I. PENDAHULUAN
Dunia penerbangan di Indonesia dari tahun ke tahun umumnya menunjukkan perkembangan yang
pesat. Salah satu maskapai penerbangan di Indonesia adalah PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Badan
usaha yang merupakan satu-satunya badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak dibidang
maskapai penerbangan tersebut terus melakukan perbaikan dari berbagai sisi. Salah satunya dengan
penyelesaian seluruh restrukturisasi utang perusahaan yang mengantarkan PT. Garuda Indonesia (Persero)
Tbk melakukan IPO di bursa pada 11 februari 2011 dengan kode GIAA. Initial Public Offering (IPO) atau
penawaran umum perdana terjadi ketika emiten melakukan penawaran efek untuk 2 pertama kalinya
BUMN memerlukan dana untuk melakukan ekspansi dan going concern dimana kebutuhan dana
ini dapat diperoleh melalui laba ditahan dan peningkatan modal disetor. Laba ditahan perusahaan tidak
besar setiap tahunnya karena BUMN diharapkan pemerintah untuk membagikan dividen sehingga ada
tambahan dana APBN selain pajak. BUMN tidak bisa mengharapkan penambahan modal disetor dengan
penyuntikan dana dari pemerintah karena penyuntikan dana memerlukan proses hukum yang panjang
serta kemampuan pemerintah dalam menyediakan dana dan akhirnya pemerintah juga harus menambah
hutang (Astuti,2014). Sehingga langkah PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk sebagai BUMN yang
melakukan penerbitan saham ke publik atau IPO dapat mengatasi keterbatasan-keterbatasan tersebut.
Harga IPO yang ditetapkan saat itu adalah sebesar Rp 750, sedangkan minat investor sepertinya
tidak sesuai dengan penetapan IPO yang mempunyai harga penutupan pada hari pertama sebesar Rp 620.
Sehingga Initial Return PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk menjadi negatif sebesar 17,33%. Initial
Return yang diperoleh berkaitan dengan kinerja keuangannya. Initial return saham perusahaan yang
menguntungkan investor dipengaruhi oleh kinerja saham perusahaan yang merupakan dampak dari
kinerja keuangan yang baik. Investor dalam hal ini mengalami kerugian akibat tingkat pengembalian
yang negatif dan dapat terealisasi apabila investor menjual sahamnya. Namun, meski belum mencapai
IPO, dalam penelitian Astuti (2014) menyebutkan adanya penambahan modal dari pelaksanaan IPO yang
telah memperbaiki fundamental keuangan 3 perusahaan, termasuk arus kas untuk aktivitasi investasi bagi
peremajaan armada dan peningkatan penumpang serta efisiensi biaya operasional secara keseluruhan.
Akibat perubahan jenis perusahaan dari perusahaan tertutup menjadi perusahaan terbuka, PT.
Garuda Indonesia (Persero) Tbk membutuhkan investor sebagai upaya untuk mendapatkan modal melalui
penjualan saham. Untuk mendapatkan investor, PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk harus menunjukkan
kinerja perusahaan yang baik yang salah satunya adalah kinerja dalam aspek keuangan. Selain itu BUMN
sebagai perusahaan publik, memiliki kinerja perusahaan yang baik merupakan harapan banyak investor
yang dalam hal ini adalah masyarakat dan pemerintah karena modal yang ditanamkan perlu
dipertanggungjawabkan. Pemegang kepentingan dapat melakukan analisis rasio keuangan untuk melihat
bagaimana kinerja keuangan suatu perusahaan sesuai dengan alat analisis yang diatur dalam Keputusan
Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor KEP-100/MBU/2002. Data sebagai dasar
penilaian terhadap kinerja perusahaan tersebut dapat ditemukan dalam laporan keuangan yang berisi
Analisis kinerja keuangan perusahaan diperlukan berbagai pihak baik internal maupun eksternal
sebagai evaluasi informasi. Bagi manajemen, melakukan analisis kinerja keuangan berfungsi sebagai
peralatan analisis perencanaan dan pengendalian keuangan (Mardiyanto, 2009:65). Bagi para investor,
analisis kinerja keuangan berfungsi sebagai informasi tentang kondisi kesehatan keuangan perusahaan
sebagai salah satu acuan pengambilan keputusan dalam melakukan investasi. Selain bagi manajemen dan
investor, 4 analisis kinerja keuangan juga diperlukan oleh kreditor, pemegang obligasi dan pihak yang
berkepentingan lainnya.
