Rusny*
*) Dosen Pada Jurusan Ilmu Peternakan Fak. Sains dan Teknologi
UIN Alauddin Makassar
Email : rusnydjunaid@gmail.com
PENDAHULUAN
yam ras petelur merupakan komoditi utama dalam menyediakan suplai
121
122 _ Jurnal Teknosains, Volume 9 Nomor 1, Januari 2015, hlm. 121 130
yang tangguh mulai dari hulu, yaitu sumber ternak (breeder) sampai dikeluarkan
produk unggas yang sehat dari lingkungan peternakan sebagai hilir dari suatu
sistem peternakan.
Tinjauan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi dapat dilihat dari
beberapa perspektif. Menurut Rogers (2003), seseorang mengadopsi teknologi
disebabkan karena proses komunikasi yang terjadi. Faktor penentu sebuah adopsi
teknologi adalah Source (sumber pesan yaitu penyuluh), Message (materi
penyuluhan), Channel (metode penyuluhan yang digunakan), Recipient (penerima
pesan atau peternak). Terdapat pula perspektif tingkah laku yang dikemukakan
oleh Ajzen (1991) yang menyatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh
sikap, norma subyektif dan kontrol terhadap perilaku yang diprediksikan. Teori
perilaku yang dikemukakan oleh Ajzen lebih fokus pada proses psikologi yang
terjadi dalam diri manusia sedangkan apa yang dikemukakan oleh Rogers lebih
fokus pada stimulus yang diterima seseorang yang berasal dari luar dirinya.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui besarnya tingkat adopsi inovasi
biosekuriti ayam ras petelur di kabupaten Sidrap serta faktor-faktror yang
mempengaruhi tingkat adopsi inovasi biosekuriti ayam ras petelur di kabupaten
Sidrap.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah kuantitatif explanasi yang melihat hubungan antara
variable independen dengan variable dependent. Sifat penelitian adalah
noneksperimental karena seluruh variable telah ada dan tersedia.
Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah statistika Infrensial dengan uji F dan
uji t. menggunakan model Regresi Linear Berganda. Regresi Linear berganda
digunakan untuk menggambarkan hubungan antar variabel dependen yang biasa
disimbol Y dan variabel independen biasanya disimbolkan X. Untuk membantu
melihat hasil dari regresi linear berganda digunakan alat bantu software SPSS
16.00 for windows.
Rumus Regresi :
Y = 0+ b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5+.....bnXn +
Keterangan :
Y = Adopsi Inovasi Biosecurity
= Intersep/konstanta
X1 = Sikap (skala likert)
X2 = Subjektif Norma (skala likert)
X3 = Kontrol Perilaku (skala likert)
X4 = Skala Usaha (ekor)
X5 = Intensitas Peyuluhan (Perbulan)
X6 = Tingkat Pendidikan (Tahun)
b1,b2,b3 = Koefesien regresi
Untuk mengukur sub variabel Sikap (X1), Subjektif Norma (X2) dan Kontrol
Perilaku (X3) digunakan skala likert. Riduwan (2005) menyatakan bahwa skala
likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dengan menggunakan skala
likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi yang
124 _ Jurnal Teknosains, Volume 9 Nomor 1, Januari 2015, hlm. 121 130
terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrument yang berupa
pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden.
Jawaban berupa pemberian skor/pembobotan sebagai berikut :
Sangat Tidak Setuju =1
Tidak Setuju =2
Setuju =3
Sangat Setuju =4
PEMBAHASAN
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap adopsi inovasi biosekuriti
peternakan ayam ras petelur di Kabupaten Sidrap antara lain adalah sikap peternak,
norma subyektif, kontrol perilaku, skala usaha, intensitas penyuluhan, dan tingkat
pendidikan. Untuk menentukan variabel mana yang paling berpengaruh diantara
semua variabel bebas yang ada terhadap variabel terikat, maka digunakan metode
analisis yang membandingkan besar koefisien regresi antar masing-masing
variabel bebas tersebut.
Rusny, Tingkat Adopsi Inovasi Biosecurity Ayam Ras Petelur di Kabupaten Sidrap _ 125
59
3. Biosecurity Tamu dan Pekerja 0 28 (32,18) (67,82)
a) Sebelumnya tidak mengunjungi
peternakan lain
b) Tamu tidak mengunjungi bibit
utama
c) Mengikuti pensyaratan sanitasi
berada pada tingkat sedang 60,92 % biosekuriti kandang berada pada tingkat
sedang 93,10 %, biosekuri limbah berada pada tingkat tinggi 71,74 % dan
biosekuriti rak telur berada pada tingkat sebesar 86,21 %.
Adopsi biosekuriti oleh peternak ayam ras petelur di kabupaten Sidrap
ditentukan oleh dua faktor yaitu kontrol terhadap prilaku adopsi dan skala usaha.
