Anda di halaman 1dari 8

BAB I

TINJAUAN UMUM STRATEGI PEMAJAKAN DAN PERENCANAAN


PAJAK

Suatu sistem manajemen pajak yang efektif merupakan hal yang vital bagi
suatu usaha yang berorientasi kepada keuntungan, dan malahan predikat seorang
manajer yang sukses kadang-kadang ditentukan pula oleh tidaknya penyusunan
suatu perencanaan pajaknya (Tax Planing), perencanaan pajak adalah perbuatan
yang sifatnya mengurangi beban pajak secara legal dan bukan mengurangi
kesanggupan memenuhi kewajiban perpajakannya melunasi utang-utang pajak.
Perencanaan pajak itu sendiri sesungguhnya merupakan tindakan
penstrukturan yang terkait dengan konsekuensi potensial pajaknya, yang
tekanannya kepada pengendalian setiap transaksi yang ada konsekuensi pajaknya.
Tujuannya adalah bagaimana pengendali tersebut dapat mengefisienkan jumlah
pajak yang akan ditransfer pemerintah, melalui apa yang disebut sebagai
penghindaran pajak (Tax Avoidance).
Penghindaran pajak merupakan usaha meminimalkan beban pajak dengan
cara penggunaan alternatif yang rill dan dapat diterima oleh fiskus,bukan
penyelundupan pajak (Tax Evasion) yang merupakan tindakan pidana fiskal yang
tidak akan ditoleransi yang merupan perbuatan tercela yang dilakukan oleh Wajib
Pajak atau penasihat para ahli yang bertujuan dengan sengaja melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku.

