LAPORAN
LAPORAN
PENINGKATAN MUTU
DAN
KESELAMATAN PASIEN
APRIL S.D SEPTEMBER 2016
KATA PENGANTAR
TIM PENYUSUN
PENASEHAT
dr. Hj. Ermawati M.Kes (Direktur)
KONTRIBUTOR
1. dr. Edinirwan, SpS, M.Biomed (Ketua Komite Mutu dan
Keselamatan Pasien)
2. dr. Nazdi, SpA (Ketua Komite Medis)
3. Muhammad Tibrani, SE ( Sekretaris Ketua Komite Mutu Dan
Keselamatan Pasien)
4. Boni Zulkifli S.Kom, M.CIO (Wakil Sekretaris Ketua Komite Mutu
Dan Keselamatan Pasien)
5. dr. David, MM (Ketua Sub Komite Mutu)
6. Ns. Reni Susanti, M.Kep, Sp.Kep.MB (Sekretaris Sub Komite Mutu)
7. Misfatria Noor, M.Kep, Ns, Sp.Kep.MB (Ketua Sub Komite
Keselamatan Pasien)
8. Ns. Lili Suryani, S.Kep (Sekretaris Sub Komite Keselamatan
Pasien)
9. dr. Nurhayati, MARS (Ketua Sub Komite Manajemen Risiko)
10.Ns. Arfida, S.Kep, MM (Sekretaris Sub Komite Manajemen Risiko)
DAFTAR ISI
Pendahuluan................................................................................................................. 1
Kegiatan .......................................................................................................................... 3
Hasil Kegiatan............................................................................................................... 10
Pembahasan.................................................................................................................. 60
Penutup.......................................................................................................................... 62
KEPUTUSAN
TENTANG
masyarakat.
d. Bahwa sehubungan dengan pertimbangan pada
huruf a, b, dan c diatas, dipandang perlu
disusun Laporan Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien dan penetapannya dengan
Keputusan Direktur.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN
DITETAPKAN DI :
BUKITTINGGI
DIREKTUR
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
Tujuan Umum
Diketahuinya mutu pelayanan dan penerapan keselamatan pasien di
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.
Tujuan Khusus
a. Dievaluasinya peningkatan mutu RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi melalui pemantauan indikator mutu yang diambil oleh
instalasi/unit kerja dari bulan April s.d Juni 2016 yang nantinya
akan dibandingkan (benchmarking) dengan dengan bulan Juli s.d
September 2016 dan berlanjut dengan evaluasi triwulanan sampai
akhir Desember 2016 di tiap-tiap unit kerja terkait referensi dari
Standar Pelayanan Minimal (SPM ) Kemenkes RI.
b. Dievaluasinya program keselamatan pasien dengan pemantauan
insiden keselamatan pasien (IKP-RS).
c. Didapatkannya rekomendasi dari governing body (Dewan
Pengawas) mengenai program mutu pelayanan dan penerapan
keselamatan pasien di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
BAB II
KEGIATAN PEMANTAUAN INDIKATOR MUTU
RUMAH SAKIT BULAN APRIL s.d SEPTEMBER
TAHUN 2016
A. KEGIATAN POKOK
B. KEGIATAN
1. Menetapkan rencana kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan
pasien di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi, sesuai dengan
Keputusan Direktur .
2. Menetapkan personalia Komite Mutu dan Keselamatan Pasien,
Kebijakan, Pedoman, Panduan, dan Program Kerja seluruh
kegiatan Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien RSUD Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi dengan Keputusan Direktur.
3. Melakukan sosialisasi tentang Kebijakan, Pedoman, Panduan, dan
Program Kerja seluruh kegiatan Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
kepada seluruh staf di seluruh unit kerja yang ada di rumah sakit.
4. Melakukan pemantauan indikator mutu secara berkesinambungan.
5. Melakukan penyampaian hasil pemantauan indikator mutu oleh
masing masing instalasi/unit kerja.