Menurut Bergevoet et al. (2004) kontrol terhadap perilaku adopsi adalah
keyakinan seseorang untuk dapat mengontrol dan mengendalikan perilaku akibat
adopsi teknologi. Adapun skala usaha adalah jumlah ayam ras petelur yang
dimiliki oleh peternak selama satu siklus produksi. Kedua faktor inilah yang
mengontrol tingkat adopsi teknologi biosekuriti di kabupaten Sidrap.
Pengaruh skala usaha terhadap tingkat adopsi biosekuriti di kabupaten
Sidrap sejalan dengan apa yang ditemukan oleh Amsalu and Graaff (2007) yang
menyatakan bahwa semakin meningkat skala usaha maka semakin meningkat pula
adopsi teknologi petani. Graaff et al. (2007) juga menjelaskan bahwa semakin
meningkat skala usaha maka adopsi teknologi serta komitmen untuk melanjutkan
adopsi teknologi petani semakin meningkat pula.
Faktor lain yang mempengaruhi adopsi biosekuriti oleh peternak ayam ras
petelur di kabupaten Sidrap adalah persepsi peternak terhadap kemampuan untuk
mengontrol perilaku adopsi. Jika peternak meyakini mampu mengontrol perilaku
adopsinya atau konsekuensi dari adopsi, maka adopsi biosekuriti peternak juga
meningkat. Penelitian tentang persepsi terhadap kontrol perilaku adopsi
dilakukan oleh Colemont et al (2008) yang menemukan bahwa tingkat
penggunaan pestisida sebagai upaya petani membasmi hama dan penyakit
tanaman dipengaruhi oleh persepsi petani terhadap kontrol perilaku. Hal yang
berbeda ditemukan oleh Wauters et al. (2010) bahwa persepsi terhadap
kemampuan mengontrol perilaku tidak mempengaruhi adopsi praktek konservasi
lahan.
Kondisi usaha ayam ras petelur yang padat modal menuntut peternak sangat
berhati-hati dalam mengadopsi sebuah teknologi. Peternak harus meyakini bahwa
teknologi yang akan diadopsi mampu mereka kendalikan dan mampu
dilaksanakan dengan baik barulah mereka akan mengadopsinya. Kontrol perilaku
menurut Bergovet et al (2004) adalah kontrol terhadap kemampuan untuk
melaksanakan teknologi dan kontrol terhadap akibat yang mungkin ditimbulkan
dari adopsi teknologi misalnya biaya yang mahal, penggunaan tenaga kerja.
Kaitannya dengan adopsi biosekuriti, peternak akan mengadopsi biosekuriti jika
mereka meyakini mampu melaksanakan biosekuriti tersebut. Selain itu, kendala
128 _ Jurnal Teknosains, Volume 9 Nomor 1, Januari 2015, hlm. 121 130
biaya dan ketersediaan tenaga kerja sering menjadi hambatan dalam penerapan
sebuah teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, I. The Theory of Planned Behabior, Organizational Behavior and Huma
Decision Processes (50), 1991, pp. 179-211.
Baba, S., M.I. Dagong, J.A. Syamsu. H.M. Ali. Kajian Potensi Pengembangan
dan Pengelolaan Usaha Peternakan Berbasis Ekonomi Kerakyatan di
Sulawesi Selatan. Monograph Hasil Penelitian, Balitbangda Sulawesi
Selatan, Makassar, 2008.
Dharmmesta, B.S. Teory Of Planned Behavior Dalam Penelitian Sikap, Niat dan
Perilaku Konsumen, Jurnal Kelola. No. 18/VII/1998, 1998.
Rusny, Tingkat Adopsi Inovasi Biosecurity Ayam Ras Petelur di Kabupaten Sidrap _ 129
Direktorat Jenderal Peternakan. Seminar pada Acara Jambore dan Festival Karya
Penyuluh Pertanian ke-2.Taman Cibodas, Cianjur, 2008.
Hadi, I.K. Biosekuritas Farm Pembibitan Ayam (1). Poultry Indonesia. Desember
260: 88-90, 2001.
Hepworth, R. Avian Influenza and Wild Bird: What is their Actual, 2006.
J.De Graaff, et.al. Factors Influencing Adoption and Contineved Use of Long-
Term Siol and Water Conservation Measures In Five Develiping Countries.
Wangeingen University The Netherlands. Epplied Geography 28 271-280,
2008.
Rogers, E.M. Diffision of Innovation, 5th ed. New York: Free Press, 2003.
130 _ Jurnal Teknosains, Volume 9 Nomor 1, Januari 2015, hlm. 121 130
Sudarsono. Flu Burung Serang 30 Propinsi. Seputar Indonesia : 01, 31 Jan 2007
Van den Ban & Hawkins. Penyuluhan Pertanian. Penerbit Kanisius, Yogyakarta,
1999.