Anda di halaman 1dari 10

TINGKAT ADOPSI INOVASI BIOSECURITY AYAM RAS

PETELUR DI KABUPATEN SIDRAP DAN FAKTOR-


FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Rusny*
*) Dosen Pada Jurusan Ilmu Peternakan Fak. Sains dan Teknologi
UIN Alauddin Makassar
Email : rusnydjunaid@gmail.com

Abstract : In order to encourage the adoption of innovations biosecurity at


layer farmers, it requires an understanding of innovation adoption
biosecurity layer and its influencing factors. This research aims to determine
adoption of innovation level of biosecurity layer and its influencing factors.
The Method is biosecurity weighting which consists of layer sources
biosecurity, disrupt animal biosecurity, guests and workers biosecurity, sick
animal biosecurity, feed biosecurity, waste biosecurity and egg crates
biosecurity, while the adoption innovation influencing factors use infrensial
statistics with test F and t test. The Results show the innovation adoption
level of biosecurity layer are low in Sidrap on disrupt animal biosecurity as
many as 59 people or 67.82%, guests and workers biosecurity consists of 59
people or 67.82%, while for the factors that influence the level of adoption of
innovation is scale effort and behavior control. The conclusion is There are
two factors that affect the level of adoption innovation layer in Sidrap, The
first is The Enhancement of adoption innovation biosecurity can be started
on a larger scale and the second is The ability to control his behavior.

Keywords: Adoption Innovation Factors, Biosecurity

PENDAHULUAN
yam ras petelur merupakan komoditi utama dalam menyediakan suplai

A telur konsumsi bagi masyarakat Indonesia. Perkembangan populasi


ayam ras petelur sangat signifikan, termasuk di kabupaten Sidrap.
Pada tahun 2010, jumlah populasi hanya 4.487.000 ekor dan pada tahun 2011
meningkat menjadi 6.483.000 ekor atau meningkat sebesar 44,48%.
Kerugian ekonomi dan ancaman kematian pada manusia tersebut
mendorong pemerintah untuk menetapkan langkah strategis pencegahan,
pengendalian dan pemberantasan flu burung seperti yang tercantum dalam
petunjuk Direktorat Jendral Bina Peternakan No.17/Kpts/PD.640/F/02.04 untuk
mengantisipasi kejadian penyakit yang terus-menerus menimpa dunia peternakan
khususnya penyakit flu burung, maka diperlukan adanya suatu sistem peternakan

121
122 _ Jurnal Teknosains, Volume 9 Nomor 1, Januari 2015, hlm. 121 130

yang tangguh mulai dari hulu, yaitu sumber ternak (breeder) sampai dikeluarkan
produk unggas yang sehat dari lingkungan peternakan sebagai hilir dari suatu
sistem peternakan.
Tinjauan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi dapat dilihat dari
beberapa perspektif. Menurut Rogers (2003), seseorang mengadopsi teknologi
disebabkan karena proses komunikasi yang terjadi. Faktor penentu sebuah adopsi
teknologi adalah Source (sumber pesan yaitu penyuluh), Message (materi
penyuluhan), Channel (metode penyuluhan yang digunakan), Recipient (penerima
pesan atau peternak). Terdapat pula perspektif tingkah laku yang dikemukakan
oleh Ajzen (1991) yang menyatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh
sikap, norma subyektif dan kontrol terhadap perilaku yang diprediksikan. Teori
perilaku yang dikemukakan oleh Ajzen lebih fokus pada proses psikologi yang
terjadi dalam diri manusia sedangkan apa yang dikemukakan oleh Rogers lebih
fokus pada stimulus yang diterima seseorang yang berasal dari luar dirinya.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui besarnya tingkat adopsi inovasi
biosekuriti ayam ras petelur di kabupaten Sidrap serta faktor-faktror yang
mempengaruhi tingkat adopsi inovasi biosekuriti ayam ras petelur di kabupaten
Sidrap.

MATERI DAN METODE


Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, pada bulan
Juli sampai Agustus 2012.

Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah kuantitatif explanasi yang melihat hubungan antara
variable independen dengan variable dependent. Sifat penelitian adalah
noneksperimental karena seluruh variable telah ada dan tersedia.

Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi penelitian adalah peternak ayamras petelur yang ada di
kabupaten Sidrap yang ada di kecamatan Maritengae dan Baranti. Jumlah
populasi sebanyak 691 orang. Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan
metode Slovin (2008) dengan rumus sebagai berikut :
Rusny, Tingkat Adopsi Inovasi Biosecurity Ayam Ras Petelur di Kabupaten Sidrap _ 123

Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel adalah 87 orang.


Penentuan sampel menggunakan teknik simple random sampling.

Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah statistika Infrensial dengan uji F dan
uji t. menggunakan model Regresi Linear Berganda. Regresi Linear berganda
digunakan untuk menggambarkan hubungan antar variabel dependen yang biasa
disimbol Y dan variabel independen biasanya disimbolkan X. Untuk membantu
melihat hasil dari regresi linear berganda digunakan alat bantu software SPSS
16.00 for windows.
Rumus Regresi :
Y = 0+ b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5+.....bnXn +

Keterangan :
Y = Adopsi Inovasi Biosecurity
= Intersep/konstanta
X1 = Sikap (skala likert)
X2 = Subjektif Norma (skala likert)
X3 = Kontrol Perilaku (skala likert)
X4 = Skala Usaha (ekor)
X5 = Intensitas Peyuluhan (Perbulan)
X6 = Tingkat Pendidikan (Tahun)
b1,b2,b3 = Koefesien regresi

Untuk mengukur sub variabel Sikap (X1), Subjektif Norma (X2) dan Kontrol
Perilaku (X3) digunakan skala likert. Riduwan (2005) menyatakan bahwa skala
likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dengan menggunakan skala
likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi yang
124 _ Jurnal Teknosains, Volume 9 Nomor 1, Januari 2015, hlm. 121 130

terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrument yang berupa
pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden.
Jawaban berupa pemberian skor/pembobotan sebagai berikut :
Sangat Tidak Setuju =1
Tidak Setuju =2
Setuju =3
Sangat Setuju =4

HASIL DAN PEMBAHASAN


Karekteristik Responden
Karekteristik umur responden berada pada usia 15 49 tahun berjenis
kelamin laki-laki dengan tingkat pendidikan SMU/sederajat 72,41 %, memelihara
ayam ras petelur terbanyak berada pada jumlah 1801 -3400 ekor sebanyak 45 atau
68,97 %.
Tingkat adopsi inovasi biosekuriti peternakan ayam ras petelur di
Kabupaten Sidrap yang dinilai dari delapan biosekuriti yaitu biosekuriti ternak
pengganggu berada pada tingkat rendah 67,82 %, biosekuriti tamu dan pekerja
berada pada tingkat rendah 67,82 %, biosekuriti ayam mati/sakit berada pada
tingkat sedang 98,85 %, biosekuriti pakan berada pada tingkat sedang 60,92 %
biosekuriti kandang berada pada tingkat sedang 93,10 %, biosekuri limbah berada
pada tingkat tinggi 71,74 % dan biosekuriti rak telur berada pada tingkat sebesar
86,21 %.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi inovasi biosekuriti ayam
ras petelur di kabupaten Sidarap terdapat pada Table 2 mengetahui pengaruh sikap
peternak, norma subyektif, kontrol perilaku, skala usaha, intensitas penyuluhan, dan tingkat
pendidikan terhadap tingkat adopsi inovasi biosekuriti dilakukan dengan
menggunakan Analisis Regresi Linear Berganda dengan persamaan
Y = 3,206 - 0,274X1 - 0,316X2 + 0,933X3 + 0,001X4 + 0,220X5 + 0,478X6.

PEMBAHASAN
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap adopsi inovasi biosekuriti
peternakan ayam ras petelur di Kabupaten Sidrap antara lain adalah sikap peternak,
norma subyektif, kontrol perilaku, skala usaha, intensitas penyuluhan, dan tingkat
pendidikan. Untuk menentukan variabel mana yang paling berpengaruh diantara
semua variabel bebas yang ada terhadap variabel terikat, maka digunakan metode
analisis yang membandingkan besar koefisien regresi antar masing-masing
variabel bebas tersebut.
Rusny, Tingkat Adopsi Inovasi Biosecurity Ayam Ras Petelur di Kabupaten Sidrap _ 125

