Anda di halaman 1dari 10

EKSPRESI TUMOR NECROSIS FACTOR (TNF-) DAN GAMBARAN

HISTOPATOLOGI GINJAL PADA TIKUS (Rattus norvegicus)


RENAL FIBROSIS PASCA INDUKSI STREPTOKINASE

EXPRESSION OF TUMOR NECROSIS FACTOR (TNF-) AND RENAL


HISTOPATHOLOGICAL APPEARANCE IN RENAL FIBROSIS RATS
(Rattus norvegicus) POST INDUCED STREPTOKINASE

Sri Helda Wulandari, Aulanniam, Dyah Ayu Oktavianie A.P.


Program Studi Pendidikan Dokter Hewan, Program Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya
adhelsya@yahoo.com

ABSTRAK

Streptokinase adalah protein ekstracelluler -hemolytic streptococci yang digunakan


untuk mengatasi permasalahan penyakit jantung dan sumbatan pembuluh darah. Streptokinase
bersifat toksik dan menyebabkan kerusakan diberbagai organ tubuh diantaranya kerusakan ginjal
yang dapat menyebabkan renal fibrosis. Renal Fibrosis terjadi karena adanya jaringan fibrosa
yang banyak mengandung serat kolagen akibat dari kerusakan sel-sel epitel pada organ ginjal.
Berkembangnya kerusakan ginjal dari fase akut menjadi fibrosis ginjal ditandai dengan adanya
glomerulosclerosis dan fibrosis tubulointerstitial serta peningkatan ekspresi tumor necrosis
factor- (TNF-). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ekspresi TNF- dan gambaran
histopatologi ginjal pada tikus renal fibrosis yang diinduksi dengan Streptokinase. Dalam
penelitian ini, tikus dibagi dalam 4 kelompok yaitu kontrol (A), Streptokinase 1 x 6000 IU (B),
Streptokinase 2 x 6000 IU dengan interval waktu lima hari (C), Streptokinase 3 x 6000 IU dengan
interval waktu lima hari (D). Induksi pada tikus dilakukan dengan induksi Streptokinase
sebanyak 6000 IU pada bagian ekor secara intravena pada vena coccygea. Data yang diamati
dalam penelitian ini adalah gambaran histopatologi dan ekspresi TNF- yang diamati dengan
metode imunohistokimia. Hasil penelitian pada gambaran histopatologi ginjal pasca induksi
Streptokinase menunjukkan adanya perubahan epithelial mesenchymal transtition (EMT)
menjadi fibroblas dan myofibroblas yang mengindikasikan terjadinya renal fibrosis. Hasil
pengamatan ekpresi TNF- menunjukkan peningkatan ekspresi TNF- dengan persentase sebesar
350% pada kelompok D dengan interval waktu lima hari dibandingkan dengan kontrol yang
diinjeksikan 3 x 6000 IU. Analisa statistika menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada
ekspresi TNF- (P>0,05).

Kata kunci : Renal fibrosis, Streptokinase , tumor necrosis factor (TNF-), histopatologi ginjal.

1
ABSTRACT

Streptokinase is the -hemolytic streptococci extracelluler protein that is used to


overcome the problems of heart disease and blood vessel blockage. Streptokinase is toxic to
various organs especially renal that can lead to renal fibrosis. Renal fibrosis is a fibrotic tissue
condition in renal that contains collagen fibers that caused epithelial cells damaged. The
development of kidney damage from the acute phase to renal fibrosis is characterized by
glomerulosclerosis, tubulointerstitial fibrosis and also highly expression of TNF- . The purpose
of this study was to determine the expression of TNF- and histopathology appearance of renal
fibrosis on streptokinase induced rats. In this study, rats were divided into 4 groups: control (A),
1 x 6000 IU streptokinase induced (B), 2 x 6000 IU streptokinase induced with five days interval
(C), 3 x 6000 IU streptokinase induced five in days intervals (D). The rats were injected with
streptokinase on vena coccygea. The histopathology of kidney were confirmed microscopically
and TNF- expression were determine by immunohistochemistry. The renal histopathology of rat
induced Streptokinase showed the transformation of epithelial mesenchymal transtition (EMT)
into fibroblast and myofibroblast which indicates the occurrence of renal fibrosis. The TNF-
expression rats that induced by 3 x 6000 IU in five days interval could increase 350% compar
with control. Statistic analisis showed that TNF- expression were significantly different between
groups (P>0,05).

