Anda di halaman 1dari 10

PERCOBAAN II

PEMISAHAN KOLESTROL DARI KUNING TELUR

I. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar kolestrol total
dalam kuning telur.

II. Dasar Teori


Kolesterol merupakan steroid hewani yang terdapat paling meluas dan dan
dijumpai dalam hampir semua jaringan hewan. Batu kandung empedu dan kuning
telur merupakan sumber yang kaya akan senyawa ini. Kolesterol merupakan zat
antara yang diperlukan dalam biosintesis hormon steroid. Kolesterol dapat disintesis
dari asetil koenzim A. kadar kolesterol yang tinggi dalam darah dikaitkan dengan
arteriesklerosis (pengerasan pembuluh darah) yaitu suatu keadaan dimana kolesterol
dan lipid-lipid lain melapisi dinding dalam pembuluh darah (Fessenden, 2009: 425).

Karena tidak larut dalam darah, maka kolesterol ditransportasikan dalam


sistem sirkulasi lipoprotein. Ada beberapa jenis lipoprotein di dalam darah dari
ukuran besar hingga yang berukuran paling kecil: chylomicrons, very low density
lipoprotein (VLDL), intermediate density lipoprotein (IDL), low density lipoprotein
(LDL), dan high density lipoprotein (HDL) (Sudarma, 2009: 85).
Selain itu ia juga berperan penting dalam produksi hormon seks, vitamin D,
serta untuk fungsi otak dan saraf. Manusia rata-rata membutuhkan 1.100 miligram
kolesterol per hari untuk memelihara dinding sel dan fungsi fisiologis lain. Kolesterol
yang terdapat dalam tubuh manusia berasal dari dua sumber utama yaitu dari
makanan yang dikonsumsi dan dari pembentukan oleh hati. Kolesterol yang berasal
dari makanan terutama terdapat pada daging, unggas, ikan, dan produk olahan susu.
Jeroan daging seperti hati sangat tinggi kandungan kolesterolnya, sedangkan
makanan yang berasal dari tumbuhan justru tidak mengandung kolesterol sama sekali
(Akang, 2009).
Sedikitnya lebih dari separuh jumlah kolesterol dalam tubuh berasal dari
sintesis (sekitar 700 mg/hari), dan sisanya berasal dari makanan sehari-hari. Pada
manusia, hati menghasilkan kurang lebih 10% dari total sintesis, sementara usus
sekitar 10% lainnya. Pada hakekatnya semua jaringan yang mengandung sel-sel
berinti mampu mensintesis kolesterol. Fraksi mikrosomal (reticulum endoplasma)
dan sitosol sel terutama bertanggung jawab atas sintesis kolesterol. Biosintesis
kolesterol dapat dibagi menjadi 5 tahap yaitu, (1) Mevalonat yang merupakan
senyawa enam karbon disintesis dari asetil KoA, (2) Unit isoprenoid dibentuk dari
mevalonat dengan menghilangkan CO2, (3) Enam unit isoprenoid mengadakan
kondensasi untuk membentuk intermediet, skualen, (4) Skualen mengalami siklisasi
untuk menghasilkan senyawa steroid induk, yaitu lanosterol, (5) Kolesterol dibentuk
dari lanosterol setelah melewati beberapa tahap lebih lanjut, termasuk menghilangnya
tiga gugus metil (Murai, dkk, 2003).
Adanya kolestesterol dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa reaksi
warna. Salah satu diantaranya ialah reaksi salkowski. Apabila kolesterol dilarutkan
dalam kloroform dan larutan ini dituangkan di atas larutan asam sulfat pekat dengan
hati-hati, maka bagian asam berwarna kekuningan dengan fluoresensi hijau bila
dikenai cahaya. Bagian kloroform akan berwarna biru yang berubah menjadi merah
dan ungu. Larutan kolesterol dalam kloroform bila ditambahkan anhidrida asam
asetat dan asam sulfat pekat, maka larutan tersebut yang mula-mula akan berwarna
merah kemudian menjadi biru dan hijau. Ini disebut reaksi Lieberman Burchard.
Warna hijau yang terjadi ternyata sebanding dengan konsentrasi kolesterol.
Karenanya reaksi Lieberman Burchard dapat digunakan untuk menentukan kolesterol
secara kuantitatif. Dalam darah manusia normal terdapat antara 150-200 miligram
tiap 100 ml darah (Poedjadi, 2007: 75-76).