Setelah melakukan pengujian pengaruh variabel bebas secara bersama-


sama, maka selanjutnya dilakukan pengujian pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat secara sendiri-sendiri (parsial). Adapun pengujian dilakukan
dengan menggunakan uji t. pengujian ini dilakukan dengan membandingkan
antara nilai thitung variabel bebas Xi dengan ttabel atau nilai signifikansi < = 0,05.
Untuk melihat pengaruh secara sendiri-sendiri masing-masing variabel bebas
adalah Y = 3,206 - 0,274X1 - 0,316X2 + 0,933X3 + 0,001X4 + 0,220X5 + 0,478X6
dari persamaan tersebut maka dapat diketahui nilai konstanta pengaruh sikap
peternak, norma subyektif, kontrol perilaku, skala usaha, intensitas penyuluhan, dan tingkat
pendidikan terhadap tingkat adopsi inovasi biosekuriti sebesar 3,206. Hal ini
menunjukkan bahwa jika nilai variabel bebas bernilai 0 atau tidak ada maka
tingkat adopsi inovasi biosekuriti akan bernilai 3,206.
Adopsi inovasi biosecurity menurut pemerintah melalui Direktur Jenderal
Peternakan mengeluarkan kebijakan tentang pedoman pencegahan pengendalian
dan pemberantasan penyak yang dituangkan dalam Keputusan No.
17/Kpts/Pp.640/F/02.04. Dalam keputusan tersebut dinyatakan bahwa metode
yang digunakan untuk mencegah penyebaran dan menghilangkan agens penyebab
penyakit meliputi biosecurity sumber ayam, biosecurity terhadap ternak
pengganggu, biosecurity tamu dan pekerja peternakan, biosecurity ternak
sakit/mati, biosecurity pakan, biosecurity kandang, biosecurity limbah dan
biosecurity rak telur.
Tabel adopsi inovasi biosecurity sumber ayam ras petelur di Kabupaten
Sidrap dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Adopsi Inovasi Biosecurity Sumber Ayam Ras Petelur di
Kabupaten Sidrap

Frekuensi Adopsi Inovasi Biosecurity


Tinggi Sedang Rendah
(%) (%) (%)
1. Biosecurity Sumber Ayam 9 (10,34) 78 (89,66) 0
a) Sumber ayam bebas penyakit
b) Surat keterangan kesehatan hewan
c) Isolasi agen penyakit
2. Biosecurity Terhadap Ternak 59
Pengganggu 9 (10,34) 19 (21,84) (67,82)
a) Tidak boleh memelihara unggas lain
b) Pencegaan khusus setelah kontak
dengan hewan lain
126 _ Jurnal Teknosains, Volume 9 Nomor 1, Januari 2015, hlm. 121 130

59
3. Biosecurity Tamu dan Pekerja 0 28 (32,18) (67,82)
a) Sebelumnya tidak mengunjungi
peternakan lain
b) Tamu tidak mengunjungi bibit
utama
c) Mengikuti pensyaratan sanitasi

4. Biosecurity Ayam Sakit/Mati 1 (1,15) 86 (98,85) 0


a) Ayam yang mati/sakit diisolasikan diagnosa ke
dokter
b) Mengeluarkan dan memisahkan
ternak yang mati dikubur atau
dibakar
5. Biosecurity Pakan 34
0 53 (60,92) (30,08)
a) Memperhatikan lama penyimpanan
b) Menyimpan pakan, menutup
terhindar dari tikus, kutu dan
serangga lainnya

6. Biosecurity Kandang 6 (6,90) 81 (93,10) 0


a) Pembersihan dilakukan secara
menyeluruh
b) Dilakukan pembersihan alat, lantai
dan atap
65 22
7. Biosecurity Limbah (74,71) 0 (25,29)
Limbah harus dijauhkan dan
dimusnahkan
75 12
8. Biosecurity Rak Telur (86,21) 0 (13,79)
Rak telur dari luar tidak boleh masuk

