Disusun Oleh :
REZA REGATA
NIM. 11501241038
DISUSUN OLEH :
REZA REGATA
NIM. 11501241038
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt, atas berkat
karunianya, penulisan laporan praktik kerja industri ini dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat waktu.
Kerja praktik ini dilaksanakan sebagai upaya untuk mengetahui dan
menyelaraskan antara pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah dengan
kenyataannya dalam dunia industri. Ini disebabkan juga oleh perkembangan dalam
dunia industri yang begitu pesat sehingga tidak semua dapat kami ikuti lewat
pendidikan di kampus. Selain itu, kerja praktik ini dilaksanakan juga untuk
memenuhi salah satu syarat akademik kelulusan mata kuliah Praktik Industri,
yang mana sesuai dengan program diploma tiga (D3) dan strata satu (S1) di
Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri
Yogyakarta, bahwa setiap mahasiswa diwajibkan melaksanakan Praktik Industri
dan membuat laporan Praktik Industri.
Di dalam laporan Praktik Industri ini, penulis telah menyelesaikan laporan
praktik kerja industri dengan judul PENGENDALIAN SLAB EXTRACTOR
PADA REHEATING FURNACE TIPE WALKING BEAM DENGAN PLC
SIMATIC S7-300. Laporan ini secara umum membahas tentang profil PT
Krakatau Steel. Di samping itu, secara khusus membahas pengendalian slab
extractor menggunakan PLC Simatic S7-300.
Penyelesaian laporan ini tentu tidaklah lepas dari bantuan, bimbingan,
dukungan serta semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga
laporan Praktik Industri ini dapat terselesaikan.
2. Keluarga yang selalu mendoakan dan menyemangati penulis.
3. Bapak K Ima Ismara, M.Pd, M.Kes selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik
Elektro Fakultas Teknik UNY.
4. Bapak H. Putut Hargiyarto, M.Pd. selaku Koordinator Praktik Industri
Fakultas Teknik UNY.
iv
5. Bapak Totok Heru TM. M.Pd selaku Koordinator Praktik Industri Jurusan PT
Elektro Fakultas Teknik UNY.
6. Bapak Ilmawan Mustaqim S.Pd.T M.T selaku dosen pembimbing Praktik
Industri penulis.
7. Bapak Hanung Sri Hardagung selaku pembimbing industri.
8. Bapak PC Suharyanto selaku Training Koordinator Pabrik BLP.
9. Bapak Agus Budiyono selaku Superintendent Dinas Perawatan Listrik.
10. Bapak Yohanes, Bapak Muh. Zein, Bapak Wahyudi, Bapak Wagiran dan
segenap karyawan Dinas Perawatan Listrik Pabrik BLP.
11. Bapak Meddy Pello, Ibu Hani, dan keluarga bapak Amran yang telah
berkenan menampung dan menjadi keluarga baru bagi penulis di Kota
Cilegon.
12. Teman-teman seperjuangan dari UNY (Mahuda Alhar Zuhri, Bayu
Ardiansyah, Sriyono, Dona Sumargono, Indra Cahyanto, Rizki Argiawan
yang selalu bisa membersamai dalam berpetualang.
13. Teman-teman UI, Politeknik Bandung, ITS dan ITB atas semangatnya.
14. Bapak Muhaimin supir angkot, yang senantiasa mengantarkan kami sampai
pabrik, baik berangkat maupun pulang.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan Praktek Kerja ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis berharap kritik serta saran
yang bersifat membangun demi perbaikan laporan ini. Semoga tulisan ini
memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya. Akhir
kata, apabila ada kata-kata yang kurang berkenan mohon maaf.
