Anda di halaman 1dari 66

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR ) adalah bayi dengan berat

lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi.

Prevalensi bayi berat lahir rendah ( BBLR ) diperkiradi bandingkan 15

% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3 %-38% dan

lebih sering terjadi di Negara Negara berkembang atau sosial

ekonomi rendah.Secara statistic menunjukkan 90 % kejadian

BBLR.Didapatkan di Negara berkembang dan angka kematianya 35

kali lebih tinggi disbanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari

2500 gram. (http:www.yayanAkhyarisrar.wordpreess;diakses tanggal

17 juni 2009).
Bayi berat lahir rendah sangat rentang terhadap kematian

perinatal dan neonatal, ini disebabkan karena bayi tersebut mudah

mengalami gangguan pernafasan, subhu, badan rendah, sering sesak

nafas, kejang-kejang dan infeksi. Bayi berat lahir rendah (BBLR) di

Negara berkembang kejadianya masih tinggi. Sebagai akibat ibu

dengan status gizi buruk, anemia, dan menderita penyakit menular

seksual (PMS) sebelum konsepsi atau ketika hamil.

(http;//www.depkes.go.id/indekx.php.option, online diakses 17 juni

2009 ).
2

Menurut survey WHO tahun 2002 dan 2004 menyebutkan,

kematian bayi baru lahir disebabkan asfiksia 27%.BBLR 24 %,tetanus

10 %, sisanya disebabkan karena infeksi, perdarahan, dan maslalah

asupan. (Suriani, dkk;2008:17 ).


Tingginya morbiditas dan mortalitas noeonatus tidak hanya

tergantung pada berat badanya, tetapi juga pada tingkat kematangan

(maturitas) bayi tersebut. World Healt Organisation (WHO),

menyatakan bahwa semua bayi baru lahir yang berat badanya kurang

atau sama dengan 2.500 gram, disebut Low Birth Weight Infant (Bayi

Berat Lahir Rendah ). (Surasmi, A,dkk;2003:23).


Ditingkat ASEAN, pada tahun 2004 yang mengalami BBLR

yaitu Thailand sebanyak 175 ribu bayi, Philipina 269 ribu bayi,

Malaysia sebanyak 70 ribu bayi dan Indonesia diperkirakan mencapai

350 ribu bayi setiap tahunya. Rendahnya gizi dan kesehatan

penduduk Indonesia, itu dapat dilihat dengan masih tingginya AKB

yang mencapai 35 % per 1000 kelahiran hidup, Lebih dari kematian

balita ini berkaitan dengan rendahnya status gizi. Perbandingan yang

jauh berbeda terhadap angka kematian bayi terutama disebabkan oleh

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan gangguan perinatal.

(http://www.depkes.go.id.online, diakses tanggal 15 juni 2009).


Gambaran masyarakat Indonesia pada tahun 2010,

diharapkan akan mencapai tingkat kesehatan yang ditandai oleh

penduduk yang hidup dalam lingkungan yang sehat, mempratekkan


3

perilaku hidup bersih dan sehat, mampu menyediakan dan

memanfatkan ( Menjangkau pelayanaan kesehatan yang bermutu

secara adil dan merata ),dan memiliki derajat kesehatan yang tinggi )
Kelahiran bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dinegara

berkembang masih tinggi.Insidensi BBLR di Asia Selatan sebesar 20

%. Demikian halnya di Indonesia,dirumah sakit pusat rujukan daerah

DKI Jakarta, sekitar 15-20 % bayi baru lahir dilahirkan berat badan

lahir rendah sedangkan diJawa Barat setiap tahunya terdapat 20-25 %

kelahiran BBLR.Didaerah pedesaan (Kecamatan Tnjung Sari

Kabupaten Sumedang) terjadi 10,5 % kelahiran BBLR, sebagian besar

ditingkat pelayanan level II di rumah sakit kabupaten / kota Jawa Barat

sebagian besar BBLR (1500 gram) meninggal pada masa neonatal.


Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

2000-2003,angka kematian neonatal 20 per 1000 kelahiran hidup.

Dalam satu tahunsekitar 89.000 bayi usia satu bulan meninggal,

artinya setiap 5 menit ada 1 Bayi meninggal. Penyebab utama

kematian neonatal tersebut adalah BBLR (29%) dan asfiksia lahir (27

%). (Untoro Rachmi;2007 : 1).


Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan

Sulawesi Selatan bahwa pad tahun 2007 jumlah kelahiran hidip

berkisar 154.303 dari jumlah tersebut terdapat 1.983 (1,28 %) bayi

yang lahir dengan Berat Lahir Rendah (BBLR). Sedangkan padaa

tahun 2008 jumlah kelahiran hidup berkisar 126.861 dari jumlah


4

tersebut terdapat 123.883 (97,65 %) bayi lahir normal,2.247 (1,77 %)

bayi yang lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), sedangkan

bayi yang lahir mati 731 (0,57 %). Dan didapatkan angka kematian

bayi (AKB)849 bayi dengan umur bervariasi diantaranya umur 0-28

hari 629 (0,74 %) dan umur 1-<12 bulan sebanyak 220(25,91 %).
Dengan penyebab kematian yang berbeda-beda, termasuk

panyebab Angka Kematian Bayi (AKB) yang tertinggi yaitu akibat

BBLR sebanyak 775 (0,59 %). (Profil Kesehatan Propinsi Sul-Sel

2008).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan

Tingkat II Kabupaten Gowa pada tahun 2008 jumlah kelahiran hidup

berkisar 10.351,dari jumlah tersebut terdapat Angka Kematian Bayi

(AKB) 37 (0,45 %), 15 (0,14%) angka kematian bayi akibat berat

badaan lahir rendah (BBLR), sedangakan jumlah baayi yang lahir mati

24 (0,23 %) dan lahir hidup dengan berat badan normal 10.275

(9,27%).
Sesuai dengan data yang diperoleh padaa bagian

pencatatandan pelaporan di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf

Kabupaten Gowa, dari tanggal 1 januari 31 Deseember 2008,

diperoleh data bahwa dari 1.626 jumlah bayi yang lahir, terdapaat 60

(3,69 %) jumlah bayi yang lahir Berat Badan Lahir Rendah.


Penyebab BBLR umumnya tidak haya satu, oleh karena itu ulit

untuk dilakukan pemecahan. Kita dapat menurungkan prevalensi

BBLR di masyarakat dengan upaya mendorong semua


5

perawatankesehatan remaja putrid dan mengusahakan semua ibu

hamil mendapatkan antenatal yang komprehensif. (Untoro

Rachmi;2007:3)
BBLR tergolong bayi dengan resiko tinggi.Oleh karena itu

BBLR adalah saangat penting yaitu dengan pemeriksaan antenatal

yang baik dan memperhatikan gizi seimbang ibu. Angka kesakitan dan

kematian BBLR dapat ditekan dengan penanganan yang baik ataas

dasar pengetahuan yang memadai tentang seluk beluk BBLR.


Berangkat dari hal tersebut diatas maka, dapat ditarik

kesimpulan bahwa berat badaan lahir rendah merupakan faktor yang

cukup berperan dalam kematian bayi pada tahun pertama kehidupan,

sehingga upaya penurunan bayi berat badan lahir rendah sangat

penting dan sangat besar pengaruhnya terhadap laju penurunan

kematian bayi.Dengan adanya masalah pada bayi berat badan lahir

rendah maka kedudukan dan peranan keluarga terutama ibu saangt

penting dalam menyiapkan bayi-bayi yang sehat dan berkualitas.


Berdasaarkan kejadian BBLR yang masih tinggi,maka penulis

merasa tertarik untuk membuat Karya Tulis Ilmiah dengan judul :

Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada Bayi S dengan Berat

Badan Lahir Rendah/BCB/KMK di Rumah Sakit Umum Daerah

Syekh Yusuf Gowa tanggal 18-20 juni 2009.


B. Ruang Lingkup Penulisan
Adapun ruang lingkup penulisan ini adalah studi kasus dengan

penerapan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada Bayi S dengsn


6

Berat Badan Lahir Rendah /BCB/KMK di Rumah Sakit Umum Daerah

Syekh Yusuf Gowa yang dilaksanakan tanggal 18 s.d 20 Juni 2009.


C. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada

bayi S dengan berat lahir rendah/BCB/KMK di Rumah Sakit

Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa tanggal 18 s/d 20 Juni 2009

dengan menggunakan manajemen kebidanan sesuai dangan

wewenang bidan.

2. Tujuan khusus
a) Dapat melaksanakan pengkajian data bayi S dengan

Berat Badan Lahir Rendah/BCB/KMK di Rumah Sakit Umum

Daerah Syekh Yusuf Gowa tanggal 18 s/d 20 Juni 2009


b) Dapat menganalisis dan menginterpretasikan data untuk

menegakkan diagnosa/masalah aktuk pada bayi Sdengan

Berat Badan Lahir Rendah/BCB/KMK di Rumah Sakit Umum

Daerah Syekh Yusuf Gowa tanggal 18 s/d 20 juni 2009.


c) Dapat mengantisipasi diagnose/masalah potensil pada bayi

Sdengan Berat Badan Lahir Rendah/BCB/KMK di Rumah

Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa tanggal 81 s/d 20

Juni 2009.
d) Dapat melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi guna

pemecahan masalah pada bayi S dengan Berat

BadanLahir Rendah/BCB/KMK di Rumah Sakit Umum


7

Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tanggal 18 s/d 20

2009
e) dapat merencanakan tindakan asuhan kebidanan padaa

bayi S dengan Berat Badan Lahir Rendah/BCB/KMK di

Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa

tanggal 18 s/d 20 Juni 2009


f) dapat melaksanakan tindakan asuhan kebidanan padaa bayi

S dengan Berat Badn Lahir Rendah/BCB/KMK di Rumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten Gowa tanggal 18 s/d 20

JUNI 2009
g) Dapat mengevaluasi asuhan kebidanan pada bayi S

dengan Berat Badan Lahir Rendah/BCB/KMK di Rumah

Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tanggal

18 s/d 20 Juni 2009


h) Dapat mendokumentasikan semua temuan dan tindakan

dalam asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan pada bayi

Sdengan Berat Badan Lahir Rendah/BCB/KMK di Rumah

Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tanggal

18 s/d 20 Juni 2009.


D. Manfaat penulisan
Adapun manfaat penulisan pada kasus diatas adalah :
1. Manfaat Praktis
Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan jenjang

pendidikan Diploma III pada Akademi Kebidanan Syekh Yusuf

Kabupaten Gowa.
2. Manfaat Akademik
8

Sebagai bahan masukan/informasi bagi tenaga bidan di Rumah

Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa dalam

penanganan kasus khususnya yang berkaitan dengan bayi

berat lahir rendah.


3. Manfaat Institusi
Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan ujian

akhir jenjang pendidikan Diploma III pada Akademi Kebidanan

Syekh Yusuf Gowa yang menjadi bahan acuan/pedoman bagi

institusi untuk penulisan karya tulis ilmiah (KTI) selanjutnya.


4. Manfaat Bagi Penulis
meningkatkan pengetahuan dan menambah kemampuan dalam

penerapan asuhan kebidanan khususnya terhadap masalah

bayi berat lahir rendah.


