Abstrak
Rumah sehat merupakan rumah yang dapat memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis, serta
menghindarkan terjadinya penularan penyakit. Ada beberapa aspek penting untuk menciptakan
sebuah hunian yang sehat. Selain kebersihan rumah, sirkulasi udara yang baik adalah salah satu dari
beberapa aspek tersebut. Oleh karena itu, ventilasi rumah mutlak dibutuhkan untuk menjaga
sirkulasi udara di dalam rumah.Namun sering kita jumpai di wilayah pedesaan rumah dibangun
dengan keterbatasan material, tenaga ahli, model yang bergantung pada budaya setempat serta
keterbatasan pengetahuan masyarakat akan rumah sehat. Sedangkan beberapa penelitian
menunjukan bahwa kondisi rumah yang kurang dalam penghawaan mempunyai hubungan erat
terhadap kejadian penyakit terutama infeksi pernapasan. Maka sangatlah penting untuk diadakan
penelitian mengenai penerapan rumah sehat dengan fokus penghawaan di daerah pedesaan.
Penelitian bertujuan untuk mengungkap derajat penerapan standard rumah sehat di bangunan-
bangunan non engineered di daerah pedesaan, termasuk jenis dan tipe penerapannya serta
pengaruhnya dengan penghawaan alami. Dengan demikian, secara tidak langsung penelitian
mengarah pada usaha penyehatan lingkungan pedesaan sekaligus.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dimana data primer
dikumpulkan melalui observasi, wawancara, kuisioner, serta simulasi, dan data sekunder diperoleh
melalui studi literature dengan fokus penghawaan alami pada rumah di daerah pedesaan.
Pengolahan data dilakukan dengan metode analisis kuantitatif melalui cross tabulation dan simulasi
Computational Fluid Dynamics (CFD) untuk mengetahui derajat kesehatan non-engineered houses di
kecamatan Samigaluh. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 56% rumah yang
disurvey termasuk dalam kategori buruk dan sangat buruk, hanya terdapat 19% rumah yang masuk
dalam kategori sangat baik ventilasi alaminya. Rekomendasi untuk memperbaiki penghawaan alami
yang ada yaitu dengan menambah luasan ventilasi untuk menambah nilai laju udara ventilasi yang
nantinya berpengaruh pada air change rate per hour.
1. Latar Belakang
1.1. Pengantar
Rumah yang sehat merupakan salah kamar keluarga, dan ruang tamu, ventilasi,
satu kebutuhan dasar manusia yang sangat sarana pembuangan asap dapur,
penting. Kondisi rumah dan lingkungan yang pencahayaan; (2) kelompok sarana sanitasi,
tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan meliputi sarana air bersih, sarana
faktor resiko penularan berbagai penyakit, pembuangan kotoran, sarana pembuangan air
khususnya penyakit berbasis lingkungan. limbah, dan sarana pembuangan sampah; dan
Sebagai tanggapan akan kebutuhan (3) kelompok perilaku penghuni, meliputi
rumah sehat, pemerintah telah menerbitkan perilaku membuka jendela kamar tidur,
standard rumah sehat sejak tahun 1997. membuka jendela ruang keluarga dan tamu,
Dalam penilaian rumah sehat menurut yang membersihkan halaman rumah, membuang
telah diatur dalam Kepmenkes RI No. tinja bayi/anak ke kakus, dan membuang
829/Menkes/SK/VII/1999, parameter rumah sampah pada tempatnya.
yang dinilai meliputi lingkup 3 (tiga) kelompok Non engineered houses didefinisikan
komponen penilaian, yaitu: (1) kelompok sebagai rumah atau bangunan yang dibangun
komponen rumah, meliputi langit-langit, hanya dengan bantuan tukang atau bahkan
dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela oleh masyarakat setempat tanpa/dengan
1
sangat sedikit intervensi dari tenaga ahli bahwa lebih dari 50% responden memiliki
seperti kontraktor dan arsitek. Di indonesia, pengetahuan yang tinggi tentang karakteristik
hampir semua rumah di perdesaan maupun rumah sehat namun kontradiktif dengan
kota kecil dibangun berdasarkan tradisi karakteristik rumah masyarakat itu sendiri
setempat menyesuaikan dengan ketersediaan yaitu lebih dari 50% masyarakat memiliki
material dan budaya setempat (Boen, 2001). rumah yang tidak sehat.