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN KAMPUS ...................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN INDUSTRI ........................................................ iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Batasan Masalah..................................................................... 3
C. Tujuan Praktik Industri .......................................................... 3
D. Manfaat Praktik Industri ....................................................... 4
E. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ........................................ 5
F. Metode Pengumpulan Data ................................................. 5
G. Sistematika Penulisan ............................................................ 6
vi
5. Pabrik Baja Lembaran Dingin
(Cold Rolling Mill / CRM) ............................................ 30
6. Pabrik Baja Batang Kawat
(Wire Rod Mill / WRM) ............................................. 35
E. Unit-Unit Penunjang PT. Krakatau Steel .............................. 37
F. Struktur Organisasi Perusahaan ............................................. 38
G. Kepegawaian dan Sistem Kerja ......................................... 40
1. Status Kepegawaian ...................................................... 40
2. Sistem Kerja ................................................................. 40
H. Kesejahteraan Karyawan .................................................... 41
BAB V PEMBAHASAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 43
B. Bagian-bagian sistem ............................................................. 44
1. Motor AC asinkron 3 phasa 380 volt .............................. 44
2. PLC Siemens S7-300....................................................... 44
3. Magnetic Contactor ......................................................... 45
4. Power Source .................................................................. 46
5. Fuse dan Overload breaker ............................................. 46
6. Panel Kontrol ................................................................... 46
C. Cara Kerja Sistem .................................................................. 47
D. Konfigurasi Sistem ................................................................ 51
1. Power Source .................................................................. 51
2. Digital Input Module ....................................................... 52
3. Digital Output Module .................................................... 53
4. Analog Input Module ....................................................... 54
5. Analog Output Module .................................................... 54
6. Magnetic Contactor ......................................................... 55
E. Program ................................................................................. 55
vii
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 68
B. Saran ....................................................................................... 69
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
Gambar 28 Network 1 pada FC1 (Manual Otomatis)....................................... 56
Gambar 29 Network 2 pada FC1 (Manual Otomatis)....................................... 57
Gambar 30 Network 3 pada FC1 (Manual Otomatis)....................................... 58
Gambar 31 Network 1 pada FC2 (Monitoring) ................................................ 59
Gambar 32 Network 2 pada FC2 (Monitoring) ................................................ 59
Gambar 33 Network 3 dan 4 pada FC2 (Monitoring) ...................................... 60
Gambar 34 Network 5 dan 6 pada FC2 (Monitoring) ...................................... 61
Gambar 35 Network 7 dan 8 pada FC2 (Monitoring) ...................................... 61
Gambar 36 Network 9 dan 10 pada FC2 (Monitoring) .................................... 62
Gambar 37 Network 11 dan 12 pada FC2 (Monitoring) .................................. 63
Gambar 38 Network 13 pada FC2 (Monitoring) .............................................. 64
Gambar 39 Network 14 pada FC2 (Monitoring) .............................................. 65
Gambar 40 Network 15 dan 16 pada FC2 (Monitoring) .................................. 65
Gambar 41 Network 17 dan 18 pada FC2 (Monitoring) .................................. 66
Gambar 42 Network 19 dan 20 pada FC2 (Monitoring) .................................. 67
x
DAFTAR TABEL
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
otomatis ini, maka perusahaan dapat menggantikan peran operator yang selama
ini dikerjakan secara manual oleh manusia. PT. Krakatau Steel memanfaatkan
teknologi berbasis mikroprosesor dalam pengendalian sistem atau alat-alat yang
digunakan dalam produksinya. Dari beberapa teknologi, yang paling banyak
dimanfaatkan adalah penggunaan PLC (Programmable Logic Controller). Salah
satu PLC yang digunakan adalah PLC Siemens Simatic yang diproduksi oleh
Siemens.
Salah satu pemanfaatan PLC Siemens Simatic yang ada di PT. Krakatau
Steel adalah pada pengendalian slab extractor pada reheating furnace yang
bekerja mengambil slab dari furnace untuk kemudian diletakkan pada roll table.
B. Batasan Masalah
1. Tujuan umum
a. Memperluas wawasan ilmu mahasiswa tentang orientasi pengembangan
teknologi di masa sekarang dan mendatang, sehingga diharapkan
mahasiswa dapat memahami teori dan kenyataan yang dihadapi di
lapangan.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui dan mengikuti sejarah perkembangan teknologi pengolahan
besi baja dan mempelajari kondisi umum perusahaan.
