Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH WAKTU DAN TEMPERATUR HOT-DIP TERHADAP DIFUSIVITAS

ALUMINIUM CAIR DI PERMUKAAN PLAT BAJA

Mursidil Kamil1,a, Rahmat Kurniawan, Suryana, ST, MSi


1
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Jalan Jendral Sudirman Km. 3, Cilegon Banten
42435
a
kamilmursidil27@gmail.com

ABSTRAK

Dilakukan penelitian hot-dip lapis aluminium dipermukaan pelat baja karbon rendah,
komposisinya 0,12%C, 0,3%Si, 0,7%Mn, 0,05%S. Alasan dilakukannya penelitian ini
karena pengerjaan hot-dip aluminium belum dilakukan oleh industri di negara kita. Lapis
lindung hasil hot-dip aluminium ini mempunyai sifat ketahan korosi di lingkungan atmosfir
dan pada suhu tinggi yang lebih bagus jika dibandingkan dengan lapis galvanize. Tingkat
ketahan korosi ditentukan oleh peningkatan ketebalan lapis aluminium murni dan
ketebalan aluminium yang berdifusi ke permukaan pelat baja. Hasil percobaan
ditunjukkan lapis lindung aluminium melalui pengerjaan hot-dip ini terdiri dari dua lapisan,
yaitu lapisan luar aluminium murni dan lapisan difusi aluminium yang membentuk fasa
intermetalik Fe2Al5. Adanya lapisan difusi ini menunjukkan bahwa dalam pengerjaan hot-
dip aluminium, lapis lindung aluminium terikat kuat dengan logam dasarnya. Pengerjaan
hot-dip lapis aluminium dilakukan pada suhu di atas suhu transisi 700-750C (fasa ,
FCC), pada suhu tersebut memberi peluang difusivitas aluminium ke permukaan baja.
Tebal lapisan difusi tergantung pada suhu pemanasan aluminium cair dan waktu celup 3-
6 menit spesimen pelat baja ke dalam aluminium cair. Peningkatan suhu pemanasan
aluminium cair dan lama waktu pencelupan spesimen diikuti oleh peningkatan tebal
lapisan difusi hingga 180 m. Ketebalan lapisan aluminium murni yang tinggi terletak
pada suhu pemanasan aluminium cair di atas suhu transisi (fasa ).

Katakunci: Aluminium, hot-dip, Difusi, Difusivitas

1. PENDAHULUAN
Lapis lindung aluminium bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan ketahan korosi
pada baja. Proses pelapisan dilakukan melalui proses hot-dip, yaitu pencelupan suatu
baja berbentuk profil ke dalam aluminium cair. Aluminium cair melapisi baja dan berdifusi
ke logam dasarnya sedemikian hingga lapis lindung aluminium terikat kuat pada
permukaan baja. Lapis lindung aluminium ini tidak hanya berdifusi sebagai logam yang
tahan korosi, akan tetapi berfungsi juga sebagai anoda karbon pada sistem perlindungan
katodik.
Lapis lindung aluminium mempunyai ketahan korosi yang lebih baik dibanding
proses lapis lindung seng melalui proses galvanizing. Hal ini disebabkan karena
pembentukan aluminium oksida (Al2O3) yang stabil di permukaan aluminium murni.
Sementara ketahan korosi lapis lindung seng berlangsung bila ada karbondioksida (CO 2).
Seng oksida (ZnO) yang terbentuk di permukaan mudah bereaksi dengan uap air (H2O)
menjadi seng hidroksida (Zn(OH)2). Kerusakan pada lapis lindung seng lebih cepat
dibandingkan dengan lapis lindung aluminium di lingkungan atmosfer.
Lapis lindung aluminium mempunyai ketahanan suhu lebih tinggi daripada lapis
lindung seng, oleh karena itu pengerjaan hot-dip aluminium umumnya dilakukan pada
komponen untuk keperluan exhaust gas panas seperti knalpot, pipa gas, dan manifold.
Adanya gejala antar muka zat cair-padat dapat digunakan sebagai pedoman untuk
menentukan keberhasilan dalam pembuatan komposit dengan matrik logam dan proses
keberlangsungan pengerjaan hot-dip. Seperti misalnya dalam pembuatan komposit matrik
aluminium dengan bahan penguat serbuk keramik silikon karbida (SiC). Kedua bahan ini
tidak bereaksi dan tidak saling larut padat. Namun demikian karena aluminium cair
(paduan) membasahi serbuk SiC, maka dengan adanya serbuk SiC yang tersebar di
dalam paduan aluminium akan meningkatkan kekuatannya. Contoh lain adalah pada
pengerjaan hot-dip. Walaupun karat atau lemak yang menempel di permukaan baja
sudah dibersihkan melalui pengerjaan pickling, tetapi belum tentu aluminium cair mampu
membasahi permukaan baja yang sedang dicelup. Untuk mengatasi masalah ini, dalam
pengerjaan hot-dip harus dilakukan aktifasi dengan tujuan agar aluminium cair
membasahi permukaan baja yang permukaan bajanya sudah di-pickling. Pengerjaan
aktifasi dilakukan dengan mencelupkan logam baja ke dalam larutan SnCl2, kemudian
dikeringkan,. Garam SnCl2 menempel di permukaan baja, sehingga aluminium cair
mampu membasahi permukaannya.