Sumber : Data olah 2013

Untuk adopsi inovasi biosekuriti dilihat dari delapan biossekuriti


diataranya adalah biosekuriti ternak pengganggu berada pada tingkat rendah
67,82 %, biosekuriti tamu dan pekerja berada pada tingkat rendah 67,82 %,
biosekuriti ayam mati/sakit berada pada tingkat sedang 98,85 %, biosekuriti pakan
Rusny, Tingkat Adopsi Inovasi Biosecurity Ayam Ras Petelur di Kabupaten Sidrap _ 127

berada pada tingkat sedang 60,92 % biosekuriti kandang berada pada tingkat
sedang 93,10 %, biosekuri limbah berada pada tingkat tinggi 71,74 % dan
biosekuriti rak telur berada pada tingkat sebesar 86,21 %.
Adopsi biosekuriti oleh peternak ayam ras petelur di kabupaten Sidrap
ditentukan oleh dua faktor yaitu kontrol terhadap prilaku adopsi dan skala usaha.
Menurut Bergevoet et al. (2004) kontrol terhadap perilaku adopsi adalah
keyakinan seseorang untuk dapat mengontrol dan mengendalikan perilaku akibat
adopsi teknologi. Adapun skala usaha adalah jumlah ayam ras petelur yang
dimiliki oleh peternak selama satu siklus produksi. Kedua faktor inilah yang
mengontrol tingkat adopsi teknologi biosekuriti di kabupaten Sidrap.
Pengaruh skala usaha terhadap tingkat adopsi biosekuriti di kabupaten
Sidrap sejalan dengan apa yang ditemukan oleh Amsalu and Graaff (2007) yang
menyatakan bahwa semakin meningkat skala usaha maka semakin meningkat pula
adopsi teknologi petani. Graaff et al. (2007) juga menjelaskan bahwa semakin
meningkat skala usaha maka adopsi teknologi serta komitmen untuk melanjutkan
adopsi teknologi petani semakin meningkat pula.
Faktor lain yang mempengaruhi adopsi biosekuriti oleh peternak ayam ras
petelur di kabupaten Sidrap adalah persepsi peternak terhadap kemampuan untuk
mengontrol perilaku adopsi. Jika peternak meyakini mampu mengontrol perilaku
adopsinya atau konsekuensi dari adopsi, maka adopsi biosekuriti peternak juga
meningkat. Penelitian tentang persepsi terhadap kontrol perilaku adopsi
dilakukan oleh Colemont et al (2008) yang menemukan bahwa tingkat
penggunaan pestisida sebagai upaya petani membasmi hama dan penyakit
tanaman dipengaruhi oleh persepsi petani terhadap kontrol perilaku. Hal yang
berbeda ditemukan oleh Wauters et al. (2010) bahwa persepsi terhadap
kemampuan mengontrol perilaku tidak mempengaruhi adopsi praktek konservasi
lahan.
Kondisi usaha ayam ras petelur yang padat modal menuntut peternak sangat
berhati-hati dalam mengadopsi sebuah teknologi. Peternak harus meyakini bahwa
teknologi yang akan diadopsi mampu mereka kendalikan dan mampu
dilaksanakan dengan baik barulah mereka akan mengadopsinya. Kontrol perilaku
menurut Bergovet et al (2004) adalah kontrol terhadap kemampuan untuk
melaksanakan teknologi dan kontrol terhadap akibat yang mungkin ditimbulkan
dari adopsi teknologi misalnya biaya yang mahal, penggunaan tenaga kerja.
Kaitannya dengan adopsi biosekuriti, peternak akan mengadopsi biosekuriti jika
mereka meyakini mampu melaksanakan biosekuriti tersebut. Selain itu, kendala
128 _ Jurnal Teknosains, Volume 9 Nomor 1, Januari 2015, hlm. 121 130

biaya dan ketersediaan tenaga kerja sering menjadi hambatan dalam penerapan
sebuah teknologi.

KESIMPULAN DAN SARAN


Tingkat adopsi inovasi biosekuriti yang paling rendah adalah biosekuriti
hewan pengganggu dan biosekuriti tamu Kontrol perilaku dan skala usaha
merupakan variabel yang memiliki pengaruh yang paling besar terhadap tingkat
adopsi inovasi biosekuriti oleh peternak di Kabupaten Sidrap. Disarakan untuk
pemerintah untuk meningkatkan adopsi inovasi biosecurity dapat dimulai pada
peternak dengan skala usaha yang lebih besar dan peternak akan sulit mengadopsi
biosecurity jika persepsi terhadap kemampuan mereka untuk mengontrol perilaku
adopsi tidak ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, I. The Theory of Planned Behabior, Organizational Behavior and Huma
Decision Processes (50), 1991, pp. 179-211.