6. Menyusun laporan hasil pemantauan indikator mutu.
B. JADWAL KEGIATAN
BAB III
HASIL KEGIATAN
1. Asesmen pasien:
Interpretasi :
Tanpa didukung suatu sistem asesmen pasien yang baik dan benar,
maka penegakkan diagnosis tidak akan berhasil. Sehingga kelengkapan
asesmen pasien harus dipastikan dan dipatuhi untuk dilaksanakan.
Formula yang dipakai dalam riset ini adalah jumlah lembaran catatan
asesmen keperawatan gawat darurat yang lengkap diisi oleh staf
keperawatan di IGD dalam 1 bulan (orang) : jumlah pasien yang dilayani di
IGD pada periode yang sama x 100% = ___% dengan target 90%.
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa indikator pada bulan
April, Mei, dan Juni 2016 belum mencapai target 90% walaupun
pencapaian cenderung meningkat. Beberapa hal yang diduga
menyebabkan indikator ini belum tercapai adalah beban kerja perawat di
IGD yang berlebih karena jumlah SDM yang kurang, belum optimalnya
komitmen perawat IGD dalam melengkapi asesmen, belum optimalnya
sosialisasi tentang pentingnya kelengkapan asesmen IGD, dan belum
berjalannya sistem penghargaan dan sangsi yang jelas bagi personel IGD.
Untuk selanjutnya, indikator ini terus dipantau secara rutin setiap bulan
oleh IGD, dengan terus melaksanakan kegiatan peningkatan dengan
metoda PDCA.
Rekomendasi yang diusulkan oleh Komite Mutu dan Keselamatan
Pasien antara lain adalah melakukan penambahan tenaga perawat IGD,
penguatan komitmen pada seluruh perawat IGD dalam melengkapi
asesmen, resosialisasi tentang pentingnya kelengkapan asesmen, dan
menerapkan sistem penghargaan dan sangsi yang jelas bagi perawat IGD.
2. Pelayanan laboratorium:
Interpretasi :
Riset waktu tunggu hasil pemeriksaan laboratorium (klinik rutin)
rawat jalan dilaksanakan dengan tujuan tergambarnya kecepatan
pelayanan laboratorium patologi klinik dalam waktu tunggu untuk pasien
dengan pemeriksaan laboratorium (klinik rutin).
Untuk setiap pasien waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium
patologi klinik adalah tenggang waktu yang dibutuhkan mulai pasien
diambil darah/sampel di laboratorium klinik sampai hasil diberikan pada
petugas administrasi diukur dalam satuan menit. Waktu tunggu hasil
pelayanan laboratorium patologi klinik yang dipantau adalah terhadap
pasien dengan pemeriksaan laboratorium (klinik rutin).
Janji hasil pelayanan laboratorium patologi klinik tepat waktu
merupakan gambaran manajemen peningkatan kualitas di unit
laboratorium patologi klinik yang diperlukan untuk menegakkan
diagnosis.
Formula yang dipakai dalam riset ini adalah jumlah kumulatif waktu
tunggu hasil pemeriksaan laboratorium untuk seluruh pasien yang
diperiksa laboratorium (klinik rutin) dalam (menit) : target rata-rata
waktu tunggu 140 menit x 100% = ___% dengan target 100%.
Interpretasi :
Riset jumlah film rusak dilaksanakan dengan tujuan tergambarnya
efektivitas dan efisiensi pelayanan radiologi.
Film rusak adalah foto rontgen hasil pemotretan yang tidak dapat
dibaca oleh radiolog.
Kualitas hasil pemeriksaan foto rontgen hasil pemotretan dapat
dijadikan indikator efektivitas dan efisensi pelayanan radiologi.
Formula yang dipakai dalam riset ini adalah jumlah film rusak yang
tidak dapat dibaca radiolog dalam 1 bulan : jumlah seluruh pemeriksaan
foto rontgen dalam periode yang sama x 100% = ___% dengan target
2 %.
4. Prosedur-prosedur bedah
Interpretasi :
Riset kelengkapan pengisian dokumen rekam medis kamar operasi
oleh dokter dilaksanakan dengan tujuan tergambarnya tanggung jawab staf
medis dalam kelengkapan informasi asesmen pasien di kamar operasi.