Keywords: Renal fibrosis, Streptokinase , Tumor Necrosis Factor (TNF-), Renal


histopathology .

Sedangkan di Amerika Serikat pada hewan,


prevalensi dari penyakit tersebut diestimasi
PENDAHULUAN sebesar 1,6 - 20% untuk pet animal. Anjing
umur < 7 tahun beresiko terkena penyakit ini
Fibrosis merupakan jaringan fibrosa
sebesar 0.3% dan pada anjing dengan umur
yang banyak mengandung serat kolagen
> 7 tahun sebesar 0.7 - 2.9%. Pada kucing,
akibat dari kerusakan sel-sel epitel pada
untuk yang berumur < 7 tahun resiko terkena
organ ginjal. Fibrosis ginjal terjadi karena
penyakit ini sebesar 0.2 - 0.6% dan untuk
inflamasi pada sel-sel epitel tubulus dan
kucing > 7 tahun resiko kejadiannya
glomerulus. Fibrosis ginjal ini merupakan
meningkat hingga 1.8 - 8.6% (Francey dan
awal dari kejadian Chronic Kidney Disease
Ariane, 2008; Kirk, 2000).
(CKD), dimana CKD sendiri merupakan
Penanganan kasus kerusakan ginjal
penyakit kerusakan ginjal kronis yang
yang masih dimungkinkan dapat tertangani
sifatnya irreversible menjadikan penanganan
dengan efektif dan baik adalah pada fase
yang dilakukan selama ini menjadi kurang
awal, dimana kerusakan yang terjadi masih
efektif (Chatziantoniou, 2005).
bersifat reversibel sehingga masih terdapat
Di Amerika Serikat berdasarkan data
kemungkinan jaringan ginjal dapat kembali
dari Kidney Disease Outcomes Quality
seperti pada keadaan normalnya.Namun,
Initiative (KDOQI) didapat 8,3 juta orang
sampai dengan saat ini pemeriksaan untuk
menderita penyakit ginjal kronik (Slattery,
CKD sendiri baru dapat terdeteksi pada saat
2005). Indonesia pada tahun 1995,
penyakit tersebut sudah dalam fase kronis.
dilaporkan adanya 170 pasien yang dirawat
Pada penelitian terdahulu telah
di rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan.
dirancangkan penyiapan hewan model renal
2
fibrosis dengan menggunakan induksi
Cyclosporine-A (CsA) dengan pengukuran MATERI DAN METODE
level TGF-, ekspresi E-chaderin dan
aktivitas enzim protease (Wati dkk., 2013). Persiapan Hewan Coba
Namun pembuatan hewan model fibrosis Tikus diadaptasi terhadap lingkungan
ginjal dengan menggunakan cyclosporin-A selama tujuh hari dengan pemberian
dibutuhkan waktu selama 28 hari dan biaya makanan berupa ransum basal pada semua
yang dibutuhkan relatif mahal sedangkan tikus. Tikus ditaruh dalam tempat yang
streptokinase relatif lebih murah dan lebih bahannya terbuat dari plastik memiliki
mudah untuk didapatkan. diameter 80 cm dengan tinggi 40 cm.
Streptokinase merupakan protein Komposisi ransum basal disusun
ekstracelluler -hemolytic streptococci yang berdasarkan standar AOAC (2005) yaitu
diekstraksi dari filtrat kultur yang diproduksi mengandung karbohidrat, protein, lemak,
oleh semua strain Streptococcus Grup C. mineral, vitamin. Hewan model renal
Streptokinase digunakan untuk mengatasi fibrosis yang digunakan adalah tikus (Rattus
permasalahan seputar penyakit jantung norvegicus) dari Universitas Gadjah Mada
seperti myocardiac infark dan mampu Yogyakarta dengan umur 10 minggu dan
mengatasi masalah yang ditimbulkan akibat berat badan antara 150-250 gram yang telah
sumbatan pada pembuluh darah (Tjay, mendapatkan persetujuan Komisi Layak Etik
2007). Streptokinase berpotensi untuk UB dengan No. 132-KEP-UB.
digunakan untuk induksi hewan model
fibrosis ginjal. Streptokinase diduga
memiliki efek samping berupa nefrotoksik, Preparasi Dan Injeksi Streptokinase
selain itu bila dibandingkan dengan Streptokinase sebanyak 1.500.000 IU
penggunaan cyclosporin-A pada penelitian ditambahkan larutan ringer laktat sebanyak 2
sebelumnya (Liu, 2010). Streptokinase mL dan dihomogenkan dengan vortex
merupakan aktivator plasminogen yang tidak kemudian dibagi dengan 2 stock
selektif, sehingga mampu menyebabkan streptokinase yang mengandung 750.000 IU
terjadinya fibrinolisis dan pemecahan dalam 1 mL kemudian ditambahkan lagi
protein extraceluler matrix di seluruh sistem ringer laktat hingga 5 mL kemudian
peredaran darah kemudian terakumulasi di dihomogenkan dengan menggunakan vortex.
ginjal, hal ini akan memicu terjadinya Diambil 1 mL dari larutan akhir yang
fibrosis pada ginjal (Sacher, 2004). mengandung 150.000 IU. Untuk
Penelitian yang dilakukan sejauh ini menyiapkan larutan streptokinase dengan
belum memberikan informasi mengenai dosis 6000 IU dilakukan perhitungan
tanda-tanda kemunculan fibrosis ginjal dari kedalam konversi sebagai berikut:
ekspresi TNF- dan perbandingan tingkat Streptokinase yang diberikan
keparahan kerusakan ginjal melalui = 750.000 IU ~ 5 mL = 150 IU/l
pengamatan gambaran histopatologi. = 6000 IU / 150 IU / l = 40 l ditambah RL
Sehingga penelitian ini dilakukan untuk hingga 100 l
mengetahui gambaran histopatologi Streptokinase ini diinduksi pertama
glomerulus dan tubulus interstitial pada tikus kali dengan dosis 6000 IU dibagian ekor
(Rattus norvegicus) pasca induksi pada vena coccygea sebanyak 100L pada
streptokinase sangat penting dilakukan untuk kelompok B, C dan D. Kemudian lima hari
memberikan informasi terjadinya berikutnya diinduksi Streptokinase pada
progresifitas tersebut. kelompok C dan D, dan lima hari kemudian

