PERCOBAAN I
REKRISTALISASI
I. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mempelajari pemurnian
suatu senyawa melalui proses rekristalisasi.
V. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh pada percobaan ini adalah
sebagai berikut :
a. Garam Biasa
b. Garam Rangkap
c. Garam Kompleks
20,255 gram
= 31,99 gram x 100 %
= 63,32 %
7,5 gram
= 436,161 g /mol
= 0,07 mol
Massa NH3 =xV
= 0,91 g/mol x 11,25
= 10,24 g
massa
Mol NH3 = Mr
10,24 gram
= 17 g /mol
= 0,602 mol
11,465 gram
= 7,347 gram x 100 %
= 156,05 %
VIII. Pembahasan
Rekristalisasi merupakan satu dari metode yang paling ampuh untuk
pemurnian zat padat, didasarkan atas perbedaan antara kelarutan zat yang
diinginkan dan kotorannya. Dalam rekristalisasi, sebuah larutan mulai
mengendapkan sebuah senyawa bila larutan tersebut mencapai titik jenuhnya
terhadap senyawa tersebut. Dalam pelarutan, pelarut menyerang zat padat dan
mensolvatasinya pada tingkat partikel individual (Oxtorby, 2001).
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari pemurnian suatu
senyawa melalui proses rekristalisasi (Tim Penyusun, 2016).
Prinsip percobaan rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang
akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur/pencemarnya. Larutan yang
terjadi dipisahkan satu sama lain, kemudian larutan zat yang diinginkan
dikristalkan dengan cara menjenuhkannya. Rekristalisasi adalah metode yang
paling penting untuk pemurnian sebab kemudahannya (tidak perlu alat khusus)
dan karena keefektifannya.
Pemurnian padatan dalam percobaan ini dengan perlakuan yang berbeda
akan menghasilkan tiga garam yang berbeda yaitu garam biasa, garam rangkap,
dan garam kompleks.
a. Garam Biasa
Langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang 2 gram kristal
CuSO4.5H2O yang kemudian dimasukkan dalam gelas kimia yang bersih.
Selanjutnya, panaskan air destilat sebanyak 40 ml, sampai hampir mendidih.
Kemudian air panas tersebut dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi kristal
CuSO4.5H2O sampai larutan jenuh dan warna larutannya adalah biru muda.
Adapun tujuan penambahan air panas yaitu untuk mempercepat proses pelarutan
kristal CuSO4.5H2O.
Larutan tersebut dibiarkan menjadi dingin pada temperatur kamar sampai
terbentuk kristal dan dibiarkan selama 1 minggu. Setelah didiamkan selama
bebepara malam larutannya tetap berwarna biru muda dan tidak terbentuk
endapan. Hal ini sebabkan karena adanya beberapa faktor yang
mempengaruhinya, diantaranya :
Penimbangan yang kurang teliti
Pelarutan yang kurang teliti
Pemanasan yang kurang teliti
Penimbangan kembali yang kurang teliti
Selanjutnya menyaring larutan tersebut sehingga diperoleh filtrat dan
residu. Kemudian residu di keringkan dan ditimbang dengan menggunakan neraca
digital sehingga dihasilkan massa sebesar 0,92 gram.
b. Garam Rangkap
Dalam larutan, garam rangkap merupakan campuran dari beberapa ion
sederhana yang akan mengion jika dilarutkan lagi. Semua garam-garam tersebut
terbentuk melalui pencampuran (larutan pekat panas dari komponen sulfat), lalu
didinginkan. Proses pembentukan dari garam rangkap terjadi apabila dua garam
mengkristal bersama-sama dengan perbandingan molekul tertentu, dimana
perbandingannya 1 : 1.
Garam rangkap ini dibuat dengan menambahkan padatan CuSO45H2O
kedalam amonia pekat dan aquades. Pencampuran ini menghasilkan larutan yang
berwarna biru keruh. Warna biru keruh tersebut terjadi sebagai akibat campuran
yang kurang sempurna (heterogen). Setelah itu, larutan tersebut dipanaskan dan
diuapkan sampai 40 mL sehingga menyebabkan kekeruhan yang terbentuk
berangsur-angsur hilang dan membentuk larutan homogen berwarna biru. Air
mempunyai momen dipol yang besar dan ditarik baik ke kation maupun anion
untuk membentuk ion terhidrasi. Dari sifatnya tersebut maka digunakannya
pelarut air karena kedua garam yang bereksi dapat larut dalam air dan tetap berupa
satu spesies ion. Kebanyakan garam anorganik lebih dapat larut dalam air murni
daripada dalam pelarut organik. Penguapan yang dilakukan agar pembentukan
kristal lebih mudah, karena kelebihan air akan menyebabkan pembentukan kristal
kurang maksimal.
Selanjutnya mendiamkan larutan tersebut selama 1 minggu dengan hasil
yang diperoleh adalah terbentuk kristal garam pada larutan. Hasil yang diperoleh
dari proses penyaringan dan pengeringan adalah terbentuk kristal berwarna biru
muda dan diperoleh hasil setelah penimbangan adalah 20,255 gram. Dari hasil
perhitungan maka diperoleh persen rendemen sebesar 63,32%.
Dari data tersebut di atas terlihat bahwa kristal yang terbentuk kurang
maksimal. Hal ini disebabkan kurangnya ketelitian dalam melakukan percobaan.