Kelengkapan pengisian dokumen rekam medis kamar operasi oleh
dokter adalah lengkapnya pengisian informasi asesmen pasien di kamar
operasi sebelum dan sesudah dilakukan tindakan operasi.
Kelengkapan pengisian informasi asesmen pasien di kamar operasi
menggambarkan kualitas layanan kamar operasi.
Formula yang dipakai dalam riset ini adalah jumlah lembaran catatan
kelengkapan dokumen rekam medis yang lengkap diisi dokter dalam 1
bulan : jumlah pasien yang dilayani di kamar operasi dalam periode yang
sama x 100% = ___% dengan target 100%.
Interpretasi :
Riset ketepatan pemberian resep obat sesuai formularium nasional
dan formularium rumah sakit dilaksanakan dengan tujuan tergambarnya
efisiensi pelayanan obat kepada pasien.
Penulisan resep obat yang sesuai formularium nasional dan
formularium rumah sakit adalah jumlah item nama/jenis obat yang ditulis
pada KIO/resep yang sesuai dengan formularium nasional dan
formularium rumah sakit.
Formularium nasional dan formularium rumah sakit adalah pedoman
dalam pemakaian obat-obatan untuk pasien BPJS dan umum.
Formula yang dipakai dalam riset ini adalah jumlah item obat yang
sesuai formularium yang diorder dalam KIO/resep pasien dalam 1 bulan :
jumlah seluruh item obat yang diorder dalam KIO/resep pasien dalam
periode yang sama x 100% = ___% dengan target 100%.
Interpretasi :
Riset kejadian nyaris cidera dispensing obat oleh farmasi di ruang
kelas interne dilaksanakan dengan tujuan tergambarnya insiden nyaris
cidera kesalahan dispensing obat sehingga tidak menimbulkan cidera
kepada pasien yang harus teridentifikasi sebelum obat diberikan kepada
pasien .
Kejadian nyaris cedera dispensing obat meliputi salah dalam
memberikan jenis obat, salah dalam memberikan dosis, salah orang, dan
salah jumlah.
Formula yang dipakai dalam riset ini adalah jumlah KNC dispensing
obat di ruang kelas interne dalam 1 bulan : jumlah kumulatif obat yang
diorder dalam KIO ruang kelas interne dalam periode yang sama x 100% =
___% dengan target 0%.
Interpretasi :
Riset kejadian desaturasi oksigen intra anestesi dan sedasi
dilaksanakan dengan tujuan tergambarnya kemampuan petugas anestesi
dalam melaksanakan prosedur pemantauan pasien anestesi umum selama
anestesi berlangsung, untuk menjaga keselamatan pasien selama anestesi.
Kejadian desaturasi oksigen intra anestesi dan sedasi adalah kejadian
penurunan nilai saturasi oksigen sampai dibawah nilai normal (< 90%)
selama waktu antara intubasi dan ekstubasi pada pasien dengan anestesi
umum.
Kemampuan petugas anestesi untuk memantau saturasi oksigen
sangat diperlukan untuk memastikan jalannya operasi yang aman bagi
pasien.
Interpretasi :
Riset ketepatan permintaan darah dengan kebutuhan pasien di
instalasi rawat inap dilaksanakan dengan tujuan tergambarnya rasionalitas
pemakaian darah sesuai dengan kebutuhan pasien.
Kebutuhan darah untuk transfusi harus efisien dan efektif sesuai
dengan kebutuhan pasien yang sebenarnya .
Formula yang dipakai dalam riset ini adalah jumlah darah yang
diminta berdasarkan perhitungan kebutuhan pasien di instalasi rawat inap
dalam 1 bulan : jumlah darah yang dipakai pasien rawat inap pada periode
yang sama x 100% = ___% dengan target 10%.
Interpretasi :
Riset kepatuhan pengisian form catatan perkembangan pasien
terintegrasi oleh masing-masing profesi dilaksanakan dengan tujuan
tergambarnya tanggung jawab profesi dalam kelengkapan informasi rekam
medis. Rekam medis dikatakan lengkap apabila pengisian catatan
perkembangan pasien terintegrasi diisi lengkap oleh masing-masing
profesi (dokter, perawat, farmasi, gizi).