3
diinduksi streptokinase pada kelompok D. Analisa Data
Setelah dilakukan injeksi terakhir ditunggu Analisis data yang digunakan dalam
selama lima hari lagi untuk dilakukan penelitian ini yaitu menggunakan analisa
pembedahan untuk mengetahui perbedaan kualitatif deskriptif untuk gambaran
efek dari induksi tersebut pada setiap histopatologi ginjal dan kuantitatif statistik
kelompok. untuk ekspresi TNF- dengan uji ANOVA
untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan
Pengamatan Histopatologi Ginjal Dan
yang dilanjutkan dengan uji BNJ untuk
Pewarnaan Imunohistokimia (IHK)
mengetahui perlakuan yang memberikan
Pengamatan histopatologi ginjal
dilakukan pada bagian glomerulus dan hasil terbaik.
tubulus dengan pewarnaan hematoksilin
eosin (HE) dan pewarnaan Imunohistokimia HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk mengetahui ekspresi TNF-. Ekspresi Tumor Necrosis Faktor (TNF-)
Gambaran glomerulus dan tubulus diamati Pada Ginjal Renal Fibrosis
secara kualitatif menggunakan mikroskop
Olympus BX51 dengan perbesaran 400x dan Ekspresi Tumor Necrosis Factor
pengamatan ekspresi TNF- dengan (TNF-) pada ginjal renal fibrosis setelah
imunohistokimia dilakukan dengan dilakukan injeksi dengan Streptokinase
pengamatan lima bidang pandang kemudian menunjukkan hasil yang berbeda nyata
dilakukan penilaian rata-rata persentase area antara tikus kontrol tanpa pemberian
menggunakan program Axio vision. Streptokinase dengan tikus yang mendapat
perlakuan Streptokinase seperti ditunjukkan
pada Gambar.1.

4
Gambar.1: Ekpresi Tumor Necrosis Faktor (TNF-) pada Renal Fibrosis (Perbesaran 400x).
Keterangan: A = ginjal tikus kontrol; B = ginjal tikus renal fibrosis dosis 1 x 6000 IU; C = ginjal tikus
renal fibrosis dosis 2 x 6000 IU dan D = ginjal tikus renal fibrosis dosis 3 x 6000 IU.
Tanda panah () menunjukkan ekspresi TNF-.

