Anda di halaman 1dari 10

I.

Konsep Dasar

A. Definisi

Ileus paralitik adalah istilah gawat abdomen atau gawat perut menggambarkan
keadaan klinis akibat kegawatan di rongga perut yang biasanya timbul
mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. (Iin Inayah, 2004)

Ileus paralitik adalah obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom
mengalami paralysis dan peristaltic usus terhenti sehingga tidak mampu
mendorong isi sepanjang usus. Contoh nya amiloidosis, distropi otot, gangguan
endokrin seperti diabetes melitus atau gangguan neurologis seperti penyakit
Parkinson. (Mansjoer, 2011)

Ileus Paralitik adalah keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus
karena usus tidak bergerak (mengalami motilitas), pasien tidak dapat buang air
besar. (Person, 2006)

Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ileus paralitik adalah istilah
gawat abdomen atau gawat perut yang yang biasanya timbul mendadak dengan
nyeri sebagai keluhan utama karena usus tidak dapat bergerak (mengalami
motilitas) dan menyebabkan pasien tidak dapat buang air besar.
(Syamsuhidayat, 2005)

B. Etiologi

Walaupun predisiposisi ileus biasanya terjadi akibat pascabedah abdomen, tetapi


ada faktor predisposisi lain yang mendukung peningkatan risiko terjadinya ileus,
di antaranya (Behm, 2003) sebagai berikut.

1. Sepsis

2. Obat-obatan (misalnya: opioid, antasid,coumarin, amitriptyline,


chlorpromazine).

3. Gangguan elektrolit dan metabolik (misalnya hipokalemia, hipomagnesemia,


hipernatremia, anemia, atau hiposmolalitas).

4. Infark miokard

5. Pneumonia

6. Trauma (misalnya: patah tulang iga, cedera spina).

7. Bilier dan ginjal kolik.


8. Cedera kepala dan prosedur bedah saraf.

9. Inflamasi intraabdomen dan peritonitis.

10. Hematoma retroperitonel.

C. Patofisiologi

Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa
memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau
fungsional. Perbedaan utamanya pada obstruksi paralitik dimana paralitik
dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltic mula-
mula diperkuat, kemudian intermiten, dan akhirnya hilang.

Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan tegang oleh cairan dan gas
170% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intra lumen, yang
menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen usus ke darah. Oleh karena
itu sekitar 8 liter cairan disekresi kedalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya
absorbs dapat mengakibatkan penimbunan intra sumber kehilangan utama
cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan cairan dan elektrolit adalah
penciutan ruang cairan ekstra sel yang mengakibatkan hemokonsentrasi,
hipovolemia, insufisiensi ginjal, syok-hipotensi, pengurangan curah jantung,
penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolic dan kematian bila tidak dikoreksi.

D. Pathway
--

c/
E. Komplikasi

1. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi


peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.

2. Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ
intra abdomen.

3. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan
cepat.

4. Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.


(Brunner and Suddarth, 2001, hal 1122).

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen.

2. Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu


empedu, volvulus, hernia).

3. Pemeriksaan sinar x: Untuk menunjukan kuantitas abnormal dari gas atau


cairan dalam usus.

4. Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan jumlah


darah lengkap) akan menunjukan gambaran dehidrasi dan kehilangan volume
plasma dan kemungkinan infeksi.

5. Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan


diagnosa obstruksi usus. (Doengoes, 2000)

I. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian

Merupakan tahap awal dari pendekatan proses keperawatan dan dilakukan


secara sistemik mencakup aspek bio, psiko, sosio dan spiritual. Langkah awal
dari pengkajian ini adalah pengumpulan data yang diperoleh dari hasil
wawancara dari klien atau keluarga, observasi pemeriksaan fisik, konsultasi
dengan anggota tim kesehatan lainnya dan meninjau kembali catatan medis
ataupun catatan keperawatan. Pengkajian fisik dilakukan dengan cara inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi.