2. METODE PENELITIAN

Preparasi Bahan

Pickling

Aktifasi
Hot-dip Al

Variasi Temperatur : 700-800C

Variasi Waktu : 3-6 menit

Pengamatan Visual Pengamatan Metalografi

Data

Pembahasan Literatur

Kesimpulan

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

Pada penelitian ini, bahan-bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Aluminium murni (98,5%), digunakan untuk lapisan hot-dip.


2. Pelat baja dengan dimensi 50x50x3 mm digunakan sebagai spesimen untuk
hot-dip. Komposisinya adalah: 0,12%C, 0,008%S, 0,006%P, 0,3%Si, 0,5%Mn.
3. HCl digunakan untuk pickling.
4. Bahan aktifasi permukaan pelat baja (AlCl3).

Peralatan peleburan aluminium ini menggunakan tungku listrik dengan pemanas


lilitan kawat kantal. Sebagai alat kontrol suhu adalah termokopel tipe K. Termokopel
dihubungkan dengan alat otomatis (on-off), untuk menjaga agar supaya suhu konstan.
Sedangkan alat yang digunakan untuk mengamati struktur lapisan hot-dip aluminium,
mengamati kemungkinan adanya difusi aluminium cair ke logam dasar, dan mengukur
ketebalan lapisan adalah mikroskop metalografi.
2.1 Prosedur Pengerjaan Hot-dip Aluminium
Pada pengerjaan hot-dip aluminium ini, hal yang pertama dilakukan yaitu
mambersihkan spesimen pelat baja dari karat dengan pengerjaan pickling. Pelat
dicelupkan ke dalam larutan HCl dan dibiarkan selama 10 menit. Setelah itu, pelat yang
karatnya sudah dihilangkan dicelup ke dalam larutan AlCl3. Kemudian pelat dikeringkan
dengan menggunakan semprot udara panas. Setelah spesimen pelat kering, langsung
dimasukkan ke dalam aluminium cair, dengan variasi temperatur dan waktu pencelupan.
Variasi temperatur pemanasan diawali pada temperatur di bawah tempeatur transisi baja
(723C), kemudian temperatur pemanasan ditingkatkan di atas temperatur transisi baja.
Temperatur yang dipilih adalah pemanasan 700C (di bawah temperatur transisi baja),
dan pemanasan ditingkatkan lagi pada temperatur diatas transisi, yaitu 750C, 800C, dan
850C. Pada setiap temperatur pemanasan dicelupkan sebanyak empat spesimen,
kemudian waktu pencelupan divariasikan. Cara pengambilan masing-masing dari empat
spesimen, waktu pencelupan divariasikan, yaitu waktu pencelupan 3 menit, 4 menit, 5
menit, dan 6 menit.
2.2 Pengamatan Struktur Mikro
Pengamatan struktur mikro lapisan dilakukan pada posisi potongan penampang
lintang dengan menggunakan mikroskop metalografi refleksi. Pada dasarnya pengamatan
metalografi bertujuan untuk mengamati difusivitas aluminium cair ke dalam logam
dasarnya (baja) selama proses hot-dip. Untuk mengetahui proses berlangsungnya
difusifitas dilakukan pengambilan spesimen sebagai berikut:
1. Perbandingan dalam pengamatan struktur lapisan yang seluruh permukaan
terlapisi dan yang tidak terlapisi oleh aluminium.
2. Pengamatan struktur lapisan yang mempunyai penampilan bagus, atau
spesimen yang seluruh permukaan terlapisi oleh aluminium.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil Pengamatan Visual Pelapisan Hot-dip Aluminium
Hasil pelapisan hot-dip di permukaan spesimen pelat baja terhadap variasi
temperatur dan waktu ditunjukkan pada Gambar 2. Dari pengamatan visual hot-dip
aluminium dapat dijelaskan foto spesimen pada masing-masing temperatur pemanasan
ditunjukkan pada Gambar 2. Terlihat untuk pemasan pada temperatur 700C, permukaan
yang tidak terlapisi makin jelas Gambar 2.(a). Selanjutnya, temperatur pemanasan
aluminium cair pada suhu diatas 700C pada Gambar 2.(b), seluruh permukaan pelat baja
mulai tampak terlapisi. Pemanasan aluminium cair pada temperatur lebih tinggi lagi
seperti pada Gambar 2.(c) dan Gambar 2.(d), seluruh permukaan yang terlapisi lebih
tampak jelas. Tidak terlapisinya pada temperatur pemanasan aluminium cair ini mungkin
disebabkan karena koefisien difusi atom-atom aluminium ke fasa ferit (BCC) lebih kecil
jika dibandingkan dengan difusi atom-atom aluminium ke fasa austenit (FCC).