Rekam medis bertujuan untuk menunjang tercapainya tertib
administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan. Tanpa
didukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar,
maka tertib administrasi tidak akan berhasil. Sehingga kelengkapan rekam
medis harus dipastikan dan dipatuhi untuk dilaksanakan.
Formula yang dipakai dalam riset ini adalah jumlah catatan
perkembangan pasien terintegrasi pasien yang diisi lengkap oleh masing-
masing profesi dalam 1 bulan (orang) : jumlah pasien yang telah
dinyatakan selesai pelayanan rawat inap pada periode yang sama x 100%
= ___% dengan target 80 %.
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa pencapaian indikator
untuk profesi dokter pada bulan April. Mei dan Juni 2016 sudah hampir
mencapai target 80%. Pencapaian indikator untuk profesi perawat pada
bulan April. Mei dan Juni 2016 melebihi target 80%. Sedangkan
pencapaian indikator untuk profesi gizi dan farmaso pada bulan April.
Mei dan Juni 2016 jauh dari target 80%. Beberapa hal yang diduga
menyebabkan indikator ini belum tercapai adalah kurangnya pemahaman
pentingnya pengisian catatan perkembangan pasien terintegrasi
terutama untuk profesi gizi dan farmasi, dan tidak adanya sistem
penghargaan dan sangsi yang jelas bagi personel yang terlibat dalam
pengisian catatan perkembangan pasien terintegrasi. Untuk selanjutnya,
indikator ini akan direkomendasikan terus dipantau secara rutin setiap
bulan oleh instalasi rekam medis, dengan terus melaksanakan kegiatan
peningkatan dengan metoda PDCA.
Rekomendasi yang diusulkan oleh Komite Mutu dan Keselamatan
Pasien antara lain adalah penguatan komitmen dan pemahaman kepada
seluruh profesi akan pentingnya pengisian catatan perkembangan pasien
terintegrasi dan menerapkan sistem penghargaan dan sangsi yang jelas
bagi personel yang terlibat dalam pengisian catatan perkembangan
pasien terintegrasi.
Interpretasi :
Riset kepatuhan hand hygine oleh perawat dilaksanakan dengan
tujuan tergambarnya manajemen pencegahan dan pengendalian infeksi di
rumah sakit .
Hand hygine adalah salah satu cara pengendalian infeksi yang efektif
melalui five moments dan 6 langkah cuci tangan.
Dengan pelaksanaan hand hygine yang optimal terbukti menurunkan
angka infeksi untuk pasien rawatan dan menurunkan penyebaran infeksi
bagi tenaga kesehatan.
Formula yang dipakai dalam riset ini adalah jumlah perawat yang
melakukan five moments dan 6 langkah cuci tangan di rawat inap dalam 1
bulan : jumlah seluruh perawat yang melakukan pelayanan keperawatan di
rawat inap pada periode yang sama x 100% = ___% dengan target 90 %.
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa pencapaian indikator
kepatuhan cuci tangan oleh perawat masih dibawah target yang
ditetapkan yakni 90% dimana untuk five moment baru 2-3 moment yang
telah dilakukan. Sedangkan untuk 6 langkah cuci tangan, rata-rata sudah
memahami dan sudah melakukannya sesuai standar. Beberapa hal yang
diduga menyebabkan indikator ini belum tercapai adalah masih belum
optimalnya monitoring dan evaluasi serta audit kepatuhan cuci tangan.
Untuk selanjutnya, indikator ini akan direkomendasikan terus dipantau
secara rutin setiap bulan oleh Komite PPI, dengan terus melaksanakan
kegiatan peningkatan dengan metoda PDCA.
Interpretasi :
undangan:
Interpretasi :
Formula yang dipakai dalam riset ini adalah jumlah laporan terkirim
pada tanggal 15 (pcs) : jumlah laporan yang harus terkirim pada tanggal 15
(pcs) x 100% = ___% dengan target 100 %.
