Anda di halaman 1dari 17

ISOLASI DNA PADA BUAH

LAPORAN PRAKTIKUM KLASIKAL


UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

Genetika
yang dibimbing oleh Prof. Dr. Hj Siti Zubaidah S.Pd, M.Pd

Oleh :

Offering C / Kelompok 2

1. Tia Kusniawati (150341604924)


2. Tristanti Rackhmaningrum (150341603788)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Maret 2017

A. Judul
Isolasi DNA
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara atau metode mengisolasi DNA pada buah
2. Untuk mengetahui keefektifan deterjen dan buah pada percobaan isolasi
DNA.
C. Rumusan Masalah
1. Metode apa saja yang digunakan dalam melakukan isolasi ( pemisahan)
DNA khususnya pada buah ?
2. Bagaimanakah tahapan tahapan dalam melakukan pengamatan isolasi
DNA ?
3. Apa saja tujuan dari setiap langkah yang dilakukan ?
4. Detergen manakah yang terbukti lebih efektif untuk mengamati DNA
buah?

D. Dasar Teori
DNA merupakan persenyawaan kimia yang paling penting pada makhluk
hidup, yang membawa keterangan genetik dari sel khususnya atau dari makhluk
dalam keseluruhannya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Molekul DNA
terdapat pada nukleus, mitokondria, plastida dan sentriol. Molekul DNA pada
nucleus memiliki bentuk sebagai benang lurus dan tidak bercabang, sedangkan
DNA yang terletak pada mitokondria dan plastida berbentuk lingkaran (Suryo,
2012).
DNA (Deoxyribose Nucleic Acid) adalah master molecul (molekul utama)
yang mengkode semua informasi yang dibutuhkan untuk proses metabolisme
dalam setiap organisme (Jamilah, 2005). DNA ini tersusun atas 3 komponen
utama yaitu gula deoksiribosa, basa nitrogen dan fosfat yang tergabung
membentuk nukleotida (Istanti, 1999). Molekul DNA ini terikat membentuk
kromosom, dan ditemukan di nukleus, mitokondria dan kloroplas. DNA yang
menyusun kromosom ini merupakan nukleotida rangkap yang tersusun heliks
ganda (double helix), dimana basa nitrogen dan kedua benang polinukleotida
saling berpasangan dalam pasangan yang tetap melalui ikatan hidrogen dan
antara nukleotida yang satu dengan nukleotida yang lain dihubungkan dengan
ikatan fosfat. DNA terdapat di dalam setiap sel makhluk hidup dan disebut
sebagai cetak biru kehidupan karena molekul ini berperan penting sebagai
pembawa informasi hereditas yang menentukan struktur protein dan proses
metabolisme lain (Jamilah, 2005).
Isolasi DNA adalah proses pengeluaran DNA dari
tempatnya berada (ekstraksi atau lisis). Biasanya dilakukan
dengan homogenasi dan penambahan buffer ekstraksi atau
buffer lisis untuk mencegah DNA rusak (Yuwono, 2008).
Pada sel eukariotik termasuk tanaman dan hewan bagian
terbesar dari DNA berada pada nukleus yaitu organel yang
dipisahkan dari sitoplasma dengan membran. Nukleus terdiri dari
90 % keseluruhan DNA seluler. Sisa DNA adalah organel lain
seperti mitokondria dan kloroplas. Karena DNA terdapat pada
nukleus, maka perlu adanya metode pelisisan sel sampai
pemanenan sel. Dimana metode tersebut merupakan bagian
dari metode isolasi DNA (Elrod, 2007).
Pemisahan DNA dari materi seluler lainnya merupakan hal
yang signifikan dan mengharuskan penyalinan DNA menjadi RNA
dan translasi RNA menjadi protein berlangsung dalam
kompartemen (ruang) yang berbeda yaitu secara berturut-turut
dalam nucleus dan sitoplasma ( Elrod, 2007 ).
DNA pada makhluk hidup dapat diisolasi secara sederhana.
Pengisolasian DNA secara sederhana dapat dilakukan dengan
memecahkan dinding sel, membran plasma dan membran inti
baik secara mekanik maupun secara kimiawi. Isolasi DNA
merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memperoleh DNA
murni, yaitu tanpa protein dan RNA dari suatu sel dalam jaringan.
Pemecahan dinding sel secara mekanik dapat dilakukan dengan
pemblenderan atau penggerus menggunakan mortar dan pistil.
Sedangkan secara kimiawi dapat dilakukan dengan pemberian
detergen. Penambahan sabun cair dan garam dapur adalah
untuk melisiskan membran inti untuk mengeluarkan isi inti sel
yang berisi DNA ( Istanti, 1999).
Isolasi DNA dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan
antara lain: preparasi ekstrak sel, pemurnian DNA dari ekstrsk sel
dan presipitasi DNA. Meskipun isolasi DNA dapat dilakukan
dengan berbagai cara, akan tetapi pada setiap jenis atau bagian
tanaman dapat memberikan hasil yang berbeda, hal ini
dikarenakan adanya senyawa polifenol dan polisakarida dalam
konsentrasi tinggi yang dapat menghambat pemurnian DNA. Jika
isolasi DNA dilakukan dengan sample buah, maka kadar air pada
