Anda di halaman 1dari 10

KONDISI PENGHAWAAN ALAMI PADA NON-ENGINEERED HOUSES DAN PENGARUHNYA TERHADAP

DERAJAT KESEHATAN RUMAH DI DAERAH PEDESAAN

Abstrak
Rumah sehat merupakan rumah yang dapat memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis, serta
menghindarkan terjadinya penularan penyakit. Ada beberapa aspek penting untuk menciptakan
sebuah hunian yang sehat. Selain kebersihan rumah, sirkulasi udara yang baik adalah salah satu dari
beberapa aspek tersebut. Oleh karena itu, ventilasi rumah mutlak dibutuhkan untuk menjaga
sirkulasi udara di dalam rumah.Namun sering kita jumpai di wilayah pedesaan rumah dibangun
dengan keterbatasan material, tenaga ahli, model yang bergantung pada budaya setempat serta
keterbatasan pengetahuan masyarakat akan rumah sehat. Sedangkan beberapa penelitian
menunjukan bahwa kondisi rumah yang kurang dalam penghawaan mempunyai hubungan erat
terhadap kejadian penyakit terutama infeksi pernapasan. Maka sangatlah penting untuk diadakan
penelitian mengenai penerapan rumah sehat dengan fokus penghawaan di daerah pedesaan.
Penelitian bertujuan untuk mengungkap derajat penerapan standard rumah sehat di bangunan-
bangunan non engineered di daerah pedesaan, termasuk jenis dan tipe penerapannya serta
pengaruhnya dengan penghawaan alami. Dengan demikian, secara tidak langsung penelitian
mengarah pada usaha penyehatan lingkungan pedesaan sekaligus.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dimana data primer
dikumpulkan melalui observasi, wawancara, kuisioner, serta simulasi, dan data sekunder diperoleh
melalui studi literature dengan fokus penghawaan alami pada rumah di daerah pedesaan.
Pengolahan data dilakukan dengan metode analisis kuantitatif melalui cross tabulation dan simulasi
Computational Fluid Dynamics (CFD) untuk mengetahui derajat kesehatan non-engineered houses di
kecamatan Samigaluh. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 56% rumah yang
disurvey termasuk dalam kategori buruk dan sangat buruk, hanya terdapat 19% rumah yang masuk
dalam kategori sangat baik ventilasi alaminya. Rekomendasi untuk memperbaiki penghawaan alami
yang ada yaitu dengan menambah luasan ventilasi untuk menambah nilai laju udara ventilasi yang
nantinya berpengaruh pada air change rate per hour.

Kata kunci: rumah sehat, penghawaan alami, pedesaan, Samigaluh

1. Latar Belakang
1.1. Pengantar
Rumah yang sehat merupakan salah kamar keluarga, dan ruang tamu, ventilasi,
satu kebutuhan dasar manusia yang sangat sarana pembuangan asap dapur,
penting. Kondisi rumah dan lingkungan yang pencahayaan; (2) kelompok sarana sanitasi,
tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan meliputi sarana air bersih, sarana
faktor resiko penularan berbagai penyakit, pembuangan kotoran, sarana pembuangan air
khususnya penyakit berbasis lingkungan. limbah, dan sarana pembuangan sampah; dan
Sebagai tanggapan akan kebutuhan (3) kelompok perilaku penghuni, meliputi
rumah sehat, pemerintah telah menerbitkan perilaku membuka jendela kamar tidur,
standard rumah sehat sejak tahun 1997. membuka jendela ruang keluarga dan tamu,
Dalam penilaian rumah sehat menurut yang membersihkan halaman rumah, membuang
telah diatur dalam Kepmenkes RI No. tinja bayi/anak ke kakus, dan membuang
829/Menkes/SK/VII/1999, parameter rumah sampah pada tempatnya.
yang dinilai meliputi lingkup 3 (tiga) kelompok Non engineered houses didefinisikan
komponen penilaian, yaitu: (1) kelompok sebagai rumah atau bangunan yang dibangun
komponen rumah, meliputi langit-langit, hanya dengan bantuan tukang atau bahkan
dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela oleh masyarakat setempat tanpa/dengan