III.Alat dan Bahan

Alat 2. Kuning telur bebek


1. Blender 3. Aseton
2. Batang pengaduk 4. Kertas saring
3. Neraca digital 5. Etanol absolut
4. Corong 6. Aluminiumfoil
5. Gelas kimia 7. tissue
6. Gelas ukur
7. Penangas air
8. Peralatan evaporator
9. Stopwatch

10. Pipet tetes
11. Aquadest
12. Desikator
13. Kaca arloji
14. Spatula
15. Wadah
Bahan
1. Kuning telur ayam ras

IV. Prosedur Kerja


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Memisahkan kuning dan putih telur ayam ras kedalam wadah yang berbeda.
3. Memasukkan sebanyak 50 gram kuning telur dan 200 mL aseton kedalam
gelas kimia.
4. Memblender campuran larutan tersebut selama 1 menit.
5. Mengaduk larutan yang telah di blender selama 10 menit.
6. Menyaring larutan tersebut dengan menggunakan kertas saring.
7. Pada residu, memasukkan 100 mL aseton dan memblender campuran
tersebut selama 1 menit.
8. Mengaduk campuran larutan tersebut selama 10 menit.
9. Menyaring larutan tersebut dengan menggunakan kertas saring.
10. Memasukkan filtrat yang telah dihasilkan kedalam labu destilasi.
11. Menambahkan etanol panas pada kolesterol hasil destilasi, kemudian
menyaringnya dengan menggunakan kertas saring.
12. Mengeringkan residu hasil penyaringan dan menimbang residu tersebut
dengan menggunakan neraca digital.
13. Mencatat hasil yang diperoleh kedalam tabel hasil pengamatan.
14. Mengulangi langkah 2-13 untuk telur bebek.










V. Hasil Pengamatan

Perlakuan Hasil Pengamatan


No
Telur Bebek
a. 50 gram kuning telur + 200 a. Larutan berwarna kuning dan terdapat
1.
mL aseton + memblender endapan kuning pucat

selama 1 menit
b. Perlakuan (a) diaduk selama b. Larutan berwarna kuning keruh dan

10 menit terdapat endapan kuning pucat


c. Perlakuan (b) disaring c. Filtrat berwarna kuning bening dan
residu berwarna kuning pucat
d. Untuk residu pada perlakuan d. Larutan berwarna kuning keruh dan
(c) + 100 mL aseton + terdapat endapan

memblender selama 1 menit
e. Perlakuan (d) diaduk selama e. Larutankuning keruh dan terdapat
10 menit endapan putih
f. Perlakuan (e) disaring f. Filtrat berwarna kuning keruh dan
residu berwarna kuning pucat
g. Filtrat pada perlakuan (f) g. Larutan terpisah menjadi aseton dan
didestilasi menggunakan kolestrol

alat evaporator
h. Kolestrol pada perlakuan (g) h. Kolestrol larut, larutan berwarna
+ etanol panas orange.
i. Perlakuan (h) disaring i. Filtrat dan residu
j. Residu pada perlakuan (i) j. Padatan kuning
Massa = 0,81 gram
dikeringkan + menimbang
Telur Ayam Ras
a. 50 gram kuning telur + 200 a. Larutan berwarna kuning dan terdapat
2.
mL aseton + memblender endapan kuning pucat

selama 1 menit
b. Perlakuan (a) diaduk selama b. Larutan berwarna kuning keruh dan
10 menit terdapat endapan
c. Perlakuan (b) disaring c. Filtrat berwarna kuning bening dan
residu berwarna kuning pucat
d. Residu pada perlakuan (c) + d. Larutan kuning keruh dan
100 mL aseton + endapankuning pucat

memblender selama 1 menit e. Larutan kuning keruh dan terdapat
e. Perlakuan (d) diaduk selama
endapan
10 menit f. Filtrat kuning keruh dan residu kuning
f. Perlakuan (e) disaring
pucat

g. Larutan terpisah menjadi aseton dan
g. Filtrat pada perlakuan (f)
kolestrol
didestilasi menggunakan

alat evaporator
h. Kolestrol pada perlakuan (g) h. Kolestrol larut dan larutan berwarna
+ etanol panas orange.
i. Perlakuan (h) dipanaskan i. Endapan kolestrol berwarna orange
sampai etanol mengendap +
didinginkan didalam
desikator
j. Perlakuan (i) ditimbang
j. Massa = 1, 33 gram