masing-masing buah berbeda, dapat memberi hasil yang
berbeda-beda pula. Semakin tinggi kadar air, maka sel yang
terlarut di dalam ekstrak akan semakin sedikit, sehingga DNA
yang terpretisipasi juga akan sedikit ( Murray,2009).
Penambahan deterjen dalam isolasi DNA dapat
menyebabkan rusaknya membrane sel, melalui ikatan yang
dibentuk melalui sisi hidrofobik deterjen dengan protein dan
lemak pada membrane membentuk senyawa lipid protein-
deterjen kompleks. Senyawa tersebut dapat terbentuk karena
protein dan lipid memiliki ujung hidrofilik dan hidrofobik,
demikian juga dengan deterjen, sehingga dapat membentuk
suatu ikatan kimia (Murray,2009).
Prinsip prinsip dalam mengisolasi DNA ( Solomon, 2002).
1. melisis sel secara fisik, dengan cara penggerusan.
2. pemecahan dinding sel.
3. pemecahan membran sel.
4. pemisahan DNA dari bahan yang lain.
Dalam isolasi DNA, bahan yang kita gunakan biasanya
berupa jaringan tumbuhan atau jaringan hewan, untuk itu
langkah pertama yang harus kita lakukan adalah memecahkan
jaringan menjadi sel-sel yang mandiri. Proses dilakukan secara
mekanik atau fisik dengan menumbuk atau menggerus bahan
yang akan kita gunakan dengan mortar atau blender. Kedua
adalah memecahkan dinding sel dan membran sel lapisan
pembungkus DNA, struktur utama pembentuk membran dan
dinding sel adalah lemak, untuk itu kita gunakan deterjen dan
garam dapur. Kedua bahan ini digunakan untuk melubangi dan
merusak sel sehingga isi inti sel (DNA) bisa keluar ( Solomon,
2002).
Tahap selanjutnya adalah pemisahan DNA dari bahan yang
lain. Pemisahan dilakukan dengan menggunakan ethanol/alkohol
dingin berkonsentrasi 90-95%. Ethanol/Alkohol tidak melarutkan
DNA dan berat jenis alkohol yang lebih ringan dari air membuat
DNA naik dan melayang-layang di permukaan ( Solomon, 2002).
CTAB atau Cetyl trimethylammonium bromide merupakan
sejenis deterjen yang dapat mendegradasi dinding sel,
denaturasi protein, memisahkan karbohidrat, merusak membran
sel dan melarutkan DNA. Apabila dinding sel terdegradasi maka
semua isi sel dapat keluar termasuk DNA dan dilepaskan ke
dalam buffer ekstraksi. Dalam proses isolasi DNA tanaman,
penambahan senyawa pereduksi seperti merchaptoetanol dapat
mencegah proses oksidasi senyawa fenolik sehingga
menghambat aktivitas radikal bebas yang dihasilkan oleh
oksidasi fenol terhadap asam nukleat. Merchaptoetanol juga
berfungsi untuk melindungi RNA dari senyawa quinon,
disulphide, peroksida, poliphenoksidase, dan protein. Proses
pemansan pertama bertujuan untuk melarutkan CTAB dan
mercaptoetanol. Sedangkan pemanasan yang kedua bertujuan
untuk memdegradasi protein dan dinding sel ( Solomon, 2002).
Klorofrom dan isoamilalkohol (CIAA) berfungsi untuk
mengekstrak dan dan mengendapkan komponen polisakarida di
dalam buffer ektraksi yang mengkontaminasi larutan DNA.
Pemberian isopropanol dan etanol dilakukan agar terjadi
dehidrasi DNA sehingga terjadi presipitasi. Setelah pemberian
etanol, pellet yang dipeoleh dikeringanginkan. Hal ini bertujuan
untuk mengeringkan pellet dari sisa-sisa buffer maupun
etanol.Tahapan terakhir dari ektraksi ini adalah penambahan
buffer TE. Buffer TE tris electrophoresis berfungsi untuk
melarutkan DNA yang dihasilkan dan menjaga DNA agar tidak
mudah rusak. Dalam buffer TE mengandung EDTA atau Ethylene
Diamine Tetra Acid yang berfungsi sebagai senyawa pengkelat
yang mengikat ion Magnesium, yaitu kofaktor yang diperlukan
untuk altivtas berbagai enzim nuclease. Metode ekstraksi DNA
dengan CTAB akan menghasilkan pita DNA yang berukuran tebal
dan dapat memisahkan DNA dari polisakarida karena adanya
perbedaan karakteristik kelarutan (differensial of solubility).
Disamping deperoleh fragmen DNA, dengan metode CTAB juga
akan diperoleh RNA dengan pita tipis yang terletak jauh berada
di bawah pita DNA. Keberadaan pita RNA tergantung bahan yang
diekstraksi (Asris, 2010).
Metode ini tidak membutuhkan biaya yang lebih mahal
dibandingkan dengan menggunakan kit. Selain itu, kelebihan dari
ektraksi ini adalah pita DNA yangdiproleh lebih tebal bila
dibandinglan dengan ektraksi metode fenol dan tanpa fenol.
Akan tetapi, dari hasil dengan metode ini masih terdapat pita
smear dan DNA yang dihasilkan lebih sedikit daripada ektraksi
dengan menggunakan kit. Kendala yang umum terjadi dalam
ekstraksi CTAB adalah adanya inhibitor pada inang, rendahnya
konsentrasi vius dan pengaruh cara maupun lama waktu
penyimpanan (Asris, 2010).

