A. KONSEP PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Penyakit infeksi akut pada saluran cerna (usus halus) dengan gejala demam > 1 minggu, gangguan
saluran cera dan gangguan kesadaran.
Thypoid adalah penyakit infeksi akut dengan demam yang disebabkan oleh kuman salmonella typi
(Pedoman Diagnosis dan Therapi Lab /UPF Ilmu penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo Surabaya)
2. PENYEBAB
Basil/kuman salmonella Typhosa, Salmonela paratyphosa.
3. PATOFISIOLOGI
Dalam limfokel pada lamina propria usus halus, plaque peyer Pembuluh limfe
Peredaran darah dalam waktu 24 72 jam bakterimia pertama
nutrisi
Bibir kering
3. Lokalisasi bacteri dalam jaringan limfoid intestinal nodus masenterik gall bladder, hati, limpa. Terjadi
nekrosis lokal reaksi hipersentifitas antigen antibodi.
Kelainan patologic utama terjadi di usus halus terutama ileum bagian distal tetapi dapat i temukan pada
jejunu dan colon.
Seguelae
Lesi sembuh dengan scaring yang minimal ulcerasi yang dalam pada usus halus.
Persisten cronic infeksi pada gall bladder atau ginjal carries.
6. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1) Peningaktan titer uji widal 4x selama 2-3 minggu demam typhoid.
2) Reaksi widal dengan titer 0 1: 320, reaksi widal dengan titer H 1: 640
4) Anemia ringan, LED meningkat, SGOT, SGPT dan Fosfatase alkali meningkat
7) Reaksi widal Titer O dan H meningkat sejak minggu kedua dan tetap posisitf selama beberapa
bulan atau tahun
Aglutinin O
Aglutinin H Diagnosis
Aglutinin Vi
Makin tinggi titernya makin besar kemungkinan klien menderita tyfoid. Pada infeksi aktf, titer reaksi widal
akan meningkat pada pemeriksaan ulang.
7. KOMPLIKASI
a. Perdarahan usus
b. Perforasi usus
c. Ileus paralitik
8. PENATALAKSANAAN
a. Perawatan bedrest
b. Diet (pemberian makanan padat dini dengan lauk pauk rendah selulosa).
c. Obat/terapi
c. Riwayat penyakit sekarang: Pasien juga sering menunjukkan keluhan kepala pusing, badan dirasa lemah,
nafsu makan menurun, mengeluh ngilu dan nyeri pada otot. Pada pengamatan ditemukan: Lidah kotor
(kotor di tengah tepi dan ujung merah dan tremor), BB menurun, porsi makan tidak habis, ggn sensasi
pengecapan, Gelisah, terdapat penurunan kesadaran: Somnolen stupor, koma, delirium atau psikosis,
Immobilisasi, Pembesaran hepar (hepatomegali), Diare, kadang disertai konstipasi.
S: hypertermia (> 37,50C), bradikardia relatif, Hepatomegali, splenomegali, meteorismus (akumulasi
udara dalam intestinal), 8) Roseola (bintik merah pada leher, punggung dan paha)
d. Riwayat penyakit dahulu: Mungkin pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya serta pernah
tidaknya memperoleh pengobatan antimikroba sebelumnya serta riwayat vaksinasi sebelumnya.
e. Riwayat penyakit keluarga: Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga minimal 6 bulan terakhir.
f. Riwayat kesehatan lingkungan: Kaji klien tentang penyediaan air bersih, kebersihan individu dalam
kebiasaan makan, minum. Sanitasi lingkungan.
Tahap perkembangan manusia ditinjau dari aspek psikososial oleh Eric Ericsson:
Masa bayi 0 1 tahun: Trust vs mistrust.
Bayi belajar untuk percaya pada orang yang merawatnya, untuk memenuhi kebutuhan dasarnya seperti:
kehangatan, amkanan dan kenyamanan sehingga kepercayaan pada orang lain terbentuk
ketidakpercayaan adalah akibat dari perawatan yang tidak konsisten, tidak cukup dan tidak aman.
Tahap perkembangan manusia ditinjau dari aspek psikososial menurut Eric Ericsson:
Usia 1 3 tahun (Toddler): Autonomy vs Shame.
Perkembangan keterampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari lingkungan dan keuntungan
yang ia peroleh dari kemampuannya untuk amndiri (tidak tergantung), melalui dorongan orangtua untuk
amkan, berpakaian, BAB sendiri. Jika orangtua terlalu over protectif (terlalu melindungi), menuntut
harapan yang terlalu tinggi, maka anka akan merasa malu dan ragu ragu seperti juga perasaan tidak
mampu yang dapat berkembang pada diri anak.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Peningkatan suhu tubuh (hypertermia) b/d proses infeksi salmonella typhi.
b. Resiko tinggi kurang cairan b/d pemasukan cairan kurang, kehlangan cairan berlebihan melalui muntah
dan diare.
c. Resiko tinggi ggn pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak
adekuat, mual muntah, anoreksia.
d. Gan pemenuhan kebutuhan sehari hari (ADL) b/d kelemahan, immobilisasi.
e. Ketakutan b/d hospitalisasi, tidak mengenal sumber ketakutan, krisis lingkungan.