2. Bagi Perusahaan
a. Terjadi hubungan kerjasama yang baik dengan dunia pendidikan.
b. Sebagai sarana pertimbangan guna meningkatkan produktivitas
perusahaan.
c. Dapat memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas dan
potensial.
d. Mendapatkan masukkan dalam rangka perbaikan-perbaikan yang akan
dilakukan.
e. Mendapatkan catatan atau dokumen yang lebih rinci dari aktivitas
perusahaan dalam praktik industri ini.
5
3. Bagi Mahasiswa
a. Memperoleh pengalaman nyata yang berguna untuk meningkatkan
keterampilan teknik yang relevan sesuai jurusan Pendidikan Teknik
Elektro.
b. Mengetahui perkembangan ilmu dan teknologi yang sesuai dengan
tuntutan perkembangan industri.
c. Mahasiswa dapat mengetahui proses, budaya dan sistem kerja secara
langsung.
G. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Pada bab ini dijelaskan latar belakang, batasan masalah, tujuan, manfaat,
tempat dan waktu pelaksanaan, metode pengumpulan data serta sistematika
penulisan laporan praktik industri.
7
8
Dalam akta ini juga disebutkan bahwa selain perseroan ini berhak
menjalankan segala tindakan yang menuju ke arah pelaksanaan dan kemajuan,
perseroan ini juga berhak pula mendirikan dan ikut serta dalam perseroan-
perseroan atau badan hukum lain terutama yang bertujuan sama atau hampir sama
dengan perusahaan ini, baik yang bekerjasama di dalam maupun luar negeri.
27 Juli 1977 Presiden Soeharto meresmikan Pabrik Besi Beton, Pabrik Besi Profil,
dan Pelabuhan Khusus Cigading PT. Krakatau Steel, disusul kemudian Peresmian
Pabrik Besi Spons model Hylsa (50%), Pabrik Billet Baja, Wire Rod, PLTU 400
MW, dan Pusat Penjernihan Air (kapasitas 2000 liter/detik) serta KHI Pipe oleh
Presiden Soeharto tanggal 9 Oktober 1979. Tanggal 24 Februari 1983 Presiden
Soeharto meresmikan Pabrik Slab Baja, Hot Strip Mill, dan Pabrik Besi Spons unit
2 PT. Krakatau Steel.
1. Tahun 1956
Munculnya gagasan pertama dari perdana menteri Ir.H. Djuanda
bahwa suatu negara berkembang perlu memiliki industri baja. Karena
Indonesia merupakan negara berkembang, maka dibentuklah suatu pabrik
baja yang terletak di Cilegon yang merupakan salah satu realisasi dari
persetujuan pokok kerja sama dalam bidang ekonomi dan teknik antara
pemerintah Indonesia dengan Uni Soviet yang ditanda tangani pada tanggal
15 September 1956.
2. Tahun 1957
Penelitian awal oleh biro perancangan negara, bekerja sama dengan
konsultan asing.
3. Tahun 1960
Kontrak pembangunan pabrik baja Cilegon antara Indonesia dengan
All Union ExportImport Corporation (Tzaspromex Pert) of Moscow, dengan
kontrak No. 80 tanggal 7 Juni 1960.
4. Tahun 1962
Peletakan batu pertama atau peresmian pembangunan proyek besi
baja Trikora di Cilegon pada tanggal 20 Mei 1962, menurut ketetapan MPRS
No.2/1962 proyek ini harus sudah selesai sebelum tahun 1968.
5. Tahun 1965
Terhentinya kegiatan pembangunan proyek besi baja Trikora
Cilegon karena adanya pemberontakan G 30 S/PKI.
11
6. Tahun 1967
Terbentuknya proyek besi baja Trikora menjadi bentuk Perseroan
Terbatas (PT) berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia No.17
tanggal 28 Desember 1967.
7. Tahun 1970
PT. Krakatau Steel resmi didirikan berdasarkan Peraturan
Pemerintah No.35 tanggal 31 Agustus 1970 dengan maksud untuk
melanjutkan, menyelesaikan dan mengoperasikan proyek besi baja Trikora di
CilegonBanten (sebelumnya Jawa Barat), serta mengembangkan industri
baja dalam arti luas.