Seperti pada saat melakukan penimbangan yang kurang teliti.
c. Garam kompleks
Garam kompleks adalah garam yang mengandung ion-ion kompleks atau
dikenal sebagai garam koordinasi. Garam kompleks dibuat dengan mereaksikan
antara CuSO4 yang berwarna biru yang telah digerus dengan NH 3 pekat yang telah
diencerkan dengan aquades yang berupa larutan bening. Tujuan dari penggerusan
adalah untuk mempermudah proses pelarutan CuSO4 kedalam air dan amoniak.
Dari campuran tersebut dihasilkan warna larutan yang berwarna biru tua. Reaksi
antara senyawa ini menyebabkan timbulnya gas yang menyengat. Bau menyengat
tersebut berasal dari larutan amoniak pekat.
Setelah semua CuSO4 larut kemudian ditambahkan dengan etanol secara
hati-hati melewati dinding gelas kimia. Di gunakan etanol atau disebut juga etil
alkohol karena merupakan pelarut yang baik untuk senyawa ionik karena tetapan
dielektrik rendah dan mengurangi energi solvasi ion-ion. Etanol tergolong sebagai
pelarut yang mudah menguap, sama halnya dengan sifat alkohol lainnya. Oleh
karena itu, pada percobaan ini setelah penambahan etanol langsung dilakukan
penutupan gelas kimia menggunakan gelas arloji untuk mengurangi penguapan
selama pembentukan kristal. Sama halnya dengan pembentukan garam rangkap,
proses pembentukan garam tersebut sangat lambat sehingga larutan ini didiamkan
selama 7 hari dengan tujuan agar pembentukan kristal dapat terjadi secara lebih
sempurna.
Setelah didiamkan, terbentuk garam yang terbentuk kemudian disaring lalu
dicuci dengan amoniak dan etanol. Pencucian ini dilakukan untuk memurnikannya
dari pengotor-pengotor yang tidak diinginkan yang mungkin saja terdapat dalam
garam yang terbentuk pada saat dilakukan penyaringan. Pemisahan molekul air
dari tumpukan kristal garam kompleks ini tidak terjadi dengan baik, masih banyak
molekul air yang menempel pada kristal-kristal tersebut pada saat penyaringan,
sehingga dilakukan pengeringan terhadap sampel yang dihasilkan untuk
mengurangi molekul air yang terdapat pada kristal. Setelah endapan dikeringkan
didapatkan massa kristal garam kompleks sebesar 11,465 gram dengan rendemen
sebesar 156,05%.
Garam rangkap adalah suatu garam yang terbentuk lewat kristalisasi dari
larutan campuran sejumlah ekivalen dua atau lebih garam tertentu. Garam-garam
itu memiliki struktur tersendiri dan tidak harus sama dengan struktur garam
komponennya. Kristal-kristalnya biasanya berbentuk oktahedral. Sedangkan
garam kompleks adalah garam-garam yang mengandung ion-ion kompleks
dikenal sebagai senyawa koordinasi. Garam rangkap dalam larutan akan
terionisasi menjadi ion-ion komponennya. Garam kompleks berbeda dengan
garam rangkap. Salah satu tipe reaksi kimia yang dapat merupakan dasar
penetapan titrimetri, mencakup pembentukan kompleks atau ion kompleks yang
larut namun sedikit sekali terdisosiasi.
Ditinjau dari zat penyusunnya, baik warna maupun bentuk kristal. Garam
yang terbentuk memiliki perbedaan dengan zat penyusunnya. Seperti warna garam
rangkap yang terbentuk adalah biru, sedangkan warna penyusunnya seperti
CuSO4 yang berwarna biru muda dan (NH 4)2SO4 yang berwarna putih dan garam
rangkap yang terbentuk memiliki kristal yang agak besar bila dibandingkan
dengan penyusunnya yang memiliki bentuk kristal yang halus. Sedangkan pada
pembuatan garam kompleks warna garam yang terbentuk adalah biru tua dengan
struktur kristal yang sangat halus. Bahkan sangat halus bila dibandingkan dengan
zat penyusunnya.
Dari ketiga percobaan di atas, semua dilakukan dengan proses
pengkristalan kembali untuk memperoleh kristal yang lebih murni atau disebit
rekristalisasi. Dengan tahap-tahap yaitu penimbangan, pelarutan, pemanasan,
pengeringan dan penimbangan kembali.
IX. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan yang dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa berat kristal yang diperoleh pada tiap perlakuan yaitu :
a. Pada pembuatan garam biasa CuSO5H2O dengan berat kristal sebesar
0,92 gram.
b. Pada pembuatan garam rangkap CuSO4 (NH4)2SO46H2O dengan berat
kristal sebesar 20,255 gram dengan persen rendemen 63,32%.
c. Pada pembuatan garam kompleks Cu(NH3)4SO4H2O dengan berat kristal
sebesar 11,465 gram dengan persen rendemen 156,05%.
X.Daftar Pustaka
Brady, E. J. (1994). Kimia Universitas. Jakarta : Erlangga.
Humphreys. (1995). Recrystallization and Related Annealing Phenomena,
Edisi Kedua, The Boulevard Langford Line, Oxford.
Khopkhar, S. M. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.
Kotz. (2006). Chemistry and Chemical Reactivity, Seventh Edition, Belmont,
USA.
Oxtorby, D.W. (2001). Prinsip-Prinsip Kimia Modern, Edisi Keempat.
Jakarta: Erlangga.
Setyopratomo, dkk. (2013). Studi Eksperimental Pemurnian Garam NaCl
dengan Cara Rekristalisasi, Jurnal Teknik Kimia Unitas, Vol 11, No 2,
Hal 17-23.
Tim Penyusun. (2016). Penuntun Praktikum Kimia Anorganik Fisik. Palu :
Untad.