dan tidaknya suatu daerah ditentukan oleh kemampuan serta kemauan dalam
melaksanakannya. Pemerintah daerah dapat bebas berkreasi dalam rangka membangun
daerahnya masing-masing, tentu saja masih tidak melanggar dengan perundang-undangan
yang
Prinsip-prinsip otonomi daerah :
Prinsip otonomi daerah yaitu menggunakan prinsip otonomi yang nyata, prinsip otonomi
yang seluas-luasnya, serta berprinsip otonomi yang dapat bertanggung jawab. Kebebasan
otonomi yang diberikan terhadap pemerintah daerah merupakan kewenangan otonomi yang
luas, nyata, dan dapat bertanggung jawab. Berikut prinsip otonomi daerah :
Prinsip otonomi seluas-luasnya
Daerah diberikan kebebasan dalam mengurus serta mengatur berbagai urusan
pemerintahan yang mencakup kewenangan pada semua bidang pemerintahan, kecuali
kebebasan terhadap bidang politik luar negeri, agama, keamanan, moneter, peradilan,
keamanan, serta fiskal nasional.
1. Asas desentralisasi
Penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah dan kepada daerah otonom dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Asas dekosentrasi
Pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada gubernur yang dijadikan sebagai wakil
pemerintah atau perangkat pusat daerah.
3. Asas tugas pembantuan
Penugasan dari pemerintah kepada daerah serta desa dan dari daerah ke desa guna
melaksanakan berbagai tugas tertentu yang disertai dengan pembiayaan, sarana, serta
prasarana dan sumber daya manusia dengan kewajiban dalam melaporkan pelaksanaannya
dan dapat mempertanggungjawabkannya kepada yang menugaskan tugas tersebut.
Itulah pengertian otonomi daerah, dasar hukum otonomi daerah, tujuan otonomi
daerah, pelaksanaan otonomi daerah, prinsip otonomi daerah, dan asas otonomi
daerah.
Indonesia adalah salah satu negara dengan luas wilayah terbesar di dunia, yakni
dengan luas wilayah mencapai 1.919.440 KM2. Dengan wilayah negara yang sedemikian
luasnya, negara kita tetap merupakan negara satu kesatuan: Republik Indonesia. Dalam
menjalankan pemerintahan, Indonesia menerapkan sistem desentralisasi yang
diimplementasikan dalam bentuk otonomi daerah. Sistem hubungan pemerintah pusat-
pemerintah daerah ini pada mulanya diatur dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974. UU
tersebut merupakan penjabaran dari amanat UUD 1945 Pasal 18 ayat (2) yang menyatakan
Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Namun dalam praktik
yang terjadi pada masa itu adalah sistem sentralisi (kontrol dari pusat) masih dipergunakan
secara dominan dalam perencanaan maupun implementasi pembangunan di Indonesia. Usaha
serius untuk melakukan desentralisasi terjadi setelah rezim orde baru tumbang dan berganti
dengan orde reformasi. Pada masa itu, pemerintah Habibie memberlakukan hukum
desentralisasi baru untuk menggantikan UU No. 5 Tahun 1974, yakni dengan memberlakukan
Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang No. 25
Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Undang-
undang otonomi daerah kemudian disempurnakan kembali dengan dikeluarkannya Undang-
undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang No. 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Setelah itu terjadi kembali beberapa perubahan dalam UU otonomi daerah. Namun perubahan
tersebut meskipun penting namun tidak bersifat substantif dan tidak terlalu memberikan
pengaruh terhadap tata cara penyelenggaraan pemerintah daerah karena hanya berkaitan
dengan dengan penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Menurut UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, otonomi daerah adalah hak,
wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Otonomi daerah merupakan sistem perpanjangan kewenangan pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan pemerintahan sendiri di wilayahnya. Sistem
otonomi daerah diharapkan mampu membangun negara secara lebih efisien karena
implementasi pembangunan dilaksanakan di daerah secara langsung. Dengan kewenangan
yang diberikan pemerintah pusat ke pemerintah daerah harusnya dapat memberi layanan
kepada publik dengan lebih baik karena pemerintah berada lebih dekat dengan masyarakat.