Dalam beberapa penelitian mengenai perbedaan kinerja keuangan antara sebelum dan sesudah
perusahaan melakukan Initial Public Offering (IPO) ternyata menghasilkan kesimpulan yang berbeda-
beda.Wei et al (2003) meneliti tentang perusahaan yang melakukan IPO menghasilkan kesimpulan bahwa
secara umum trend perusahaan di Cina yang melakukan IPO akan mengalami penurunan keuntungan.
Penelitian Kusumawati dkk (2014) menunjukkan perusahaan yang diteliti memiliki kemampuan dalam
membayar hutang jangka pendeknya yang lebih baik, jika dilihat dari debt ratio semakin kecil risiko
pemberian pinjaman tetapi dilihat dari the debt equty ratio semakin besar resiko pemilik modal,
perusahaan semakin tidak efektif dalam menggunakan aktiva yang dimiliki, dan perusahaan semakin
mampu dalam menghasilkan laba setelah IPO. Sampel perusahaan yang dipilih dalam penelitian tersebut
Namun berbeda dengan penelitian diatas, dalam penelitian Manalu (2002) pada perusahaan
perbankan menyatakan bahwa secara keseluruhan rasio-rasio keuangan perbankan siginfikan menjadi
lebih baik setelah IPO. Manalu (2002) juga menyatakan bahwa go public masih menjadi alternatif yang
lebih baik dalam rangka menambah modal dan memperbaiki struktur funding serta cost of capital.
Perbedaan hasil penelitian diatas, membuat peneliti ingin membuktikan bagaimana perbedaan kinerja
keuangan perusahaan antara sebelum dan sesudah melakukan IPO yang dalam hal ini adalah kinerja PT.
Peneliti membagi dalam dua tahap penelitian yang saling berhubungan sebagai pokok
permasalahan sesuai dengan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor
KEP-100/MBU/2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan antara sebelum dan sesudah PT.
Garuda Indonesia (Persero) Tbk melakukan Initial Public Offering (IPO) selama periode 2008-2013.
ASET ASSETS
Jumlah Aset Tidak Lancar 2.302.162.981 2.302.564.372 2.161.116.242 Total Non Current Assets
Lihat catatan laporan keuangan konsolidasian yang merupakan See accompanying notes to consolidated financial statements
bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian. which are an integral part of the consolidated financial statements.
PT. GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ENTITAS ANAK PT. GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk AND ITS
SUBSIDIARIES LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN CONSOLIDATED STATEMENTS OF FINANCIAL
POSITION 31 DESEMBER 2015, 2014 DAN 1 JANUARI 2014 - Lanjutan DECEMBER 31, 2015, 2014 AND JANUARY 1, 2014 -
Continued
Jumlah Liabilitas Jangka Pendek 1.195.849.121 1.219.365.356 999.099.449 Total Current Liabilities
Jumlah Liabilitas Jangka Panjang 1.163.438.680 1.014.246.368 904.405.513 Total Non Current Liabilities
EKUITAS EQUITY
Modal saham - nilai nominal Rp 459 per saham Capital stock - Rp 459 par value per share for
untuk saham Seri A Dwiwarna dan saham Seri B Series A Dwiwarna share and Series B shares
Modal dasar - 1 saham Seri A Dwiwarna Authorized - 1 of Series A Dwiwarna share
dan 29.999.999.999 saham Seri B and 29,999,999,999 Series B shares
Modal ditempatkan dan disetor - 1 saham Seri A Issued and paid-up capital - 1 Series A
Dwiwarna dan 25.868.926.632 saham Seri B Dwiwarna shares and 25,868,926,632
pada 31 Desember 2015 dan 2014 dan Series B share at December 31, 2015 and
22.640.995.999 pada 1 Januari 2014 29 1.309.433.569 1.309.433.569 1.146.031.889 2014 and 22,640,995,999 at January 1,
Tambahan modal disetor 30 (33.948.489) (33.948.489) 4.548.037 2014 paid-in capital
Additional
Opsi saham 32 2.770.970 2.770.970 2.770.970 Stock option
Saldo laba Retained earnings
Defisit sebesar USD 1.385.459.977 pada Deficit amounting USD 1,385,459,977 as of
tanggal 1 Januari 2012 telah dieliminasi January 1, 2012 was eliminated in connection
dalam rangka kuasi-reorganisasi (Catatan 54) with quasi reorganization (Notes 54)