I. ETIKA PRAKTIK PERPAJAKAN


Pembebanan pajak oleh pemerintah yang berbentuk pemungutan pajak
terhadap wajib pajak, pada hakikatnya merupakan dari pengabdian kewajiban dan
peranan serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan
kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan
pembangunan nasional.
Membayar pajak bukanlah merupakan tindakan sederhana, tetapi terdapat
banyak hal yang bersifat emosional. Pada dasarnya tidak seorang pun yang senang
membayar pajak dan potensi untuk bertahan terhadap pembayaran pajak agak
sudah melekat pada diri wajib pajak sesuai asumsi Leon Yudkin yang
mengatakan:
a) Bahwa wajib pajak selalu berusaha untuk membayar pajak yang terhutang
sekecil mungkin, sepanjang hal itu dimungkinkan oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
b) Bahwa para Wajib Pajak cenderung untuk menyelundupkan pajak (TAX
Evasion) yaitu usaha penghindaran pajak yang terhutang secara ilegal,
sepanjang Wajib Pajak tersebut mempunyai alasan yang meyakinkan bahwa
akibat dari perbuatannya tersebut, kemungkinan besar mereka tidak akan
dihukum serta yakin pula bahwa rekan-rekannya melakaukan hal yang
sama.
Pada umumnya, ukuran kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan,
biasanya diukur dan dibandingkan dengan besar kecilnya penghematan pajak (Tax
Saving), penghindaran pajak (Tax Avoidance) dan penyelundupan pajak (Tax
Evasion) yang kesemuanya bertujuan untuk meminimalkan beban pajak, melalui
beberapa cara antara lain melalui pengecualian-pengecualian, pengurangan-
pengurangan, insentif pajak, penghasilan yang bukan objek pajak, penangguhan
pengenaan pajak, pajak ditanggung negara sampai kepada kerjasama dengan
aparat perpajakan, suap-menyuap dan pemalsuan.
Secara garis besar, adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau
kelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga hutang pajak, baik pajak
penghasilan maupun pajak lainnya, berada dalam posisi yang plaing minimal,
sepanjang hal ini dimungkinkan baik oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan maupun secara komersial.
Suatu perncanaan pajak yang tepat akan menghasilkan beban pajak minimal
yang merupakan hasil dari perbuatan penghematan pajak atau penghindaran pajak
yang dapat diterima oleh fiskus dan sama sekali bukan penyelundupan pajak yang
tidak dapat diterima oleh fiskus dan tak dapat ditolelir.
Hingga saat ini tidak ada suatu penggarisan tegas yang memberikan indikasi
dan rincian tentang perbedaan antara penghindaran pajak dan penyelundupan
pajak, sehingga seorang perencana pajak hendaknya berhati-hati dalam menyusun
perencanaan pajaknya untuk tidak terperangkap dalam perbuatan yang
diklsifikasikan dalam penyelundupan pajak.
Penyelundupan pajak mengandung arti sebagai manipulasi illegal atas
penghasilan untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang. Sedangkan
penghindaran pajak diartikan sebagai manipulasi penghasilannya secara legal
yang masih sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
untuk mengefisienkan pembayaran jumlah pajak yang terutang.
II. KERUGIAN PAJAK ( Tax Losses)
Selisih antara potensi pajak dan realisasi penerimaan pajak disebut sebagai
kerugian pajak ayng dapat terdiri dari kerugian karena ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, kerugian karena aparat pajak, kerugian wajib
pajak. Kerugian karena ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang
disebut sebagai pengeluaran pajak ( Tax Expenditure).
Kerugian karena aparat pajak dapat disebabkan oleh :
a) Ekstensifikasi
b) Intensifikasi
c) Penyelundupan bilateral ( Bilateral Evasion)
Dari ketiga kerugian pajak tersebut, dari sudut pandang ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Kerugian karena materi ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Unsur-unsur tersusunnya dasar pengeluaran pajak :
1. Jumlah pembayarab pajak yang seharusnya diterima oleh negara, dalam
hal tidak ada ketentuan khusus yang mengatur mengenai pemberian
fasilitas, dan jumlah ini sama dengan;
2. Pengeluaran pemerintahan akibat tidak dibayar pajak tersebut, sebagai
bantuan yang menguntungkan bagi orang atau badan yang menikmati
pelakuan khusus tersebut.
Di satu pihak terjadi kehilangan penerimaan dalam jumlah
yang seharusnya diterima sebagai pembayaran pajak apabila
tidak ada ketentuan khusus dan di lain pihak secara bersamaan
jumlah tersebut merupakan pula pengeluaran pemerintah yang
berbentuk bantuan yang menguntungkan bagi orang atau badan
yang mendapat perlakuan khusus. Pemberian insentif memang
dimungkinkan, karena pada umumnya struktur system
perpajakan terdiri dari dua unsur, yaitu
1. Struktur Pertama adalah struktur yang diperlukan untuk mengenakan pajak
yang terdiri dari ketentuan struktural yang diperlukan dalam rangka
pemungutan pajak tersebut, yang secara keseluruhan berisikan pengertian
tentang apa yang dibutuhkan untuk memungut pajak. Hal ini lebihdikenal
dengan istilah normative tac mode, dengan segala ketentuan tambahan yang
diperlukan.
2. Struktur kedua adalah struktur yang merefleksikan anggaran pengeluaran
pajak ( Tax Expenditure budget) dan terdiri dari ketentuan yang mengatur
bantuan keuangan yang diajukan dalam anggaran tersebut atau dengan
perkataan lain terdiri dari sistem penyaluran bantuan keuangan pemerintah
melalui jalur ketentuan khusus dan bukan jalur pengeluaran langsung
melalui APBN.
Struktur kedua merupakan okulasi dari struktur pertama yang tidak
mempunyai hubungan yang mendasar pada struktur tersebut dan sesungguhnya
tidak begitu diperlukan dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang
-undangan perpajakan yang di maksud. Tetapi sebaliknya struktur kedua ini
merupakan alat pemberian subsidi yang luas yang digunakan oleh pemerintah
yang memakai mekanisme pajak sebagai metode pemberian subsidi.
Ketentuan khusus yang mengatur tentang pemberian subsidi yang
termasuk dalam ruang lingkup pengeluaran pajak ( Tax Expenditure) dapat
berbentuk antara lain :
a) Bukan Objek Pajak
b) Pengecualian-pengecualian
c) Pengurangan-pengurangan
d) Tarif Khusus
e) Pajak ditanggung negara
f) Penangguhan pengenaan pajak
g) Perangsang fiskal bagi perusahaan yang akan berusaha dalam bidang
kegiatan tertentu beupa pemberian pinjaman yang bersyarat lunak
h) Perangsang penanaman
i) Penyusutan dipercepat
j) Masa bebas pajak
k) Mengurangi atau menunda atau membebaskan pembayaran pajak terhadap
impor barang modal dan bahan baku yang digunakan untuk proses
produksi.
Yang termasuk dalam pengertian kerugian karena materi ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan adalah selain subsidi pajak tersebut juga
perbuatan atau usaha pembayaran pajak untuk membayar pajak seefisien mungkin
melalui celah-celah ( Loopholes) yang terdapat dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
B. Kerugian karena pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Pembayaran pajak yang selalu berusaha untuk membayar pajak sekecil
mungkin atau pun tidak membayar pajak sama sekali, memnyebabkan pekerjaan
instansi pajak dalam rangka pengelolaan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan menjadi sulit.
Akibatnya usaha-usaha untuk menjangkau seluruh subjek pajak
( Ekstenfikasi) dan meliputi semua objek pajak (Intensifikasi) sering kali tidak
memenuhi harapan dan bahkan terperangkap dalam kegiatan penyelundupan pajak
bilateral (Bilateral Tax Evasion).
Kerugaian pajak akibat tidak terjangkaunya seluruh subjek pajak dan meliputi
seluruh objek pajak serta penyelundupan bilateral, tidak saja dalam bentuk uang
pajak akan tetapi secara moral mencerminkan pula tidak tercapainya keadilan
dalam perpajakan yang merupakan landasan utama berwujudnya kepatuhan dan
kesadaran memenuhi kewajiban perpajakan.
C. Kerugian karena pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Kerugian karena pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan tidak saja terbatas pada kecurangan dan penggelapan, tetapi Menurut
Oliver Oldman juga meliputi kelalaian memenuhi kewajiban perpajakan yang
disebabkan oleh:
a) Ketidaktahuan ( Ignorance)
b) Kesalahan (Error)
c) Kesalahpahaman (Misunderastanding)
d) Kealpaan (Negligence)

III. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) Versus Penyelundupan


Pajak (Tax Evasion)
Tax Avoidance adalah manipulasi penghasilan secara legal yang masih
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan untuk memperkecil
jumlah pajak terhutang (Barr NA, 1977).Tax Evasion adalah manipulasi secara
ilegal atas penghasilannya untuk memperkecil jumlah pajak terutang. (Barr Na,
1997).
Semua para ahli sependapat bahwa sesungguhnya antara penghindaran
pajak dan penyelundupan pajak terdapat perbedaan yang fundamental akan tetapi
kemudian terrnyata bahwa perbedaan tersebut menjadi kabur baik secara teori
maupun aplikasinya. Walaupun pada dasarnya antara penghindaran pajak dan
penyelundupan pajak jelas-jelas merupakan perbuatan ilegal dalam usaha
mengurangi beban pajak tersebut.
Penyelundupan pajak merupakan tindakan pelanggaran terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan seperti :
a. Tidak dapat memenuhi pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) tepat pada
waktunya.
b. Tidak dapat memenuhi pembayaran pajak tepat pada waktunya.
c. Tidak dapat memenuhi Kewajiban memelihara pembukuan.
d. Tidak dapat memenuhi kewajiban menyetorkan pajak penghasilan para
karyawan yang dipotong dan pajak-pajak lainnya yang telah dipungut.
e. Tidak dapat memenuhi kewajiban membayar taksiran utang pajak.
f. Tidak dapat memenuhi permintaan fiskus akan informasi pihak ketiga.
g. Pembayaran dengan cek kosong bagi negara yang dapat melakukan
pembayaran pajak dengan cek.
h. Melakukan penyuapan terhadap aparat perpajakan dan atau tindakan
intimidasi lainnya.
IV. SIFAT DAN CARA PENDEKATAN PERENCANAAN PAJAK
Perencanaan pajak adalah suatu proses yang mendeteksi cacat teoritis dalam
ketentuan peraturan perundang-undagan perpajakan tersebut, untuk kemudian
dialokasikan sedemikian rupa sehingga ditemukannya suatu cara penghindaran
pajak yang dapat menghemat pajak akibat cacat teoritis tersebut. Adanya
kekurangan yang konseptual dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan harus direvisi, karena perubahan suatu ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan memerlukan banyak pertimbangan dan kriteria-kriteria yang
tidak konsisten dan bertentangan satu sama lainnya.
Seorang perencana pajak harus pula paham akan praktik akuntansi perpajakan
seperti penagihan dan teknik-teknik pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh
otoritas pajak. Perencanaan pajak tidak pula terlepas dari sistem pungutan yang
dianut di Indonsia setelah reformasi pajak, yaitu sistem self asessment.
Ciri dan cara tersendiri dari sistem pemungutan pajak tersebut adalah:
a. Bahwa pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian kewajiban
dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama
melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan
negara dan pembangunan nasional.
b. Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pajak, sebagai pencerminan
kewajiban di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat wajib pajak
sendiri. Dalam hal ini aparat perpajakan sesuai dengan fungsinya
berkewajiban melakukan pembinaan, penelitian dan pengawasan terhadap
pelaksanaan kewajiban perpajakan wajib pajak berdasarkan ketentuan yang
digariskan dalam peraturan perundang-undngan perpajakan.
c. Anggota masyarakat wajib pajak diberikan kepercayaan untuk dapat
melaksanakan kegotong royongan nasional melalui sistem menghitung,
memperhitungkan dan membayar sendiri pajak yang terhutang (self
asessment). Maka melalui sistem ini pelaksanaan administrasi perpajakan
diharapkan dapat dilaksanakan dengan lebih rapi, terkendali, sederhana dan
mudah untuk dipahami oleh anggota masyarakat wajib pajak.
Berdasarkan ketiga prinsip pemungutan pajak terebut, wajib pajak diwajibkan
menghitung dan membayar sendiri jumlah pajak yang seharusnya terutang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, sehingga penentuan
besarnya pajak yang terutang berada pajak wajib pajak sendiri. Selain itu wajib
pajak diwajibkan pula melaporkaan secara teratur jumlah pajak yang terutang dan
yang telah dibayar sebagaimana ditentukan dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.