E. Metode penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan KTI secara sistematis

meliiputi ;
1.Studi Kepustakaan
Dengan membaca dan mempelajari buku-buku dan literature,

mengambil data dari internet, profil kesehatan yang berhubungan

dengan judul karya tulis ilmiah ini.


2.Study Kasus
Melaksanakan study kasus pada bayi S dengan menggunakan

pendekatan pemecahan masalah melalui Asuhan Kebidanan yang

meliputi: pengkajian, perumusan diagnosis/masalah actual maupun

potensial, pelaksanaan tindakan segera atau kolaborasi,

perencanaan, implementasi serta evaluasi terhadap Asuhan

Kebidanan pada klien dengan kasus Bayi Berat Lahir Rendah


9

(BBLR). Untuk memperoleh data yang akurat, penulis

menggunakan teknik :
a) Anamnese
Penulis melakukan Tanya jawab dengan orang tua dan

keluarga, guna memperoleh data yang diperlukan untuk

memberikan asuhan kebidanan pada bayi tersebut.


b) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis untuk menjamin

diperolehnya data yang lengkap dengan cara inspeksi terhadap

karakteristik luar, meliputi kepala, mata, telinga, hidung, mulut,

leher, dada, dan perut,genetalia, ekstremitas, ukur panjang

badan, afgar score, dan pemeriksaan diagnostik lainya dengan

menggunakan format pengkajian yang telah disusun

sebelumnya
c) Pengkajian psikososial
Pengkajian psikoosial dilakukan meliputi pangkajian status

emosional, respon terhadap kondisi yang dialami serta pola

interaksi klien terhadap keluarga, petugas kesehatan dan

lingkunganya.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan dengan mempelajari status kesehatan

bayi, yang bersumber dari catatan dokter, bidan dan hasil

pemeriksaan penunjang lainya, yang dapat memberikan konstribusi

dalam menyelesaikan tulisan ini


4. Diskusi
10

Penulis menggunakan tanya-jawab dengan dokter atau bidan yang

menangani langsung bayi tersebut, serta berdiskusi dengan dosen

pengasuh/pembimbing karya tulis ilmiah ini.


F. Sistimatika penulisan
Untuk memperoleh gambaran umum tentang Karya Tulis Ilmiah ini,

maka penulis menyusun dengan sistematis sebagai berikut :


BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Ruang Lingkup Penulisan
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
E. Metode penulisan
F. Sistematika penulisan
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran umum Tentang Bayi Berat Badan Lahir Rendah
1) Pengertian Berat Badan Lahir Rendah
2) Klasifikasi Berat Badan Lahir Rendah
3) Etiologi Berat Badan Lahir Rendah
4) Gambaran Klinik Berat Badan Lahir Rendah
5) Penyulit Berat Badan Lahir Rendah
6) Diagnosis Berat Badan Lahir Rendah
7) Prognosis Berat Badan Lahir Rendah
8) Penatalaksanaaan berat badaan lahir rendah
B. Proses Asuhan Kebidanan
1. Pengertian Asuhan Kebidanan
2. Proses Asuhan Kebidanan
3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
BAB III. STUDY KASUS
A. Langkah I. Pengkajian Dan Analisa Data Dasar
B. Langkah II. Identifikasi Diagnosis/masalah Aktual
C. Langkah III. Antisipasi Diagnosa/masalah Potensial
D. Langkah IV. Tindakan Emergensi, Kolaborasi Dan

Konsultasi
E. Langkah V. Rencana Tindakan
F. Langkah VI. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan
G. Langkah VII. Evaluasi Asuhan Kebidanan (SOAP)
BAB IV. PEMBAHASAN
11

Pada bagian ini penulis akan membahas tentang

kesenjangan antara teori dan pelaksanaanasuhan kebidanan,

yang dibahas secara sistematis.


BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Berat Badan Bayi Lahir Rendah
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi yang baru

lahir dengan berat badan saat lahir kurang dari 2500 gram. Istilah

BBLR digunakan oleh WHO untuk mengganti salah satu istilah bayi

premature karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi

dengan berat badan kurang dari 2500 gram, yaitu : 1). Masa

kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan yang sesuai

( masa kehamilan dihitung mulai dari haid pertama sampai haid

terakhir), 2). Bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut
12

masaa kehamilan ataau kecil untuk masa kehamilan (KMK).

(Wiknojosastro, H; 2006:771)
Bayi kurang bulan adalah bayi yang lahir sebelum umur

kehamilan 37 minggu. Sebagian bayikurang bulan sebelum siap hidup

diluar kandungan dan mendapatkan kesulitan untuk mulai bernafas,

mengisap, melawan infeksi, dan menjaga tubuhnya agar tetap hangat.


Bayi kecil masa kehamilan (KMK) adalah bayi yang tidak tumbuh

dengan baik didalam kandungan selama kehamilan. Ada 3 kelompok

bayi yang termasuk bayi KMK kurang bulan. Bayi KMK cukup bulan

kebanyakan mampu bernafas dan mengisap dengan baik, sedangkan

bayi KMK kurang bulan kadang kemampuan bernafas dan

mengisapnya lemah. (Untoro Rachmi; 2007 : 3)


B. Lahir Rendah Pengertian Berat Badan
1. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir

berat badanya saat lahir kurang dari 2.500 gram (sampai 2499

gram). (Sayfiddin, AB; 2006 ; 376)


2. Bayi Berat Badan Lahir adalah semua bayi yang lahir dengan

berat badan samaa atau kurang dari 2.500 gram disebut BBLR

(Surasmi A, dkk; 2003;30)


C. Etiologi Berat Badan Lahir Rendah
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya BBLR ;
1. Faktor ibu :
a) Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
b) Multigravida yang jarak kehamilan dan persalinan terlalu

dekat.
c) Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, perokok,

peminum alcohol atau narkotik.


d) Faktor pekerja yang terlalu berat.
13

2. Faktor kehamilan
a) Hamil dengan hidramnion
b) Gizi saat hamil kurang
c) Kehamilan ganda
d) Perdarahan antepartum
e) Komplikasi hamil : pre-eklamsia/eklamsia, ketuban pecah

dini
3. Faktor janin
a) Gawat janin
b) Infeksi dalam kandungan
(Jumiarni; 2002:74-76)
D. Klasifikasi Berat Badan Lahir Rendah
Bayi yang lahir dengan berat 2.500 gram atau lebih

dianggap cukup matang. Pertumbuhan rata-rata bati didalam rahim

dipengaruhi oleh barbagai faktor (Keturunan, penyakit ibu, nutrisi, dan

sebagainta). Oleh karena itu, dilakukan penggolongan dengan

menggabungkan berat badan lahir dan umur kehamilan atau masa

gestasi sebagai berikut :


1. Preterm infant atau bayi premature, yaitu bayi yang lahir pada umur

kehamilan tidak mencapai 37 minggu.


2. Term infant atau bayi yang cukup bulan (mature/aterm) yaitu bayi

yang lahir pada umur kehamilan lebih dari 37-47 minggu 6 hari.
3. Post term infant atau bayi yang lebih bulan (post term/post matur)

yaitu bayi yang lahir pada umur kehamilan sesudah 41 minggu 6

hari. (Surasmi A; 2003;53)


Berdasarkan pengelompokan tersebut (BBLR) dapat

dikelompokkan menjadi premature murni dan dismaturitas :


1. Prematuritas murni yaitu bayi lahir dengan masa kehamilan

kurang dari 37 minggu dan berat badanya sesuai dengan berat

badan untuk masa kehamilan itu atau biasa disebut neonates


14

kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NBK-SMK). Bayi

lahir kurang bulan mempunyai organ dan alat-alat tubuh yang

belum berfungsi normal untuk dapat bertahan hidup diluar

rahim.
2. Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari

berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Hal ini berarti

bahwa mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan

merupakan bati yang kecil untuk masa kehamilanya (KMK)

dimana bayi ini mempunyai organ dengan alat-alat tubuh yang

sudah matang (mature) dan berfungsi lebih baik dibandingkan

dengan bayi lahir kurang bulan walaupun berat badanya

kurang. (Surasmi A; 2003;54)


E. Diagnosis Berat Badan Lahir Rendah
1. Sebelum bayi lahir :
a) Pada anamneses sering dijumpai danya riwayat abortus,

partus prematurus dan lahir mati.


b) Pembasaran uterus tidak sesuai umur kehamilan.
c) Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat, gerakan

janin lambat walaupun kehamilanya sudah agak lanjut.


d) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai

dengan yang seharusnya.


e) Sering dijumpai dengan oligohidramnion atau bias pula

dengan hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil

lanjut dengan toksemia gravidarum atau perdarahan

antepartum. (Mochtar, R 1998;450)


2. Setelah bayi lahir
15

a) Bayi small for date (SFD / KMK) sama dengan bayi dengan

retardasi pertumbuhan intra uterin. Secara klasik tampak

seperti b ayi yang kelaparan, tanda-tanda bayi ini adalah

tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, verniks

kaseosa sedikit atau tidak ada, kulit tipis, kering, berlipat-

lipat, mudah diangkat, abdomen cekung atau rata, jaringan

lemak bawah kulit sedikit, tali pusat tipis, lembek dan

berwarna kehijauan.pada bayi kecil untuk masa kehamilan

(KMK / small for date) alat-alat dalaam tubuh lebih

berkembang dibandingkan bayi premature barat badan

sama karena itu akan lebih mudah untuk hidup diluar rahim,

namun tetap lebih peka terhadap infeksi dan hipotermi

dibandingkan bayi matur dengan berat badan normal.


b) Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu.
Verniks kaseosa ada jaringan lemak bawah sedikit tulang

tengkorak lunak mudah bergerak, muka seperti boneka

(dollike), tali pusat tebal dan segar, menangis lemah, tonus

otot hipotonik dan kuat tipis merah dan transparan. Bayi

premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam

tubuhnya, karena itu sangat peka terhadap infeksi, hipotermi

dan sebagainya. (Mochtar, R;1998;449-450).


F. Karakteristik Berat Badan Lahir Rendah
1. Tanda-tanda yang dapat ditemukan pada bayi prematuritas murni,

antara lain :
16

a) Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari

45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang

dari 30 cm.
b) Masa gestasi kurang dari 37 minggu
c) Kepala lebih besar dari pada badan
d) Kulit tipis treansparan
e) Lanugo (bulu-bulu halus) banyak terutama pada dahi, pelipis,

telinga dan lengan.


f) Lemak subkutan kurang.
g) Ubun-ubun dan sutura lebar
h) Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh

labia mayora (pada wanita), pada laki-laki testis belum turun


i) Pembuluh darah kulit banyak terlihat
j) Peristaltik usus dapat terdengar
k) Rambut tipis dan teranyam
l) Tulang rawan dan daun telinga immature (elastic daun telinga

masih kurang sempurna)


m) Putting susu belum terbentuk dengan baik
n) Bayi kecil, posisi fetal
o) Pergerakan kurang dan lemah
p) Banyak tidur tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering

mengalami serangan apnoe


q) Otot masih hipotonik
r) Refleks tonus leher lemah, reflex mengisap dan menelan serta

reflex batuk belum sempurna


s) Kulit tampak mengkilat dan licin
2. Karakteristik dismaturitas
a) Preterm : sama dengan bayi prematuritas murni
b) Term dan posterm :
1) Kulit berselubung vweniks kaseosa tipis tidak ada
2) Kulit pucat/bernoda mekonium, kering keriput tipis
3) Bayi tampak gesit, aktif dan kuat
4) Tali pusat berwarna kuning kehijauan.
(Jumiarni; 2002:74-77)
G. Penyulit Berat Badan Lahir Rendah
17

Penyulit bayi dengan berat badan lahir rendah tergantung dari

beberapa faktor sebagai berikut :


1. Umur hamil saat persalinan
2. Asfiksia/iskemia otak
3. Gangguan metabolism
4. Mudah terjadi infeksi, mudah terjadi sepsis dan meningitis
5. Bila bayi dengan BBLR dapat teratasi masih perlu

dipertimbangkan kelanjutan penyulit, yaitu gangguan panca indera,

gangguan system motorik saraf pusat, dapat terjadi hidrosefalus.