- Dicadangkan 33 6.081.861 6.081.861 5.529.919 - Appropriated
- Belum dicadangkan (220.046.387) (293.955.127) 83.242.722 - Unappropriated
Pendapatan komprehensif lainnya 14,31 (130.770.768) (126.884.816) (165.090.777) Other comprehensive income
Ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik 933.520.756 863.497.968 1.077.032.760 Equity attributable to owners of the company
Kepentingan non pengendali 34 17.202.429 15.969.623 17.100.834 Non controlling interest
JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS 3.310.010.986 3.113.079.315 2.997.638.556 TOTAL LIABILITIES AND EQUITY
Lihat catatan laporan keuangan konsolidasian yang merupakan See accompanying notes to consolidated financial statements
bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian. which are an integral part of the consolidated financial statements.
PT. GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ENTITAS ANAK PT. GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk AND ITS
SUBSIDIARIES LAPORAN LABA RUGI DAN CONSOLIDATED STATEMENTS OF PROFIT OR LOSS
AND PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN KONSOLIDASIAN OTHER COMPREHENSIVE INCOME
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2015 DAN 2014 FOR THE YEARS ENDED DECEMBER 31, 2015 AND
2014
Disajikan kembali
- Catatan 2/
Catatan/ As restated - Note
2015 Notes 2
2014
USD USD
PENDAPATAN USAHA OPERATING REVENUES
Penerbangan berjadwal 3.208.469.733 35 3.384.255.386 Scheduled airline services
Penerbangan tidak berjadwal 261.899.138 35 203.902.498 Non-scheduled airline services
Lainnya 344.620.874 35 345.372.388 Others
Jumlah Pendapatan Usaha 3.814.989.745 3.933.530.272 Total Operating Revenues
Bagian laba (rugi) bersih asosiasi (98.259) 4.193 Equity in net income (loss) of associates
Pendapatan keuangan 6.597.482 12.091.904 Finance income
Beban keuangan (68.584.517) 43 (73.321.080) Finance cost
LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK 106.660.147 (456.453.104) PROFIT (LOSS) BEFORE TAX
LABA (RUGI) BERSIH TAHUN BERJALAN 77.974.161 (368.911.279) NET PROFIT (LOSS) FOR THE CURRENT YEAR
Jumlah penghasilan komprehensif lain (6.718.567) 29.340.122 Total other comprehensive income
LABA (RUGI) PER SAHAM DASAR - EARNINGS (LOSS) PER SHARE - BASIC
diatribusikan kepada pemilik entitas induk 0,00296 44 (0,01480) attributable to owner of the parent company
Lihat catatan laporan keuangan konsolidasian yang merupakan See accompanying notes to consolidated financial
statements bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian. which are an integral part of the consolidated financial
statements.
PT. GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ENTITAS ANAK PT. GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk AND ITS SUBSIDIARIES
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2015 DAN 2014 FOR THE YEARS ENDED DECEMBER 31, 2015 AND
2014
1 Januari 2014 1.146.031.889 4.548.037 2.770.970 5.529.919 83.242.722 52.373.880 (217.464.657) - (165.090.777)
1.077.032.760 17.100.834 1.094.133.594 January 1, 2014
Jumlah penghasilan komprehensif - - - - (376.645.907) 46.692.312 (8.456.581) (29.770) 38.205.961 (338.439.946) (1.131.211) (339.571.157) Total comprehensive income
Saldo 31 Desember 2014 1.309.433.569 (33.948.489) 2.770.970 6.081.861 (293.955.127) 99.066.192 (225.921.238) (29.770) (126.884.816) 863.497.968 15.969.623 879.467.591 Balance as of December 31, 2014
Saldo 31 Desember 2015 1.309.433.569 (33.948.489) 2.770.970 6.081.861 (220.046.387) 123.954.471 (243.987.188) (10.738.051) (130.770.768) 933.520.756 17.202.429 950.723.185 Balance as of December 31, 2015
Lihat catatan laporan keuangan konsolidasian yang merupakan See accompanying notes to consolidated financial statements
bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian. which are an integral part of the consolidated financial
statements.