V. EKONOMI PERENCANAAN PAJAK


Hasrat untuk melakukan perencanaan pajak pada dasarnya didorong oleh dua
ketentuan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, yaitu:
a. Ketentuan pertama menyangkut masalah Pajak Penghasilan itu sendiri
yang bukan merupakan biaya yang fiskal dapt di kurangkan dalam
menenrukan Penghasilan Kena Pajak (Pasal 9 ayat (1) huruf h UU PPh).
Sebagai konsekuensinya apabila terdapat pengurangan pembayaran PPh,
maka tidak akan terjadi penurunan dalam jumlah biaya fiksal yang dapat
dikurangkan dan oleh karena itu juga tidak akan menimbulkan kenaikan
Penghasilan Kena Pajak. Berbeda dengan aktivitas mencari laba /
menambah penghasilan, suatu perencanaan pajak hanya akan memberikan
keuntungan yang sama sekali tidak termasuk dalam ruang lingkup
pengenaan PPh.
b. Ketentuan kedua menyangkut kemungkinan dapat dikurangkan biaya yang
ada kaitannya dengan penentuan besarnya pajak yang terutang, yang
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan disebut
sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan (Pasal 6 ayat (1) huruf a UU PPh) oleh karena perencanaan
pajak terkait dengan penetuan besarnya pajak yang terutang, maka biaya
yang di keluarkan untuk perencanaan pajak tersebut, merupakan biaya
yang fiskal dapat di kurangkan.
Biaya neto rancangan perencanaan pajak, adalah biaya bruto dikurangi
dengan jumlah-jumlah pajak yang dapat dihemat, atau dengan perkataan lain
biaya setelah pajak dari suatu perencanaan pajak dapat dinyatakan sebagai
berikut:
ATC = BTC x (1-MTR)

ATC = After Tax Cost


BTC = Before Tax Cost
MTC = Marginal Tax Rate

Apabila kedua ketentuan tersebut, dikaitkan dengan rancangan perencanaan


pajak, terbukti kemudian bahwa rancangan tersebut akan menghasilkan
keunggulan ekonomis, bila dibandingkan dengan kegian mencari laba. Evaluasi
atas seluruh proyek investasi, didasarkan kepada perbandingan antara keuntungan
setelah pajak terhadp biaya setelah pajak. Khusus bagi proyek perencanaan,
hasilnya akan bebas dari pengenaan pajak, sehingga dengan demikian untuk
kegiatan perencanaa pajak tersebut yang dibandingkan adalah antara keuntungan
sebelum pajak dan biaya setelah pajak.

Anda mungkin juga menyukai