Kebanyakan dari masonry houses dibangun Berdasarkan latar belakang tersebut di
tanpa mempertimbangkan persyaratan atas, amatlah penting untuk mengidentifikasi
standard rumah sehat. Bangunan-bangunan penerapan standard rumah sehat pada non
non-engineered yang dibangun tanpa supervisi engineered building dengan fokus
dari ahli konstruksi maupun arsitek, amatlah penghawaan alami di lingkungan pedesaan.
sulit dipastikan memenuhi standar rumah
sehat. 1.2. Tujuan Penelitian
Penghawaan atau ventilasi merupakan Penelitian bertujuan untuk mengungkap
salah satu aspek penting pada rumah sehat. derajat penerapan standard rumah sehat di
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bangunan-bangunan non engineered di daerah
kondisi rumah yang kurang dalam pedesaan, termasuk jenis dan tipe
penghawaan mempunyai hubungan terhadap penerapannya serta pengaruhnya dengan
kejadian penyakit terutama infeksi penghawaan alami. Dengan demikian, secara
pernapasan. Selain berpengaruh terhadap tidak langsung penelitian mengarah pada
kesehatan penghuninya, rumah dengan usaha penyehatan lingkungan pedesaan
kondisi kurang ventilasi alami sangatlah sekaligus.
berpengaruh terhadap kondisi rumah itu Sasaran yang ingin dicapai dalam
sendiri misalnya jamur yang disebabkan oleh penelitian adalah mengidentifikasi berbagai
kondisi rumah yang terlalu lembab. pola penerapan standard rumah sehat yang
Beberapa penelitian mengenai rumah dilakukan oleh warga di daerah perdesaan
sehat telah dilakukan, terutama yang terkait serta merumuskan derajat pengaplikasiannya
dengan penghawaan alami. Penelitian yang sebagai langkah awal untuk peningkatan
berjudul Hubungan antara Luas dan Posisi kondisi kesehatan masyarakat perdesaan.
Ventilasi Rumah dengan Kejadian ISPA
Penghuni Rumah di Wilayah Puskesmas Bangli 1.3. Metode Penelitian
Utara tahun 2012 dengan peneliti Sang Ketut
Metode Pengumpulan Data diawali
Juniartha, H.M. Choirul Hadi dan Nengah
dengan pendataan fisik. Pendataan fisik
Notes menyimpulkan bahwa adanya
dilakukan untuk mendapatkan data eksisting
hubungan antara luas dan posisi ventilasi
terkait kondisi rumah secara mendetail
rumah dengan kejadian ISPA di wilayah kerja
sehingga dapat dilakukan perhitungan
Puskesmas Bangli Utara dengan kekuatan
persentase luas rumah berbanding bukaan.
hubungan berskala sedang. Prevalensi ISPA di
Dari data eksisting juga digunakan untuk
wilayah Puskesmas Bangli Utara mencapai 31
simulasi komputasional mengenai
per 10.000 penduduk.
penghawaan alami.
Penelitian lain dengan judul Hubungan
Alat yang digunakan untuk pendataan
Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang
fisik ialah alat tulis, meteran digital, kamera,
Karakteristik Rumah Sehat terhadap
dan anemometer. Sampel diambil secara acak
Karakteristik Rumah di RW 03 Kelurahan
berdasarkan kedekatan rumah dengan jalan
Pondok Cina Depok dengan peneliti Edian
utama yang berada di kelurahan Gerbosari,
Fitriana menyimpulkan bahwa tidak terdapat
Ngargosari, Pagerharjo, Purwoharjo, dan
hubungan yang signifikan antara tingkat
Sidoharjo. Dari pendataan fisik tersebut
pengetahuan masyarakat terhadap
terkumpul sejumlah 41 sampel.
karakteristik rumah sehat. Hal ini ditunjukkan
2
Kemudian peneliti memberikan 2. Hasil dan Pembahasan
kuisioner kepada responden yang berisi 2.1. Karekteristik Responden
pertanyaan terkait dengan kenyamanan yang Karakteristik responden dilihat
mencakup penghawaan dan pencahayaan berdasarkan kelurahan asal responden, jenis
alami pada rumah yang ditempati, kelamin, umur, pendidikan terkahir dan
pengetahuan masyarakat akan rumah sehat pekerjaan responden. Berikut hasil data survei
dan penerapannya serta perilaku responden dan wawancara yang diperoleh.
terhadap rumahnya. Responden berasal dari 5 kelurahan
Penulis memperoleh teori dan informasi yang ada di Kecamatan Samigaluh, yaitu
melalui buku-buku, jurnal, penelitian, surat Gerbosari (32%), Ngargosari (22%), Pagerharjo
kabar dan sebagainya yang dapat dijadikan (22%), Purwoharjo (22%), dan Sidoharjo (2%).
referensi dalam penelitian. Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan akses
Selama pengumpulan data, peneliti jalan dan akses informasi kelurahan.