1
sangat sedikit intervensi dari tenaga ahli bahwa lebih dari 50% responden memiliki
seperti kontraktor dan arsitek. Di indonesia, pengetahuan yang tinggi tentang karakteristik
hampir semua rumah di perdesaan maupun rumah sehat namun kontradiktif dengan
kota kecil dibangun berdasarkan tradisi karakteristik rumah masyarakat itu sendiri
setempat menyesuaikan dengan ketersediaan yaitu lebih dari 50% masyarakat memiliki
material dan budaya setempat (Boen, 2001). rumah yang tidak sehat.
Kebanyakan dari masonry houses dibangun Berdasarkan latar belakang tersebut di
tanpa mempertimbangkan persyaratan atas, amatlah penting untuk mengidentifikasi
standard rumah sehat. Bangunan-bangunan penerapan standard rumah sehat pada non
non-engineered yang dibangun tanpa supervisi engineered building dengan fokus
dari ahli konstruksi maupun arsitek, amatlah penghawaan alami di lingkungan pedesaan.
sulit dipastikan memenuhi standar rumah
sehat. 1.2. Tujuan Penelitian
Penghawaan atau ventilasi merupakan Penelitian bertujuan untuk mengungkap
salah satu aspek penting pada rumah sehat. derajat penerapan standard rumah sehat di
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bangunan-bangunan non engineered di daerah
kondisi rumah yang kurang dalam pedesaan, termasuk jenis dan tipe
penghawaan mempunyai hubungan terhadap penerapannya serta pengaruhnya dengan
kejadian penyakit terutama infeksi penghawaan alami. Dengan demikian, secara
pernapasan. Selain berpengaruh terhadap tidak langsung penelitian mengarah pada
kesehatan penghuninya, rumah dengan usaha penyehatan lingkungan pedesaan
kondisi kurang ventilasi alami sangatlah sekaligus.
berpengaruh terhadap kondisi rumah itu Sasaran yang ingin dicapai dalam
sendiri misalnya jamur yang disebabkan oleh penelitian adalah mengidentifikasi berbagai
kondisi rumah yang terlalu lembab. pola penerapan standard rumah sehat yang
Beberapa penelitian mengenai rumah dilakukan oleh warga di daerah perdesaan
sehat telah dilakukan, terutama yang terkait serta merumuskan derajat pengaplikasiannya
dengan penghawaan alami. Penelitian yang sebagai langkah awal untuk peningkatan
berjudul Hubungan antara Luas dan Posisi kondisi kesehatan masyarakat perdesaan.
Ventilasi Rumah dengan Kejadian ISPA
Penghuni Rumah di Wilayah Puskesmas Bangli 1.3. Metode Penelitian
Utara tahun 2012 dengan peneliti Sang Ketut
Metode Pengumpulan Data diawali
Juniartha, H.M. Choirul Hadi dan Nengah
dengan pendataan fisik. Pendataan fisik
Notes menyimpulkan bahwa adanya
dilakukan untuk mendapatkan data eksisting
hubungan antara luas dan posisi ventilasi
terkait kondisi rumah secara mendetail
rumah dengan kejadian ISPA di wilayah kerja
sehingga dapat dilakukan perhitungan
Puskesmas Bangli Utara dengan kekuatan
persentase luas rumah berbanding bukaan.
hubungan berskala sedang. Prevalensi ISPA di
Dari data eksisting juga digunakan untuk
wilayah Puskesmas Bangli Utara mencapai 31
simulasi komputasional mengenai
per 10.000 penduduk.
penghawaan alami.
Penelitian lain dengan judul Hubungan
Alat yang digunakan untuk pendataan
Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang
fisik ialah alat tulis, meteran digital, kamera,
Karakteristik Rumah Sehat terhadap
dan anemometer. Sampel diambil secara acak
Karakteristik Rumah di RW 03 Kelurahan
berdasarkan kedekatan rumah dengan jalan
Pondok Cina Depok dengan peneliti Edian
utama yang berada di kelurahan Gerbosari,
Fitriana menyimpulkan bahwa tidak terdapat
Ngargosari, Pagerharjo, Purwoharjo, dan
hubungan yang signifikan antara tingkat
Sidoharjo. Dari pendataan fisik tersebut
pengetahuan masyarakat terhadap
terkumpul sejumlah 41 sampel.
karakteristik rumah sehat. Hal ini ditunjukkan

