Anda di halaman 1dari 8

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

RSUD Undata Palu

Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako

REFLEKSI KASUS

DISUSUN OLEH:

Evydeline Christy Karsita

N 111 16 065
PEMBIMBING:

dr. Dewi Suryani Angjaya, Sp. KJ

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

RSUD UNDATA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2017

REFLESI KASUS
Gangguan Afektif Episode Depresi Sedang

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. RE Martadinata Tondo
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Status Perkawinan : Sudah menikah

1
Warga Negara : Indonesia
Pendidikan : SD
Tanggal Pemeriksaan : 27 Maret 2017
Tempat Pemeriksaan : Poli RSUD Undata

Diagnosis Sementara : Gangguan Afek Episode depresi sedang

A. Deksripsi
Seorang wanita berusia 45 tahun memakai kaos, celana jeans puntung
dan jaket jeans dengan, penampilan rapi, perawakan agak gemuk, kondisi
pasien sesuai umur,kulit sawo matang, memakai kacamata. Datang ke
Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Undata dengan keluhan perasaan cemas. Cemas
sudah dirasakan sejak lama. Cemas yang dirasakan pasien membuatnya susah
tidur, jika terbangun dari tidur pasien sudah tidak dapat tidur kembali, pasien
juga terkadang mengalami mimpi buruk sehingga sering terbangun dari
tidurnya. Jika cemas pasien merasakan tegang dibagian belakang lehernya,
pusing, dan sesak. Penyebab awalnya pasien mengalami cemas hingga susah
tidur akibat rumah yang ditinggali pasien digusur/eksekusi sehingga pasien
kehilangan tempat tinggalnya. Semenjak kejadian tersebut pasien sering
merasakan cemas, takut, sulit tidur, dan kehilangan semangat untuk beraktifitas.
Rasa cemas timbul tidak menentu. Keluhan ini muncul ketika ada sesuatu yang
membuat perasaan pasien tidak nyaman (emosi dan kekhawatiran) namun
terkadang dapat timbul jika mengingat almarhumah suaminya.
Pasien pernah mengalami kesedak akibat makan di warung sehingga
pasien sulit bernafas. Pasien pernah masuk Rumah Sakit beberapa kali akibat
sesak nafas namun tidak ada perbaikan ketika dilakukan pengobatan, sehingga
akhirnya pasien konsul ke jiwa. Pasien terkadang secara tiba-tiba sulit bernafas
dan sesak. Pasien sudah berobat ke poli jiwa selama lebih dari satu tahun,
pasien merasakan sudah banyak mengalami perubahan semenjak berobat ke
poli jiwa. Menurut pasien dengan minum obat teratur rasa cemas dan sedih

2
sudah berkurang . Pasien sudah mulai tidur dengan nyenyak, perasaan cemas
dan takut masih terkadang muncul namun tidak seberat yang dahulu. Di poli
jiwa pasien diberi pengetahuan agar lebih tabah, berserah, dan jangan terlalu
mengkhawatirkan kehidupan sehingga rasa cemas dan takut jarang muncul.
Pasien sadar jika kesehatannya bukan hanya tergantung dari obat saja tetapi
juga dari semangat ingin sembuh. Perasaan cemas terakhir kali muncul kurang
lebih 1 minggu yang lalu sehingga membuat pasien merasakan sesak namun hal
ini tidak berlangsung lama. Hal ini dirasakan akibat pasien memikirkan
anaknya yang akan menikah.

B. Emosi yang Terlibat


Kasus ini menarik untuk di bahas karena pasien memiliki kepatuhan yang
tinggi untuk mengkonsumsi obat sejak Lebih dari setahun yang lalu sehingga kita
bisa melihat dengan jelas perbaikan keluhan yang dialami pasien setelah
mengkonsumsi obat. Pasien dengan terbuka dan kooperatif dapat menjelaskan
masalahnya sehingga informasi yang dibutuhkan terkait untuk mendiagnosis
gangguan dapat dikumpulkan.

C. Evaluasi
a. Pengalaman Baik
Pasien saat dianamnesis bersifat terbuka dan sangat koperatif, dan
mengakui senang ditanya-tanya oleh pemeriksa,serta tidak sungkan untuk
menceritakan yang dia alami.
b. Pengalaman Buruk
Pada saat dianamnesis di Poli waktu yang terlalu singkat tidak cukup
untuk melengkapi anamnesis, sehingga pemeriksa melakukan anamensis via
telefon.