Baba, S., M.I. Dagong, J.A. Syamsu. H.M. Ali. Kajian Potensi Pengembangan
dan Pengelolaan Usaha Peternakan Berbasis Ekonomi Kerakyatan di
Sulawesi Selatan. Monograph Hasil Penelitian, Balitbangda Sulawesi
Selatan, Makassar, 2008.

Benyamin, Parubak. Faktor- Faktor Yang Dipertimbangkan Konsumen Dalam


Pembelian Kain Donggala Di Kotamadya Palu. Universitas Brawijaya.
Wacana Vol 13 No 4, 2010.

Burton Rob J.F. Reconceptualising the behavioural approach in agricultural


studies:a socio-psychological perspective. Journal of Rural Studies,
Macaulay Land Use Research Institute, Craigiebuckler, Aberdeen AB15
8QH, UK, 2004.

BPS. Produksi Komoditas Budidaya Peternakan Di Indonesia Tahun 2010-2011.


Diakses tanggal 30-05-2012.

Colemot. Measuring Determinants of Occupational Nealth Related Behavivor In


Flemish Farmers An Application of the Theory of Planned Behavior. Of
Safety Research 39 55 64, 2008.

Dharmmesta, B.S. Teory Of Planned Behavior Dalam Penelitian Sikap, Niat dan
Perilaku Konsumen, Jurnal Kelola. No. 18/VII/1998, 1998.
Rusny, Tingkat Adopsi Inovasi Biosecurity Ayam Ras Petelur di Kabupaten Sidrap _ 129

Darminto. Mengenal Flu Burung dan Strategi Pengendaliannya, An Introduction


to Avian Influenza and its Kontrol Strategy. An Interim Report, canadian
Foot Inspection Agency, 2006.

De Graaff.,J.Amsalu.,A.Botnar.,R. Factors Influencing Adoption and Contineved


Use of Long-Term Siol and Water Conservation Measures In Five
Develiping Countries. Wangeingen University The Netherlands. Epplied
Geography 28:271-280, 2008.

Direktorat Jenderal Peternakan. Seminar pada Acara Jambore dan Festival Karya
Penyuluh Pertanian ke-2.Taman Cibodas, Cianjur, 2008.

Dines Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sidrap. Data Populasi. Populasi


Ayam Ras Petelur, 2012.

Erwin Wauters, et.al. Adoption of Soil Conservation Practices In Belgium An


Examinatio of The Theory of Planned Behaviour In The Agri
Environmental Domain Institue For Angkultural and Fisheries Research.
The Belgium. Lend Use Policy 27 86 -94, 2010.

Feder, G. Richard, E.J, and David, Z .Adoption of Agricultural Innovation in


Develompment Countriens.The Word Bank Washington OC., USA, 2007.

Giuseppe Feola and Claudia R. Binder. Towards an improved understanding of


farmers' behaviour: The integrative agent-centred (IAC) framework.
University of Graz, Austria

Hadi, I.K. Biosekuritas Farm Pembibitan Ayam (1). Poultry Indonesia. Desember
260: 88-90, 2001.

Hepworth, R. Avian Influenza and Wild Bird: What is their Actual, 2006.

Ibrahim, J.T., A. Sudiyono, dan Harpowo. Komunikasi dan Penyuluhan


Pertanian. Bayumedia Publishing dan UMM Press, Malang, 2003.

J.De Graaff, et.al. Factors Influencing Adoption and Contineved Use of Long-
Term Siol and Water Conservation Measures In Five Develiping Countries.
Wangeingen University The Netherlands. Epplied Geography 28 271-280,
2008.

Marriott NG. Principles of Food Sanitation.4th Ed.Gaithersburg, Maryland:


Aspen, 2009.

Rogers, E.M. Diffision of Innovation, 5th ed. New York: Free Press, 2003.
130 _ Jurnal Teknosains, Volume 9 Nomor 1, Januari 2015, hlm. 121 130

Soekartawi. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Universitas Indonesia Press.


Jakarta, 2005.

Sudarsono. Flu Burung Serang 30 Propinsi. Seputar Indonesia : 01, 31 Jan 2007

Suryabrata Sumadi. Psikologi Kepribadian. PT. Raja Grafindo Persada.


Jakarta.Papalia.D, 2003.

Van den Ban & Hawkins. Penyuluhan Pertanian. Penerbit Kanisius, Yogyakarta,
1999.

Anda mungkin juga menyukai