(Http://Warnetdipo.Blogspot.Com/2009/05/Faktor Resiko-Bayi-

Berat-Lahir-Rendah.Html. Diakses tanggal 18 Juni 2009.


H. Prognosis Berat Badan Lahir Rendah
Prognosis BBLR ini tergantung dari berat ringannya. Masalah

perinatal misalnya masa gestasi (makin muda gestasi/makin rendah

berat bayi makin tinggi angka kematian), asfiksia/iskemia otak,

sindroma gangguan pernafasan, perdarahan intra ventrikuler,

dysplasia bronkopulmonal, infeksi, gangguan metabolic (hipoglikemia,

hiperbilirubemia). Prognosis juga tergantung dari keadaan sosial

ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat kehamilan,

persalinan dan postnatal (pengaturan suhu lingkungan, resusitasi,

makanan/nutrisi mencegah infeksi, mengatasi gangguan pernafasan,

asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia, dan lain-lain. (Wiknjosastro,

H; 2006: 783)
I. Penatalaksanaan Berat Badan Lahir Rendah
1. Prinsip penanganan BBLR antara lain :
a) Mempertahankan suhu dengan ketat
18

BBLR mudah mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu

tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat. Bayi

prematuritas dengan cepat akan kehilangan panasbadan

dan menjadi hipotermi karena pusat pengatur panas

badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya

rendah dan permukaan badan relative luas.


b) Mencegah infeksi
BBLR sangat rentang akan infeksi perhatikan prinsip-

prinsip pencegahan infeksi, bayi prematuritas mudah

sekali terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang

masih lemah.
c) Pengawasan nutrisi / ASI
Reflex menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu

pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat. Alat

pencernaan bayi premature masih belum sempurna,

lambung kecil, enzim pencernaan belum matang,

sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gram/kgBB

dan kalori 110 kal/kgBB, sehingga pertumbuhannya

dapat meningkat. ASI merupakan makanan yang paling

utama, sehingga ASI-lah yang paling dahulu diberikan.

Permulaan cairan yang diberikan sekitar 50 sampai 60

ml/kgBB/hari dan terus dinaikkan 20 ml/kg/hari sampai

mencapai sekitar 200 ml/kgBB/hari.


d) Penimbangan berat badan
19

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi

gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan

tubuh. Oleh sebab itu penimbangan berat badan harus

dilakukan dengan ketat.


2. Perawatan umum
Tindakan yang dilakukan pada bayi immature saat lahir sama

dengan pada bayi cukup bulan yang normal, seperti

membersihkan jalan napas, mengusahakan pernapasan

pertama dan terus menerus perawatan tali pusat, perawatan

mata dan sebagainya. Perawatan segera bayi baru lahir yaitu :


a) Pertahankan Kebersihan Jalan Napas
1. Pegang kepala bayi lebih rendah dari badan dengan

kepala dipindahkan kesis drainase


2. Bersihkan wajah dan kepala, bersihkan cairan dari

hidung dan mulut


3. Hisap hidung dan mulut menggunakan spuit seperti bola

lampu yang lunak.


b) Jaga Bayi tetap Hangat
1. Bersihkan dan keringkan bayi
2. Tempatkan bayi diatas perut ibu
3. Bungkus bayi dengan selimut hangat
c) Perlihatkan bayi pada orang tua dan yang lain, tempatkan

pada perut ibu


d) Klem dan potong tali pusat
e) Catat nilai apgar pada 1 (satu) menit pertama dan 5 (lima)

menit pertama
f) Lakukan dengan segera pemeriksaan menyeluruh pada

bayi (Varney, H; 2002: 272-274)


20

Tabel I. Nilai Apgar Score (NA)

0 1 2 NA

Appearance Pucat Badan merah, Seluruh tubuh


(Warna Kulit) ekstremitas biru kemerah-merahan

Pulse Rate Tidak Kurang dari 100 Lebih dari 100


(Frekuensi Nadi) ada

Grimace (Reaksi Tidak Sedikit gerakan Batuk/bersin


Rangsangan) ada mimic (grimace)

Activity (Tonus Tidak Ekstremitas Gerakan aktif


Otot) ada dalam sedikit
fleksi

Respiration Tidak Lemah/tidak Baik/menangis


(Pernapasan) ada teratur

Jumlah

Sumber : Wikjosastro, H; 2006 : 249


Keterangan :
NA 1 menit lebih/sama dengan 7 tidak perlu resusitasi
NA 1 menit 4-6 bag and mask ventilation
NA 1 menit 0-3 lakukan intubasi

3. Perawatan khusus
21

Perawatan khusus diperlukan untuk menjaga agar aliran udara

dapat dengan lancer keluar masuk paru-paru serta mencegah

terjadinya aspirasi cairan lambung atau infeksi.


a) Pengaturan Suhu
Untuk mempertahankan suhu tubuh bayi sekitar 36,5-

37,5oC, perlu diusahakan lingkungan yang hangat untuk

bayi dengan cara perawatan dalam incubator. Cara lain

yang sangat sederhana adalah metode kanguru. Bayi

diletakkan telungkup di dada ibu agar terjadi kontak

langsung ibu dan bayi. Tubuh ibu dan bayi harus berada

didalam satu pakaian, sebaiknya ibu menggunakan pakaian

longgar berkancing depan. Posisi bayi dalam kantong

kanguru adalah tegak/vertical pada siang hari ketika ibu

berdiri atau duduk, dan tengkurap/miring pada malam hari

ketika ibu berbaring tidur. Suhu incubator untuk bayi BBLR

dengan berat badan kurang 2 kg adalah 35 oC, dan untuk

bayi dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 34 oC secara

berangsur-angsur bayi diletakkan di dalam tempat tidur bayi

dengan suhu lingkungan 27-29oC. Kelembaban incubator

berkisar antara 50-60%. Bayi di dalam incubator hanya

dipakaikan popok untuk memudahkan pengawasan

mengenai keadaan umum, perubahan tingkah laku, warna

kulit dan sebagainya sehingga penyakit yang diderita dapat


22

dikenal sedini mungkin dan tindakan serta pengobatan

dapat dilaksanakan secepat-cepatnya. (Wiknjosastro, dkk;

2006:778)
Tabel II. Pengaturan Suhu Incubator

Berat Badan
0-24 jam 2-3 hari 4-7 hari 8 hari
Lahir (gram)

1500 34-36 33-35 33-34 32-33

1500-2000 33-34 33 32-33 32

2001-2500 33 32-33 32 32

>2500 32-33 32 31-32 32

Sumber : Jumiarni 2002


Keterangan : Apabila suhu kamar 28-29 oC hendaknya diturunkan 1oC setiap

minggu dan apabila berat badan bayi 2000 gram bayi boleh dirawat di

incubator dengan suhu 27oC.


Mekanisme kehilangan panas terjadi melalui 4 cara, yaitu :
1. Radiasi. Panas dipancarkan keluar tubuh ke lingkungan yang

lebih dingin.
2. Konduksi. Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda

disekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi.


3. Konveksi. Panas hilang dari kulit bayi ke udara sekitarnya yang

sedang bergerak (jumlah panas yang hilang tergantung kepada

kecepatan dan suhu udara)


4. Evaporasi. Panas hilang melalui proses penguapan, tergantung

kepada kecepatan udara dan kelembabannya (bayi yang basah


23

biasanya kehilangan panas dari tubuhnya melalui proses ini).

(Jumiarni 2002:95)
b) Makanan Bayi
Pemberian minum bayi dimulai dalam waktu bayi berumur

tiga puluh menit setelah lahir. Sebelum pemberian minum

pertama harus dilakukan pengisapan cairan lambung.

Pengisapan cairan lambung juga dilakukan pada setiap

sebelum pemberian minum berikutnya. Pada umumnya bayi

dengan berat badan lahir 2000 gram atau lebih dapat

menyusu pada ibunya. Bayi dengan berat kurang dari 1500

gram kurang mampu mengisap air susu ibu, terutama pada

hari-hari pertama. Dalam hal ini bayi diberi minum melalui

sonde lambung. Banyaknya cairan yang diberikan adalah

60 ml/kg per hari, dan setiap hari dinaikkan 20ml/kg sampai

200ml/kg perhari pada akhir minggu kedua. Air susu yang

paling baik adalah ASI. Bila bayi belum dapat menyusu, ASI

diperas dan disimpan ditempat steril diperlukan pemberian

makanan lewat sonde lambung, dibuka diganti setiap 3 hari.

Secara berangsur-angsur dapat diganti dengan pipet atau

sendok. Bila daya isap cukup baik maka bayi menyusu pada

ibunya. (Wiknjosastro, H, dkk; 2006:778-779)


c) Pencegahan Infeksi
Tindakan aseptic dan antiseptic harus selalu digalakkan,

baik dirawat gabung maupun di bangsal neonates. Untuk


24

mencegah terjadinya infeksi silang para petugas perlu

disadarkan akan bahaya infeksi, petugas mencuci tangan

setiap kali sebelum dan sesudah memegang bayi, setiap

petugas di bangsal bayi harus memakai pakaian yang telah

disediakan, setiap bayi mempunyai perlengkapan sendiri,

kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sebai-sebaiknya,

tempat tidur dibersihkan dengan cairan antiseptic paling

lama 1 (satu) minggu, keluarga bayi memakai pakaian yang

telah disediakan saat berkunjung dan hanya melihat bayi

dari belakang kaca kecuali ibu yang telah diperbolehkan

untuk menyusui bayinya.

Tabel III. Bagan Penanganan Bayi Berat Lahir Rendah

Kriteria Bayi Lahir < 2500 gram

Kategori Bayi Berat Lahir sangat Rendah Bayi Berat Lahir


(BBLSR) Rendah (BBLR)

Penilaian Berat Lahir < 1500 gram Berat 1500-2500


gram

Penanganan Keringkan secepatnya dengan


Puskesmas handuk, kain yang basah
secepatnya diganti dengan yang
kering dan hangat, pertahankan
25

tetap hangat. Berikan lingkungan


yang hangat dengan cara kontak
kulit dengan kulit dan bungkus
BBLSR dengan kain hangat, beri
lampu 60 watt dengan jarak
minimal 60 cm dan kepala bayi
ditutupi topi, beri oksigen, tali pusat
dibersihkan.