2
Kemudian peneliti memberikan 2. Hasil dan Pembahasan
kuisioner kepada responden yang berisi 2.1. Karekteristik Responden
pertanyaan terkait dengan kenyamanan yang Karakteristik responden dilihat
mencakup penghawaan dan pencahayaan berdasarkan kelurahan asal responden, jenis
alami pada rumah yang ditempati, kelamin, umur, pendidikan terkahir dan
pengetahuan masyarakat akan rumah sehat pekerjaan responden. Berikut hasil data survei
dan penerapannya serta perilaku responden dan wawancara yang diperoleh.
terhadap rumahnya. Responden berasal dari 5 kelurahan
Penulis memperoleh teori dan informasi yang ada di Kecamatan Samigaluh, yaitu
melalui buku-buku, jurnal, penelitian, surat Gerbosari (32%), Ngargosari (22%), Pagerharjo
kabar dan sebagainya yang dapat dijadikan (22%), Purwoharjo (22%), dan Sidoharjo (2%).
referensi dalam penelitian. Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan akses
Selama pengumpulan data, peneliti jalan dan akses informasi kelurahan.
melakukan dokumentasi sebagai bukti konkret Responden yang diambil meliputi semua
mengenai kegiatan-kegiatan terkati dengan jenis kelamin, yaitu pria dan wanita. Jenis
penelitian. Kelamin responden yang paling sering
Penelitian menggunakan pendekatan dijumpai adalah perempuan (63%),
kuantitatif sebagai pendekatan utama. Teori dikarenakan warga laki-laki (37%) sedang
analisis yang digunankan dalam penelitian ini berada di sawah/mencari nafkah ketika survei
berdasarkan penggabungan SNI, teori-teori dilakukan dan memang pada umumnya
kepustakaan mengenai rumah sehat, serta penduduk desa dihuni oleh mayoritas
pengolahan data menggunakan perangkat berkelamin perempuan.
lunak terkait. Responden terdiri dari usia 30 hingga 82
Pertama tama pengolahan data tahun, baik pria maupun wanita. Berdasarkan
dilakukan dengan cara tabulasi silang. data yang diperoleh dari 41 responden yang
Tabulasi Silang digunakan untuk memperoleh dijumpai pada saat penelitian, jumlah
faktor dominan yang mempengaruhi derajat responden terbanyak pada rentang usia 51-60
kesehatan rumah dengan menyilangkan tahun.
pengolahan data fisik dengan hasil kuesioner Pekerjaan Responden didominasi oleh
Dari pendataan fisik, rumah ibu rumah tangga (34%) dan petani (29%).
dikelompokkan berdasarkan orientasi serta Profesi responden lainnya meliputi pensiun
bentuk denah rumah. Dari kelompok tersebut (17%), wiraswasta (5%), PNS (3%), guru (3%),
kemudian direkomendasikan menggunakan purna bakti (2%), dan yang tidak bekerja (2%).
simulasi komputasional. Simulasi yang Beragamnya jenis pekerjaan responden
digunakan ialah ESI Group CFD untuk mempengaruhi pola pikir yang berbeda juga.
mengetahui kecepatan dan pergerakan udara
dalam rumah. 2.2. Pengetahuan Responden tentang
Metode penarikan kesimpulan dalam Kegunaan Ventilasi
penelitian ini dilakukan dengan mengevaluasi Pada kuesioner ini, kami menanyakan
kesesuaian antara data literatur dan standar seberapa besar pengetahuan responden
dengan kondisi eksisting di lapangan yang terhadap kegunaan ventilasi alami. Sebanyak
akhirnya dapat menghasilkan sebuah hipotesis 28 responden (68%) hanya mengetahui 1
baru yang bersifat umum dan dapat dijadikan macam kegunaan ventilasi alami, 11
dasar bagaimana korelasi antara penerapan responden (27%) mengetahui 2 macam
rumah sehat terutama pada penghawaan kegunaan ventilasi alami, dan hanya 1
alaminya. responden yang mengetahui hingga 3 macam
kegunaan ventilasi alami. Satu orang
responden mengakui tidak mengetahui sama
sekali kegunaan ventilasi alami.

3
Berdasarkan data yang diperoleh dari 41
responden yang kami jumpai pada saat
penelitian, 30 responden (73%) menyatakan
bahwa asap tidak bercampur ke dalam rumah
ketika memasak dan 11 responden (27%)
menyatakan bahwa asap bercampur ke dalam
rumah ketika memasak.