Gambar 2. Pengamatan Visual Spesimen Setelah Hot-dip Aluminium

Persyaratan awal dalam pengerjaan hot-dip adalah aluminium cair harus


membasahi permukaan pelat baja. Sifat ini dilakukan melalui tahapan pengerjaan aktifasi,
spesimen pelat baja dicelupkan ke dalam larutan SnCl2. Ion-ion Sn2+ terdeposit di
permukaan baja karena adanya reaksi redoks. Berdasarkan deret volta, karena logam Sn
lebih mulia daripada Fe, maka terjadi pertukaran ion, dimana ion-ion Sn2+ terdeposit
menjadi Sn0 di permukaan baja, dan logam Fe0 menjadi ion Fe2+. Dengan berlangsungnya
reaksi tersebut, mampu basah permukaan logam baja disebabkan karena deposit atom-
atom logam Sn dari hasil reaksi redoks.
3.2 Hasil Pengamatan Struktur Mikro Lapisan
Pada pengamatan struktur mikro hot-dip aluminium pada temperatur pemanasan
aluminium cair tetap (700C), dengan variasi waktu pencelupan spesimen pelat baja ke
dalam aluminium cair selama 3-6 menit didapatkan hasil bahwa lapis intermetalik dan
lapis aluminium murni terlihat tipis, tetapi dengan bertambahnya waktu maka semakin
terlihat aluminium murni dan lapis intermetaliknya.
Pada pengamatan struktur mikro hot-dip aluminium pada temperatur pemanasan
aluminium cair tetap (750C), dengan variasi waktu pencelupan spesimen pelat baja ke
dalam aluminium cair selama 3-6 menit telah memasuki fasa transisi yang mana fasa
transisi 723, maka lapis aluminium murni dan intermetaliknya terlihat jelas tetapi masih
belum bagus pada lapis intermetaliknya.
Pada pengamatan struktur mikro hot-dip aluminium pada temperatur pemanasan
aluminium cair tetap (750C), dengan variasi waktu pencelupan spesimen pelat baja ke
dalam aluminium cair selama 3-6 menit telah terlihat bagus sebab lapis aluminium murni
dan intermetaliknya terlihat tebal.
Sedangkan pada pengamatan struktur mikro hot-dip aluminium pada temperatur
pemanasan aluminium cair tetap (750C), dengan variasi waktu pencelupan spesimen
pelat baja ke dalam aluminium cair selama 3-6 menit terlihat bahwa lapisan sangatlah
bagus tetapi dengan bertambahnya waktu, ada penjenuhan yaitu pada waktu pencelupan
3-5 menit, tetapi pada saat menit ke-6 terjadi proses penebalan kembali.