Ekspresi TNF- pada organ ginjal adanya warna coklat pada bagian sitoplasma
ditunjukkan dengan adanya warna coklat seperti ditunjukkan Gambar 5.1 dengan
pada gambaran Imunohistokimia (IHK) jumlah rata-rata ekspresi TNF- pada
ginjal yang ditunjukkan dengan tanda panah Tabel 5.1.
().Hasil Ekspresi TNF- menunjukkan

Tabel 1 Ekspresi Tumor Necrosis Faktor (TNF-) Pada Tikus Perlakuan

Kelompok Perlakuan Rata-rata Ekspresi Peningkatan Ekspresi TNF-


TNF- terhadap kontrol (%)

Kontrol (A) 0,60 0,12a 0


Streptokinase 1 x 6000 IU (B) 1,08 0,030b 80
Streptokinase 2 x 6000 IU (C) 1,83 0,088c 204
Streptokinase 3 x 6000 IU (D) 2,72 0,20d 350

Ket : Angka dengan superscript (notasi) berbeda menunjukkan perbedaan antar perlakuan
dengan uji BNJ 5%.

Hasil ANOVA menunjukkan adanya suatu protein yang dihasilkan leukosit untuk
perbedaan antar perlakuan, dilanjutkan meransang dan mengaktifkan sistem imun
dengan uji BNJ yang menunjukkan hasil terhadap respon inflamasi, dimana dalam
berbeda nyata antar perlakuan secara keadaan normal patogen pada sistem
signifikan (p>0,05). Persentase peningkatan kekebalan tubuh memicu reaktivitas imun
rata-rata ekspresi TNF- (Tabel 5.1) pada imunitas nonspesifik maupun spesifik.
tertinggi sebesar 350% didapatkan pada Timbulnya warna coklat disebabkan dalam
kelompok (D) yang mendapat perlakuan proses pewarnaan Imunohistokimia (IHK)
injeksi streptokinase 3x6000 IU. antigen dalam ginjal berikatan dengan
Pada kelompok tikus kontrol (A) tanpa antibodi primer (Rat Anti TNF-)
perlakuan terdapat sedikit warna coklat pada selanjutnya dilabeli oleh antibodi sekunder
organ ginjal dikarenakan dalam keadaan (Goat Anti Rat biotin labeled), setelah semua
normal sitokin pasti terdapat didalam tubuh berikatan dilakukan penambahan substrat
walaupun dalam jumlah sedikit sebagai Diaminobenzidine (DAB) yang bertujuan
sistem kekebalan tubuh. Menurut untuk menghasilkan warna coklat pada
Baratawidjaja (2004) TNF- merupakan sitokin (TNF-). Menurut Goer (1993)