melakukan dokumentasi sebagai bukti konkret Responden yang diambil meliputi semua
mengenai kegiatan-kegiatan terkati dengan jenis kelamin, yaitu pria dan wanita. Jenis
penelitian. Kelamin responden yang paling sering
Penelitian menggunakan pendekatan dijumpai adalah perempuan (63%),
kuantitatif sebagai pendekatan utama. Teori dikarenakan warga laki-laki (37%) sedang
analisis yang digunankan dalam penelitian ini berada di sawah/mencari nafkah ketika survei
berdasarkan penggabungan SNI, teori-teori dilakukan dan memang pada umumnya
kepustakaan mengenai rumah sehat, serta penduduk desa dihuni oleh mayoritas
pengolahan data menggunakan perangkat berkelamin perempuan.
lunak terkait. Responden terdiri dari usia 30 hingga 82
Pertama tama pengolahan data tahun, baik pria maupun wanita. Berdasarkan
dilakukan dengan cara tabulasi silang. data yang diperoleh dari 41 responden yang
Tabulasi Silang digunakan untuk memperoleh dijumpai pada saat penelitian, jumlah
faktor dominan yang mempengaruhi derajat responden terbanyak pada rentang usia 51-60
kesehatan rumah dengan menyilangkan tahun.
pengolahan data fisik dengan hasil kuesioner Pekerjaan Responden didominasi oleh
Dari pendataan fisik, rumah ibu rumah tangga (34%) dan petani (29%).
dikelompokkan berdasarkan orientasi serta Profesi responden lainnya meliputi pensiun
bentuk denah rumah. Dari kelompok tersebut (17%), wiraswasta (5%), PNS (3%), guru (3%),
kemudian direkomendasikan menggunakan purna bakti (2%), dan yang tidak bekerja (2%).
simulasi komputasional. Simulasi yang Beragamnya jenis pekerjaan responden
digunakan ialah ESI Group CFD untuk mempengaruhi pola pikir yang berbeda juga.
mengetahui kecepatan dan pergerakan udara
dalam rumah. 2.2. Pengetahuan Responden tentang
Metode penarikan kesimpulan dalam Kegunaan Ventilasi
penelitian ini dilakukan dengan mengevaluasi Pada kuesioner ini, kami menanyakan
kesesuaian antara data literatur dan standar seberapa besar pengetahuan responden
dengan kondisi eksisting di lapangan yang terhadap kegunaan ventilasi alami. Sebanyak
akhirnya dapat menghasilkan sebuah hipotesis 28 responden (68%) hanya mengetahui 1
baru yang bersifat umum dan dapat dijadikan macam kegunaan ventilasi alami, 11
dasar bagaimana korelasi antara penerapan responden (27%) mengetahui 2 macam
rumah sehat terutama pada penghawaan kegunaan ventilasi alami, dan hanya 1
alaminya. responden yang mengetahui hingga 3 macam
kegunaan ventilasi alami. Satu orang
responden mengakui tidak mengetahui sama
sekali kegunaan ventilasi alami.
3
Berdasarkan data yang diperoleh dari 41
responden yang kami jumpai pada saat
penelitian, 30 responden (73%) menyatakan
bahwa asap tidak bercampur ke dalam rumah
ketika memasak dan 11 responden (27%)
menyatakan bahwa asap bercampur ke dalam
rumah ketika memasak.
4
Grafik Penilaian Ventilasi Alami Rumah
Grafik Tabulasi Silang Asap Bercampur dengan Gangguan Sumber : Pengolahan Data Primer, 2016
Asap
Sumber : Pengolahan Data Primer, 2016
Sebanyak 6 rumah (15%) memiliki
2.4. Penilaian Ventilasi Alami ventilasi alami yang sangat buruk, 17 rumah
Ventilasi alami terjadi karena adanya (41%) memiliki ventilasi alami yang buruk, 10
perbedaan tekanan di luar suatu bangunan rumah (25%) memiliki ventilasi alami yang
gedung yang disebabkan oleh angin dan baik, dan hanya 8 rumah yang memiliki
karena adanya perbedaan temperatur, ventilasi alami yang sangat baik.
sehingga terdapat gas-gas panas yang naik di
dalam saluran ventilasi. Berdasarkan SNI 03- 2.5. Faktor Faktor yang Mempengaruhi
6572-2001, ventilasi alami yang disediakan Derajat Kesehatan Rumah di Daerah
harus terdiri dari bukaan permanen, jendela, Pedesaan
pintu atau sarana lain yang dapat dibuka, Tabulasi silang dilakukan untuk mengetahui
dengan jumlah bukaan ventilasi tidak kurang faktor dominan yang mempengaruhi derajat
dari 5% terhadap luas lantai ruangan yang kesehatan rumah. Faktor yang dianalisis
membutuhkan ventilasi dan arah hadap ke adalah pekerjaan responden, pendidikan
halaman berdinding, teras terbuka, atau ruang terakhir responden, perancang rumah, dan
bersebelahan. faktor penentu desain rumah.