2.3.2. Gangguan Asap


Berdasarkan data yang diperoleh dari 41
responden yang kami jumpai pada saat
penelitian, 37 responden (90%) merasa tidak
Grafik Pengetahuan Kegunaan Ventilasi
Sumber : Pengolahan Data Primer, 2016 terganggu dengan asap yang berasal dari
dapur tungkunya dan 4 responden (10%)
2.3. Indoor Air Quality merasa terganggu dengan asap yang berasal
Kualitas udara ruangan adalah kondisi dari dapur tungkunya.
kandungan udara di dalam ruangan yang
dapat memengaruhi kesehatan dan
kenyamanan penghuni suatu bangunan.
Komposisi kimiawi pada udara tersebut dapat
berubah karena adanya gas-gas yang
dilepaskan oleh benda-benda atau aktivitas
manusia. Kualitas udara ruangan pada rumah
responden dilihat berdasarkan aktivitas yang
dilakukan oleh penghuni yaitu memasak.

2.3.1. Asap yang Bercampur di dalam Rumah


Pada kuesioner ini kami mendata Grafik Gangguan Asap
bagaimana kualitas udara dalam ruang Sumber : Pengolahan Data Primer, 2016
terutama jika dikaitkan dengan aktivitas yang
dilakukan oleh penghuni, yaitu memasak. Dari tabulasi silang data udara yang
Sebab pada umumnya, masyarakat pedesaan bercampur dengan asap dan gangguan asap
masing sering menggunakan dapur tungku yang dialami responden di atas, didapatkan
sebagai media memasak. bahwa mayoritas responden sebanyak 30
orang mengatakan asap dari dapur tidak
bercampur dengan udara di dalam rumah dan
tidak mengganggu. Delapan orang responden
mengatakan bahwa asap dari dapur
bercampur dengan udara dalam rumah namun
tidak merasa terganggu. Hanya 3 orang
responden yang mengatakan bahwa asap dari
dapur bercampur dan merasa terganggu.

Grafik Asap yang Bercampur di dalam Rumah


Sumber : Pengolahan Data Primer, 2016

4
Grafik Penilaian Ventilasi Alami Rumah
Grafik Tabulasi Silang Asap Bercampur dengan Gangguan Sumber : Pengolahan Data Primer, 2016
Asap
Sumber : Pengolahan Data Primer, 2016
Sebanyak 6 rumah (15%) memiliki
2.4. Penilaian Ventilasi Alami ventilasi alami yang sangat buruk, 17 rumah
Ventilasi alami terjadi karena adanya (41%) memiliki ventilasi alami yang buruk, 10
perbedaan tekanan di luar suatu bangunan rumah (25%) memiliki ventilasi alami yang
gedung yang disebabkan oleh angin dan baik, dan hanya 8 rumah yang memiliki
karena adanya perbedaan temperatur, ventilasi alami yang sangat baik.
sehingga terdapat gas-gas panas yang naik di
dalam saluran ventilasi. Berdasarkan SNI 03- 2.5. Faktor Faktor yang Mempengaruhi
6572-2001, ventilasi alami yang disediakan Derajat Kesehatan Rumah di Daerah
harus terdiri dari bukaan permanen, jendela, Pedesaan
pintu atau sarana lain yang dapat dibuka, Tabulasi silang dilakukan untuk mengetahui
dengan jumlah bukaan ventilasi tidak kurang faktor dominan yang mempengaruhi derajat
dari 5% terhadap luas lantai ruangan yang kesehatan rumah. Faktor yang dianalisis
membutuhkan ventilasi dan arah hadap ke adalah pekerjaan responden, pendidikan
halaman berdinding, teras terbuka, atau ruang terakhir responden, perancang rumah, dan
bersebelahan. faktor penentu desain rumah.
Sampel pendataan fisik rumah dianalisis
dengan menyesuaikan standar penghawaan
rumah sehat. Seperti yang telah dijelaskan di
atas, standar penghawaan rumah sehat
mengharuskan bukaan ventilasi tidak kurang
5% dari luas lantai ruang. Luas ruang yang
memenuhi standar dibagi dengan luas
keseluruhan ruang yang ada di rumah.
Sehingga akan didapatkan hasil presentase
ruang yang memenuhi standar rumah sehat.
Dari presentase tersebut kemudian Grafik Tabulasi Silang Derajat Kesehatan Rumah dengan
dikelompokkan menjadi 4 kategori rumah, Pendidikan Terakhir Responden
Sumber : Analisis Penulis, 2016
yaitu sangat buruk (0%-24%), buruk (25%-
49%), baik (50%-74%), dan sangat baik (75%- Grafik di atas menunjukkan tabulasi silang
100%). derajat kesehatan rumah dengan tingkat
Dari hasil observasi dan pengolahan pendidikan akhir responden. Dapat kita lihat
data, maka didapatkan hasil sebagai berikut:
bahwa banyak juga responden dengan tingkat
pendidikan akhir yang cukup tinggi, namun
rumahnya termasuk dalam kategori buruk
secara penghawaan. Hasil analisis
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan akhir
5
tidak mempengaruhi derajat kesehatan kategori baik dan sangat baik dirancang oleh
rumah. penghuninya sendiri.

