ABSTRAK
Dilakukan penelitian hot-dip lapis aluminium dipermukaan pelat baja karbon rendah,
komposisinya 0,12%C, 0,3%Si, 0,7%Mn, 0,05%S. Alasan dilakukannya penelitian ini
karena pengerjaan hot-dip aluminium belum dilakukan oleh industri di negara kita. Lapis
lindung hasil hot-dip aluminium ini mempunyai sifat ketahan korosi di lingkungan atmosfir
dan pada suhu tinggi yang lebih bagus jika dibandingkan dengan lapis galvanize. Tingkat
ketahan korosi ditentukan oleh peningkatan ketebalan lapis aluminium murni dan
ketebalan aluminium yang berdifusi ke permukaan pelat baja. Hasil percobaan
ditunjukkan lapis lindung aluminium melalui pengerjaan hot-dip ini terdiri dari dua lapisan,
yaitu lapisan luar aluminium murni dan lapisan difusi aluminium yang membentuk fasa
intermetalik Fe2Al5. Adanya lapisan difusi ini menunjukkan bahwa dalam pengerjaan hot-
dip aluminium, lapis lindung aluminium terikat kuat dengan logam dasarnya. Pengerjaan
hot-dip lapis aluminium dilakukan pada suhu di atas suhu transisi 700-750C (fasa ,
FCC), pada suhu tersebut memberi peluang difusivitas aluminium ke permukaan baja.
Tebal lapisan difusi tergantung pada suhu pemanasan aluminium cair dan waktu celup 3-
6 menit spesimen pelat baja ke dalam aluminium cair. Peningkatan suhu pemanasan
aluminium cair dan lama waktu pencelupan spesimen diikuti oleh peningkatan tebal
lapisan difusi hingga 180 m. Ketebalan lapisan aluminium murni yang tinggi terletak
pada suhu pemanasan aluminium cair di atas suhu transisi (fasa ).
1. PENDAHULUAN
Lapis lindung aluminium bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan ketahan korosi
pada baja. Proses pelapisan dilakukan melalui proses hot-dip, yaitu pencelupan suatu
baja berbentuk profil ke dalam aluminium cair. Aluminium cair melapisi baja dan berdifusi
ke logam dasarnya sedemikian hingga lapis lindung aluminium terikat kuat pada
permukaan baja. Lapis lindung aluminium ini tidak hanya berdifusi sebagai logam yang
tahan korosi, akan tetapi berfungsi juga sebagai anoda karbon pada sistem perlindungan
katodik.
Lapis lindung aluminium mempunyai ketahan korosi yang lebih baik dibanding
proses lapis lindung seng melalui proses galvanizing. Hal ini disebabkan karena
pembentukan aluminium oksida (Al2O3) yang stabil di permukaan aluminium murni.
Sementara ketahan korosi lapis lindung seng berlangsung bila ada karbondioksida (CO 2).
Seng oksida (ZnO) yang terbentuk di permukaan mudah bereaksi dengan uap air (H2O)
menjadi seng hidroksida (Zn(OH)2). Kerusakan pada lapis lindung seng lebih cepat
dibandingkan dengan lapis lindung aluminium di lingkungan atmosfer.
Lapis lindung aluminium mempunyai ketahanan suhu lebih tinggi daripada lapis
lindung seng, oleh karena itu pengerjaan hot-dip aluminium umumnya dilakukan pada
komponen untuk keperluan exhaust gas panas seperti knalpot, pipa gas, dan manifold.
Adanya gejala antar muka zat cair-padat dapat digunakan sebagai pedoman untuk
menentukan keberhasilan dalam pembuatan komposit dengan matrik logam dan proses
keberlangsungan pengerjaan hot-dip. Seperti misalnya dalam pembuatan komposit matrik
aluminium dengan bahan penguat serbuk keramik silikon karbida (SiC). Kedua bahan ini
tidak bereaksi dan tidak saling larut padat. Namun demikian karena aluminium cair
(paduan) membasahi serbuk SiC, maka dengan adanya serbuk SiC yang tersebar di
dalam paduan aluminium akan meningkatkan kekuatannya. Contoh lain adalah pada
pengerjaan hot-dip. Walaupun karat atau lemak yang menempel di permukaan baja
sudah dibersihkan melalui pengerjaan pickling, tetapi belum tentu aluminium cair mampu
membasahi permukaan baja yang sedang dicelup. Untuk mengatasi masalah ini, dalam
pengerjaan hot-dip harus dilakukan aktifasi dengan tujuan agar aluminium cair
membasahi permukaan baja yang permukaan bajanya sudah di-pickling. Pengerjaan
aktifasi dilakukan dengan mencelupkan logam baja ke dalam larutan SnCl2, kemudian
dikeringkan,. Garam SnCl2 menempel di permukaan baja, sehingga aluminium cair
mampu membasahi permukaannya.
2. METODE PENELITIAN
Preparasi Bahan
Pickling
Aktifasi
Hot-dip Al
Data
Pembahasan Literatur
Kesimpulan
Tabel 2. Pengaruh waktu celup spesimen pelat baja ke dalam aluminium cair terhadap
tebal lapisan Al murni, pada temperatur pamanasan aluminium cair 700-850C.
Tebal Lapisan Aluminium Murni (m)
Temperatur Celup 3 menit 4 menit 5 menit 6 menit
700C 35,33 33,33 30,33 40,00
750C 51,43 55,00 50,00 52,33
800C 58,00 56,33 60,13 54,37
850C 50,00 50,00 50,00 65,00
Karena aluminium cair yang melapisi permukaan baja mengalami perubahan fasa (
fasa ke fasa ), maka timbul adanya perbedaan dua gaya tersebut. Gaya kohesi dan
adhesi aluminium cair di permukaan baja cenderung lebih besar di fasa austenit ()
daripada fasa ferit (). Akibatnya ketebalan lapisan aluminium murni di fasa ferit
menempati posisi kurva rendah, ketebalannya dari 35m sampai dengan 40m.
Pemanasan aluminium cair pada temperatur di atas transisi ketebalan lapisan aluminium
murni lebih tinggi dari 50m sampai dengan 65m.
4. KESIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Lapis lindung aluminium yang terbentuk di permukaan baja terdiri dari dua jenis,
yaitu lapisan aluminium murni (bagian paling luar) dan lapisan fasa intermetalik
Fe-Al.
2. Pembentukan lapisan fasa intermetalik berarti selama pengerjaan hot-dip
berlangsung proses difusi logam aluminium ke permukaan baja, sehingga lapis
lindung aluminium terikat kuat dengan logam dasarnya (baja).
3. Pengerjaan hot-dip lapis aluminium yang menghasilkan lapisan difusi dan
aluminium murni yang relatif tebal dilakukan pada temperatur pemanasan logam
aluminium cair di atas temperatur transisi (750C-800C).
5. DAFTAR PUSTAKA
[1] ASM Hand Book Vol. 1, Properties and Selection : Ferrous Alloys, The Material
Information Society, Print in USA, Fourth printing 1995.
[2] ASM Hand Book Vol. 3, Alloy Phase Diagram, The Materials Information Society,
copy right 1992.
[3] ASM Hand Book Vol. 13, Corrosion, ASM International, The Material Information
Society, Print in USA, Fifth printing 1996.
[4] Mars. Fontana, Corrosion Engineering, International student edition, Mc. Graw-
Hill Series in Material Science and Engineering copy right 1967.
[6] William Smith, Principle of Material Science and Engineering, Mc. Graw-Hill, Inc.
New York, St. Louis. Copy right 1996.