VI. Pembahasan
Kolesterol adalah lemak berwarna kekuningan berbentuk seperti lilin
yang diproduksi oleh tubuh manusia, terutama di dalam otak, jaringan syaraf, cairan
empedu dan darah. Kolesterol atau yang disebut juga dengan lemak tak jenuh
merupakan substansi seperti lilin yang warnanya putih yang terdapat pada seluruh
produk binatang (contoh : daging, produk susu dan telur). kolesteorol berfungsi untuk
membangun dinding sel dan juga untuk membuat hormon-hormon tertentu.
Sebenarnya tubuh manusia sudah bisa menghasilkan kolesterol sendiri, namun karena
manusia mengkonsumsi makan-makanan yang mengandung lemak sehingga
menyebabkan seseorang kadar lemak dalam tubuhnya sangat berlebih (Fessenden,
2009: 425).
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan kadar kolesterol
total dalam kuning telur ayam dan kuning telur bebek (Tim Penyusun, 2017).
Pada percobaan ini pemisahan kolesterol pada kuning telur digunakan
larutan aseton dan etanol absolut serta proses pemisahan dilakukan dengan
menggunakan evaporator. Pelarut yang digunakan yaitu aseton karena lebih aman
bagi kesehatan dibandingkan pelarut-pelarut yang lain, dimana aseton memiliki
toksisitas yang lebih rendah (1000 ppm) dibandingkan pelarut benzena (8 ppm),
kloroform (10 ppm) dan toluena (200 ppm). Metode yang digunakan pada percobaan
ini yaitu menggunakan metode destilasi.
Destilasi merupakan suatu proses pemisahan dua atau lebih komponen
zat cair berdasarkan pada titik didih. Secara sederhana destilasi dilakukan dengan
memanaskan atau menguapkan zat cair lalu uap tersebut didinginkan kembali agar
menjadi cairan dengan bantuan kondensor. Dalam proses destilasi, suatu metode
pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap
(volatilitas) bahan, dalam destilasi, campuran zat dididihkan sehingga menguap dan
uap ini kemudian didinginkan kembali kedalam bentuk cairan, zat yang memiliki titik
didh rendah akan menguap lebih dulu.