Pun, sistem desentralisasi atau otonomi daerah ini mendukung demokrasi sehingga
memunculkan pemimpin pemerintahan baru yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat. Pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk mencari sumber pendapatan,
sehingga diperoleh Pendapatan Asli Daerah. Selain itu pemerintah daerah juga mendapatkan
bantuan dari pemerintah pusat berupa transfer ke daerah yang dianggarkan dalam APBN
untuk membantu mendanai kebutuhan daerah dalam melaksanakan desentralisasi. Disebutkan
dalam UU No. 33 Tahun 2004 dan PP No. 55 Tahun 2005 Dana Perimbangan ini terdiri atas
tiga macam, yaitu Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi
Hasil (DBH). Menurut UU No. 33 Tahun 2004, DAU adalah dana yang bersumber dari
APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan daerah untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU diberikan
pemerintah pusat untuk membiayai kekurangan dari pemerintah daerah dalam memanfaatkan
PAD yang dikumpulkannya. Dana perimbangan tersebut diperuntukan untuk (i) menjamin
terciptanya perimbangan secara vertikal di bidang keuangan antartingkat pemerintahan. (ii)
mencapai terciptanya perimbangan horizontal di bidang keungan antarpemerintah di tingkat
yang sama. (iii) menjamin terselenggaranya kegiatan-kegiatan tertentu di daerah yang sejalan
dengan kepentingan nasional. Penerapan otonomi daerah bukannya tanpa dampak negatif.
Ada terdapat dampak yang ditimbulkan dari penerapan sistem ini. Dalam menjalankan
pemerintahan daerah, setiap pemerintah daerah diberikan wewenang untuk mengelola
keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini memungkinkan pemerintah daerah melakukan
kecurangan karena kurangnya pengawasan dari pemerintah pusat. Pemerintah daerah juga
dapat berpotensi melakukan tindak Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Keberadaan
dinasti pemerintahan dalam beberapa pemerintah daerah di Indonesia yang beberapa waktu
lalu ramai diberitakan juga merupakan satu poin minus bagi sistem desentralisasi atau
otonomi daerah. Dengan terjadinya nepotisme memungkinkan para pemimpin daerah untuk
melakukan kongkalingkong dalam melakukan anggaran keuangan pemerintahannya,
sehingga dana perimbangan yang seharusnya digunakan untuk membangun daerah malah
hanya dinikmati oleh beberapa kalangan. Otonomi daerah gagal memperkecil kesenjangan
ekonomi antardaerah (horizontal imbalance). Munurut Dahnil Anzar Simanjuntak dalam
republikaonline.com pada Februari 2013, setidaknya ada dua hal yang menyebabkan ini
terjadi. Faktor pertama, lemahnya konektivitas dan harmonisasi perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Kondisi tersebut diperburuk oleh
permasalahan domestik konektivitas antar-kabupaten/kota di dalam satu provinsi yang lemah
dan tidak jelas. Faktor kedua, pengelolaan keuangan negara dan keuangan daerah yang
bermasalah, seperti Dana Alokasi Umum (DAU), misalnya, yang tujuan utamanya untuk
memperkecil kesenjangan fiskal antardaerah, faktanya justru memperlebar kesenjangan
karena lobi-lobi pemda ke DPR dan pemerintah pusat malalui kementerian keuangan untuk
mempengaruhi besaran DAU yang bisa diterima. Dalam faktor pertama di atas, dinyatakan
bahwa otonomi daerah di Indonesia gagal dalam memperkecil kesenjangan terjadi karena
konektivitas dan harmonisasi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah yang lemah. Sebenarnya hal ini bisa diinisiasi dengan melakukan
pertemuan antara kepala pemerintah pusat (presiden) dengan para gubernur setiap provinsi di
Indonesia. Hal ini juga harus dilakukan kepala daerah kepada kepala pemerintah daerah di
bawahnya sehingga terjadi kesepahaman, kesatuan visi misi negara yang diimplementasikan
langsung oleh pemerintah (melalui pemerintah daerah) dan masyarakatnya. Sedangkan pada
faktor kedua penyebab gagalnya otonomi daerah di Indonesia dalam memperkecil
kesenjangan di atas dinyatakan bahwa hal tersebut terjadi karena tata kelola keuangan negara
dan keuangan daerah yang bermasalah, yang diantarnya disebabkan oleh lobi pemda kepada
DPR dan pemerintah pusat. Hal ini bisa diantisipasi dengan penerapan hukuman yang tegas
atas pelanggaran yang terjadi dan keterbukaan informasi (information disclosure)
transparansi dana yang yang disetorkan daerah kepada pemerintah pusat dan dana yang
ditransfer pemerintah pusat ke daerah, sehingga seluruh masyarakat dapat mengetahuinya
secara langsung dan meminimalisasi terjadinya kecurangan atas lobi yang dilakukan
pemerintah.