5
Penambahan subtrat Diaminobenzidine pada Tabel 5.1, ditunjukkan dengan adanya
(DAB) akan memberikan warna coklat peningkatan persentase antar kelompok yang
terhadap antigen yang berikatan dengan mengalami perbedaan yaitu pada kelompok
antibodi primer yang dilabeli antibodi kontrol (A) 0%, kelompok (B) mengalami
sekunder. kenaikan yaitu 80% sedangkan kelompok
Semua kelompok tikus yang diinduksi (C) dan kelompok (D) mengalami
Streptokinase 1x6000 IU (B), 2 x 6000 IU peningkatan yang tinggi yaitu 204% dan
(C), 3 x 6000 IU (D) menunjukkan 350% sesuai hasil persentase peningkatan
peningkatan ekspresi TNF- (Tabel 5.1). ekspresi TNF- pada lampiran 4.2. Nilai
Hal ini berarti bahwa Streptokinase mampu persentase dalam setiap kelompok diperoleh
mengaktivasi plasminogen menjadi plasmin dari lima foto dalam satu perlakuan.
sehingga menyebabkan pemecahan Pengamatan ekspresi TNF- pada masing-
extracelular matrix sehingga terjadi masing ulangan dilakukan dengan penilaian
degradasi fibrin serta pelepasan vasoaktif pada lima bidang pandang antar kelompok
bradikinin yang terakumulasi pada ginjal. dengan demikian diperoleh rata-rata dari
Proses tersebut mengakibatkan terjadinya lima bidang pandang.
inflamasi, kemudian makrofag mengaktivasi Hasil perhitungan persentase
sel intrinsik ginjal untuk mensekresi sitokin peningkatan ekspresi TNF- pasca induksi
sehingga terjadi peningkatan ekspresi TNF- Streptokinase ditunjukkan pada Gambar 5.1
. Ekspresi TNF- pada penelitian ini sesuai pernyatan Calnek (1997) bahwa nilai
ditunjukkan dengan adanya warna coklat persen area dapat diperoleh dari hasil foto
pada Imunohistokimia (IHK) ginjal tepatnya sesuai bidang pandangnya yang ditentukan
pada sitoplasma dikarenakan saat dari banyaknya ulangan dalam 1 perlakuan.
Streptokinase masuk kedalam tubuh Hasil yang diperoleh kemudian
membentuk kompleks antigen yang dikenali dikonversikan ke dalam persentase yang
oleh antibodi yang melekat pada membran dapat menandai suatu kenaikan maupun
basalis glomerulus dan tubulus ginjal penurunan sel dalam suatu penyakit dan
sehingga antigen menjadi indikator dilakukan penghitungan secara persentase
terjadinya proses inflamasi, selanjutnya (Calnek, 1997).
dikenali oleh Antigen Presenting Cell (APC) Persentase diatas menunjukkan
berupa makrofag sehingga antigen tersebut peningkatan ekspresi TNF- akibat induksi
terfagosit menjadi kecil-kecil yang akan Streptokinase yang mengaktivasi makrofag
berikatan dengan MHC (Major untuk menghasilkan sitokin yang
Histocompability Complex) dan antigen menstimulasi inflamasi pada sel intrinsik
tersebut dibawa kepermukaan sitoplasma ginjal dengan mensekresi sitokin sehingga
yang selanjutnya berikatan dengan sel menyebabkan agregasi (perpindahan) dan
intrinsik ginjal sehingga menghasilkan TNF- aktivasi neutrofil serta pelepasan enzim
(Green and Flavell, 2000). Rata-rata proteolitik dalam kerusakan ginjal. Sitokin
ekspresi TNF- yang dihasilkan pada mengaktifasi jaringan fibroblas pada tubulus
preparat IHK ginjal dihitung menggunakan ginjal serta peningkatan proliferasi
program Axio vision dan dikonversikan ke extracelular matrikx (Boyer et al., 2000).
dalam persentase area untuk mengetahui
peningkatan ekspresi TNF-.
Ekspresi TNF- pada tikus yang
diinduksi Streptokinase mengalami
peningkatan terhadap kontrol, seperti tampak
6
Histopatologi Ginjal Renal Fibrosis intravena kelompok B (1 x 6000 IU),
Dengan Pewarnaan Hematoxylin Eosin kelompok C (2 x 6000 IU) dan kelompok D
(HE) (3 x 6000 IU) dengan interval waktu lima
hari. Berdasarkan perlakuan tersebut
Hasil pengamatan histopatologi didapatkan hasil histopatologi pada jaringan
ginjal menunjukkan perbedaan antar ginjal tikus seperti pada Gambar 5.2.
perlakuan dimana kelompok A kontrol
tanpa induksindan induksi Streptokinase
dengan dosis 6000 IU pada tikus secara

Gambar 2 Hasil Pewarnaan HE pada Ginjal Renal Fibrosis (Perbesaran 400x).


Keterangan: A = ginjal tikus kontrol; B = ginjal tikus renal fibrosis dosis 1 x 6000 IU; C = ginjal tikus
renal fibrosis dosis 2 x 6000 IU dan D = ginjal tikus renal fibrosis dosis 3 x 6000 IU. Anak
panah menunjukkan terjadinya perubahan antar perlakuan, () fibrosis, () EMT (epithel
mesenchymal transition), kb (kapsula Bowman), G (Glomerulus).