Tetesi ASI bila dapat menelan. Bila Beri ASI bila dapat
tidak dapat menelan, langsung menghisap dan
dirujuk menelan langsung
dari putting.
- Rujuk ke rumah sakit
-Bila tidak dapat
menelan langsung
rujuk

Penanganan -Sama dengan diatas


-Beri minum dengan sonde/tetesi
Rumah Sakit
ASI
-Bila tidak mungkin infuse
dekstrose 10%+Bicarbonas
Natricus 1,5%=4:1
Hari I : 60 cc/kg/hr
Hari II : 70 cc/kg/hr
-Antibiotika
-Bila tidak dapat menghisap putting
susu/tidak dapat menelan
langsung/sesak/biru/tanda-tanda
hipotermi berat terangkan
kemungkinan meninggal

Sumber : Syarifuddin, AB; 2006:378


26
27

Tabel IV. Ciri Kematangan Fisik menurut Ballard

0 1 2 3 4 5

Kulit Merah seperti Merah muda Permukaan Daerah pusat Seperti kertas Seperti kulit
agar licin, halus, mengelupas retak-retak, retak lebih retak-retak
transparan tampak vena dengan/tanpa vena jarang dalam, tidak mengkerut
ruam sedikit ada vena
vena

Lanugo Tidak ada banyak menipis menghilang Umumnya


tidak ada

Lipatan Tidak ada Tanda merah Hanya lipatan Lipatan 2/3 Lipatan
plantar sangat sedikit anterior anterior diseluruh
lipatan

payudara Hamper tidak Areola datar, Areola seperti Areola lebih Areola penuh,
ada tidak ada titik, tonjolan jelas, tonjolan tonjolan 5-10
benjolan sampai 2mm 3-4 mm mm

Daun telinga Datar tetap Sedikit Bentuk lebih Bentuk Tulang


terlipat melengkung baik, lunak, sempurna rawan, telinga
28

lunak, mudah mudah kembali kaku


membalik membalik seketika

Kelamin Laki- Skrotum Testis turun, Testis di Testis


Laki kosong, tidak sedikit ruga bawah, bergantung,
ada ruga ruganya ruganya
bagus dalam

Kelamin Klitoris dan Labia minora Labia mayora Klitoris dan


perempuan labia minora dan mayora besar, labia labia minora
menonjol sama-sama minora kecil ditutupi labia
menonjol mayora

Sumber : surasmi, dkk; 2003:41


29

Tebel V. Penilaian Tingkat Kematangan

Nilai Minggu

5 26
10 28
15 30
20 32
25 34
30 36
35 38
40 40
45 42
50 44

Sumber : Surasmi, dkk; 2003:40


Ballard menilai maturitas neonates berdasarkan 7 tanda kematangan

fisik dan 6 tanda kematangan neuromuscular. Penilaian dilakukan dengan

cara :
1) Menilai 7 tanda kematangan fisik
2) Menilai 6 tanda kematangan neurologic
3) Hasil penilaian aspek kematangan fisik dan neurologic dijumlah
4) Jumlah nilai kedua aspek kematangan tersebut dicocokkan dengan table

patokan tingkat pematangan menurut Ballard.


J. Proses Asuhan Kebidanan
1. Pengertian
Proses manajemen asuhan kebidanan adalah suatu proses

masalah yang dimulai dalam bidang perawatan kebidanan pada

awal tahun 1970, hal ini memberikan suatu metode

pengorganisasian rangkaian pemikiran dan tindakan dalam urutan

logis bagi kedua belah pihak yaitu pasien dan pelaksana pelayanan

kesehatan. Proses ini menggambarkan ketentuan atau syarat

perilaku diharapkan.
30

Proses pemecahan yang digunakan sebagai metode untuk

mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah.

Penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian tahapan logis

untuk pengambilan keputusan yang terfokus pada klien

(Simatupang, E.J;2006:7).
Hal tersebut di atas, dinyatakan dengan jelas tidak hanya

menyangkut proses berpikir dan bertindak, akan tetapi juga tingkat

perilaku yang diharapkan untuk mencapai setiap langkah dalam

penemuan dan pengambilan keputusan demi memberikan

pelayanan kebidanan yang aman dan menyeluruh.


2. Tahap dalam Asuhan Kebidanan
Kerangka kerja proses asuhan kebidanan :
a. Memeriksakan dengan cara mengumpulkan seluruh data yang

penting untuk membuat evaluasi tentang klien secara cukup.


b. Membuat identifikasi yang akurat setiap masalah atau diagnose

berdasarkan pada interpretasi yang tepat atas data tersebut.


c. Antisipasi potensial terjadi masalah atau diagnose lain yang

mungkin muncul sebagai akibat masalah atau diagnose

sebelumnya.
d. Evaluasi kebutuhan akan intervensi segera oleh bidan atau

dokter atau kolaborasi dengan anggota tim kesehatan yang lain,

sesuai dengan kondisi klien.


e. Dalam pengambilan keputusan, kembangkan rencana asuhan

yang menyeluruh, didukung oleh penjelasan rasional yang valid

dan berdasarkan pada tahap-tahap sebelumnya.


31

f. Atur atau implementasikan rencana asuhan secara efisien dan

aman.
g. Evaluasi keefektifan asuhan yang diberikan, kaji ulang secara

tepat melalui proses manajemen, untuk setiap aspek asuhan

yang dianggap tidak efektif.


Dari ketujuh langkah tersebut, akan dijelaskan tersendiri, penjelasan dan

tugas apa yang terdapat dari setiap langkah yaitu :

Langkah I : Pengkajian dan analisa data


Pada langkah pertama dilakukan pengkajian dan pengumpulan semua data

yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap yaitu

riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya dan

pemeriksaan laboratorium. Pada langkah pertama ini disimpulkan semua

informasi yang akurat dan sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan

mengumpulkan data dasar awal yang lengkap.


Langkah II : Identifikasi diagnose/masalah actual
Dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnose atau masalah dan

kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang

dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan sehingga ditemukan

masalah atau diagnosis yang spesifik. Masalah sering berkaitan dengan

wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai pengarahan, masalah sering

menyertai diagnose.
Langkah III : Antisipasi diagnose/masalah potensial.
Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain

berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi.

Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan


32

pencegahan. Sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap diri

bila diagnosis/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini

penting sekali melakukan asuhan yang aman.

Langkah IV : Tindakan emergensi, kolaborasi atau konsultasi.


Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk

dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang

lain sesuai dengan kondisi klien.


Langkah V : Rencana Tindakan
Direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah

sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap

diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi rencana

asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah diidentifikasi

dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan dari kerangka

pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan

akan terjadi berikutnya.


Dengan perkataan lain asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup

setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan, setiap rencana

asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak yaitu bidan dank lien agar

dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari

pelaksana rencana tersebut, oleh karena itu pada langkah ini tugas bidan

adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan pembahasan rencana

bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum

melaksanakan tindakan.
Langkah VI : Pelaksanaan asuhan kebidanan
33

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh, seperti yang telah diuraikan

pada langkah yang kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.

Implementasi dapat dikerjakan secara keseluruhan oleh bidan ataupun

kerjasama dengan tim kesehatan lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri

ia tetap memikul tanggungjawab untuk mengarahkan pelaksanaannya

misalnya : agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana.


Langkah VII :Evaluasi asuhan kebidanan
Dilakukan evaluasi kefektifsn dari asuhan yang sudah diberikan meliputi

pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-venar telah terpenuhi

sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah

dan diagnose. Rencana tersebut dapat dianggap efektif pelaksanaannya, ada

kemungkinan bahwa sebagian rencana-rencana tersebut telah efektif sedang

sebagian belum efektif. (Simatupang E.J, 2006; Hal:124-126)


K. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Asuhan yang diberikan harus dicatat secara benar, jelas singkat dan

logis dalam satu metode pendokumentasian yang benar adalah yang

dapat mengkombinasikan kepada orang lain mengenai asuhan yang

telah dilakukan dan akan dilakukan pada seorang klien, yang

didalamnya tersirat proses berfikir sistematis seorang bidan

menghadapai klien meliputi 7 (tujuh) alngkah agar diketahui orang lain

apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berfikir

sistematis, maka dokumentasi dalam bentuk SOAP (Simatupang, E.J,

2006; Hal: 60) yaitu :


1. Subyektif (S)
34

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien

melalui anamneses langkah 1 varney.


2. Obyektif (O)
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,

hasil laboratorium dan tes diagnostic klien yang dirumuskan dalam

data focus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1 varney.


3. Assesment (A)
Menggambarka pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi

data subyektif dan obyektif dalam 1 identifikasi.


a. Diagnosa/masalah
b. Antisipasi diagnose/masalah potensial
c. Perlunya tindakan segera oleh bidan dokter, konsultasi atau

kolaborasi dan rujukan sebagai langkah II, III, dan IV Varney


4. Planning (P)
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan

implementasi (I), dan evaluasi (E) berdasarakan assessment

sebagai langkah V, VI, VII.

Tabel VI. Pola Pikir Asuhan Kebidanan Kompetensi Bidan dan

Dokumentasian SOAP
Alur Pikir Bidan Pencatatan dari Asuhan
Kebidanan

Proses Asuhan Pendokumentasian


Kebidanan Asuhan Kebidanan

7 Langkah Varney 5 langkah (Kompetensi SOAP


Bidan)

Data Data Subjektif


35

Masalah/Diagnosa Assesment/diagnose Objektif

Anitisipasi Assesment/Diagnosa
masalah
potensial.diagnosa
lain

Menetapkan Plan :
kebutuhan segera -Konsul
untuk konsultasi -Test Lab
kolaborasi -Rujukan
-Pendidikan/konseling
Perencanaan Perencanaan -Follow up
Implementasi Implementasi

Evaluasi Evaluasi

Sumber : Simatupang E, J, 2006, hal, 62


BAB III
STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI S DENGAN


BBLR/BCB/KMK DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH SYEKH YUSUF GOWA
TGL 18 JUNI 2009

No. register : 170951


Tanggal Lahir : 18 Juni 2009 Jam 07. 30 Wita
Tanggal pengkajian : 18 Juni 2009 Jam 09.00 Wita
LANGKAH I : IDENTIFIKASI DATA DASAR
A. Biodata
1. Data Bayi
Nama : by S
Tanggal, jam : 18 Juni 2009 jam 07.30 Wita
Anak ke : I (Pertama)
Jenis kelamin : Perempuan
BBL/PBL : 2200gram/44cm
2. Data Orang Tua/penanggung
Nama Ibu/ Ayah : Ny. S/Tn. R
Umur : 27 Tahun/28 Tahun
Pendidikan : SMP/SMP
Pekerjaan : IRT/Sopir
Agama : Islam/Islam
36

Alamat : Lambengi
Nikah/lamanya : 1x/ 1 tahun
B. Data Biologis
1. Riwayat bayi baru lahir
a. Bayi lahir tanggal 18 Juni 2009 jam 07.30 wita dengan lahir

spontan, PBK
b. Jenis Kelamin Perempuan
c. Bayi lahir segera menangis
d. BBL 2200 gram, PBL 44 cm, LD 32 cm
e. Apgar score 1 menit pertama 9 dan 5 menit kedua 10
f. Tidak ada trauma lahir ataupun kelainan congenital
g. Ibu mengatakan menyusui bayinya segera stelah lahir
h. Kemampuan mengisap bayi kuat
2. Riwayat Kehamilan
a. HPHT 27-09-2008
b. TP 04-072009
c. GI PO AO
d. Umur kehamilan 37 minggu 5 hari
e. Ibu memeriksakan kehamilannya di bidan puskesmas Palatikang 2

kali dan mendapat imunisasi TT 2 kali


f. Ibu tidak pernah menderita penyakit hipertensi, DM, selama hamil
3. Riwayat persalinan/kelahiran
a. Umur kehamilan 37 minggu 5 hari
b. Tempat persalinan di RSUD Syekh Yusuf Kab Gowa
c. penolong Persalinan : dokter dan bidan
d. Jenis persalinan : Spontan
C. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1. Nutrisi/cairan
Bayi sudah mendapat asupan nutrisi/cairan termasuk ASI
2. Eliminasi
a. Eliminasi BAK, bayi belum BAK
b. Eliminasi BAB, meconium
3. Tidur
Bayi lebih banyak tidur, terbangun bila basah/lapar
4. Personal hygiene
Kebersihan badan bayi dilap, memakai pakaian yang bersih serta

terbungkus dengan kain kering dan hangat, popok diganti tiap kali

basah
D. Data Psikologis
37

1. Pola emosional bayi


Bayi menangis apabila lapar atau basah, reflex mengisap kuat, bayi

dalam keadaan tenang.