Grafik Tabulasi Silang Derajat Kesehatan Rumah dengan


Pekerjaan Responden Grafik Tabulasi Silang Derajat Kesehatan Rumah dengan
Sumber : Analisis Penulis, 2016 Faktor Penentu Desain Rumah
Sumber : Analisis Penulis, 2016
Grafik di atas menunjukkan tabulasi silang
derajat kesehatan dengan pekerjaan Grafik di atas menunjukkan tabulasi silang
responden. Responden yang bekerja sebagai antara derajat kesehatan rumah dengan faktor
perangkat desa, tidak bekerja, dan pensiunan penentu desain rumah. Pada umumnya,
cenderung masuk ke dalam rumah dengan penduduk merancang rumah mereka sesuai
kategori buruk. Sedangkan responden yang dengan kebutuhan ruang yang digunakan oleh
bekerja sebagai guru dan wiraswasta anggota keluarga. Hasil analisis menunjukkan
cenderung masuk ke dalam rumah dengan bahwa responden yang merancang rumahnya
kategori baik dan sangat baik. Tidak dapat berdasarkan ketersediaan material yang ada
disimpulkan bahwa pekerjaan mempengaruhi cenderung masuk ke dalam rumah berkategori
derajat kesehatan suatu rumah. buruk diikuti dengan faktor biaya dan gaya
bangunan.

2.6. Simulasi Modelling


Simulasi komputasional diawali dengan
pengelompokkan sampel rumah berdasarkan
orientasi dan organisasi denah rumah. Dari
kelompok sampel yang ada kemudian dipilih
sampel yang memiliki bukaan paling minim
luasnya. Simulasi komputasional dilakukan
untuk melihat kecepatan udara serta
pengolahan data untuk mendapatkan
Grafik Tabulasi Silang Derajat Kesehatan Rumah dengan pertukaran udara minimum. Kedua aspek
Perancang Rumah tersebut juga mempengaruhi penghawaan
Sumber : Analisis Penulis, 2016 alami di dalam rumah. Untuk melihat nyaman
atau tidaknya kecepatan angin, kita dapat
Grafik di atas menunjukkan tabulasi silang mengamati fenomena yang terlihat di sekitar
derajat kesehatan rumah dengan perancang kita. Berikut ini merupakan tabel Skala
rumah. Pada umumnya, penduduk merancang Beaufort:
sendiri rumah yang akan ditempatinya. Dapat
kita lihat pada hasil analisis bahwa belum
terdapat kecenderungan pengaruh perancang
rumah dengan derajat kesehatan rumah.
Namun secara persentase, rumah dengan

6
Tabel Skala Beaufort Untuk memenuhi kesehatan pengguna ruang,
Sumber: Koenigsberger laju udara ventilasi juga menjadi faktor utama
Kecepatan angin
Gaya Efek yang dapat dilihat
m/dtk (km/jam) dengan melihat luas ventilasi yang ada (inlet)
Tidak ada angin, asap membumbung
dikalikan dengan kecepatan udara dikalikan
0 <0,5 (3,6) dengan nilai rata-rata arang angin datang.
tegak lurus,