PT. GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PT. GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES LAPORAN ARUS KAS KONSOLIDASIAN CONSOLIDATED
STATEMENTS OF CASH FLOWS UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2015 DAN 2014 FOR THE YEARS ENDED
DECEMBER 31, 2015 AND 2014
2015 2014
USD USD
Kas Bersih Diperoleh dari (Digunakan untuk) Net Cash Provided from (Used in) Operating
Aktivitas Operasi 179.399.348 (54.152.784) Activities
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI CASH FLOWS FROM INVESTING ACTIVITIES
Penerimaan pengembalian uang muka pembelian pesawat 232.788.003 267.051.525 Refund of advance payments for purchase of aircraft
Penerimaan pengembalian dana pemeliharaan pesawat 9.336.989 45.738.406 Receipts of aircraft maintenance reimbursements
Penerimaan uang jaminan 20.680.984 15.813.295 Receipts of security deposit
Penerimaan bunga 6.597.482 12.724.000 Interest received
Hasil pelepasan aset tetap 1.659.360 4.770.914 Proceeds from disposal of property and equipment
Penerimaan dividen 10.686.697 194.733 Dividend received
Pengeluaran untuk dana pemeliharaan pesawat (315.919.637) (302.532.646) Payments for aircraft maintenance reserve fund
Uang muka pembelian pesawat (70.282.089) (168.937.917) Advance payments for purchase aircrafts
Pengeluaran untuk perolehan aset tetap (43.135.095) (51.659.502) Acquisition of property and equipment
Pengeluaran untuk perolehan aset pemeliharaan Payments for aircraft maintenance
dan aset sewa pesawat (16.528.215) (14.763.356) and aircraft leased asset
Pembayaran uang jaminan (26.363.964) (40.791.017) Payments for security deposit
Uang muka perolehan aset tetap (12.115.837) (14.973.819) Advance payments for property and equipment
Investasi pada entitas anak - (8.606.557) Investment in subsidiaries
Penerimaan lainnya dari aktivitas investasi 2.642.824 191.953 Proceeds from other investing activities
Kas Bersih Digunakan untuk Aktivitas Investasi (199.952.498) (255.779.988) Net Cash Used in Investing Activities
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN CASH FLOWS FROM FINANCING ACTIVITIES
Penerimaan pinjaman jangka panjang 78.196.510 481.920.742 Proceeds of long-term loan
Penerimaan dari penawaran saham - bersih - 133.511.711 Proceeds from issuance of common stock - net
Penerimaan utang bank dan lembaga keuangan 1.173.194.154 172.085.834 Proceeds of bank loan and financial institution
Penerimaan sukuk - bersih 496.280.000 - Proceeds of sukuk - net
Pembayaran pinjaman jangka panjang (676.547.731) (371.971.858) Payments of long-term loan
Pembayaran utang bank dan lembaga keuangan (892.533.705) (162.680.475) Payments of bank loan and financial institution
Kenaikan kas yang dibatasi penggunaannya 3.618.439 2.751.957 Increase in restricted cash
Pembayaran biaya pengembalian pesawat (67.483) (2.883.214) Payment for aircraft return and maintenance
Penerimaan (pembayaran) untuk aktivitas pendanaan
lainnya (753.205) 184.742 Receipt (payment) for other financing activities
Kas Bersih Diperoleh dari Aktivitas Pendanaan 181.386.979 252.919.439 Net Cash Provide from Financing Activities
Efek perubahan kurs mata uang asing (75.188.672) 10.911.778 Effect of foreign exchange rate changes
Lihat catatan laporan keuangan konsolidasian yang merupakan See accompanying notes to
consolidated financial statements bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian. which are an
integral part of the consolidated financial statements.