mencapai efensiensi
Dari sudut kultur desentralisasi diharapkan perhatian sepenuh nya ditumpahkan
Bentuk-bentuk Desentralisasi
Dalam tataran pelaksanaan dan teori nya desentralisasi memiliki model, dan
pemakalah merasa perlu unutk memaparkan disini demi kesempurnaan makalah ini,
diantaranya adalah :
a. Dekonsentrasi
Desentralisasi dalam bentuk dekosentrasi (Deconcentration)menurut
Rondinenlly, pada hakikat nya hanya merupakan pembagian kewenagan dan
tanggung jawab administratif antara depertemen pusat dengan penjabat pusat
yang ada di lapangan, jadi dekonsentrasi itu hanya merupakan pergeseran
volume pekerjaan dari depertemen pusat kepada perwakilan nya yang ada di
daerah. Juga ditamabhkan oleh Rondinelly, bahwa dekonsentrasi memiliki dua
bentuk diantara nya adalah Field Administration atau kita kenal dengan
administrasi lapangan dimana penjabat lapangan diberikan kekuasaan unutk
merencanakan, membuat keputusan-keputusan rutin dan menyesuiakan
pelaksanaan nya dengan kebijakan pusat dengan kondisi setempat(daerah) dan
kesemuanya itu dilakukan atas petunjuk dan biumbingan pemerintah pusat,
Adapun yang kedua adalah Local Administration (Administrasi Lokal ) yang
terdiri dari Integrated Local Administration (Adminstrasi Lokal Terpadu)
dimana tenaga tenaga dari depertemen pusat yang ditempatkan didaerah
berada langsung dibawah perintah dan supervisi kepala daerah yang diangkat
oleh dan bertanggung jawab kepada pemerintah pusat, walaupun tenaga-
tenaga tersebut diangkat dan digaji, dipromosikan, dimutasikan, oleh
pemerintah pusat mereka tetap berkedudukan sebagai staff teknis kepala
daerah dan bertanggung jawab kepadanya, sedangkan yang kedua
adalah unintegration Local Administration (Adminstrasi Lokal yang tidak
terpadu) tenaga-tenaga yang diangkat oleh pusat yang berada di daerah dan
kepala daerah masing-masing berdiri sendiri mereka bertanggung jawab
kepada masing-masing depertemen yang ada di pusat
b. Delegasi
Delegation To semi Autonomus adalah pelimpahan pengambilan
keputusan dan kewenangan menejerial untuk melakukan tugas-tugas
khusus kepada suatu oraganisasi yang tidak secara langsung berada
dibawah pengawasan pemerintah pusat
c. Devolusi
Konsekuensi dari devolusi adalah pemerintah pusat membentuk unit-
unit pemerintah diluar pemerintah pusat dengan menyerahkan sebagia
fungsi teretntu kepada unit-unit untuk dilaksanakan secara mandiri
d. Privatisasi
Sedangkan bentuk terakhir dari desentralisasi adalah Privatisasi,
menurut Rondinelly Privatiosation adalah (transfer of funcions From
Government To Non Government Institution) artionya adalah suatu
tindakan pemberian kewenangan dari pemerintah kepada badan swasta,
dan swadaya masyarakat dan juga menjadi peleburan dari BUMN/
BUMD menjadi swastanisasi. Contoh Dalam beberapa hal pemerintah
mentransfer beberapa kegiatan nya kepada KADIN (Kamar Dagang
Dan Industri) unutk mengeluarkan izin, kemudian masalah yang
menyangkut masalah sosial pemerintah memberikan kepada LSM
Pada dasarnya kelebihan otonomi daerah biasanya daerah lebih mampu melihat
persoalan yang mendasar pada daerah masing-masing, jadi otonomi daerah akan membuat
daerah itu lebih maju, berkembang dan bersaing dengan daerah-daerah lain tanpa takut
dianaktirikan oleh pemerintah pusat.