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa pencapaian indikator
ketepatan pengiriman laporan bulanan ke Kementrian Kesehatan RI pada
bulan April belum mencapai target, namun pada bulan Mei dan Juni telah
mencapai target yang ditetapkan yakni 100%. Walaupun indikator ini
telah mencapai target namun harus tetap senantiasa dilakukan upaya
mempertahankannnya. Untuk selanjutnya, indikator ini akan
direkomendasikan terus dipantau secara rutin setiap bulan oleh Bidang
Perencanaan dengan terus melaksanakan kegiatan dengan metoda PDCA.
Pada bulan Juli, Agustus dan September target 100 % tetap tercapai.
Follow up akan dilakukan saat pelaporan selanjutnya akhir tahun 2016
dan diharapkan di evaluasi akhir tahun nanti pencapaian target 100 %
bisa dipertahankan.
3. Manajemen Risiko:
Interpretasi :
pasien rawatan pada periode yang sama (orang) x 100% = ___% dengan
target 2%.
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa pencapaian indikator
kejadian pasien pulang atas permintaan sendiri sebagian besar telah
mencapai target yang ditetapkan yakni 2% kecuali pada bulan April,
ruang Kelas Interne tidak mencapai target yakni 2,3 % dan pada bulan Mei
VIP Cindua Mato dan Interne Pria juga tidak mencapai target yakni 2,3%.
Kejadian pasien pulang atas permintaan sendiri diduga antara lain
disebabkan ketidaksanggupan biaya rumah sakit untuk pasien umum,
ketidaksembuhan pasien setelah dirawat cukup lama, keinginan keluarga
pasien untuk berobat ke rumah sakit yang lebih menjanjikan kesembuhan,
serta pasien dan keluarga merasa tidak puas dengan pelayanan/sarana dan
prasarana di rumah sakit. Untuk selanjutnya, indikator ini akan
direkomendasikan terus dipantau secara rutin setiap bulan oleh bidang
keperawatan, dengan terus melaksanakan kegiatan peningkatan sesuai
dengan tindakan PDCA yang telah dilakukan.
Rekomendasi yang diusulkan oleh Komite Mutu dan Keselamatan
Pasien adalah perlunya dilakukan survet atau penelusuran lebih lanjut
tentang penyebab kejadian pasien pulang atas permintaan sendiri
sehingga angka kejadiannya dapat ditekan seminimal mungkin.
Pada bulan Juli, Agustus dan September kejadian pasien pulang
paksa atas permintaan sendiri untuk semua ruangan telah mencapai
target yang ditetapkan yakni 2%. Follow up akan dilakukan saat
pelaporan selanjutnya akhir tahun 2016 dan diharapkan di evaluasi akhir
tahun nanti pencapaian target 2% bisa bisa dipertahankan.
Interpretasi :
Interpretasi :
Formula yang dipakai dalam riset ini adalah sesuai kriteria index
kepuasan masyarakat yang ditetapkan oleh Kementrian PAN dan RB.
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa pencapaian indikator
kepuasan pasien dari tahun 2013 s.d 2015 terus mengalami tren
peningkatan namun belum mencapai target yakni 9 0 %. Berdasarkan
hasil capaian kepuasan pasien terhadap pelayanan di RSUD Dr. Achmad
Mochtar ketidakpuasan pasien yang sering dikemukakan dalam kaitannya
dengan sikap, perilaku petugas rumah sakit antara lain keterlambatan
pelayanan dokter dan perawat, dokter yang kurang komunikatif, perawat
yang tidak ramah, keterbatasan peralatan, ketersediaan sarana yang
kurang, kemudahan mendapatkan informasi serta ketertiban dan
kebersihan lingkungan. Hal ini dapat diatasi terlihat dari hasil survey yang
dilakukan. Untuk selanjutnya, indikator ini akan direkomendasikan terus
dipantau secara rutin setiap tahun oleh Tim Independent, dengan terus
melaksanakan kegiatan peningkatan sesuai dengan tindakan PDCA yang
telah dilakukan.
Interpretasi :
Riset tingkat kepuasan staf terhadap pelayanan kepegawaian
dilaksanakan dengan tujuan tergambarnya persepsi kepuasan staf rumah
sakit terhadap elemen elemen pelayanan kepegawaian .
Kepuasan staf rumah sakit terhadap pelayanan kepegawaian adalah
persepsi pasien terhadap layanan kenaikan pangkat, cuti, kenaikan gaji
berkala, dan sebagainya.