2. Pola emosional orang tua bayi
Persepsi orang tua terhadap anaknya, sabar dan mempercayakan

sepenuhnya perawatan kepada petugas kesehatan yang merawat,

harapan orang tua terhadap anaknya mendapat perawatan yang baik dan

sehat sehingga boleh pulang ke rumah.


E. Data Sosial
Interaksi orang tua dengan anaknya baik, keluarga sangat mengharapakan

ibu dan bayinya sehat.


F. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik dan aktif
a) BBL : 2200 gram
b) PB : 44 cm
c) LK : 33 cm
d) LD : 32 cm
e) Apgar score : 1 menit pertama 9
5 menit pertama 10
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital
a. Heart rate : 145 kali/menit
b. Respirasi : 45 kali/menit
c. Suhu : 36,50C
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Inspeksi :
1. Rambut lurus dan tebal
2. Masih ada sisa air ketuban
3. Ubun-ubun kecil belum menutup
4. Satura tampak jelas, tidak adacaput succedaneum
Palpasi :
1. Tidak ada benjolan atau pembengkakan
2. Tidak ada nyeri tekan
b. Mata
Inspeksi :
1. Mata simetriks kiri dan kanan
38

2. Scolera putih, congjungtiva merah muda, bersih dan tidak ada

secret
c. Hidung
Inspeksi :
1. Lubang hidung simetris kiri dan kanan
2. Tidak ada gerakan cuping, hidung bersih dan tidak ada secret
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

d. Telinga
Inspeksi :
1. Lekuk telinga normal
2. Daun telinga terbentuk sempurna
3. Simetris kiri dan kanan
4. Lubang tampak bersih
e. Mulut
Inspeksi :
1. Bibir merah muda, tidak kering
2. Palatum tidak ada kelainan
3. Refleks mengisap baik
4. Mulut dalam keadaan bersih
f. Leher
Inspeksi : Tidak ada pembengkakan pada leher
g. Kulit
Inspeksi : Warna kulit merah muda, integritas kulit baik
h. Dada dan Perut
Inspeksi :
1. Gerakan dada sesuai irama napas bayi
2. Tampak tali pusat terbungkus dengan kasa bethadine
i. Punggung dan Bokong
Inspeksi : Tidak ada benjolan pada punggung
j. Genitalia
Inspeksi :
1. Jenis kelamin perempuan
2. Labia Mayora dan minora terbentuk sempurna
3. Lubang anus (+)
k. Ekstremitas atas dan bawah
Inspeksi :
1. Pergerakan aktif
2. Jari tangan dan kaki lengkap teraba dingin
3. Reflex menggenggam ada tapi masih lemah
4. Reflex moro positif
LANGKAH II : IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH AKTUAL
39

Diagnosa : Berat badan lahir/bayi cukup bulan/kecil masa kehamilan


a. Data Subjektif
HPHT tanggal 27-09-2008
b. Data Objektif
1. Tafsiran penafsiran 04 Juli 2009
2. Tanggal lahir 18 Juni 2009 Jam 07.30
3. Umur kehamilan 37 minggu 5 hari
4. BBL 2200 gram, PBL 44 cm
c. Analisa dan Interpretasi Data
1. BBLR adalah bayi yang lahir dengan BB < 2500 gram tanpa

memandang masa kehamilan, masalah pemenuhan nutrisi karena

ukuran tubuh BBLR kecil kurang energy, lemah, lambungnya kecil,

BBLR sering mendapat nutrisi dalam jumlah sedikit tapi sering,

sesuai berat badan.


(Manajemen BBLR;2007 : 13)
2. Bayi cukup bulan adalah bayi yang lahir dengan masa gestasi 37-

41 minggu 6 hari dan sesuai masa kehamilan beberapa ukuran

untuk menilai cirri-ciri bayi normal seperti lingkar kepala 33-35 cm,

lingkar dada 30-38 cm, panjang badan 47-52 cm dan berat badan

bayi 2500-4000 gram. (Synopsis Obstetri; Hal 67)


LANGKAH III : DIAGNOSA MASALAH POTENSIAL
A. Diagnosa : Potensial terjadi hipotermi
1. Dasar
Data Subjektif : -
Data Objektif
a. A/S/10, bayi segera menangis, kulit kemerah-merahan
b. Tampak adanya lanugo, ekstremitas aktif
c. Heart rate 145 x / menit
d. Suhu 36,5oC
e. Kaki teraba dingin
2. Analisa dan Interpretasi Data
a. Suhu tubuh tidak stabil oleh karena kesulitan mempertahankan

suhu tubuh yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah


40

akibat dari kurangnya jaringan lemak di bawah kulit, permukaan

tubuh yang relative lebih luas dibandingkan dengan berat

badan, otot yang tidak aktif, produksi panas yang berkurang

oleh karena lemak cokelat (broenfat) yang belum cukup serta

pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana

mestinya. (Wiknojosastro, H;2006 : Hal 776)


b. Kurangnya intake atau asupan pada bayi sehingga

menyebabkan jumlah kalori dalam tubuh bayi yang berkurang

yang akan menyebabkan penurunan metabolism, sehingga

produksi panas dalam tubuh berkurang akan memudahkan

terjadinya hipotermi. (Saifuddin, Ab; Hal : 126-129)


c. Hipotermi dapat terjadi karena kemampuan untuk

mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi

panas sangat terbatas pada bayi dengan berat badan lahir yang

rendah mudah mengalami hipotermi disebabkan karena

pertumbuhan otot-otot yang belum memadai jaringan lemak

subkutan yang sedikit, luas permukaan tubuh relative lebih

besar dibandingkan berat badan sehingga lebih mudah

kehilangan panas. (Surasmi A, dkk; 2002)


LANGKAH IV : TINDAKAN SEGERA/KOLABORASI
Kolaborasi dengan dokter tentang perawatan dan penanganan bayi

selanjutnya
LANGKAH V : RENCANA ASUHAN KEBIDANAN
A. Diagnosa Aktual : Bayi berat lahir rendah
Diagnosa Potensial : Potensial terjadi hipotermi
B. Tujuan
41

1. Tidak terjadi hipotermi


2. Berat badan bertambah
3. Pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi
C. Kriteria
1. Keadaan umum bayi baik
2. Berat baan bayi meningkat
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu :
Suhu bayi 36,5-37,50C, Nadi 120-160 x / menit, pernapasan 30-

60x/menit
4. Bayi mendapatkan nutrisi ASI, BAB/BAK lancar
D. Rencana Tindakan, jam 09.00 wita
1. Beri pakaian dan bungkus badan bayi dengan kain kering
Rasional : Bayi sangat mudah kehilangan panas melalui

konduksi, konveksi, evaporasi dan radiasi karena bayi berada

pada lingkungan yang suhunya berbeda dengan suhu dalam

uterus
2. Lakukan pengawasan keadaan umum, perubahan tingkah laku,

warna kulit, dan ukur tanda-tanda vital.


Rasional : Untuk mengetahui secara dini adanya komplikasi

sehingga dapat menentukan tindakan selanjutnya.


3. Monitor suhu badan tiap 3 jam
Rasional : Untuk mengetahui sedini mungkin bila terjadi adanya

hipotermi
4. Timbang berat badan bayi setiap hari
Rasional : Sebagai indicator untuk mengetahui pertambahan

berat badan bayi


5. Ganti pakaian dan popok bayi tiap kali BAK/BAB
Rasional : mencegah kehilangan panas melalui evaporasi dan

mencegah terjadinya iritasi


6. Lakukan perawatan pada bayi dengan tindakan aseptic dan

antiseptic
42

Rasional : Untuk mencegah infeksi dan mematikan

mikroorganisme
7. Beri intake yang adekuat sesuai kebutuhan nutrisi bayi
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan bayi
8. Ajarkan ibu teknik menyusui yang benar
Rasional : Agar bayi menyusu dengan tenang sehingga

mendapatkan ASI yang optimal


9. Anjurkan ibu menyusui bayinya secara ondemand
Rasional : Rangsangan karena isapan bayi merangsang

hipofise posterior untuk mengeluarkan hormone oksitosin untuk

sekresi ASI dan hipofise anterior untuk mengeluarkan hormone

prolaktin untuk produksi ASI


10. Rawat tali pusat setiap hari
Rasional : Untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme

pada tali pusat sehingga tidak terjadi infeksi


11. Anjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi

seimbang
Rasional : pemenuhan asupan gizi pada ibu menyusu sangat

mempengaruhi produksi dan kualitas ASI


12. Ajarkan kepada orang tua cara merawat bayi dan pentingnya

perawatan bayi
Rasional : Agar orang tua mengerti tentang pentingnya

perawatan bayi dan cara merawatnya.


LANGKAH VI : PELAKSANAAN ASUHAN TINDAKAN KEBIDANAN
Tanggal 18 juni 2009, jam 09.30 Wita
1. Memberi pakaian dan bungkus badan bayi dengan kain kering
Hasil : Bayi dibedong dengan baik.
2. Melakukan pengawasan keadaan umum, perubahan tingkah laku,warna

kulit, dan ukur tanda-tanda vital.