E. Alat dan Bahan


Alat:
1) Blender
2) Tabung reaksi
3) Gelas beaker
4) Corong
5) Pengaduk
6) Saringan kain
7) Pisau
8) Spatula
9) Rak tabung reaksi
10) Gelas ukur
11) Pipet tetes
12)
13) Bahan:
1. Buah semangka, jeruk, melon
2. Kertas saring
3. NaCl
4. Detergen bubuk (Attack), krim (ekonomi), cair (sunlight)
5. Alkohol dingin
14)
15)
16)
17)
18)
19)
F. Prosedur Kerja
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
G. Hasil Pengamatan
1) 2) Buah 3) D 4) 5) Kuanti 6) Ket
N e Wa tatif era
t DNA nga
e n

DDiissalapnkdgnrbouutheemmgkaas,dnlondo(2j0eerbugk)yakm3ilainpd(2np0otr)gg-akemumdienjadisklpctl.ybrhgniuades20mlntkgespbrudamhing-kcr3sampel,iuntgkjroha.yUduipeskjlrandisgtukaljemdinhaslpyrgdimasuknel3gasbkerming-as30ml.
r
g
e
n
7) 8) Seman 9) B 10) 11) +++ 12) Kab
1 gka u 14 ut

PDiatdukcmp-1rneslbNlCghikaurotmenudhgh,aNi-lCslturt.dkmbphin1a.tue nbk,laedut hkan


b
u
k
13) 14) 15) C 16) 17) + 18) Kap
a 64 as
i
r

Ditambhkru5ndloetigasmp,dn eralkuiygnbtedars pbny-k10smleidahtpbungrksiycaebumdp.lnDNAyagdisolecrbamndihtugwkyandibuthsejakpn lohsampiterbnukyaci.