7
Hasil pengamatan histopatologi ginjal normal menjadi fibroblas. Ciri-ciri dari sel
(Gambar 5.2) pada kelompok B, C, dan D fibroblas ini memiliki bentuk runcing
yang mendapatkan induksi streptokinase (Kaluri, 2009). Terbentuknya EMT ditandai
sebanyak 1 x 6000 IU, 2 x 6000 IU, 3 x 6000 dengan terjadinya degradasi membran basal
IU telah terjadi fibrosis atau pembentukan dan terbentuknya sel mesenkim yang
jaringan fibrosa yang ditunjukkan dengan bermigrasi dari lapisan sel epitel menuju
tanda panah bewarna merah (). Renal interstisial. Sel mesenkim, merupakan sel
fibrosis terjadi akibat proses keradangan progenitor yang dapat berubah menjadi
kronis dan luka pada jaringan serta bermacam sel penunjang termasuk sel epitel
penurunan fungsi organ ginjal. Pemberian pada saat embriologi tergantung kondisi
Streptokinase ini ternyata dapat menginduksi lingkungannya.Perubahan ini sangat penting
renal fibrosis yang ditandai dengan adanya saat embriogenesis dan pembentukan organ.
lesi dan penebalan glomerulus yang Proses terjadinya EMT ditemukan pada
menyebabkan terjadinya glomerulosclerosis beberapa keadaan patologi yaitu terjadinya
dan terdapatnya EMT yang berubah menjadi jaringan fibrosis akibat luka pada ginjal.
fibroblast yang menunjukkan terjadinya Kerusakan ginjal terjadi oleh karena sel
fibrosis tubulointerstitial yang mesenkim akan berubah menjadi fibroblas,
diinterpretasikan pada masing-masing selanjutnya fibroblas akan menghasilkan
perlakuan. extracelular matrikx di interstisial ginjal
Hasil gambaran histopatologi pada sehingga terjadi fibrosis ginjal. Sebaliknya
Gambar 5.2 menunjukkan adanya perbedaan bila mesenkim kembali membentuk sel
antara tikus kontrol dengan tikus yang epitel melalui proses mesenchym epithelial
mendapat perlakuan dengan Streptokinase. transition (MET) maka akan terjadi
Pada tikus kontrol (A) yang tidak perbaikan renal fibrosis (Kaluri, 2009).
diperlakukan dengan Streptokinase Renal fibrosis dapat dilihat dengan
menunjukkan gambaran histopatologi dari tampaknya kerusakan struktur tubulus,
glomerulus dan jaringan atau sel-sel di kerusakan komponen basal membran tubulus
sekitarnya masih normal ditunjukkan ada (BMT) ginjal, kerusakan kapiler interstitial
banyaknya sel yang masih berinti dan dengan peningkatan matrik ekstrasellular
tubulus ginjal yang masih normal dan sel myofibroblas (Zeisberg, 2008).
ditunjukkan dengan sel epitel yang Kelompok (C) menunjukkan gambaran
berbentuk kuboid. Tikus yang diperlakukan histopatologi ginjal yang telah mengalami
dengan Streptokinase (B) menunjukkan kerusakan pada glomerulus yang tampak
gambaran histopatologi ginjal yang telah pada kapsula bowman semakin melebar dari
mengalami kerusakan pada glomerulus, normalnya dan terjadi hasil peningkatan
seperti ditunjukkan oleh huruf (G) berupa renal fibrosis yang ditandai dengan panah
adanya lesi pada glomerulus yang berwarna merah (). Kelompok (D)
menyebabkan glomerulosklerosis berupa menunjukkan gambaran histopatologi ginjal
penebalan membran basalis sampai yang mengalami pelebaran lebih luas pada
menutupi kapsula bowman dan terdapatnya kapsula bowman dan terjadinya peningkatan
EMT (epithel mesenchymal transition) yang fibrosis ginjal yang lebih banyak yang
di tunjukkan dengan tanda panah berwarna ditandai dengan panah berwarna merah ().
kuning () yang telah menghasilkan fibrosis Hasil gambaran histopatologi (Gambar
ginjal (Gambar 5.2 kelompok B). EMT ini 5.2) pada kelompok (B) (C) dan (D)
merupakan proses deferensiasi sel epitel menunjukkan bahwa telah terjadi kerusakan
8
pada bagian glomerulus seperti yang DAFTAR PUSTAKA
ditunjukan oleh huruf (G), yaitu berupa