43

Hasil : Keadaan umum bayi, tingkah laku bayi tenang, banyak tidur,

warna kulit kemerahan, reflex mengisap dan menelan bai, tanda-tanda

vital: heart rate 145 x/menit, respiration 45 x/menit dan suhu 36,5 oC.
3. Memonitor suhu badan tiap 3 jam
Hasil : Suhu badan 36,5oC
4. Menimbang berat badan bayi setiap hari
Hasil : Berat badan 2200 gram
5. Mengganti pakaian dan popok bayi tiap kali BAB/BAK
Hasil : Popok bayi diganti sudah terganti
6. Melakukan perawatan pada bayi dengan tindakan aseptic dan antiseptic
Hasil : Petugas telah mencuci tangan sebelum memegang bayi
7. Memberi intake yang adekut sesuai kebutuhan nutrisi bayi
Hasil : Bayi telah diberikan ASI
8. Mengajarkan ibu tekhnik menyusui yang benar
Hasil : Ibu mengerti dan mau menyusu bayinya
9. Menganjurkan ibu menyusui bayinya sesering mungkin
Hasil : Ibu bersedia menyusui bayinya sesering mungkin
10. Merawat tali pusat setiap hari
Hasil : Tali pusat terbungkus dengan kain kasa steril
11. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi

seimbang
Hasil : Ibu bersedia melakukan anjuran yang diberikan
12. Mengajarkan kepada orang tua cara merawat bayi dan pentingnya

perawatan bayi
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia merawat bayinya.
LANGKAH VII : EVALUASI
Tanggal 18 Juni 2009, jam 11.00 wita
1. Kebutuhan bayi terpenuhi ditandai dengan :keadaan umum bayi,

tingkah laku bayi tenang, lebih banyak tidur, warna kulit kemerahan,

reflex mengisap dan menelan baik, tanda-tanda vital dalam batas

normal (suhu 36,5oC, respirasi 45 x/menit, Heart Rate 145 x/menit).


2. Tidak terjadi gangguan pemenuhan nutrisi hari pertama, ditandai

dengan :
a. ASI ada tapi sedikit dan bayi tetap menyusui pada ibunya
b. Tingkah laku bayi tenang
44

c. Reflex mengisap dan menelan baik


d. Berat badan bayi yaitu 2200 gram
3. Tidak terjadi hipotermi, ditandai dengan :
a. Suhu tubuh bayi dalam batas normal yaitu 36,5 oC
b. warna kulit kemerahan, tingkah laku bayi tenang

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN


PADA BAYI S DENGAN BBLR/BCB/KMK HARI I
DI RSUD SYEKH YUSUF KAB. GOWA
TANGGAL 18 JUNI 2009

No Register : 170951
Tanggal Lahir : 18 Juni 2009 jam 07.30 wita
Tanggal Pengkajian : 18 Juni 2009 jam 09.30 wita
Identifikasi Data Dasar
1. Identitas Bayi
Nama : By S
Tanggal/jam : 18 Juni 2009 jam 07.30 wita
Anak ke : 1 (Pertama)
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Lambengi
2. Identitas Ibu/Ayah
Nama ibu/Ayah : Ny.S/TnR
Umur : 27 tahun/ 28 tahun
Agama : Islam/Islam
Pendidikan : SMP/SMP
Pekerjaan : IRT/Sopir
Nikah/lamanya : 1x/ 1 tahun
Alamat : Lambengi
A. Data Subjektif
a. G1 P0 A0
b. HPHT tanggal 27-09-2008
c. ANC 2x selama kehamilan
d. Imunisasi TT 2x selama kehamilan di Puskesmas Palangtikang
e. Tidak ada ketergantungan obat atau alcohol
f. Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit DM, Hipertensi.
B. Data Objektif
a. Umur kehamilan 37 minggu 5 hari
45

b. Bayi lahir tanggal 18 Juni 2009 jam 07.30 wita dengan lahir

spontan, PBK
c. Bayi lahir segera menangis dengan BBL 2200 gram, PBL 44 cm,

LK 33 cm, LD 32 cm, jenis kelamin perempuan, anus (+)


d. Apgar score1 menit pertama 9 dan 5 menit kedua 10
e. Refleks mengisap dan menelan baik
C. Assesment
Diagnosa : Berat badan lahir rendah/bayi cukup bulan/kecil masa

kehamilan/gestasi 37 minggu 5 hari


Masalah potensial : Potensial terjadi hipotermi
D. Planning
Tanggal 18 juni 2009 jam 09.30 wita
1. Beri pakaian dan bungkus badan bayi dengan kain kering
Hasil : Bayi dibedong dengan baik.
2. Lakukan pengawasan keadaan umum, perubahan tingkah

laku,warna kulit, dan ukur tanda-tanda vital.


Hasil : Keadaan umum bayi, tingkah laku bayi tenang, banyak

tidur, warna kulit kemerahan, reflex mengisap dan menelan bai,

tanda-tanda vital: heart rate 145 x/menit, respiration 45 x/menit

dan suhu 36,5oC.


3. Monitor suhu badan tiap 3 jam
Hasil : Suhu badan 36,5oC
4. Timbang berat badan bayi setiap hari
Hasil : Berat badan 2200 gram
5. Ganti pakaian dan popok bayi tiap kali BAB/BAK
Hasil : Popok bayi diganti sudah terganti
6. Lakukan perawatan pada bayi dengan tindakan aseptic dan

antiseptic
Hasil : Petugas telah mencuci tangan sebelum memegang bayi
7. Beri intake yang adekut sesuai kebutuhan nutrisi bayi
Hasil : Bayi telah diberikan ASI
8. Ajarkan ibu tekhnik menyusui yang benar
Hasil : Ibu mengerti dan mau menyusu bayinya
9. Anjurkan ibu menyusui bayinya sesering mungkin
Hasil : Ibu bersedia menyusui bayinya sesering mungkin
46

10. Rawat tali pusat setiap hari


Hasil : Tali pusat terbungkus dengan kain kasa steril
11. Anjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi

seimbang
Hasil : Ibu bersedia melakukan anjuran yang diberikan
12. Ajarkan kepada orang tua cara merawat bayi dan pentingnya

perawatan bayi
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia merawat bayinya.

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN


PADA BAYI S DENGAN BBLR/BCB/KMK HARI II
DI RSUD SYEKH YUSUF KAB. GOWA
TANGGAL 19 JUNI 2009

No Register : 170951
Tanggal Lahir : 18 Juni 2009 jam 07.30 wita
Tanggal Pengkajian : 18 Juni 2009 jam 09.30 wita
Identifikasi Data Dasar
1. Identitas Bayi
Nama : By S
Tanggal/jam : 18 Juni 2009 jam 07.30 wita
Anak ke : 1 (Pertama)
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Lambengi
2. Identitas Ibu/Ayah
Nama ibu/Ayah : Ny.S/TnR
Umur : 27 tahun/ 28 tahun
47

Agama : Islam/Islam
Pendidikan : SMP/SMP
Pekerjaan : IRT/Sopir
Nikah/lamanya : 1x/ 1 tahun
Alamat : Lambengi

A. Data Subjektif
a. ASI ada tapi sedikit
b. Bayi menyusu pada ibunya
B. Data Objektif
a. Bayi berat badan lahir rendah hari ke II
b. Pengeluaran ASI ada tapi sedikit
c. Keadaan umum baik, BB 2250 gram
d. Refleks mengisap dan menelan baik
e. Tali pusat masih basah dan terbungkus dengan kasa steril
f. Pergerakan aktif dan reflex menggenggam baik
g. BAB meconium, BAK lancar
C. Assesment
Diagnosa : Berat badan lahir rendah/bayi cukup bulan/kecil masa

kehamilan/gestasi 37 minggu 5 hari


Masalah potensial : Potensial terjadi hipotermi dan infeksi tali pusat
D. Planning
Tanggal 19 Juni 2009 jam 09.30 wita
1. Mempertahankan suhu badan bayi agar tetap hangat
Hasil : Bayi dibedong dengan baik.
2. Melakukan pengawasan keadaan umum, perubahan tingkah

laku,warna kulit, dan ukur tanda-tanda vital.


Hasil : Keadaan umum bayi, tingkah laku bayi tenang, banyak

tidur, warna kulit kemerahan, reflex mengisap dan menelan bai,

tanda-tanda vital: heart rate 145 x/menit, respiration 45 x/menit

dan suhu 36,7oC.


3. Monitor suhu badan tiap 3 jam
Hasil : Suhu badan 36,7oC
4. Timbang berat badan bayi setiap hari
Hasil : Berat badan 2250 gram
5. Ganti pakaian dan popok bayi tiap kali BAB/BAK
Hasil : Popok bayi diganti sudah terganti
48

6. Lakukan perawatan pada bayi dengan tindakan aseptic dan

antiseptic
Hasil : Petugas telah mencuci tangan sebelum memegang bayi
7. Beri intake yang adekut sesuai kebutuhan nutrisi bayi
Hasil : Bayi telah diberikan ASI
8. Ajarkan ibu tekhnik menyusui yang benar
Hasil : Ibu mengerti dan mau menyusu bayinya
9. Anjurkan ibu menyusui bayinya sesering mungkin
Hasil : Ibu bersedia menyusui bayinya sesering mungkin
10. Rawat tali pusat setiap hari
Hasil : Tali pusat terbungkus dengan kain kasa steril
11. Anjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi

seimbang
Hasil : Ibu bersedia melakukan anjuran yang diberikan
12. Ajarkan kepada orang tua cara merawat bayi dan pentingnya

perawatan bayi
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia merawat bayinya.

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN


PADA BAYI S DENGAN BBLR/BCB/KMK HARI III
DI RSUD SYEKH YUSUF KAB. GOWA
TANGGAL 20 JUNI 2009

No Register : 170951
Tanggal Lahir : 18 Juni 2009 jam 07.30 wita
49

Tanggal Pengkajian : 20 Juni 2009 jam 09.30 wita


Identifikasi Data Dasar
1. Identitas Bayi
Nama : By S
Tanggal/jam : 18 Juni 2009 jam 07.30 wita
Anak ke : 1 (Pertama)
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Lambengi
2. Identitas Ibu/Ayah
Nama ibu/Ayah : Ny.S/TnR
Umur : 27 tahun/ 28 tahun
Agama : Islam/Islam
Pendidikan : SMP/SMP
Pekerjaan : IRT/Sopir
Nikah/lamanya : 1x/ 1 tahun
Alamat : Lambengi

A. Data Subjektif
1. Ibu mengatakan ASI nya sudah banyak dan bayi menetek dengan

tenang.
B. Data Objektif
1. Bayi Berat Badan Lahir Rendah hari ke III
2. Tampak pengeluaran ASI pada putting bila payudara dipencet
3. Keadaan umum baik. BB 2300 gram
4. Refleks mengisap dan menelan baik
5. Tali pusat sudah sedikit kering dan terbungkus dengan kasa steril
6. Pergerakan Aktif dan reflex menggenggam baik
7. BAB dan BAK lancar
C. Assesment
Diagnosa : Berat badan lahir rendah/bayi cukup bulan/kecil masa

kehamilan/gestasi 37 minggu 5 hari


Masalah potensial : Potensial terjadi hipotermi dan infeksi tali pusat
D. Planning
Tanggal 20 juni 2009 jam 09.30 wita
1. Mempertahankan suhu bayi agar tetap hangat
Hasil : Bayi dibedong dengan baik.
2. Melakukan pengawasan keadaan umum, perubahan tingkah

laku,warna kulit, dan ukur tanda-tanda vital.


50

Hasil : Keadaan umum bayi, tingkah laku bayi tenang, banyak

tidur, warna kulit kemerahan, reflex mengisap dan menelan bai,

tanda-tanda vital: heart rate 145 x/menit, respiration 45 x/menit

dan suhu 37oC.