D. Analisis

Berdasarkan deskripsi kasus diatas, kasus ini merupakan pasien dengan


Gangguan Afektif Episodik Depresif Sedang. Hal ini dapat dijelaskan dari
terpenuhinya kriteria diagnostik berdasarkan PPDGJ III

3
Menurut kriteria diagnosis PPDGJ III Episodik Depresif

A. Gejala Utama : (pada derajat ringan, sedang, dan berat)


- Afek depresif
- Kehilangan minat dan kegembiraan
- Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan
mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja)
dan menurunnya aktivitas.
B. Gejala lainnya
- Konsentrasi dan perhatian berkurang
- Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
- Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
- Pandangan masa depan yang suram dan pesimistik.
- Gagasan atau perubahan membahayakan diri atau bunuh diri
- Tidur terganggu
- Nafsu makan berkurang.
C. Untuk episodik depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan
masa selurang-kurangnya 2 mingu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi
periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan
berlangsung cepat.
D. Kategori diagnosis episodik ringan, sedang, dan berat hanya digunakan untuk
diagnosis depresif tunggal. Episodik depresif berikutnya harus
diklasifikasikan dibawah salah satu diagnsosis gangguan depresif berulang.

F32.1 Episodik Depresif Sedang


- Sekurang-kurangnya harus ada 2 atau 3 gejala utama depresi seperti pada
episode depresi ringan.
- Ditambah sekurag-kurangnya 3 (dan sebaiknay 4) dari gejala lainnya
- Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu
- Mengahadapi keulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan
dan urusan rumah tangga.
Karakter kelima F32.10 = tanpa gejala somatik
F32.11 = dengan gejala somatik

4
Pada kasus ini, diagnosis banding yang bisa diangkat adalah :
Episodik Depresif Ringan.
- Sekurang-kurangnya harus ada 2 atau 3 gejala utama depresi seperti yang
disebutkan diatas.
- Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
- Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.
- Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu
- Hanya sedikit kesulitan dalan pekerjaan dan kegiatan sosial yang bisa
dilakukan.
Karakter kelima F32.00 : tanpa gejala somatik
F32.01 : dengan gejala somatik.

Episodik Depresif tanpa gejala psikotik


- Semua 3 gejala utama depresi harus ada
- Ditambah sekurangnya 4 dari gejala lain, dan beberapa diantaranya harus
berintensitas berat.
- Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang
mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk
melaporkan banyak gejalanya secara rinci.
Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode
depresif berat masih dapat dibenarkan.
- Episodik depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka
masih dibenarkan untuk menegakan diagnosis dalam kurun waktu kuran
dari 2 minggu.
- Sangat tidak mungkin pasien untuk mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang terbatas.

Rencana terapi yang diberikan adalah sandepril 10 mg. Sandepril


mengandung maprotilin yang merupakan antidepresan golongan heterosiklik.
Obat ini bekerja dengan cara selektif menghambat reaspsorpsi kembali dari
noradrenalin dari sela sinaps di ujung-ujung saraf. Obat ini diindikasi untuk

5
antidepresi terutama yang membutuhkan sedasi. Alprazolam 0,5 mg juga
diberikan sebagai penenang. Obat ini merupakan golongan antiansietas
benzodiasepin yang diindikasikan pada gangguan cemas dan depresi.
Trifluoperazine 0,5 mg juga diberikan. Obat ini merupakan antipsikosis tipikal
golongan fenotiazin dengan cara menghambat resptor dopamine. Menurut
penelitian meta-analisis yang dilakukan bahwa pemberian benzodiazepine
dikombinasikan dengan antidepresan dapat membantu dalam perbaikan
khususnya bagi penderita yang mengalami kecemasan dan sulit tidur. Selain
psikofarmaka, psikoterapi dan edukasi juga sangat diperlukan. Penggunaan
terapi psikofarmaka saja untuk pengobatan gangguan depresi pada sejumlah
pasien kurang adekuat, sehingga perlu intervensi psikososial seperti
psikoedukasi yang telah meningkatkan perbaikan dalam pengobatan gangguan
depresi. Psikoterapi yang digunakan dapat berupa Cognitive-Behavior Therapy
(CBT) yaitu membatu merubah pola pikiran negatif dan kebiasaan pasien yang
berhubungan dengan gangguan depresinya dengan mengajarkan bagaimana
menghindari kebiasaan yang berhubungan denganpeyakitnya.

E. KESIMPULAN
- Gangguan depresi adalah suatu gangguan yang behubungan dengan
gangguan mood dan afek
- Gangguan depresi menuru kriteria diagnosis dari PPDGJ dibagi menjadi
tiga, yakni gangguan depresi ringan, gangguan depresi sedang, gangguan
depresi berat tanpa gejala psikotik, dan gangguan depresi berat dengan
gejala psikotik.
- Penatalaksanaan gangguan depresi bisa menggunakan terapi farmakologi
dan non farmakologi

6
DAFTAR PUSTAKA

1. FKUI. Farmakologi dan Terapi. Ed 5. EGC : Jakarta. 2012


2. Benjamin, JS,. Virginia, AS,. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed. 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta. 2010.
3. Tursi MF, Bares CV, Camacho FR, Tofoli SM, Juruena MF. Effectiveness of
Psychoeducation for Depression: a Systematic Review. J Psychiartic.
2013;47(11):1019-31
4. Rusdi, M,. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari
PPDGJ-III dan DSM-5. Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika
Atmajaya : Jakarta. 2013.

Anda mungkin juga menyukai