lepasnya sel epitel dari membran basal serta Baratawidjaja K.G. 2004. Imunologi Dasar:
hilangnya inti sel epitel. Hasil tersebut Sitokin. Balai Penerbit FK-UI.
menunjukan adanya proses neprotoksik dari Jakarta.128-131.
Streptokinase yang menimbulkan sel-sel Boyer, B., A.M. Valles and N. Edme. 2000.
epitel pada organ ginjal mengalami Induction and Regulation of Epithelial-
glomerulosklerosis, yang terlihat dengan Mesenchymal Transitions. Biochem
terjadinya penebalan membrana basalis, Pharmacol. 60:10911099.
sklerosis mesangial yang difus. Secara Calnek, B. 1997.Immunohistokimia.Ames :
histopatologi, gambaran utama yang tampak Jowa State University Press.
adalah penebalan membran basalis, ekspansi Chatziantoniou, C., J.J. Boffa, R.
mesangium yang kemudian menimbulkan Ardaillou.1998. Dussaule JC: Nitric
glomerulosklerosis noduler atau difus oxide inhibition induces early
(Dellman and Eurell, 2006). activation of type I collagen gene in
renal resistance vessels and glomeruli
in transgenic mice: Role of endothelin.
Kesimpulan J Clin Invest101: 27802789.
Dellmann H.D, J.A. Eurell. 2006. Textbook
Induksi Streptokinase dengan injeksi 1 x
of Veterinary Histology. Ed ke-6.
6000 IU, 2 x 6000 IU, 3 x 6000 IU
USA: Blackwell Publishing
menyebabkan terjadinya renal fibrosis yang
Francey and A. Schweighauser. 2008.
ditandai dengan peningkatan ekspresi
Clinical Epidemiology Of Kidney
Tumor Necrosis Factor alfa (TNF-) dan
Diseases In The Cat. 2 / / Veterinary
hasil pengamatan histopatologi
Focus / / Vol 18 No 2 / / 2008.
menunjukkan kerusakan histopatologi organ
Goer, J., 1993, Immunochemichal
ginjal terjadi pada tikus B, C dan D terdapat
Techniques Laboratory Manual,
lesi pada glomerulus dan menghasilkan
Academic Press, Harcourt Brace
EMT yang berubah menjadi fibroblast ke
Javanovich Publisher, San
myofibroblas menyebabkan renal fibrosis
Diego,California
dibandingkan dengan tikus kontrol A tidak
Green E. A. and R.A. Flavell. 2000. The
terjadi kerusakan histopatologi ginjal,
temporal importance of TNF-a
terbukti masih banyak sel yang masih berinti
expression in the development of
dan glomerulus yang normal.
arthritis reumatoid. Journal Immunity,
12: 459-469.
Ucapan Terima Kasih
Kalluri, R., E.G. Neilson. 2009. Epithelial-
Terima kasih kepada analis Staff
mesenchymal transition and its
laboratorium biokimia dan asisten di jurusan
implication for fibrosis. J Clin
kimia, Laboratorium Biokimia FMIPA
Invest.112 (12):1776-84
Malang Universitas Brawijaya yang telah
Kirk, C.A. and M.A. Hickman.2000. Dietary
memfasilitasi pelaksanaan penelitian ini.
protein requirement of cats with
spontaneous renal disease. J Vet Intern
Med 13:351.
Liu, Y. 2006. Renal fibrosis: new insights
into the pathogenesis and therapeutics.
Kidney Int;69:213-7.
9
Sacher, A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil
Pemeriksaan Laboratorium Ed:11.
Jakarta : EGC.
Slattery, Campbell, M.c. Morrow, and P.
Michael. 2005. Cyclosporine A-
Induced Renal Fibrosis A Role for
Epithelial- Mesenchymal Transition.
Dublin : University College Dubli.
Tjay, T. Hoan and K. Rahardja. 2007. Obat-
obat Penting: Kasiat, Penggunaan dan
Efek-efek Sampingnya Ed:VI.Jakarta :
PT. Elex Media Komputindo.
Wati, I.P, Aulanniam dan C. Mahdi. 2013.
Aktivitas Protease dan Gambaran
Histologi Ginjal Tikus Putih (Rattus
norvegicus) Pasca Induksi
Cyclosporine-A. Kimia.
Studentjournal, Vol. 1, No. 2, Pp. 257-
263 Universitas Brawijaya Malang.
Zeisberg, E.M., S.E. Potenta, H. Sugimoto,
M. Zeisberg, R. Kalluri. 2008.
Fibroblas in kidney fibrosis emerge
via endothelial-tomesenchymal
transition. J Am Soc
Nephrol.19:2282-7.

10

Anda mungkin juga menyukai