Adapun lingkup pengkajian yang dilakukan pada pasien ileus paralitik adalah
sebagai berikut:

1. Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,


alamat, status perkawinan, suku bangsa.

2. Riwayat Keperawatan

a. Riwayat kesehatan sekarang meliputiapa yang dirasakan kliensaat pengkajian

b. Riwayat kesehatan masa lalu meliputi penyakit yang diderita, apakah


sebelumnya pernah sakit yang sama

c. Riwayat kesehatn keluarga meliputi apakah dari keluarga ada yang menderita
penyakit yang sama

3. Riwayat Psikososial dan Spritual meliputi pola interaksi, pola pertahanan diri,
pola kognitif, pola emosi dan hasil kepercayan klien.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, demam,


dan atau diforesis.

2. Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan

3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan distensi abdomen dan


atau kekakuan

4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status


kesehatan

C. Rencana Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, demam,


dan atau diforesis.

Tujuan: Kebutuhan cairan terpenuhi


Kriteria Hasil: Tanda-tanda vital normal, masukan dan keluaran seimbang.

Intervensi:

a. Pantau tanda-tanda vital dan observasi tingkat kesadaran dan gejala syok

b. Pantau cairan parentral dengan elektrolit, antibiotik, dan vitamin

c. Pantau selang terhadap masuknya cairan setiap jam

d. Ukur masukan dan haluaran sampai adekuat

e. Observasi feses pertama terhadap warna, konsistensi, jumlah: hindari


konstipasi

2. Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan

Tujuan: Rasa nyeri teratasi atau terkontrol

Kriteria Hasil: Menyatakan nyeri pada tingkat dapat ditoleransi, menunjukkan


relaks

Intervensi:

a. Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman

b. Kaji lokasi, berat dan tipe nyeri

c. Kaji keefektifan dan pantau terhadap efek samping analgesic

d. Berikan periode istirahat terencana

e. Berikan dan anjurkan tindakan alternative penghilang nyeri

f. Kaji dan anjurkan melakukan latihan tentang gerak pasif atau pasif setiap 4
jam

3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan distensi abdomen dan


atau kekakuan

Tujuan: Pola napas menjadi efektif

Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan kemampuan melakukan latihan pernapasan,


pernapasan yang dalam dan perlahan.

Intervensi:

a. Kaji statusn pernapasan, observasi terhadap menelan, pernapasan cepat

b. Tinggikan kepala tempat tidur 40-60 derajat

c. Pantau terapi oksigen atau spirometer insentif

d. Kaji dan anjurkan pasien untuk membalik dan batuk setiap 4 jam dan napas
dalam setiap jam
e. Auskultasi dada terhadap bunyi napas setiap 4 jam

4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status


kesehatan

Tujuan: Ansietas teratasi

Kriteria Hasil: Pasien mengungkapkan pemahaman tentang penyakit saat ini

Intervensi:

a. Kaji prilaku koping baru dan anjurkan penggunaan penampilan yang berhasil

b. Pertahankan lingkungan yang tenang dan tanpa stress

c. Dorong dukungan keluarga dan orang terdekat

d. Jelaskan prosedur dan tindakan dan beri penguatan penjelasan mengenai


penyakit, tindakan dan prognosis.

e. dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan rasa takut:
berikan penanganan

D. Penatalaksanan

1. Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

2. Terapi Nat, kt, komponen darah

3. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial

4. Dekstrosa dan air untuk mem[erbaiki kekurangan cairan intraseluler

5. Implementasikan pengobatan untuk syok dan peritonitis

6. Hiperalimentasi untuk mengoreksi difisiensi protein karena obstruksi kronik,


ileus paralitik atau infeksi

7. Reaksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung

8. Ostomi - barrel ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko

9. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekomprei usus


dengan reseksi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.

