Hormon Paratiroid
Hormon Paratiroid
Disusun oleh :
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2011
HORMON PARATIROID
A. Kelenjar Paratiroid
Glandula paratiroid pertama kali ditemukan pada tahun 1849 dalam seekor
badak india bercula satu oleh Sir Richard Owen, Kepala Museum Hunterian.
Sebenarnya laporan singkat owen diabaikan. Kemudian Gley dalam tahun 1891
menemukan kembali glandula paratiroid dan membuat observasi bahwa eksisinya
menyebabkan tetani dalam hewan percobaan dan penemuannya mempunyai dampak
bedah yang penting. Biasanya terdapat dua kelenjar paratiroid pada tiap sisi (superior
dan inferior) sehingga total didapatkan ada 4 kelenjar paratiroid. Akan tetapi, jumlah
kelenjar paratiroid dapat bervariasi , yaitu dijumpai lebih atau kurang dari empat
buah. Kelenjar paratiroid berwarna kuning-coklat, dengan bentuk yang bermacam-
macam dan berukuran kurang lebih 3 x 3 x 2 mm, beratnya 100 mg. 1
Kelenjar Paratiroid mengeluarkan hormon paratiroid. Hormon paratiroid adalah suatu
hormon peptida yang disekresikan oleh kelenjar paratiroid, yaitu empat kelenjar kecil
yang terletak di permukaan belakang kelenjar tiroid, satu di setiap sudut.
Apabila Hormon paratiroid sama sekali tidak tersedia, dalam beberapa hari individu
yang bersangkutan akan meninggal, biasanya akibat asfiksia yang ditimbulkan oleh
spasme hipokalsemik otot-otot pernapasan. Melalui efeknya pada tulang, ginjal, dan
usus hormon paratiroid meningkatkan kadar kalsium plasma apabila kadar elektrolit
ini mulai turun sehingga hipokalsemia dan berbagai efeknya secara normal dapat
dihindari. Kelainan kelenjar paratiroid ditandai dengan peningkatan atau penurunan
fungsi. Hipoparatiroidi dapat disebabkan oleh defisiensi hormon paratiroid,
berkurangnya pembentukan hormon paratiroid, atau ketidakmampuan jaringan untuk
bereaksi terhadap hormon paratiroid. Sedangkan hiperparatiroidi paling sering oleh
kausa adenoma paratiroid dan hiperplasia paratiroid.
Gambar 1. Kelenjar Paratiroid
B. EMBRIOLOGI
C. ANATOMI
Apabila terjadi pembesaran dari glandula superior maka akan turun mengikuti
gravitasi disekitar atau ke cabang trakeoesofagal dan dapat berada di inferior dari
glandula paratiroid inferior. Kelenjar paratiroid bagian kaudal bisa dijumpai
posterolateral kutub bawah kelenjar tiroid, atau didalam timus, bahkan berada di
mediastinum. Kelenjar paratiroid kadang kala dijumpai di dalam parenkim kelenjar
tiroid. Glandula paratiroid superior terletak biasa pada posterior terhadap lobus
lateralis tiroidea dalam 1-2 cm sefalad terhadap perpotongan arteri tiroidea inferior
dan nervus laringeus rekurens. Tersering paratiroid menempati posisi yang sama ditiap
sisi. Tetapi bila membesar, sering ia bermigrasi melalui fascia pretrachelis ke dalam
ruang prevertebralis atau turun diatas pedikel vaskular dibawah fasia yang menanam
tiroidea atau bisa terletak dalam celah superfisialis dari tiroidea. Sangat jarang
glandula paratiroidea superior berada tepat di intratiroidea.