3. RENCANA TINDAKAN/RASIONAL
a. Peningkatan suhu tubuh (hypertermia) b/d proses infeksi salmonella typhi.
Tujuan: Klien mendemonstrasikan bebas dari panas.
Kriteria hasil: Vital sign dalam batas normal, anak tenang, tidak rewel.
Rasional
Intervensi
Mandiri:
1) Observasi suhu, N, TD, RR tiap 2-3 jam Sebagai pengawasan terhadap adanya
perubahan keadaan umum pasien sehingga
dapat diakukan penanganan dan perawatan
secara cepat dan tepat.
2) Catat intake dan output cairan dlm 24 jam Mengetahui keseimbangan cairan dalam tubuh
pasien untuk membuat perencanaan kebutuhan
cairan yang masuk.
3) Kaji sejauhmana pengetahuan keluarga dan Mengetahui kebutuhan infomasi dari pasien dan
pasien tentang hypertermia keluarga mengenai perawatan pasien dengan
hypertemia.
4) Jelaskan upaya upaya untuk mengatasi Upaya upaya tersebut dapat membantu
hypertermia dan bantu klien/keluarga dlm menurunkan suhu tubuh pasien serta
upaya tersebut: meningkatkan kenyamanan pasien.
Tirah baring dan kurangi aktifitas
Banyak minum
Beri kompres hangat
Pakaian tipis dan menyerap keringat
Ganti pakaian, seprei bila basah
Lingkungan tenang, sirkulasi cukup.
5) Anjurkan klien/klg untuk melaporkan bila
tubuh terasa panas dan keluhan lain. Penanganan perawatan dan pengobatan
yang tepat diperlukan untuk megurangi
keluhan dan gejala penyakit pasien sehingga
kebutuhan pasien akan kenyamanan
Kolaborasi: terpenuhi.
6) Kolaborasi pengobatan: antipiretik, cairan
dan pemeriksaan kultur darah. Antipiretik dan pemberian cairan menurunkan
suhu tubuh pasien serta pemeirksaan kultur
darah membantu penegakan diagnosis
typhoid.
b. Resiko tinggi kurang cairan b/d pemasukan cairan kurang, kehilangan berlebihan melalui muntah dan
diare.
Tujuan: Pasien mendemonstrasikan kebutuhan cairan trepenuhi secara adekuat.
Kriteria hasil: Tidak ada manifestasi dehidrasi, input output balance.
Rasional
Intervensi
Mandiri:
1) Awasi masukan dan keluaran, bandingkan Memberikan informasi tentang kebutuhan
dengan BB harian. Catat kehilangan melalui cairan/elektrolit yang hilang.
usus, contoh muntah dan diare.
2) Kaji tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler,
turgor kulit dan membran mukosa.
Kolaborasi: Indikator volume sirkulasi/perfusi.
3) Awasi nilai laboratorium: HB, HT, Na albumin.
c. Resiko tinggi ggn pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak
adekuat, mual muntah, anoreksia.
Tujuan: Pasien menunjukkan pemenuhan nutrisi adekuat.
Kriteria hasil: Pasien menunjukkan peningkatan berat badan, tidak ada mual dan muntah.
Rasional
Intervensi
Mandiri:
1) Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien
Berikan porsi kecil tapi sering dan awarkan anoreksi, anoreksi juga paling buruk selama
makan pagi dengan porsi paling besar. siang hari, membuat masukan makanan yang
2) Berikan perawatan mulut sebelum makan. sulit pada sore hari.
3) Anjurkan makan dlm posisi duduk tegak. Menghilangkan rasa tak enak dapat
4) Dorong pemasukan sari jeruk, minuman meningkatkan nafsu makan.
karbonat dan permen sepanjang hari. Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan
Kolaborasi: dapat meningkatkan pemasukan.
5) Konsul ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk Bahan ini merupakan ekstra kalori dan dapat
memberikan diet sesuai kebutuhan klien. lebih mudah dicerna/ditoleran bila makanan lain
6) Awasi glukosa darah. tidak.
7) Berikan obat sesuai indikasi: antasida, Berguna dalam membuat program diet untuk
antiemetik, vitamin B kompleks. memenuhi kebutuhan klien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arthur C. Guyton and John E. Hall ( 1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
2. Carolyn M. Hudak, Barbara M. Gallo (1996), Keperawatan Kritis; Pedekatan Holistik Volume II, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta
3. Donna D. Igatavicius, Kathy A. Hausman ( 1995), Medical Surgical Nursing: Pocket Companoin For 2 nd
Edition, W. B. Saunders Company, Philadelphia
4. Lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak FK Unud (1997), Buku Standar Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan
Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unud, Denpasar.
5. Lynda Juall Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis edisi 6, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
6. Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta
7. Ngastiyah (1997), Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
8. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Depkes RI (1993), Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks
Keluarga Cetakan II, Depkes RI, Jakarta
9. Soetjiningsih (2000), Tumbuh Kembang Anak, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
10. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI (1995), Buku Kuliah Jilid 2: Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI, Jakarta.