Dari hasil percobaan hot-dip aluminium ke permukaan pelat baja adalah sebagai
berikut:
1. Pengerjaan hot-dip aluminium menghasilkan dua lapisan, yaitu:
a. Lapisan paling luar adalah aluminium murni [ ASM Handbook, 1992 ]
b. Lapisan difusi pada posisi di bawah lapisan aluminium murni. Lapisan difusi
ini berasal dari difusi aluminium cair ke permukaan baja, kemudian
membentuk lapisan senyawa intermetalik Fe2A5 [ ASM Handbook, 1992 ].
Adanya lapisan difusi ini membuat permukaan aluminium terikat kuat dengan
lapisan logam dasarnya.
2. Pada pemanasan aluminium cair di bawah temperatur transisi 700C dengan
waktu pencelupan paling lambat 3 menit, tebal lapisan difusi relatif kecil, hampir
sama dengan daripada tebal lapisan luar aluminium murni. Tetapi peningkatan
pemanasan aluminium cair di atas temperatur transisi dengan waktu celup lebih
dari 3 menit, tebal lapisan difusi lebih tinggi daripada tebal lapisan aluminium
murni.
3. Pemanasan aluminium cair di bawah temperatur transisi (di bawah 723C),
difusi tetap berlangsung. Difusi lebih hebat pada temperatur pemanasan
aluminium cair di atas 700C (di atas temperatur transisi).
3.3 Hasil Pengukuran Tebal Lapisan Hot-dip Aluminium
Pengukuran tebal lapisan hot-dip aluminium dilakukan dari pengamatan struktur
mikro, ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Pengaruh waktu celup spesimen pelat baja ke dalam aluminium cair terhadap
tebal lapisan difusi, pada temperatur pemanasan aluminium cair 700C-850C.
Tebal Lapisan Difusi (m)
Temperatur Celup 3 menit 4 menit 5 menit 6 menit
700C 27,77 72,91 83,33 118,88
750C 37,82 91,11 95,55 159,15
800C 64,44 139,82 163,19 187,83
850C 158,88 163,33 187,83 138,83

Tabel 2. Pengaruh waktu celup spesimen pelat baja ke dalam aluminium cair terhadap
tebal lapisan Al murni, pada temperatur pamanasan aluminium cair 700-850C.
Tebal Lapisan Aluminium Murni (m)
Temperatur Celup 3 menit 4 menit 5 menit 6 menit
700C 35,33 33,33 30,33 40,00
750C 51,43 55,00 50,00 52,33
800C 58,00 56,33 60,13 54,37
850C 50,00 50,00 50,00 65,00

Dari hasil pengukuran tebal lapisan dapat dijelaskan sebagai berikut.