Posisi glandula paratiroid inferior lebih bervariasi. Posisinya sering anterior terhadap
nervus laringeus rekurens dekat kutub bawah tiroid. Tetapi sekitar 20 % turun lebih
caudal dan terletak dalam lobus atas timus. Lebih lanjut, sekitar 2,5 % glandula
paratiroid inferior terletak persis di intratiroidea, biasanya dalam sepertiga bawah
kelenjar. Glandula paratiroid inferior bisa terletak pada titik manapun antara os
hyoideum dan mediastinum anterior dibawah arcus aorta. Biasanya terdapat dua
kelenjar paratiroid pada tiap sisi (superior dan inferior) sehingga total didapatkan ada
4 kelenjar paratiroid. Akan tetapi, jumlah kelenjar paratiroid dapat bervariasi , yaitu
dijumpai lebih atau kurang dari empat buah. Kelanjar paratiroid berwarna kuning-
coklat, dengan bentuk yang bermacam-macam dan berukuran kurang lebih 3 x 3 x 2
mm, beratnya 100 mg. Berat dan ukuran glandula paratiroid pun bervariasi, orang
yang kegemukan mempunyai banyak lemak ekstrasel didalam kapsula paratiroidea.
Oleh karena itu, diperlukan ahli bedah yang berpengalaman untuk dapat
mengidentifiksai kelenjar paratiroid yang normal pada pembedahan tiroid dan
paratiroid.
D. FISIOLOGI
F. HOMEOSTASIS KALSIUM
Bahkan penurunan konsentrasi ion kalsium yang paling sedikit pun dalam
cairan ekstraselular akan menyebabkan kelenjar paratiroid meningkatkan kecepatan
sekresinya dalam waktu beberapa menit; bila penurunan konsentrasi kalsium menetap,
kelenjar akan menjadi hipertrofi, sering lima kali lipat atau lebih. Contohnya, kelenjar
paratiroid menjadi sangat membesar pada rikets, di mana kadar kalsium biasanya
hanya tertekan sedikit; juga, kelenjar menjadi sangat besar saat hamil, walaupun
penurunan konsentrasi ion kalsium dalam cairan ekstraselular ibu sangat sulit diukur;
dan kelenjar sangat membesar selama laktasi karena kalsium digunakan untuk
pembentukan air susu ibu. Sebaliknya, setiap keadaan yang meningkatkan konsentrasi
ion kalsium di atas nilai normal akan menyebabkan berkurangnya aktivitas dan
ukuran kelenjar paratiroid. Beberapa keadaan tersebut meliputi:
Walaupun hormon paratiroid tidak memiliki efek Iangsung pada usus, hormon
ini secara tidak langsung meningkatkan reabsorpsi kalsium dan fosfat dari usus halus
melalui perannya dalam pengaktifan 1,25-dihidroksikolekal-siferal dari vitamin D.
Vitamin ini, pada gilirannya, secara langsung meningkatkan penyerapan kalsium dan
fosfat oleh usus. Tetapi seperti dengan cara kerjanya di ginjal dan tulang hormon
paratiroid dapat juga bekerja pada kondisi patologis atau farmakologis untuk
meregulasi metabolime kalsium melalui stimulasi langsung terhadap absorpsi kalsium
di usus. Semua efek hormon paratiroid ditujukan untuk meningkatkan kadar kalsium
plasma. Dengan demikian, sekresi hormon paratiroid akan meningkat sebagai respons
terhadap penurunan konsentrasi kalsium plasma dan menurun apabila kadar kalsium
plasma meningkat. Sel-sel sekretorik kelenjar paratiroid sangat peka terhadap
perubahan kalsium plasma bebas. Karena hormon paratiroid mengatur konsentrasi
kalsium plasma, hubungan ini membentuk lengkung umpan-balik negatif sederhana
untuk mengontrol sekresi hormon paratiroid tanpa melibatkan intervensi saraf atau
hormon lain. Vitamin D (vitamin D3) juga berpengaruh pada metabolisme kalsium.
Vitamin ini terdapat didalam diet normal dan di sintesis di kulit. Sinar ultraviolet
menghasilkan vitamin D3 di kulit yang selanjutnya mengalami hidroksilasi di hati dan
ginjal menjadi vitamin D3 (kalsitriol). Fungsi utama kalsitriol adalah merangsang
penyerapan kalsium di dalam usus.
K. EFEK FISIOLOGIK HORMON PARATIROID
Jika konsentrasi ion kalsium dalam cairan ekstraseluler turun sampai dibawah
normal, kembalika sampai normal kembali. Dalam hubungannya dengan peningkatan
konsentrasi kalsium, konsentrasi ion fosfat dalam darah akanditurunkan. Hormon
paratiroid menunjukkan kerjanya sebagai stimulasi dengan tiga proses :
1. Mobilisasi kalsium dari tulang : Pada mekanisme yang tak jelas, efek hormon tiroid
adalah menstimulasi osteoclast terhadap reabsorpsi mineral pada tulang, liberasi
kalsium dalam darah.