19) 20) 21) K 22) 23) ++ 24) Ben
r 41 ang
i
m
25) 26) Melon 27) B 28) 29) +++ 30) Kab
2 (kel. 2) u 27 ut
b
u
k
31) 32) 33) C 34) 35) ++ 36) Kab
a 14 ut
i
r
37) 38) 39) K 40) 41) + 42) Kab
r 14 ut
i
m
43) 44) Jeruk 45) B 46) 47) + 48) Ben
3 (kel. 4) u 80 ang
b
u
k
49) 50) 51) C 52) 53) ++ 54) Ben
a 11 ang
i
r
55) 56) 57) K 58) 59) +++ 60) Ben
r 5 ang
i
m
61)
H. Aalisis Data
1) Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui cara atau metode mengisolasi
DNA pada buah serta untuk mengetahui keefektifan deterjen dan buah
pada percobaan isolasi DNA. Buah yang digunakan dalam proses isolasi
DNA ini adalah buah semangka, melon dan jeruk. Sedangkan jenis
deterjen yang dipakai adalah deterjen bubuk, krim dan cair. Sumber DNA
ini diblender, selanjutnya ekstrak buah semangka dan melon disaring
sebanyak tiga kali, untuk ekstrak jeruk disaring satu kali. Kemudian
ditambah detergen 1 spatula, lalu ditambah garam dapur dan ditambah
alkohol dingin.
2) Untuk semua jenis buah waktu pembentukan benang-benang DNA
yang menggunakan detergen krim relatif paling cepat diantara yang lainnya. Pada
buah semangka, waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan benang-benang pada
larutan ini adalah menggunakan detergen bubuk 147 s dengan bentuk kabut yang
ketebalannya tiggi, detergen cair 64 s dengan bentuk kapas yang ketebalannya
rendah, detergen krim 61 s dengan bentuk benang yang ketebalannya sedang.
Untuk buah melon, waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan benang-benang
pada larutan ini adalah menggunakan detergen bubuk 27 s dengan bentuk kabut
yang ketebalannya tinggi, detergen cair 14 s dengan bentuk kabut yang
ketebalannya sedang, detergen krim 14 s dengan bentuk kabut yang ketebalannya
rendah. Untuk buah jeruk, waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan benang-
benang pada larutan ini adalah menggunakan detergen bubuk 80 s dengan bentuk
benang yang ketebalannya rendah, detergen cair 11 s dengan bentuk benang yang
ketebalannya sedang, detergen krim 5 s dengan bentuk benang yang ketebalannya
tinggi.
3) Dari analisis di atas dapat dilihat jika masing-masing sumber DNA
menghasilkan DNA yang berbeda-beda. Bahkan untuk ketiganya dengan detergen
yang berbeda memiliki waktu pembentukan benang-benang DNA yang beragam.
Bentuk DNA yang dihasilkan pada pengamatan kali ini adalah berupa benang,
kabut, dan kapas DNA yang berwarna putih. Perbedaan waktu ini dapat
dipengaruhi oleh kekurang ketelitiannya praktikan dalam mengamati DNA yang
terbentuk.
4)
I. Pembahasan
1) Prinsip prinsip dalam mengisolasi DNA melisis sel
secara fisik dengan cara penggerusan, pemecahan dinding sel,
pemecahan membran sel, pemisahan DNA dari bahan yang lain
(Solomon, 2002). Dalam isolasi DNA ini kami menggunakan tiga
buah yakni semangka, melon dan jeruk. Isolasi DNA dapat
dilakukan melalui tahapan-tahapan antara lain: preparasi ekstrak
sel, pemurnian DNA dari ekstrsk sel dan presipitasi DNA.
Perlakuan pertama yang diberikan pada buah yaitu mengupas
serta memotongnya menajadi ukuran yang lebih kecil, hal ini
dilakukan agar pada saat penghancuran buah mudah
dihancurkan menjadi partikel partikel yang lebih kecil. Tahap
selanjutnya yaitu menambahkan campuran detergen dengan air,
hal ini bertujuan untuk merusak membran sel melalui ikatan
yang dibentuk melalui sisi hidrofobik deterjen dengan protein
