Anda di halaman 1dari 3

Langkah VII : Melaporkan, Membahas, dan Menata Kembali informasi baru yang diperoleh

Berikut adalah hasil pembelajaran pada tutorial ini:


Berpikir Kritis
Ada 3 langkah dalam berpikir kritis dan aplikasinya pada dunia kedokteran, yaitu :
1. klarifikasi pengertian dan ciri masalah
2. menghubungkan hal-hal
3. membuat kesimpulan
(Suwardi,2002)
langkah tersebut sejalan dengan sistem pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dimana
mendorong mahasiswa untuk berpikir kritis (William, 2005)

Berpikir kritis diaplikasikan dalam bentuk EBM (Evidence Based Medicine). EBM sendiri terlahir
dari korelasi-korelasi antara produk dan keluaran.
Untuk mengaplikasikan berpikir kritis sesuai EBM, perlu workshop dan latihan secara terus-
menerus sejak mahasiswa memasuki masa pre-klinis agar terbiasa hingga nantinya saat memasuki
masa klinis mahasiswa bisa mencari sumber-sumber info kesehatan yang benar dan akurat (Lli CD
et al ., 2008)

Selain itu, ada juga kriteria berpikir kritis yang benar, yaitu :
1. kejelasan
2. akurasi
3. presisi
4. relevansi
5. logika yang digunakan
6. kejujuran
7. kedalaman pikiran
8. implikasi solusi
(Richard Paul, 2005)

Penelusuran Pustaka Ilmiah


Berdasarkan penelitian dari faseb journal yang membandingkan antara PubMed, Scopus, dan
Google Scholar, di temukan data bahwa situs PubMed lebih cocok untuk dijadikan sumber untuk
mahasiswa mencari pustaka ilmiah, karena PubMed gratis, selain itu PubMed lebih update
daripada Scopus. (

Perbedaan Sumber Pustaka Ilmiah dan Non Ilmiah

Cara Penyampaian Pendapat Ilmiah ke Orang Awam Untuk Meningkatkan Mutu Kesehatan
1. Melaksanakan posyandu
2. Mengsosialisasikan vaksinasi ke orangtua dengan cara menyampaikan masalah, menerima
pertanyaan, dan membimbing dengan persuasif
Ada beberapa macam cara orangtua menanggapi sosialisasi tentang vaksin, yaitu :
1. menerima tanpa bertanya (30%-40%)
2. menerima dengan hati-hati (25%-35%)
3. ragu-ragu (20%-30%)
4. menerima tapi terlambar vaksinasi (2%-22%)
5. menolak (<2%)

sejarah penyuluhan vaksinasi dulu menggunakan VAE,

Beberapa cara untuk menyampaikan informasi ilmiah pada orang awam :


1. membagi informasi beserta resikonya, etika dibutuhkan agar orang lain mampu menerima
informasi tersebut
2. mengubah kepercayaan, memberikan informasi secara gamblang baik informasi yang positif
maupun dampak negatifnya. hal tersebut akan mendorong mereka untuk membuat keputusan.
3. mengubah tindakan, memberi saran dan cara yang benar dan ilmiah (mengedukasi)
(All Evidence Based User's Guide, FDA, 2002)

Ada 5 fase dalam penyuluhan kesehatan. Fase


pertama berkaitan dengan teori Lawrence dan Green yang menggambarkan kerangka
predisposing, reinforcing and enabling cause in education diagnosis and evaluation
. Fase kedua adalah sensitisasi dimana tujuan dan hasil yang diharapkan berupa
penambahan pengetahuan, perubahan kebiasaan dan proses menyadarkan orang
lain dalam berperilaku. Fase ketiga yaitu publisitas dimana pada fase ini berkaitan dengan
fase sebelumnya. Pada fase ini akan dirincikan materi penyuluhan lebih detail dengan
penyataan sederhana dan ringkas. Fase keempat merupakan pendidikan kesehatan dalam arti
umum yaitu terjalinnya kontak pribadi antara orang yang memberi dan menerima informasi.
Pembelajaran dapat tercapai jika ada kecocokan usaha pemberi dan penerima informasi tersebut.
Untuk dapat memberikan informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan orang lain/
mengubah konsep pemikiran diperlukan situasi yang akrab dengan pendengarnya serta sesuai
dengan kepribadiannya. Fase kelima adalah motivasi yang dibatasi pada upaya
penghentian perilaku kompulsif (Pickett G,Hanlon,1995 )

Media penyampaian informasi bisa dengan penyuluhan, pamflet, seminar, selebaran (Depkes)
metode himbauan kepada masyarakat ada 3 sasaran
1. individu dengan cara bimbingan, penyuluhan, dan wawancara
2. kelompok kecil (2-15 orang) melalui diskusi
kelompok besar (lebih dari 15 orang) melalui ceramah
3. massa dengan media massa

setiap orang tidak dilarang untuk bicara mengenai masalah kesehatan, termasuk apa yang
dianggap sehat dan baik menurut versi mereka. tapi, ketika pembicaraan tersebut telah masuk ke
ruang publik, pemerintah perlu melakukan filtrasi/penyaringan agar masyarakat tidak mendapat
pemahaman keliru tentang kesehatan yang ujung-ujungnya merugikan masyarakat dan pemerintah
(Pribakti, 2011)

Anda mungkin juga menyukai