Sampel pendataan fisik rumah dianalisis
dengan menyesuaikan standar penghawaan
rumah sehat. Seperti yang telah dijelaskan di
atas, standar penghawaan rumah sehat
mengharuskan bukaan ventilasi tidak kurang
5% dari luas lantai ruang. Luas ruang yang
memenuhi standar dibagi dengan luas
keseluruhan ruang yang ada di rumah.
Sehingga akan didapatkan hasil presentase
ruang yang memenuhi standar rumah sehat.
Dari presentase tersebut kemudian Grafik Tabulasi Silang Derajat Kesehatan Rumah dengan
dikelompokkan menjadi 4 kategori rumah, Pendidikan Terakhir Responden
Sumber : Analisis Penulis, 2016
yaitu sangat buruk (0%-24%), buruk (25%-
49%), baik (50%-74%), dan sangat baik (75%- Grafik di atas menunjukkan tabulasi silang
100%). derajat kesehatan rumah dengan tingkat
Dari hasil observasi dan pengolahan pendidikan akhir responden. Dapat kita lihat
data, maka didapatkan hasil sebagai berikut:
bahwa banyak juga responden dengan tingkat
pendidikan akhir yang cukup tinggi, namun
rumahnya termasuk dalam kategori buruk
secara penghawaan. Hasil analisis
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan akhir
5
tidak mempengaruhi derajat kesehatan kategori baik dan sangat baik dirancang oleh
rumah. penghuninya sendiri.
6
Tabel Skala Beaufort Untuk memenuhi kesehatan pengguna ruang,
Sumber: Koenigsberger laju udara ventilasi juga menjadi faktor utama
Kecepatan angin
Gaya Efek yang dapat dilihat
m/dtk (km/jam) dengan melihat luas ventilasi yang ada (inlet)
Tidak ada angin, asap membumbung
dikalikan dengan kecepatan udara dikalikan
0 <0,5 (3,6) dengan nilai rata-rata arang angin datang.
tegak lurus,
4. Saran
Bagi masyarakat, kesehatan merupakan
investasi di masa depan, maka jalan keluar untuk
merenovasi rumah yang kurang sehat merupakan
salah satu cara untuk menjaga investasi tersebut.
Grafik 6.13 ACH Eksisting Pemerintah dapat lebih banyak lagi
Sumber : Pengolahan Data Primer, 2016 mengagendakan penyuluhan-penyuluhan rumah
sehat, namun juga disertai dengan tindakan
6,00
konkret, misalnya membangun prototipe rumah
5,00 sehat namun tetap terjangkau bagi masyarakat di
pedesaan.
4,00
Untuk penelitian lebih lanjut, ada baiknya
3,00 Kamar
untuk memperoleh data yang memiliki keabsahan
Dapur
2,00
yang lebih baik, ada baiknya peneliti lebih
mempersempit variabel yang ada, namun
1,00
konsisten dan secara mendetail.
0,00
Grup 1 Grup 2 Grup 3 Grup 4 Grup 5
3. Kesimpulan
Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan rumah ialah faktor penentu desain
rumah dan perancang rumah. Rumah yang didesain
berdasarkan faktor ketersediaan material dan
biaya beserta gaya bangunan cenderung kurang
memenuhi standard rumah sehat. Demikian juga
dengan faktor perancang. Responden yang
merancang rumahnya sendiri cenderung kurang
memenuhi standard rumah sehat. Faktor lainnya
seperti tingkat pendidikan dan pekerjaan tidak
8
DAFTAR PUSTAKA
Fitriani, A. (2007). Rumah Sederhana Sehat, Skripsi. Depok: Departemen Arsitektur, Fakultas
Teknik, Universitas Indonesia.
Mukono, H.J. (2000). Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga. University
Press.
Progo, D. K. (2014). Profil Kesehatan Kulon Progo Tahun 2014 (Data 2013). Kulon Progo:
Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo.
Progo, K. S. (2009). Kecamatan Samigaluh Dalam Angka 2009. Kulon Progo: Koordinator
Statistik Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo.
Standar Nasional Indonesia. (2001). SNI 03-6572-2001: Tata Cara Perancangan Sistem
Ventilasi Dan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Gedung. Jakarta: Badan
Standardisasi Nasional
Supriyanto, I. (1997). Kebutuhan Dasar Perumahan Sehat yang Layak dan Teratur. Media
Litbangkes Vol. VII No. 01 , 6-8.
9
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4. (1992). Perumahan dan Permukiman. Jakarta:
Presiden Republik Indonesia
Wahyuni. (2005). Konsep Perumahan dan Permukiman Sehat pada Komunitas Dayak di
Pegunungan Meratus. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Yuwono, A. (2008). Hubungan antara Faktor-faktor Lingkungan Fisik Rumah dengan Kejadian
Pneumonia pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kawunganten Kabupaten
Cilacap. Jurnal Kesehatan ISPA .
10