3. Monitor suhu badan tiap 3 jam
Hasil : Suhu badan 37oC
4. Timbang berat badan bayi setiap hari
Hasil : Berat badan 2300 gram
5. Ganti pakaian dan popok bayi tiap kali BAB/BAK
Hasil : Popok bayi diganti sudah terganti
6. Lakukan perawatan pada bayi dengan tindakan aseptic dan

antiseptic
Hasil : Petugas telah mencuci tangan sebelum memegang bayi
7. Beri intake yang adekut sesuai kebutuhan nutrisi bayi
Hasil : Bayi telah diberikan ASI
8. Ajarkan ibu tekhnik menyusui yang benar
Hasil : Ibu mengerti dan mau menyusu bayinya
9. Anjurkan ibu menyusui bayinya sesering mungkin
Hasil : Ibu bersedia menyusui bayinya sesering mungkin
10. Rawat tali pusat setiap hari
Hasil : Tali pusat terbungkus dengan kain kasa steril
11. Anjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi

seimbang
Hasil : Ibu bersedia melakukan anjuran yang diberikan
12. Ajarkan kepada orang tua cara merawat bayi dan pentingnya

perawatan bayi
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia merawat bayinya.
51

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan kesesuaian maupun

kesenjangan antara tinjauan pustaka tentang berat badan lahir rendah

dengan hasil tinjauan kasus pada pelaksanaan asuhan kebidanan bayi

baru lahir pada bayi S Dengan Berat Lahir Rendah/BCB/KMK di

Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa tanggal 18 s/d 20 juni

2009.
Dalam pembahasan ini, penulis akan membahas berdasarkan

pendekatan asuhan kebidanan dengan 7 langkah yaitu : pengumpulan

data dasar, merumuskan diagnose/masalah actual, melaksanakan

tindakan segera dan kolaborasi, merencanakan tindakan asuhan

kebidanan, melaksanakan tindakan asuhan kebidanan dan

mengevaluasi asuhan kebidanan.


Langkah I. Pengumpulan Data Dasar
Dalam teori ditentukan bahwa tahap pengkajian merupakan

dasar asuhan kebidaanan yang vkegiatanya ditunjukkan untuk

mengumpulkan informasi mengenaai baayi S dengan kasus BERAT

BAADAN LAHIR RENDAH tentang masalah kesehatan meliputi bio,

psiko, sosial, dan spiritual dalam asuhan yang dilakukan pada bayi S

penulis tidak merasakan adaanya hambatan karenaa berkat kerja


52

sama yang baik dari orang tua/keluarga bayi,bidan, perawat, dan

dokter yang ada dirungan untuk memberikan informasi/data yang

diperoleh sesuai dengan perawatan bayi S sehingga memudahkan

dalam pengumpulan data.


Data secara subjektif tidak diperoleh dari klien, karena klien

belum mampu mengekspresikan keadaanya dengan berkomunikasi

secara verbal sehingga data yang diperoleh dari klien hanya secara

objektif.sesuai dengan konsep teori yang ada bahwa BBLR adalah

bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram.


BBLR berdasarkan pengelompokan masa kehamilan dibagi 2

golongan yaitu prematuritas murni dan dismaturitas. Dismaturitas

merupakan bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan

yang seharusnya untuk masa kehamilan atau merupakan bayi yang

kecil untuk masa kehamilannya (KMK).Dismaturdapat terjadi dalam

preterem, term, dan posterm. Dikatakan dismatur preterm jika

karakteristik sama dengan prematuritas murni diantaranya yaitu berat

badan kurang dari 2005 gram, panjang badan kurang dari 45 cm,

masa gestasi kurang dari 37 minggu dan sebagainya. Sedangkan

pada dismatur alat-alat tubuh lebih berkembang disbanding dengan

bayi premature berat badan sama.


Pada kasus bayi S data yang diperoleh menunjukkan adaanya

persamaan gambaran klinis BBLR golongan dismatur khususnya bayi

cukup bulan diantaranya : berat badan kurang dari 2005 gram, usia
53

kehamilan 37 minggu 5 hari dedan panjang badan 44 cm sehingga

ditemukan adanya kesesuaian antara teori dan fakta yang didapat

dimana bayi tersebut merupakan bayi Berat Badan Lahir Rendah

khususny bayi dengan dismaatur.


Langkah II. Identifikasi Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual

dalam menegakkan suatu diagnose atau masalah kebidanan

berdasarkan pendekatan asuhan kebidanan yang didukung dan

ditunjang oleh beberapa data, baik subjektif maupun objektif yang

diperoleh dari hasil pengkajian yang dilakukan berdasarkan data yang

diperoleh diagnose/masalah actual yang ada pada bayi S adalah

BBLR/BCB/KMK sesuai dengan konsep teori bahwa bayi cukup bulan

adalah bayi dengan masa kehamilan dari 37 minggu sampai 41

minggu 6 hari ( 259 hari sampai 293 hari), maka hal ini sesuai dengan

data yang ada yaitu hasil umur kehamilan pada waktu bayi dilahirkan

yakni penilaian dengan tingakat kematangan/tafsiran umur kehamilan

yaitu 37 minggu 5 hari menandakan bayi tersebut adalah bayi cukup

bulan (BCB). Menurut teori dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat

badan lahir kurang dari berat badan seharusnya untuk masa

kehamilan dimana bayi S lahir dengan berat badan 2200 gram

dengan masa kehamilan 37 minggu 5 hari serta gambaran klinis

seperti yang dijelaskan diatas menandakan bayi S termasuk bayi


54

dismatur atau kecil masa kehamilan dalam hal ini terdapat kesesuaian

antara fakta yang ada.


Langkah III. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial
Adapun masalah potensial yang dapat dipenuhi identifikasi pada

kasus ini adalah potensial terjadinya hipotermi dan infeksi tali pusat,

berdasarkan teori bahwa bayi berat lahir rendah mudaah mengalami

hipotermi karena pertumbuhan organ yang belum sempurna dimana

luas permukaan tubuh bayi yang relatif lebih besar dan berat badan

dengan jumlah lemak subkutan yang sedikit yang memungkinkan bayi

mudah kehilangan panas dan mengalami hipotermi dan potensial

terjadinya infeksi tali pusat, berdasarkan teori bahwa bayi berat lahir

rendah mudah diserang infeksi karena daya tahan tubuh terhadap

infeksi masih kurang sehingga relative belum sanggup membentuk

antibody serta reaksi terhadap peradangan belum baik dan ditunjang

dengan adanya luka yali pusat yang masih basah yang merupakan

media tempat masuk dan berkembang biaknya microorganism.


Potensial terjadi hipotermi dan tali pusat tetap mengacu pada

konsep dasar dan data yang ada dalam menegaakkan masalah yang

mungkin muncul pada klien bila tidak segera ditangani sehingga padaa

tahap ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan

masalah potensial yang diangkat.


Langkah IV. Melaksanakan Tindakan Segera Dan Kolaborasi
Pada system pelayanan asuhan kebidanan harus

mempersiapkan suatu asuhan segera oleh bidan dan dokter dengan


55

tindakan segera / kolaborasi berdasarkan kondisi dan status

kesehatan klien.
Pada pelaksanaan perawatan tetap sesuai dengan rencana

asuhan dan dilakukan tindakan segera / kolaborasi dengan dokter dan

petugas bangsal bayi untuk mendapatkan perawatan dan penanganan

bayi S selanjutnya aagaar tidak terjadi komplikasi.


Langkah V. Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan
Perencanaan dalam proses penyusunan suatu rencana tindakan

berdasarkan identifikasi maasalah saat sekarang, serta antisipasi

diagnosa dan masalah lain yang mungkin terjadi namun terlebih

dahulu harus dirumuskan tujuan yang akan dicapai serta criteria

keberhasilan dalam menerapkan asuhan kebidanan dengan kasus

BBLR menurut teori antara lain mempertahankan suhu tubuh dengan

ketat, mencegah infeksi dengan ketat, pengawasan nutrisi/ASI dan

penimbangan berat badan dengan ketat. Hal ini pada kenyatanya

memang direncanaakan untuk perencaanaan tindakan dengan yang

seharusnya menurut teori.


Langkah VI. Rencana Asuhan Kebidanan
Sesuai konsep kebidanan yang dikatakan oleh bidan ataupun

bekerkasama dengan tim kesehatan lainya, dan bidan harus

bertanggung jawab terhadaap tindakan langsung ataupun terhadap

tindakan konsultasi dan kolaborasi. Pada pelaksanaan asuhan

kebidanan pada bayi S penulis melaksanakan sesuai dengan

rencanaa tindakan, baik tindakan yang direncanakan pada hari I


56

maupun berikutnya, serta tindakan yang direncaanakan pada haari

berikutnya yaitu menganjurkan ibu sering menyusui bayinya secara

ondemend.
Langkah VII. Evaluasi Asuhan Kebidananproses evaluasi merupakan

tahap aakhir dari proses asuhan kebidanan. Pada tahap evaluasi ini,

penulis tidak mendapatkan permasalahan atau kesenjangaan yang

terjadi karena pada evaluasi dapat diketahui apakah rencana yang

telah dilaksanakan benar memenuhi kebutuhan klien. Kebutuhan yang

dimaksud adalah kebutuhan yang diidentifikasi pada tahap penentuan

diagnosa aataau masaalah apa yang menjadi tujuan dan rencana

tindakan dari rencaana dan tindakan yang telah dicapai. Hasil evaluasi

diagnose, masalah pada hari I belum teratasi, tetapi perawatan klien

sampai klien pulang yaitu pada hari ke tiga tetap dilakukan penulis dan

bantuan petugas kesehatan lainya serta keluarga klien.


Dalam evaluasi selama tiga hari setelah kelahiran pada asuhan

kebidaanan bayi S yang telah dilakukan untuk BBLR diperoleh hasil

yaitu pertambahan peningkatan berat badan dari 2200 gram menjadi

2300 gram, tidak ditemukan tanda-tanda infeksi, dan tanda-tanda vital

dalam batas normal yaitu suhu tubuh : 36,5-37 C,Respiration : 45 x/

menit, heart rate : 145x/menit. Dari hasil evaluasi melalui tinjauan

pustaka dengan asuhan kebidanan tidak ditemukan adanya kesenja

ngan antara teori dengan study kasus bayi S.


57

BAB V
PENUTUP

Pada bab ini penulis akan mengemukaakan beberapa

kesimpulan dan saran yang memberikan gambaaran dan informasi

tentang bayi berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu bayi dismaturitas

(BCB / KMK).
1. Kesimpulan
Setelah mempelajari tinjauan pustaka dan pengalaman langsung

dari lahan praktek Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf

Kabupaten Gowa melalui study kasus serta membandingkan antara

teori dan praktek tentang kasus bayi berat badan lahir rendah (BBLR)

dengan dismaturitas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa


1. dari beberapa pengertian BBLR, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan maturitas adalah

bayi baru lahir yang berat badan lahirnya kurang dari 2500 gram,

dimana berat badan lahirnya kurang dari berat badan yang


58

seharusnya untuk masa kehamilan dan merupakan bayi yang kecil

untuk masa kehamilanya.


2. Dari identifikasi data dasar dapat disimpulkan bahwa bayi berat

badan lahir rendah pada bayi S belum diketahui faktor penyebab

utamanya.
3. Dengan latar belakang identifikasi data dasaar ditegakkan

diagnose/masalah actual yaitu BBLR / BCB / KMK.