B. Kekurangan/kerugian :
1. Pemda ada yg mengatur daerahnya dengan menetapkan Perda yang bertentangan
dengan peraturan yg lebih tinggi, sehingga berpotensi menimbulkan kerawanan di
daerah.
2. Kalau kontrol/pengawasan pemerintah pusat lemah, maka besar peluangnya untuk
munculnya raja-raja kecil yg berpotensi terjadinya disintegrasi bangsa.
3. Bila terjadi permasalahan di daerah, misalnya KKN, maka bukan hanya pemda yg
disalahkan, akan tetapi pemerintah pusat akan kenah getahnya (kurang pengawasan).
4. Peraturan yg ditetapkan pemerintah pusat, kadang-kadang tidak sesuai dengan kondisi
daerah tertentu, sehingga menimbulkan multi tafsir yang dapat merugikan pemda dan
rakyat didaerah itu.
5. Dan lain-lain
Kekurangan yang mendasar pada sistem otonomi daerah adalah daerah suka
'kebablasan" dalam mengatur daerahnya. suka membuat peraturan daerah yang aneh-aneh
demi mengisi kas daerah. Hal mana yang berdampak pada kesejahteraan warga daerah itu
sendiri. jadi sebaiknya otonomi daerah diterapkan dengan pengawasan yang ketat dari
pemerintah pusat.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sejak proklamasi kemerdekaan hingga sekarang system pemerintahan daerah yang
berlaku di Negara RI mengalami beberapa kali perubahan karena Undang-Undang yang
mengaturnya itu berbeda-beda dan bersumber pada Undang-Undang Dasar tidak menganut
azas yang sama. Selain itu juga system pemerintahan daerah sebelum proklamasi
kemerdekaan sudah dikenal orang pada zaman penjajahan Hindia-Belanda dan Jepang.
Arti penting Otonomi Daerah-Desentralisasi:
1. Untuk terciptanya efisiensi-efektifitas penyelenggraan pemerinntahan;
2. Sebagai sarana pendidikan politik;
3. Pemerintahan daerah sebagai persiapan untuk karir politik lanjutan;
- Stabilitas politik;
- Kesetaraan politik
- Akuntabilitas publik.
B. SARAN
Dalam rangka melancarkan pelaksanaan pembangunan yang tersebar di seluruh
pelosok Negara, dan dalam membina kestabilan politik serta kesatuan bangsa maka hubungan
yang serasi antara Pemerintah Pusat dan Daerah atas dasar keutuhan Otonomi Daerah yang
nyata dan bertanggung jawab yang dapat menjamin perkembangan dan pembangunan daerah
dan dilaksanakan bersama-san\ma dengan dekonsentrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Haris Syamsuddin, Desentralisasi dan Otonomi Daerah, Jakarta: LIPI Press, 2007.
Google: http//www.otonomidaerah.com. senralisasi dan desentralisasi dalam otonomi daerah.