Kepuasan staf rumah sakit digambarkan dengan terpenuhi atau
tidaknya hak hak mereka terhadap institusi tempat mereka bekerja.
Formula yang dipakai dalam riset ini adalah jumlah staf rumah
sakit yang menyatakan puas terhadap pelayanan kepegawaian(orang) :
jumlah seluruh staf rumah sakit yang disurvey (orang) x 100% = ___%
dengan target 80%.
Interpretasi :
Riset tersedianya laporan demografi pasien dengan diagnosis klinis
DHF dilaksanakan dengan tujuan tergambarnya distribusi penyakit
potensial wabah DHF berdasarkan tempat tinggal untuk dapat
dilaksanakan pelaporan dengan cepat dan tindak lanjut
Diagnosis penyakit potensial wabah adalah penyakit yang mempunyai
risiko menjedi endemi terkait dengan demografi pasien atau tempat
terjadinya kasus .
Pencatatan yang reguler sangat diperlukan untuk memberikan
informasi kepada unit kesehatan masyarakat dalam rangka kegiatan
preventif untuk mengurangi penyebaran wabah yang dapat terjadi.
Formula yang dipakai dalam riset ini dengan mencatat seluruh
kunjugan pasien rawatan DHF berdasarkan demografi wilayah tempat
tinggal pasien.
8. Manajemen Keuangan:
Interpretasi :
Riset Cost Recovery Rate dilaksanakan dengan tujuan tergambarnya
tingkat kesehatan keuangan rumah sakit.
Cost Recovery Rate adalah indikator yang digunakan untuk mengukur
sampai sejauh mana kontribusi pendapatan pelayanan terhadap biaya
operasional.
Indikator Cost Recovery Rate diperlukan untuk mewujudkan
manajemen keuangan yang transparan, akuntabel, dan terpercaya.
Formula yang dipakai dalam riset ini adalah jumlah pendapatan
operasional dalam 1 bulan : jumlah biaya operasional pada periode yang
sama x 100% = ___% dengan target 80 %.
Interpretasi :
Interpretasi :
Riset ketepatan memakai gelang identitas pasien di ruang rawat inap
dilaksanakan dengan tujuan tergambarnya upaya rumah sakit dalam
menjaga keselamatan pasien. Mencegah terjadinya kesalahan identifikasi
pasien, kesalahan prosedur, kesalahan medikasi, kesalahan transfusi,
dan kesalahan pemeriksaan diagnostik.
Kesalahan identifikasi pasien diakui sebagai masalah yang terbesar di
dalam organisasi kesehatan. Kesalahan mengidentifikasi pasien
merupakan salah satu risiko paling serius terhadap keselamatan pasien.
Gelang identitas pasien merupakan hal prinsip yang harus dimiliki ketika
melaksanakan identifikasi.
Formula yang dipakai dalam riset ini adalah jumlah pasien rawat inap
baru yang terpasang gelang identitas dengan tepat dan benar dalam satu
bulan (pasien) : jumlah seluruh pasien rawat inap baru dalam bulan yang
sama (pasien) x 100% = ___% dengan target 100%.
Pada bulan Juli, Agustus dan September target 100 % masih belum
tercapai namun tetap dalam jalur tren peningkatan. Follow up akan
dilakukan saat pelaporan selanjutnya akhir tahun 2016 dan diharapkan
di evaluasi akhir tahun nanti pencapaian target 100% bisa tercapai.
BAB IV
Interpretasi :
Riset ketepatan melakukan TBAK saat menerima instruksi verbal
melalui telepon dilaksanakan dengan tujuan tergambarnya upaya rumah
sakit dalam menjaga keselamatan pasien dengan prosedur read back
dalam proses instruksi verbal atau via telepon ditandatangani oleh
pemberi instruksi dalam waktu 1 x 24 jam di ruang rawat inap.