1. Tebal lapisan hasil difusi aluminium cair ke permukaan spesimen pelat baja
tergantung pada temperatur pemanasan aluminium cair dan waktu pencelupan,
dimana temperatur dan waktu pencelupan makin tinggi diikuti peningkatan
ketebalan lapisan difusi.
2. Tebal lapisan aluminium murni mempunyai nilai yang tidak jauh berbeda, yaitu
pada batas antara 50m sampai dengan 65m. Kecuali pada pemanasan
aluminium cair yang paling rendah (700C), ketebalan lapisan aluminium murni
paling rendah.
Ada pengaruh waktu pencelupan spesimen terhadap ketebalan lapisan difusi.
Seperti pada Tabel 1, ditunjukkan bahwa bertambahnya waktu pencelupan diikuti dengan
peningkatan ketebalan lapisan difusi. Gejala ini sesuai dengan hukum Ficks, dimana jarak
atom-atom yang berdifusi berbanding lurus dengan akar waktu pencelupan ( t). Maka dari
itu, jarak jangkau atom-atom aluminium yang berdifusi menuju ke permukaan baja (fasa
austenit) makin bertambah jauh dengan bertambahnya waktu. Walaupun demikian, ada
fakta yang perlu diperhatikan, yaitu pemanasan aluminium cair pada temperatur tinggi
850C, waktu pencelupan lama (6 menit), tebal lapisan difusi turun. Hal ini menunjukkan
suatu pertanda bahwa difusivitas atom-atom aluminium ke dalam baja mempunyai batas
optimum. Pada temperatur pemanasan aluminium cair 850C dengan waktu celup 4
menit, proses difusi berhenti.
Hasil percobaan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2 menghasilkan data
ketebalan lapisan aluminium murni tidak jauh berbeda. Tetapi pada pemanasan
aluminium cair pada temperatur rendah (700C), karakter perubahannya berbeda. Hal ini
disebabkan karena ketebalannya paling rendah daripada pemanasan aluminium cair pada
temperatur di atasnya. Jika kita tinjau lapisan luar aluminium murni, lapisan ini merupakan
lapisan yang tidak/belum berdifusi. Jadi pertumbuhan lapisan aluminium murni ini
disebabkan karena adanya dua gaya, yaitu
1. Gaya adhesi antar muka aluminium cair dengan permukaan baja.
2. Gaya kohesi antara atom-atom aluminium padat dan cair di permukaan baja.

Karena aluminium cair yang melapisi permukaan baja mengalami perubahan fasa (
fasa ke fasa ), maka timbul adanya perbedaan dua gaya tersebut. Gaya kohesi dan
adhesi aluminium cair di permukaan baja cenderung lebih besar di fasa austenit ()
daripada fasa ferit (). Akibatnya ketebalan lapisan aluminium murni di fasa ferit
menempati posisi kurva rendah, ketebalannya dari 35m sampai dengan 40m.
Pemanasan aluminium cair pada temperatur di atas transisi ketebalan lapisan aluminium
murni lebih tinggi dari 50m sampai dengan 65m.

4. KESIMPULAN

Dari hasil dan pembahasan penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:

1. Lapis lindung aluminium yang terbentuk di permukaan baja terdiri dari dua jenis,
yaitu lapisan aluminium murni (bagian paling luar) dan lapisan fasa intermetalik
Fe-Al.
2. Pembentukan lapisan fasa intermetalik berarti selama pengerjaan hot-dip
berlangsung proses difusi logam aluminium ke permukaan baja, sehingga lapis
lindung aluminium terikat kuat dengan logam dasarnya (baja).
3. Pengerjaan hot-dip lapis aluminium yang menghasilkan lapisan difusi dan
aluminium murni yang relatif tebal dilakukan pada temperatur pemanasan logam
aluminium cair di atas temperatur transisi (750C-800C).

5. DAFTAR PUSTAKA

[1] ASM Hand Book Vol. 1, Properties and Selection : Ferrous Alloys, The Material
Information Society, Print in USA, Fourth printing 1995.

[2] ASM Hand Book Vol. 3, Alloy Phase Diagram, The Materials Information Society,
copy right 1992.

[3] ASM Hand Book Vol. 13, Corrosion, ASM International, The Material Information
Society, Print in USA, Fifth printing 1996.

[4] Mars. Fontana, Corrosion Engineering, International student edition, Mc. Graw-
Hill Series in Material Science and Engineering copy right 1967.

[5] Sasaki, T, T. Yakou, K. Mochiduki, Effect of Carbon in Steel on Alloy Layer


Growth during Hot-dip Aluminium Coating. ISIJ International, Vol. 45 (2005), pp.
1881-1892.

[6] William Smith, Principle of Material Science and Engineering, Mc. Graw-Hill, Inc.
New York, St. Louis. Copy right 1996.

Anda mungkin juga menyukai