8. Tahun 1971
Pendirian PT. Krakatau Steel disahkan dengan penandatanganan
Akte Notaris No.35 tanggal 23 Oktober 1971 di Jakarta dihadapan notaris Tan
Thong Kie, dengan naskah No.25 tanggal 19 Desember 1971.
2. Misi Perusahaan
Menyediakan produk baja bermutu dan jasa terkait bagi kemakmuran
bangsa
mereaksikan pellet dan gas pereduksi yang dihasilkan dari gas alam dan steam
dalam sebuah reformer. Pabrik ini menghasilkan besi spons (Fe) dari bahan
mentahnya berupa pellet bijih besi (Fe2O3 and Fe3O4), dengan menggunakan
gas alam (CH4) dan air (H2O).
Direct Reduction Plant memiliki 2 (dua) buah unit produksi dan
menghasilkan 2,3 juta ton besi spons per tahun. Pabrik besi spons dengan
teknologi HYL-I dari Meksiko yang mulai beroperasi tahun 1979. Unit ini
beroperasi dengan menggunakan 4 modul batch process. Tiap modul
mempunyai empat buah reaktor dengan proses fixed batch. Unit ini
mempunyai kapasitas produksi satu juta ton besi spons per tahun. Kapasitas
reaktor 200 ton per batch dan tingkat metalisasi 88-89%. Selama tahun 2002,
HYL-I tidak beroperasi atau diberhentikan operasinya karena umur
ekonomisnya yang sudah habis dan teknologinya yang obsolete (usang).
Pabrik besi spons dengan teknologi HYL-III dari Meksiko yang lebih
canggih dari HYL-I dan mulai beroperasi tahun 1994. Unit ini beroperasi
dengan menggunakan dua reaktor tegak dengan proses kontinyu atau 2-shafts
continuous process. Unit ini mempunyai kapasitas produksi 1,35 juta ton besi
spons per tahun. Dengan teknologi proses kontinyu 170 ton spons atau hour.
(1993). Tingkat pencapaian metalisasi 91-92%. Besi spons yang dihasilkan
memiliki komposisi kimia :
Fe: 88-91%, C: 1,5-2,5%, SiO2: 1,25-3,43%, Al2O3: 0,61-1,63%, CaO:
0,2 0,21%, MgO: 0,31-1,62%, P: 0,014-0,027%, Cu: 0,001-0,004%
Kotoran (oksidasioksidasi lanjut) : 0,1-0,5%
Tingkat metalisasi : 88-90%
Besi spons yang dihasilkan oleh pabrik ini memiliki keunggulan
dibanding sumber metalik lain terutama disebabkan karena rendahnya unsur
pengotor / kandungan residual. Sementara itu tingginya kandungan karbon
menyebabkan proses di dalam Electric Arc Furnace (EAF) menjadi lebih
efisien dan proses pembuatan baja menjadi lebih akurat. Lebih lanjut hal
tersebut menjamin konsistensi kualitas produk baja yang dihasilkan.
18
Tabel 1 Fasilitas Utama Pabrik Besi Spons, Sumber Data : PT. Krakatau Steel
Proses HYL-III secara umum terdiri dari tiga area utama, yaitu :
1) Area Proses Reformasi
2) Area Proses Reduksi
3) Area Sistem Penunjang
Proses Reformasi adalah proses reaksi antara natural gas dengan
steam yang terjadi di dalam pipapipa katalis di reformer. Sedangkan proses
reduksi adalah proses reaksi bijih besi dan gas proses yang terjadi di dalam
reaktor.