2. Pengaturan absorpsi kalsium dari usus halus : Terfasilitasnya absorpsi kalsium dari
usus halus akan meningkatkan kadar kalsium dalam darah. Hormon paratiroid
menstimulasi proses ini, tetapi secara tidak langsung melalui stimulasi produksi
senyawa aktif yaitu vitamin D dalam ginjal. Vitamin D menginduksi sintesis ikatan
kalsium-protein dalam sel epitel usus halus dan yang memberikan fasilitas absorpsi
yang efisien terhadap kalsium ke dalam darah.
3. Penekanan berkurangnya kalsium dalam urin : Sebagai tambahan adanya stimulasi
yang terus-menerus kalsium ke dalam darah dari tulang dan usus halus, hormon
paratiroid merusak ekskresi kalsium dalam urin, selanjutnya akan menahan kalsium
dalam darah. Efek ini diantarai oleh stimulasi reabsorpsi tubuler kalsium. Efek lain
dari hormon paratiroid pada ginjal yaitu menstimulasi ion fosfat dalam urin.
konsentrasi kalsium yang berbeda Gambar 3 menjelaskan akan sel paratiroid dalam
memonitor kadar kalsium bebas dalam ekstraseluler melalui bentuk integral protein
membran yng fungsinya sebagai Calcium-Sensing Receptor.
1. Tipe I reseptor hormon paratiroid : Ikatan kedua hormon paratiroid dan gugus amino
terminal senyawa peptida PTHrP. Molekul ini adalah G protein-reseptor coupled
dengan tujuh segmen transmembran. Bagian ekstraseluler mempunyai enam residu
sistein. Ikatan ligan untuk reseptor ini aktivitasnya oleh adenylyl cyclase dan ssistem
phospholipase C, diturunkan oleh sinyal protein kinase A dan protein kinase C. Jalur
cyclic AMP / protein kinase A adalah lebih dominan. Kemungkinan pernyataan akan
aksi hormon paratiroid, penandaan mRNA sebagai reseptor tipe I dengan
penyebarannya yang luas dalam tulang dan ginjal. Senyawa mRNA juga dinyatakan
pada kadar yang rendahy dalam banyak jaringan, kemungkinannya digunakan pada
reseptor untuk PTHrP.
2. Tipe II reseptor hormon paratiroid : Ikatan hormon paratiroid, ditunjukkan sebagai
bentuk yang sangat lambat untuk PTHrP. Molekul ini diekspresikan hanya dalam
jumlah yang kecil dari jaringan-jaingan, dan bentuknya atau sifat fisiologiknya berbda
nyata walau[pun dengan karakteristik yang kecil. Seperti pada reseptor tipe I, juga
berada dalam bentuk ikatan dengan adenylyl cyclace dan induksi ikatan ligan yang
meningkat konsentrasi intraseluler untuk siklik AMP. Mutasi pada reseptor tipe I telah
dinyatakan dengan penyakit pada manusia yang jarang. Jansens methaphyseal
chondroplasia adalah sindroma yang pendek dari kekerdilan hasil dari mutsi aktivitas
reseptor. Blomstrands chondroplasia dihasilkan dari mutasi inaktivasi pada gene
reseptor, penyakit yang disebabkannya akan segera timbul proses kematian engan
tertahannya pendewasaan tulang, sangat sama pada tikus dengan target pelepasan
gene PTHrP.
DAFTAR PUSTAKA
http://pascapharmacy10.blogspot.com/2010/10/kelenjar-tiroid-kelenjar-tiroid-
adalah.html
http://d4him.files.wordpress.com/2009/02/fister-tiroid.pdf
http://ilmubedah.info/paratiroid-anatomi-dan-fisiologi-20110213.html
http://deoblogger.blogspot.com/2010/07/pengaruh-hormon-terhadap-perubahan-
body.html
http://bebas.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-
Pendamping/Praweda/Biologi/0092%20Bio%202-11a.htm