E. Evaluasi
Hasil yang diharpkan

1. Sedikit mengalami nyeri

2. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

3. Memperoleh pemahaman dan pengetahuan tentang proses penyakitnya

4. Mendapatkan nutrisi yang optimal

5. Tidak mengalami komplikasi

N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


o

1 Aktual Infeksi teratasi - Pantau tanda- - Untuk


infeksi dalam waktu 3 tanda vital mengetahui
berhubunga x 24 jam keadaan umum
n dengan dengan kriteria klien dan tanda-
proses hasil tanda infeksi
inflamasi
- Tidak ada - Observasi - Untuk
lagi tanda- terhadap tanda mengetahui
tanda infeksi dan gejala infeksi sejauh mana
terjadinya infeksi
- Pertahankan
perawatan luka - Untuk
aseptic melindungi luka
dari kontaminasi
silang selama
penggantian
balutan

- Menambah
pengetahuan
- Jelaskan hal-
klien dan
hal yang dapat
keluarga, karena
menyebabkan
suatu yang kotor
infeksi pada luka
dapat
kepada klien dan
mempercepat
keluarga
berkembang
baiknya kuman

- Untuk
mengatasi
- Kolaborasikan terjadinya infeksi
dengan tim
kesehatan lain
dalam pemberian
antibiotik
2 Gangguan Kebutuhan - Lakukan -
pemenuhan nutrisi dapat pengkajian nutrisi Mengidentifikasi
nutrisi terpenuhi dengan seksama kekurangan /
kurang dari kembali dalam kebutuhan tubuh
kebutuhan waktu 3x24 jam untuk membantu
tubuh dengan kriteria memilih
berhubunga intervensi
n dengan - Berat - Auskultasi
proses badan bising usus - Kembalinya
pengobatan meningkat fungsi usus
menunjukkan
- Konjungtiva kesiapan untuk
tidak anemis memulai makan
lagi

- Menurunkan
insiden kram
- Beri makan abdomen, mual
cairan perlahan
- Meningkatkan
feses ileum

- Anjurkan klien
untuk makan
- Membantu
buah-buahan
mengkaji
- Kolaborasikan kebutuhan nutrisi
dengan anti diit dalam bahan
dalam pemberian pencernaan dan
makanan fungsi usus

3 Ansietas Rasa cemas - Jelaskan pada - Menambah


berhubunga dapat diatasi keluarga klien pengetahuan
n dengan dengan kriteria tentang penyakit pada keluarga
kurangnya dan prosedur klien tentang
pengetahua - Keluarga perawatan klien penyakit dan
n tentang klien tidak prosedur
penyakitnya cemas lagi perawatannya
- Keluarga - Ciptakan - Memberikan
klien mengerti lingkungan yang ketenangan bagi
tentang nyaman klien dan
penyakit yang keluarganya.
dideritanya
keluarganya - Libatkan - Mengajarkan
keluarga dalam keluarga klien
proses perawatan tentang cara
klien perawatan yang
benar pada klien
- Meningkatkan
penyembuhan
dan normalisasi
- Diskusikan fungsi usus
pentingnya - Faktor-faktor
masukan cairan ini mempengaruhi
adekuat kemampuan
- Evaluasi pasien untuk
kemampuan menguasai tugas-
emosi dan fisik tugas dan
pasien keinginannya.

4 Gangguan Pola tidur klien - Berikan - Untuk


pola tidur dapat teratasi sistem kantong meminimalkan
berhubunga dan tidak adekuat, kebocoran
n dengan terganggu kosongkan
kebocoran kantong sebelum - Klien akan
kantong / tidur mampu istirahat
cidera lebih baik bila
stoma - Biarkan klien merasa aman
mengetahui tentang stoma
bahwa stoma
tidak akan cidera - Kafein dapat
bila tidur memperlambat
klien untuk tidur
- Batasi
masukan - Meningkatkan
makanan / relaksasi dan
minuman kesiapan untuk
mengandung tidur
kafein - Nyeri
- Beri analgetik mempengaruhi
sesuai indikasi kemampuan klien
untuk tetap tidur

Anda mungkin juga menyukai