III. ANALISIS FUNDAMENTAL PT GARUDA INDONESIA Tbk.
Analisa fundamental pada dasarnya fokus pada analisa kondisi makro, kondisi
industri dan kondisi fundamental perusahaan. Analisa Makro adalah analisa
terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang berlaku maupun kondisi
perekonomian secara makro. Hal-hal yang dianalisa antara lain pendapatan
perkapita (GDP), money supply, tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan kondisi
geopolitik.
Analisa Industrial adalah analisa untuk mengetahui kondisi dari suatu industri apakah
berada pada tahap awal, pertumbuhan, maturity atau decline (penurunan) dan bagaimana
dampaknya bagi keuntungan perusahaan. Analisa industri dilakukan melalui dua tahap
pendekatan :
Industrial Life Cycle Model terdiri dari tahap pertumbuhan, ekpansi, maturity
dan decline (penurunan).
Profit Life Cycle Model terdiri dari perumbuhan pendapatan, profit margin
negative (ekpansi), profit margin dan total earning meningkat (maturity) terakhir
penjualan dan profit margin cenderung datar sehingga earning menurun
(decline).
B. ANALISIS INDUSTRI
Dalam analisis industri dilakukan penialaian suatu industri dan menentukan
returnyang diharapkan dari industri tersebut, dengan demikian diharapkan investor dapat
menentukan peluang investasi pada industri dengan prospek yang baik. Karena Garuda
Indonesia merupakan perusahaan dengan inti bisnis jasa transportasi udara, maka dalam
melakukan estimasi tingkat keuntungan industri saya tidak akan menyertakan semua
emiten yang ada pada sub sektor industri, namun hanya beberapa emiten sebagai
pembanding dalam industri transportasi.
Selain itu, dari tabel perbandingan antara emiten yang berada pada sub sektor
transportasi, maka dapat diketahui: Rata-rata EPS = 176,75 Rata-rata PER = 13,92
Nilai akhir yang diharapkan dari Industri Transportasi = 176,75 x 13,92 = 2.460,36
Berdasarkan data ROE dan ROA, dapat dikatakan Garuda Indonesia mengalami
peningkatan performa finansial terlihat dengan tingkat pengembalian asset dan ekuitas yang
ada selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, walaupun pada tahun 2014 mengalami
penurunan.
Income Statement
Cash Flow
Balance Sheet
Rasio Likuiditas dan Solvabilitas. Rasio likuiditas GIAA dapat dilihat melalui
Current ratio sebesar 0,7. Hal ini menunjukkan bahwa GIIA merupakan perusahaan yang
memiliki likuiditas yang baik karena memiliki kemampuan yang baik dari harta lancar yang
dimiliki untuk menutup kewajiban lancar perusahaan. Sedangkan rasio solvabilitas diukur
melalui Debt To Asset Ratio (DAR). Dengan nilai DAR sebesar 0,71 maka GIAA mampu
menutup hutang yang dimiliki dengan 71% asset yang dimiliki. Valuasi Harga Saham Dalam
analisis valuasi saham perusahaan, didasarkan pada dua komponen utama yaitu EPS dan
PER, karena pada dasarnya kedua komponen tersebut dapat dipakai untuk mengestimasi nilai
intrinsik saham.
Pertumbuhan EPS dari tahun 2014 ke 2015 sebesar 124%, maka untuk
memproyeksikan EPS akan digunakan 50% sedangkan untuk proyeki PER digunakan sebesar
12.
PROYEKSI
TAHUN PERTUMBUHAN PROYEKSI EPS
50%
2016 43 x 50% 64,5
2017 64,5 x 50% 96,75
2018 96,75 x 50% 145,125
2019 145,25 x 50% 217,6875
2020 217,6875 x 50% 326,53
JUMLAH EPS 850,6
12 x 326,53 = 3.918,36
Sehingga pada tahun ke-5 saham GIIA akan diperdagangkan pada harga 3.918,36