dan lemak pada membrane membentuk senyawa lipid protein-
deterjen kompleks Perusakan membran sel terjadi akibat
adanya ikatan kimia yang terbentuk antara detergen dengan zat-
zat yang ada pada buah ( Murray,2009). Setelah penambahan
detergen tahap selanjutnya yaitu penambahana garam dapur
sebanyak 1 spatula ke masing-masing tabung yang berisi
campuran buah dan detergen, tujuannya untuk melubangi dan
merusak sel sehingga isi inti sel (DNA) bisa keluar ( Solomon,
2002). Sehingga memudahkan pemisahan benang-benang DNA
dari campuran sehingga benang-benang tersebut akan mudah
diamati. Hal ini terjadi karena Na+ dalam garam dapat
membentuk ikatan pada kutub negative dari ikatan fosfat DNA
(Dollard, 1994, dalam Jamilah, 2005). Setelah larutan ditambahkan
garam larutan kemudian dihomogenkan. Tahap terakhir yaitu
penambahan alkohol dingin yang bertujuan untuk membuat DNA
naik dan melayang-layang di permukaan, karena Ethanol/Alkohol
tidak melarutkan DNA dan berat jenis alkohol yang lebih ringan
dari air ( Solomon, 2002).
2) Dari hasil isolasi DNA yang dilakukan, diketahui bahwa jenis
detergen berpenuh terhadap hasil isolasi DNA dan jenis detergen tertentu
memberikan pengaruh paling baik terhadap jenis buah tertentu pula dengan kadar
air berbeda. Dari data dapat diketahui bahwa detergen bubuk (Attack)
memberikan pengaruh paling baik pada buah dengan kadar air tinggi (semangka
dan melon), sedangkan detergen krim (ekonomi) memberikan pengaruh paling
baik pada buah dengan kadar air sedang (jeruk).
3) Perbedaan detergen dalam mempengaruhi tingkat pemunculan
DNA dalm isolasi DNA ini disebabkan karena kandungan detergen tersebut
berbeda, misalnya lauryl sulfat yang dapat berfungsi sama dengan dodesil sulfat
dan disodium EDTA, serta kandungan zat pewarna dan zat aktif pemutih yang
biasanya ada dalam detergen. Menurut Jamilah (2005), diantara detergen bubuk,
detergen Attack menghasilkan warna yang paling baik, yaitu putih, detergen krim
memberikan warna yang kurang baik karena menyebabkan warna filtrat
mendekati warna detergen, sehingga isolasi DNA yang dihasilkan berwarna sama
atau hampir sama dengan filtrat. Sementara pada isolat yang dihasilkan dari filtrat
yang menggunakan detergen cair tidak menunjukkan adanya prespitasi DNA yang
baik, kalaupun ada, konsentrasi dan viskositasnya sangat rendah. Pernyataan
Jamilah tersebut dapat kita berikan pada isolasi DNA yang terjadi pada buah
dengan konsentrasi air tinggi. Sedangkan untuk mengetahui fungsi detergen dalam
isolasi DNA ini menurut Dollard (1994) dalam Jamilah (2005), dalam proses
isolasi DNA, detergen berfungsi untuk melisiskan barier (penghalang) sel secara
kimia sebagai pengganti senyawa kimia yang mampu merusak dinding dan
membran sel antara lain lisozim yang dapat mendegesti senyawa polimerik yang
menyebabkan kekakuan sel dan etil endiamintetra asetat (EDTA) yang berfungsi
untuk menghilangkan ion Mg2+ yang penting untuk mempertahankan
keseluruhan struktur selubung sel, serta menghambat enzim-enzim seluler yang
dapat merusak DNA (ion Mg2+ merupakan kofaktor penting bagi DNAse yang
biasa "memakan" DNA).
4) Menurut Zubaidah (2004), pada saat penghancuran jaringan sampel
pada awal proses isolasi DNA, terjadi pelepasan senyawa polifenol dan
polisakarida. Senyawa polifenol yang teroksidasi akan mengadakan ikatan
kovalen dengan DNA yang membentuk suatu senyawa kompleks berwarna