4. Dari latar belakang masalah actual maka ditegakkan diagnose /

masalah potensial antisipasi terjadinya hipotermi dan infeksi talin

pusat.
5. Dengan intervensi dan implementasi yang efektif dan efisien tujuan

yang ingin dicapai terlaksana, diagnose / masalah potensial sampai

klien pulang dengan keadaan umum baik.


6. Penanganan atau perawatan yang diberikan pada klien dengan

kasus BBLR disesuaikan dengaan kondisi klien serta saran

kesehatan tempat klien dirawat.


7. Asuhan kebidanan merupakan suatu metode kerja profesi

kebidanan dalam pengorganisasian rangkaian pemikiran dan

tindakan melalui langkah-langkah yang logis sehingga dapat

melakukan pengambilan keputusan demi memberikan pelayanan

kebidanan yang aman dan menyentuh yang bermanfaat bagi

kedua belah pihak yaitu klien dan pelaksana pelayanan kebidanan.


B. Saran
Adapun saran-saran penulis dikemukakan yaitu :
1. Bagi pertugas kesehatan (profesi Kebidanan)
a. Diharapkan dapat menerapkan manajemen asuhan kebidanan

dalam memberikan pelayananmasyarakat perlu ditingkatkan


59

dan dikembangkan, sehingga masalah yang terjadi pada klien

dapat teratasi serta penemuan dan penanganan komplikasi

secara dini.
b. Diharapkan petugas kesehatan dapat melakukan pengawasan

dan penanganan pada ibu hamil lebih ketat, pemeriksaan yang

akurat serta penenganan dan perawatan yang tepat pada bayi

khususnya bayi berat badan lahir rendah sesui standar

pelayanan kebidanan yang berlaku. Hal ini ditinjau dari

besarnya angka kematian bayi dengan proporsi lebih tinggi

pada berat badan lahir rendah diNegara berkembang sehingga

merupakan suatu masalah yang memerlukan perhatian khusus,

kejadian BBLR dapat disebabkan oleh faktor ibu, faaktor uterus,

dan faktor plasenta, faktor janin ataupun faktor lain yang belum

diketahui.
2. Bagi institusi
Dapat meningkatkan mutu pendidikan sehingga dapat

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pemberian

asuhan pada klien guna menghasilkan tenaga kesehatan yang

professional.
3. Baagi pemerintah
Hendaknya pemerintah meningkatkan sarana dan prasarana

pendidikan yang memadai bagi tenaga kesehatan agar dapat

memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara maksimal

sehingga menghasilkan tenaga kesehatan yang professional.


4. Bagi masyarakat
60

Diharapkan pada masyarakat untuk sedini mungkin memeriksakan

diri kepada petugas kesehatan jika mengetahui keluarganya haamil

untuk pemeriksaan antenatal yang komprehenship.

DAFTAR PUSTAKA

Akbid Syekh Yusuf Gowa, 2007, Buku Penuntun Praktikum Askeb III cara

menyusu yang benar


Anonim, http;//www.depkes.go.id.online, diakses tanggal 15 Juni 2009
Anonim, http://www.depkes.go.id/index.php.option, online. Diakses 17 Juni

2009
Anonim, http://www.yayan Akhyar israr.wordpress.com.online, Diakses 17

Juni 2009
Anonim, http://Warnetdipo.Blogspot.com/2009/05/resiko-bayi-beratlahir-

rendah.Html. Diakses tanggal 18 Juni 2009


Depkes RI, 2008, Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta
Husaini Yk, dkk. 2001, Makanan Bayi Bergizi, Gajah Mada University, Press,

Bogor
Jumiarni, Dra, dkk.2002. asuhan Keperawatan perinatal. EGC. Jakarta
61

Manuaba I.BG 2007, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga

Bencana Untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta


Mochtar, R. 1998. Sinopsis Opstetri Fisiologi dan Ptologi. Penerbit EGC.

Jakarta.
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.1998
Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa 2008
Saifuddin, Abd Bari. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal Dan Neonatal. YBPSP. Jakarta


Simatupang E, J. 2006. Penerapan Unsus-unsur Manajemen. Penerbit Buku

Awan Indah Jakarta


Surasmi, A, Handayani S. Kusuma H. N 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi.

Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta


Suryani, Dkk. 2008. Dasar-dasar Asuhan Kebidanan Komunitas Titi Publisher

Yogyakarta.
Untoro, Rachmi. 2007. Manajemen Bayi Berat Badan Lahir Rendah. Depkes

RI, Sulawesi Selatan.


Varney, Helen. 2002 Buku Saku Bidan. EGC. Jakarta
Wignojosastro, Hanifal. 2006. Ilmu Kebidanan. Edisi III Cetakan ke 8 YBPSP.

Jakarta.

Lampiran 1
SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Topik : Pentingnya pemberian ASI bagi bayi dan

Teknik Manusia Yang Benar.


62

2. Waktu/Tempat : Senin, 18-20 April 2009/ RS Umum Daerah

Syeckh Yusuf Kabupaten Gowa


3. Sasaran : Ibu Menyusui
4. Tujuan Umum : Pada Akhir Penyuluhan Klien Mengerti serta

memahami pemtingnya Pemberian ASI dan Teknik Menyusui Yang

Benar
5. Tujuan Khusus : Ibu dapat menyebutkan dan menguraikan serta

melaksanakan teknik menyusui yang benar.


6. Metode : Ceramah dan Diskusi
7. Alat Dan Bahan : Gambar
8. Pembimbing : Halimah Chaeruddin, Am.Keb, Skm
9. Referensi :
a. Depkes RI, 2008, Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta.
b. Husaini YK Dkk, 2001, Makanan Bayi Bergizi, Gajahmada

University Press Bogor


c. AKBID, 2007, Buku Penuntun Praktikum ASKEB III, Teknik

Menyusui yang Benar


PENTINGYA ASI BAGI BAYI

Bayi sangat membutuhkan ASI untuk pertumbuhan dan

perkembanganya. ASI sebagai makanan yang terbaik untuk bayi,

merupakan pembagian Tuhan yang tidak dapat ditiru oleh para ahli dalam

bidang pembuatan makanan bayi.


ASI mengandung nutrient yang cukup dan nilai nutrisi / biologinya

tinggi. Jumlah produksi ASI sangat dipengaruhi oleh diet ibu.


A. Keuntungan Pemberian ASI yaitu
1. Steril, aman dari pencernaan kuman
2. Silalu tersedia dengan suhu yang optimal
3. Mengandung zat antibody yang melindungi bayi terhadap

infeksi
4. Bahaya alergi tidak ada
5. Hemat waktu dan uang
63

B. Keuntungan Menyusui yaitu


1. Terjadi hubungan yang lebih erat antara bayi dan ibunya karena

secara alami dengan adanya kontak kulit, bayi merasa aman.

Hal ini sangat penting bagi perkenbangan psikis dan emosi dari

bayi.
2. Dengan menyusui menyebabkan uterus berkontraksi sehingga

pengembalian uterus ke keadaan sebelum hamil lebih cepat.


3. Dengan menyusui akan mengurangi kemungkinan menderita

kanker payudaraa pada masa mendatang.


4. Dengan menyusui kesuburan ibu akan berkurang untuk

beberapa bulan ( membantu keluarga berencana )


C. Zat Gizi pada ASI
ASI mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan

mineral yang sangat dibutuhkan oleh bayi, selain itu ASI juga

mengandung zat untuk pertumbuhan otak dan antibody.


D. Sumber Makanan Yang Dapat Menambah Produksi ASI
1. Sumber kalori : beras, roti, kentang, mie dan bihun.
2. sumber protein : susu, telur, daging dan hati
3. Sumber vitamin dan mineral : sayuran yang berwarna

hijau/kuning dan buah-buahan yang dagingnya berwarna

merah/kuning.
E. Makanan yang dibatasi untuk ibu menyusui
1. Bahan makanan yang merangsang : cabe, merica, jahe

karena dapat menyebabkan bayi mencret.


2. Makanan yang dapat menimbulkan kembung : ubi, singkong,

kol, sawi dan daun bawang.


3. Makanan yang manis-manis atau berlemak karena bias

menyebabkan ibu menjadi gemuk.

TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR


64

1. Aturan umum menyusui


a. Mulailah segera setelah lahir
b. Beri ASI setiap bayi membutuhkan, artinya jika ia lapar

dengan tanda-tanda menangis atau gelisah


c. Terus susui sampai 4-6 bulan sampai bayi membutuhkan

makanan tambahan.
2. Teknik menyusui yang benar
Cara menyusui dengn sikap duduk
a. Duduk dengan posisi santai dan tegak
b. Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi

ditidurkan diatas pangkuan ibu dengan cara kepala bayi

berada pada siku bagian dalam lengan kiri, hadapkan baayi

kepada bayi, letakkan lengan kanan bayi diseputar punggung

ibu dan tangan kiri ibu memegang bokong bayi ( bila dimulai

dengan payudara kiri)


c. Putting susu dan sekitarnya dibersihkan dengan kapas basah
d. Tangan kanan menyangga payudara kiri dengan keempat jari

ibu jari menekan payudara bagian atas areola


e. Sentuhlah mulut bayi dengan putting payudara, tunggu

sampai mulut bayi membuka lebar


f. Masukkan secepatnya seluruh putting payudara sampai

areola kedalam mulut bayi hingga terletak antara lidah dan

langit-langit
g. Dekaplah bayi ketubuh dengan organ kiri hingga ujung hidung

bayi menyentuh payudara, tekanlah sedikit payudara bagian

atas dengan tangan kanan hingga hidung bayi tidak tertutup

dan bayi dapat bernafas dengan baik.


65

h. Bila bayi selesai menetek, untuk melepaskan jangan sekali-kali

menarik putting susu begitu saja tetapi denagn cara tekanlah

dagu bayi atau pijatlah hidungnya atau paling baik dengan

kelingking ibu yang bersih masukkan kedalam sudut mulut

bayi.
i. Sebelum diletakkan pada payudara sebelah lagi, sendawakan

dahulu bayi agar tidak muntah dengan cara sebagai berikut :


1. Bayi digendong agak tinggi, bersandar pada pundak ibu,

perut bayi dirapatkan kedada kiri ibu, sedangkan dagunya

menempel di bahu ibu, punggung bayi ditepuk-tepuk

perlahan sampai bersendawa.


2. Dengan caara menulungkupkan bayi diatas pangkuan ibu,

lalu diusap-usap punggung bayi sampai bayi bersendawa.


j.Setiap kali menetek sebaiknyaa diletakkan pada kedua

payudara yang terakhir diberikan tadi, lamanya menyusukan

untuk payudara pertama kira-kira 10 menit dan payudara kedua

selama 20 menit.
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu menetekkan bayi
a. Susuilah bayi segera setelah lahir
b. Berilah bayi ASI saja pada bulan pertama dan keempat
c. Ibu yang menyusui sebaikny makan makanan yang bergizi

tinggi dan minum kurang lebih 8-12 gelas per hari.


d. Ibu harus beristirahat yang cukup.
e. Susuilah bayi dengan santai dan penuh kasih saying
f. Jagalah kebersihan, gunakan pakaian yang longgar dan

tidak kaku serta gunakan BH yang khusus menyusui.


66

Anda mungkin juga menyukai