Pergerakan udara lemah, asap sedikit


Berikut ini merupakan tabel standar
1 kebutuhan laju udara minimal:
condong 1,7 (6,1)
Hembusan angin sepoi-sepoi basa,
2
daun gemerisik 3,3 (11,9) Tabel Kebutuhan Laju Udara Ventilasi
Angin lemah, ranting-ranting Kebutuhan udara luar
3 Fungsi Gedung Satuan
bergerak, riak kecil di air 5,2 (18,7) Merokok Tidak Merokok
4 Angin sedang, cabang kecil bergerak 7,4 (26,6) 15. Rumah tinggal:
Angin kuat, cabang besar bergerak, a. Ruang duduk (m/min)/kamar 0,30
5 9,8 (35,3) b. Ruang tidur (m/min)/kamar 0,75 0,30
suara keras,
c. Dapur (m/min)/kamar 0,75 3,00
Angin sangat keras, daun-daun d. Toilet (m/min)/kamar 0,30 1,50
6
terlepas, berjalan agak sulit 12,4 (44,6) e. Garasi (Rumah) (m/min)/mobil 3,00
Angin puyuh, batang pohon kecil f. Garasi bersama (m/min)/m 1,50 0,45
7
melengkung, ranting patah 15,2 (54,7) Sumber: SNI 03-6572-2001
Angin puyuh kuat, cabang pohon
mungkin patah, Berikut ini merupakan hasil pengolahan data
8
cabang yang lebih besar melengkung
18,2 (65,5)
eksisting yang menunjukkan laju udara dari tiap
kelompok rumah yang memiliki penghawaan
Angin puyuh sangat kuat, pohon kecil terburuk terutama pada ruang tidur dan dapur:
9 21,4 (77)
tercabut,

Topan, bangunan berat rusak, pohon


10
tumbang atau tercabut 25,1 (90,4)
Topan badai, bangunan hancur,
11 seluruh hutan tercabut, 29,0 (104,4)
manusia dan hewan dapat terbawa
Topan badai seperti di atas, tetapi
12
lebih hebat lagi >29,0 (104,4)

Dari kelompok rumah yang telah dimodelkan,


berikut hasil kecepatan udara di tiap ruang:

Grafik Rata-rata Kecepatan Udara Grafik Laju Udara Ventilasi


Sumber: Pengolahan Data Primer, 2016 Sumber : Pengolahan Data Primer, 2016

Jika kita anggap bahwa penghuni rumah


merokok, tak ada satupun dari kelompok
ruang di atas yang memenuhi nilai standar
rumah sehat. Hanya rumah kelompok 2 yang
sudah memenuhi nilainya apabila penghuni
tidak merokok.
Penambahan ventilasi merupakan
rekomendasi untuk menambah derajat
Dari grafik di atas dan perbandingan skala kesehatan rumah di pedesaan. Yaitu dengan
Beaufort, dapat kita simpulkan bahwa menambah jendela hidup atau ventilasi
kecepatan angin dalam ruang masih dalam dengan rasio luas lantai sebesar 1:0,05. Atau
batas nyaman. Kecepatan udara dalam ruang jika bisa juga dengan perhitungan mudah
terbesar ialah rumah dari grup 3 sebesar 0,4 berdasarkan luas inlet untuk memenuhi laju
m/s yang masih berada pada batas normal. udara ventilasi per ruang. Misalnya ruang tidur
dengan kebutuhan laju udara sebesar 0.75
7
m3/detik apabila penghuni merokok. Maka berpengaruh secara signifikan terhadap derajat
inlet yang diperlukan diperkirakan seluas 1,3 kesehatan rumah.
m2. Namun dengan catatan, luas inlet harus Rekomendasi yang dapat dilakukan untuk
sama besar dengan outlet. Berikut ini memenuhi kriteria rumah sehat ialah dengan
merupakan grafik perbandingan ACH ruang menambah jendela hidup atau ventilasi dengan
ruang pada rumah eksisting dengan ACH ruang rasio terhadap luas lantai rumah 1:0,05 atau
ruang pada rumah yang telah ditambahkan setidaknya menciptakan ventilasi dengan luas
ventilasi/jendela hidup dengan rasio 1:0,05: 1,3m2 untuk menciptakan aliran udara yang baik.
Harga untuk membuat dan memasang 1m2 jendela
kaca sebesar Rp 474.243,00. Sementara untuk
pemasangan 1m2 jendela jalusi kayu sebesar Rp
931.260,00.