kecokelatan, sedangkan polisakarida mengalami kompresipitasi dengan asam
nukleat saat presipitasi dengan penambahan alkohol sehingga terbentuk suatu
matriks seperti lem dalam jumlah berlebihan. Hal ini dapat menyebabkan DNA
menjadi kental, sulit larut secara sempurna dan sulit di pipet meskipun telah
dilarutkan dalam buffer TE. Akan tetapi jika ditinjau dari sudut pandang media,
DNA yang baik adalah DNA yang serupa pintalan benang. Berdasarkan hal
tersebut membuktikan bahwa jeruk memiliki kefektifan dalam isolasi DNA karena
lapisan yang terbentuk berupa benang.
5) Konsentrasi DNA yang terpresipitasi tergantung dari beberapa hal,
antara lain: keenceran sumber DNA yang digunakan dan suhu ethanol. Semakin
encer filtrat, maka DNA yang terpresipitasi akan semakin sedikit. Sementara
semakin dingin ethanol, DNA yang terpresipitasi semakin pekat. (Dollard, 1994,
dalam Jamilah, 2005). Ditinjau dari jenis buah yang digunakan sebagai sumber
DNA, buah yang memiliki kadar air rendah menghasilkan presipitasi DNA yang
lebih baik dari pada buah yang kadar airnya tinggi. Buah jeruk menunjukkan
kualitas DNA terbaik disusul selanjutnya berturut turut buah melon dan
semangka. ). Hal tersebut menunjukkan semakin tinggi kadar air,
maka sel yang terlarut di dalam ekstrak akan semakin sedikit,
sehingga DNA yang terpretisipasi juga akan sedikit ( Murray,2009).
Dollard (1994) dalam Jamilah (2005), menambahkan bahwa semakin encer filtrat,
maka DNA yang terpresipitasi akan semakin sedikit.
Kecepatan pembentukan DNA juga dipengaruhi oleh jenis detergen yang
digunakan, dalam hal ini detergen cair (Sunlight) memiliki kualitas paling baik
dalam pembentukan DNA pada ekstrak buah. Ini karena dalam detergen bubuk,
kandungan senyawa kimia untuk melisiskan sel terdapat dalam konsentrasi yang
lebih tinggi daripada detergen jenis lain. Hal tersebut tidak sesuai dengan hasil
praktikum kami dimana yang memiliki rata-rata waktu paling cepat dalam
pembentukan DNA yaitu detergen krim. Kesalahan tersebut terjadi karena
kesalahan praktikan yang kurang teliti dan kurang sesuai dengan prosedur, selain
itu, dalam praktikum detergen krim kami larutkan ke dalam air terlebih dahulu
sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil.
6)
J. Kesimpulan
1) Berdasarkan hasil praktikum diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
2) Metode yang digunakan dalam isolasi DNA pada buah yaitu preparasi
ekstrak sel dalam hal ini meliputi pemblenderan bahan
(buah) atau pemerasan (pada jeruk) kemudian penglisisan
sel, pemurnian DNA dari ekstrsk sel yang meliputi
pemisahan DNA dari protein dan RNA dan presipitasi DNA
yan meliputi pemisahan DNA dari larutan.
3) Detergen yang paling efektif dalam proses isolai DNA seharusnya adalah
detergen cair namun pada hasil praktikum kami adalah detergen krim,
buah yang paling efektif dalam pengisolasian DNA yaitu buah jeruk
karena memiliki kandungan air yang sedikit.
4)
K. Saran
1) Dalam praktikum seharusnya praktikan lebih hati-hati dan
memperhatikan prosedur kerja. Peran asisten dosen juga sangat berpengaruh
sehingga asisten dosen seharusnya tidak hanya satu atau dua.
2)
L. Diskusi
1. Apakah yang dimaksud isolasi DNA?
1) Isolasi DNA adalah proses pengeluaran DNA dari
tempatnya berada (ekstraksi atau lisis). Biasanya dilakukan
dengan homogenasi dan penambahan buffer ekstraksi atau