Prosedur TBAK adalah kegiatan untuk memastikan setiap intruksi
verbal agar dilakukan dengan benar dan sesuai instruksi, melalui kegiatan
membacakan kembali instruksi; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang
sudah dituliskan dengan dibaca ulang dan/atau dengan ejaan huruf alfabet
instruksi obat sound a like. Kegiatan dilanjutkan dengan memberikan
stempel read back pada catatan instruksi dan pemberi instruksi harus
segera menandatangi intruksi tersebut paling lambat dalam 1 x 24 jam.
Formula yang dipakai dalam riset ini adalah jumlah prosedur read
back dalam proses instruksi verbal ditandatangani oleh pemberi instruksi
dalam waktu 1 x 24 jam (kali) : jumlah seluruh prosedur read back dalam
proses instruksi verbal yang terdokumentasi (kali) x 100% = ___100%
Pada bulan Juli, Agustus dan September target 100 % masih jauh
dari harapan namun tetap dalam jalur tren peningkatan. Follow up akan
dilakukan saat pelaporan selanjutnya akhir tahun 2016 dan diharapkan
di evaluasi akhir tahun nanti pencapaian target 100% bisa tercapai
dikarenakan penerapan stempel read back sudah tersosialisasi dengan
baik.
Interpretasi :
Riset kepatuhan penyimpanan KCL pekat injeksi dengan labelisasi
high alert di ruang rawat inap dilaksanakan dengan tujuan tergambarnya
upaya rumah sakit dalam menjaga keselamatan pasien dalam
penyimpanan KCL injeksi dengan labelisasi obat high alert.
Obat elektrolit pekat/KCL merupakan obat hight alert yang mana
pemberian dan penyimpanan dilakukan dengan pemantauan khusus dan
ketat.
Formula yang dipakai dalam riset ini adalah jumlah obat KCL injeksi
yang diberi label high alert sesuai standar oleh farmasi dalam satu bulan
(pcs) : jumlah seluruh obat KCL injeksi yang diberi label high alert yang
dipantau dalam bulan yang sama x 100% = ___%.
Interpretasi :
Riset marking dan surgical checklist dilaksanakan dengan tujuan
tergambarnya kepedulian dan ketelitian operator bedah terhadap
keselamatan pasien sebelum tindakan operasi.
Site marking yang dimaksud adalah tindakan pemberian tanda
identifikasi khusus pada area yang memiliki dua sisi untuk penandaan sisi
kanan atau kiri pada pasien yang akan dilakukan tindakan operasi dengan
prosedur yang tepat dan benar.
Surgical site marking yang tepat dan benar akan meminimalkan
resiko insiden salah tempat operasi, meminimalkan resiko insiden
prosedur yang salah dan menginformasikan serte membimbing ahli bedah
untuk melaksanakan operasi dengan tepat dan benar sesuai rencana.
Formula yang dipakai dalam riset ini adalah jumlah pasien yang
dilakukan prosedur site marking dengan tepat dan benar dalam satu bulan
(orang) : Jumlah seluruh pasien yang akan dilakukan tindakan operasi
dalam bulan yang sama (orang) x 100% = ___%
Interpretasi :
Riset angka pasien jatuh di ruang rawat inap dilaksanakan dengan
tujuan tergambarnya pelayanan keperawatan yang aman bagi pasien di
ruang rawat inap yang bebas dari insiden pasien jatuh.
Pasien jatuh adalah pasien yang mengalami insiden secara cepat dan
tiba-tiba berpindah posisi dari tempat tidur ke lantai sampai setengah atau
lebih bagian tubuh berada di lantai, sehingga memungkinkan pasien
mengalami cedera ringan sampai berat atau tidak menimbulkan cedera.
Perawat bertanggung jawab dalam mengidentifikasi pasien yang
beresiko jatuh dan membuat suatu rencana perawatan untuk
meminimalkan resiko.
Formula yang dipakai dalam riset ini adalah dengan mencatat
pelaporan insiden pasien jatuh di ruang rawat inap dalam 1 bulan.
BAB III
PEMBAHASAN
Jumlah total indikator mutu yang dipantau selama bulan April s.d
September 2016 adalah 26 (dua puluh enam) indikator yang terdiri atas
indikator mutu area klinis, indikator mutu area manajemen dan indikator
mutu sasaran keselamatan pasien.
BAB V
PENUTUP