4. Saran
Bagi masyarakat, kesehatan merupakan
investasi di masa depan, maka jalan keluar untuk
merenovasi rumah yang kurang sehat merupakan
salah satu cara untuk menjaga investasi tersebut.
Grafik 6.13 ACH Eksisting Pemerintah dapat lebih banyak lagi
Sumber : Pengolahan Data Primer, 2016 mengagendakan penyuluhan-penyuluhan rumah
sehat, namun juga disertai dengan tindakan
6,00
konkret, misalnya membangun prototipe rumah
5,00 sehat namun tetap terjangkau bagi masyarakat di
pedesaan.
4,00
Untuk penelitian lebih lanjut, ada baiknya
3,00 Kamar
untuk memperoleh data yang memiliki keabsahan
Dapur
2,00
yang lebih baik, ada baiknya peneliti lebih
mempersempit variabel yang ada, namun
1,00
konsisten dan secara mendetail.
0,00
Grup 1 Grup 2 Grup 3 Grup 4 Grup 5

Grafik 6.13 ACH Rekomendasi


Sumber : Pengolahan Data Primer, 2016

Harga untuk membuat dan memasang


1m2 jendela kaca sebesar Rp 474.243,00.
Sementara untuk pemasangan 1m2 jendela
jalusi kayu sebesar Rp 931.260,00.

3. Kesimpulan
Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan rumah ialah faktor penentu desain
rumah dan perancang rumah. Rumah yang didesain
berdasarkan faktor ketersediaan material dan
biaya beserta gaya bangunan cenderung kurang
memenuhi standard rumah sehat. Demikian juga
dengan faktor perancang. Responden yang
merancang rumahnya sendiri cenderung kurang
memenuhi standard rumah sehat. Faktor lainnya
seperti tingkat pendidikan dan pekerjaan tidak

8
DAFTAR PUSTAKA

Darumurti, A., (2011). Pelembagaan Participatory Poverty Assessment Sebagai Strategi


Pengentasan Kemiskinan di Samigaluh Kabupaten Kulonprogo. Jurnal Studi
Pemerintahan Vol.2 No.1 Februari 2011

Fitriani, A. (2007). Rumah Sederhana Sehat, Skripsi. Depok: Departemen Arsitektur, Fakultas
Teknik, Universitas Indonesia.

Keman, S. (2005). Kesehatan Perumahan dan Lingkungan Perumahan. Jurnal Kesehatan


lingkungan Vol.2 No.1 , 29-42.

Kepmenkes. (1999). No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan


Perumahan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor: 403/Kpts/M/2002. (2002).


Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat). Jakarta: Kementrian
Permukiman Dan Prasarana Wilayah Republik Indonesia

Mukono, H.J. (2000). Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga. University
Press.

Progo, D. K. (2014). Profil Kesehatan Kulon Progo Tahun 2014 (Data 2013). Kulon Progo:
Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo.

Progo, K. S. (2009). Kecamatan Samigaluh Dalam Angka 2009. Kulon Progo: Koordinator
Statistik Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo.

Standar Nasional Indonesia. (2001). SNI 03-6572-2001: Tata Cara Perancangan Sistem
Ventilasi Dan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Gedung. Jakarta: Badan
Standardisasi Nasional

Supriyanto, I. (1997). Kebutuhan Dasar Perumahan Sehat yang Layak dan Teratur. Media
Litbangkes Vol. VII No. 01 , 6-8.

9
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4. (1992). Perumahan dan Permukiman. Jakarta:
Presiden Republik Indonesia

Wahyuni. (2005). Konsep Perumahan dan Permukiman Sehat pada Komunitas Dayak di
Pegunungan Meratus. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Wulandari, A. (2009). Hubungan antara Faktor Lingkungan dan Faktor Sosiodemografi


dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten
Sragen tahun 2009. Solo: Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Yogyakarta, D. K. (2012). Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012.


Yogyakarta: Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Yuwono, A. (2008). Hubungan antara Faktor-faktor Lingkungan Fisik Rumah dengan Kejadian
Pneumonia pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kawunganten Kabupaten
Cilacap. Jurnal Kesehatan ISPA .

10

Anda mungkin juga menyukai