Destilasi dilaksanakan dalam praktek menurut salah satu atau lebih
metode utama. Metode pertama didasarkan atas pembuatan uap dengan mendidihkan
campuran zat cair yang akan dipisahkan dan mengembunkan (kondensasi) uap tanpa
ada zat cair yang kembali kedalam bejana didih. Metode kedua didasarkan atas
pengembalian sebagian dari kondensat ke bejana didih dalam suatu kondisi tertentu,
sehingga zat cair yang dikembalikan ini mengalami kontak akrab dengan uap yang
mengalir keatas menuju kondensor.
Perlakuan pertama yang dilakukan pada percobaan ini memisahkan
kuning dan putih telur bebek kedalam wadah yang berbeda. Kemudian menambahkan
aseton kedalam kuning telur yang telah dipisahkan. Fungsi penambahan aseton yaitu
selain sebagai larutan pengekstrak juga sebagai pelarut yang akan memberikan
perbedaan titik didih terhadap sampel yang akan di pisahkan didalam labu destilasi.
Selanjutnya larutan diblender selama kurang lebih 1 menit. Pemblenderan dilakukan
agar sampel menjadi lebih hancur sehingga proses ekstraksi (pemisahan) terjadi
dalam proses yang cepat, dan sampel yang hancur memiliki luas permukaan yang
lebih besar sehingga akan lebih mudah bagi pelarut untuk menarik komponen-
komponen tertentu dari sampel. Hasil yang diperoleh yaitu larutan berwarna kuning
dan terdapat endapan berwarna kuning pucat. Perlakuan berikutnya yaitu mengaduk
larutan tersebut selama 10 menit. Pengadukan ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya endapan. Selanjutnya menyaring larutan dengan menggunakan kertas
saring sehingga dihasilkan residu dan filtrat. Residu yang diperoleh dari proses
penyaringan kemudian ditambahkan dengan 100 mL aseton yang bertujuan agar hasil
yang diperoleh pada proses ekstraksi (pemisahan) menjadi lebih murni dan diblender
lagi selama 1 menit. Kemudian dilakukan pengadukan selama 10 menit. Kemudian
menyaring campuran larutan tersebut. Filtrat yang dihasilkan pada penyaringan ini
kemudian dimasukkan kedalam labu destilat.
Metode destilasi digunakan karena memiliki nilai tambah tersendiri
yaitu karena dapat menghasilkan destilat yang dapat digunakan kembali sebagai
pelarut (aseton). Destilasi digunakan untuk memurnikan zat cair yang didasarkan atas
perbedaan titik didih cairan. Pada proses ini cairan berubah menjadi uap. Uap ini
adalah zat murni. Kemudian uap ini didinginkan. Pada pendinginan ini, uap akan
mengembun menjadi cairan murni yang disebut destilat. Destilat dapat digunakan
untuk memperoleh pelarut murni dari larutan yang mengandung zat terlarut.
Perlakuan selanjutnya, pada kolesterol yang telah terpisah dari aseton
selanjutnya ditambahkan dengan etanol panas. Karena etanol merupakan senyawa
polar, maka pelarut ini digunakan dengan tujuan agar apabila ada senyawa yang
belum dapat larut dengan pelarut-pelarut sebelumnya maka dapat diekstrak dengan
etanol. Sehingga diharapkan tidak ada lagi senyawa-senyawa yang tertinggal dalam
lipid (kolesterol) tersebut. Selanjutnya untuk mendapatkan residunya maka larutan
disaring menggunakan kertas saring. Residu yang dihasilkan kemudian dikeringkan
dan ditimbang menggunakan neraca digital.
Untuk telur ayam ras, perlakuan yang diberikan sama dengan pada
telur bebek kecuali pada saat ditambahkan etanol panas maka selanjutnya larutan
tersebut dipanaskan sampai etanol menguap dan didinginkan menggunakan alat
desikator kemudian dilakukan proses penimbangan. Desikator adalah alat pengering
yang dibawahnya terdapat zat (desikan) untuk mengikat air. Desikator berfungsi
sebagai tempat penyimpanan bahan yang mudah terpengaruh oleh kelembapan dan
sebagai tempat untuk mendinginkan atau mengeringkan alat atau bahan. Oleh sebab
itu, alat ini dapat juga digunakan untuk mengeringkan larutan agar diharapkan tidak
ada lagi senyawa lain yang tertinggal dalam kolesterol tersebut.
Hasil yang diperoleh yaitu kadar kolesterol total kuning telut bebek
sebanyak 0,81 gram dan kadar kolesterol total dalam kuning telur ayam ras sebanyak
1,33 gram. Akan tetapi, hasil yang diperoleh ini tidak sesuai dengan literatur dimana
kuning telur bebek seharusnya memiliki kandungan kolesterol yang lebih besar
daripada kuning telur ayam. Hal ini dibuktikan bahwa ukuran telur bebek lebih besar
dibandingkan telur ayam. Yang mana berarti bahwa ukuran kuning telur yang terdapat
pada telur bebek tentunya lebih besar daripada telur ayam. Ukuran kuning telur yang
lebih besar menandakan bahwa kolesterol yang terkandung pada telur bebek lebih
tinggi daripada telur ayam. Jumlahnya saja pada setiap 100 gram telur bebek
mengandung sekitar 884 mg kolesterol sementara pada setiap 100 gram telur ayam
jumlah kandungan kolesterolnya hampir mencapai setengah kandungan dari telur
bebek, yaitu hanya 425 mg.

VII. Kesimpulan

Untuk menetukan kadar kolestrol dapat ditentukan dengan


menambahkan aseton pada sampel kemudian didestilasi. Lalu, menambahkan etanol
absolut akibatnya, molekul-molekul kolestrol beragreregasi satu sama lain sehingga
mengendap. Sehingga, kesimpulan yang dapat diambil pada percobaan ini yaitu kadar
kolestrol total kuning telur bebek = 0,81 gram dan kadar kolstrol dalam kuning telur
ayam ras = 1,33 gram.

VIII. Daftar Pustaka


Akang. 2009. Si Baik dan Si Jahat Itu Bernama Kolesterol. http://aa-
kolesterol.blogspot.com/2009/12/si-jahat-dan-si-baik-itu-bernama_06.html
[24-03-17].
Fessenden, Ralp J. dan Joan S. Fessenden. 2009. Kimia Organik Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Murray, Robert K. 2003. Biokimia Harper. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Poedjadi, Anna dan F. M. Supriyanti. 2007. Dasar-Dasar biokimia. Jakarta:
UI Press.
Sudarma, I Made. 2009. Kimia Bahan Alam. Mataram: FMIPA Press.
Tim Penyusun. 2017. Penuntun Praktikum Biokimia Lanjut. Palu : Untad

Anda mungkin juga menyukai