buffer lisis untuk mencegah DNA rusak.
2)
3)
4)
2. Apa fungsi penambahan detergen?
5) Fungsi detergen yaitu merusak membran sel melalui
ikatan yang dibentuk melalui sisi hidrofobik deterjen dengan
protein dan lemak pada membrane membentuk senyawa lipid
protein-deterjen kompleks Perusakan membran sel terjadi
akibat adanya ikatan kimia yang terbentuk antara detergen
dengan zat-zat yang ada pada buah.
6)
3. Apakah fungsi dari penambahan garam?
7) Penambahan garam berfungsi untuk melubangi dan
merusak sel sehingga isi inti sel (DNA) bisa keluar. Sehingga
memudahkan pemisahan benang-benang DNA dari campuran
sehingga benang-benang tersebut akan mudah diamati. Hal ini
terjadi karena Na+ dalam garam dapat membentuk ikatan pada
kutub negative dari ikatan fosfat DNA.
8)
4. Apakah fungsi penambahan alkohol? Mengapa alkohol yang ditambahkan
harus dalam kedaan dingin?
9) Fungsi penambahan alkohol yaitu untuk memisahkan DNA dari
larutan. Digunakan dalam keadaan dingin karena untuk pengefektifan dalam
pemishan DNA dari larutan.
10)
5. Mengapa pengadukan campuran setelah ditambahkan detergen tidak boleh
sampai berbusa?
11) Pengadukan detergen tidak boleh sampai berbusa agar tidak
pengganggu hasil pengamatan karena hasil busa bisa menyerupai benang-benang
sehingga nanti dapat menyebabkan kekeliruan dalam pengamatan selain itu juga
menyulitkan dalam pengamatan.
12)
6. Apakah kecepatan penggabungan DNA pada masing-masing buah dan
masing-masing detergen berbeda? Mengapa?
13) Kecepatan penggabungan DNA pada masing masing buah berbeda
karena masing-masing buah memiliki kadar air yang berbeda-beda.
14)
7. Apakah kesimpulan dari praktikum isolasi DNA?
15) Kesimpulannya yaitu:
16) Metode yang digunakan dalam isolasi DNA pada buah yaitu preparasi
ekstrak sel dalam hal ini meliputi pemblenderan bahan
(buah) atau pemerasan (pada jeruk) kemudian penglisisan
sel, pemurnian DNA dari ekstrsk sel yang meliputi
pemisahan DNA dari protein dan RNA dan presipitasi DNA
yan meliputi pemisahan DNA dari larutan.
17) Detergen yang paling efektif dalam proses isolai DNA seharusnya adalah
detergen cair namun pada hasil praktikum kami adalah detergen krim,
buah yang paling efektif dalam pengisolasian DNA yaitu buah jeruk
karena memiliki kandungan air yang sedikit.
18)
19) DAFTAR PUSTAKA
20) Asris., 2010. Definisi Isolasi DNA dan Manfaat Isolasi
DNA.UGM.
21) Elrod, S., 2007. Genetika Edisi Keempat. Erlangga.
Jakarta.
22) Istanti, Annie. 1999. Biologi Sel. Malang: jurusan Biologi FMIPA UM.
23) Jamilah. 2005. Pengaruh Berbagai Macam Deterjen, Penambahan Garam
dan Ekstrak Nanas (Ananas Comusus) terhadap Hasil Isolasi DNA
Berbagai Macam Buah sebagai Topik Praktikum Mata Kuliah Genetika.
Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.
24) Murray, Robert K.2009.Biokimia Harper.Jakarta:EGC
25) Solomon, E.P, Berg, L.R, Martin, D.W. 2002. Biology. 6th Ed.
Brooks/Cole Thompson Learning. USA.
26) Suryo, 2004. Genetika Strata 1. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
27) Yuwono, T., 2008. Biologi Molekuler. Erlangga. Jakarta.
28) Zubaidah, Siti. 2004. Identifikasi, Variasi Genetik, Distribusi dan Upaya
Eliminasi Bakteri Penyebab CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration).
Desertasi tidak diterbitkan. Malang: Program Pasca Sarjana Universitas
Brawijaya.

Anda mungkin juga menyukai