Pabrik Besi Spons juga memiliki beberapa sistem penunjang
produksi sebagai berikut :
1) CO2 absorption system
2) Process Cooling Water System
3) Equipment Cooling Water System
19
4) Steam System
5) Inert Gas System
6) Instrument Air System
7) Hydraulic System
8) Sulfur Injection System
9) Iron Ore Pellet Handling System
10) Spons Handling System
11) Emergency Generator System
IRON
CO2 ORE
FUEL REACTOR
H2
O
O
2
STEAM H2
O
REFORMER GAS
HEATER
H2O
DRI
NATURAL
GAS FUEL NATURAL
GAS
produksi sebesar 1.000.000 ton per tahun. SSP I ini mempunyai empat dapur
baja listrik yang masing-masing berkapasitas 130 ton dan dua mesin concast
(mesin tuang kontinyu) serta ladle furnace. Pabrik Slab Baja yang kedua
adalah SSP-2 yang dibangun tahun 1993 dan dilengkapi dengan teknologi
Voest Alpine dari Austria dan memiliki kapasitas produksi sebesar 800.000
ton per tahun. memiliki dua dapur baja listrik, satu mesin concast, ladle
furnace, dan RH- vacuum degassing.
b. Ladle Furnace
Aktivitas utama di dalam ladle furnace adalah :
Menurunkan kandungan oksigen dalam baja dengan menggunakan
aluminium;
Homogenisasi temperatur dan komposisi kimia dengan bubbling
Argon.
Menambahkan alloy untuk mendapatkan spesifikasi yang
diinginkan.
c. RH-Vacuum Degassing
RH-degasser diperlukan untuk memenuhi permintaan produk
baja high-grade dari konsumen.
Pabrik ini memproduksi baja slab dengan ukuran : tebal 200 mm,
lebar 950 2080 mm, dan panjang maksimum 12.000 mm, dengan berat
maksimum 30 ton. Baja yang dihasilkan dari SSP ini merupakan baja
ultra low carbon dengan kandungan gas terlarut (hidrogen dan nitrogen)
relatif rendah. Hasil produksi SSP ini kemudian dikirim ke HSM.
Tabel 2 Fasilitas Utama Pabrik Slab Baja, Sumber Data : PT. Krakatau Steel
Pabrik billet baja adalah pabrik yang membuat baja dalam bentuk
batangan yang digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan baja profil,
baja tulang beton, dan baja kawat. Bahan baku pabrik ini adalah besi spons,
23
besi tua (scrap), dan paduan ferro yang dilebur dan diolah di dalam dapur
listrik (Electric Arc Furnace) untuk dicairkan. Setelah mencair, selanjutnya
baja dituang dalam cetakan atau sebuah mesin pengecoran kontinyu
(Continous Casting Machine) sehingga menjadi billet baja.
Penampang billet pada pabrik baja ini diproduksi dalam tiga macam:
a. Ukuran 100100 mm, 110110 mm, 120120 mm, dan 130130 mm
b. Standar panjangnya adalah 6 m, 10 m, dan 12 m
Hasil dari produk ini kemudian dipakai untuk bahan baku Wire Rod
Bar dan Section Mill.
Tabel 3 Fasilitas Utama Pabrik Baja Billet, Sumber Data : PT. Krakatau Steel
Pabrik Billet Baja (Billet Steel Plant) mulai beroperasi pada tahun
1979. Pabrik ini menerapkan teknologi MAN GHH dari Jerman dan memiliki
kapasitas produksi sebesar 500.000 ton per tahun.
b. Ladle Furnace
Aktivitas utama di dalam ladle furnace adalah :
menurunkan kandungan oksigen dalam baja dengan menggunakan
aluminium;
homogenisasi temperatur dan komposisi kimia dengan bubbling
Argon
menambahkan alloy untuk mendapatkan spesifikasi yang
diinginkan.
a. Dua buah dapur pemanas atau reheating furnace dengan kapasitas 300
ton/jam dengan bahan bakar gas alam, yang berfungsi untuk memanskan
slab
b. Sebuah sizing press yang digunakan untuk mengatur lebar
c. Sebuah roughing yang dilengkapi flange edger roll dan water descaler
dengan tekanan air 180 bar
d. Sebuah pemotong kepala dan ekor slab crospshar
e. Enam buah finishing stand yang dilengkapi dengan alat ukur pengontrol
lebar, panjang, tebal, dan temperatur strip secara otomatis
f. Dua buah measuring house.
g. Dua buah down coiler.
Tabel 4 Fasilitas Utama Pabrik Baja Lembaran Panas, Sumber Data : PT. Krakatau Steel
Gambar 2.9 Produk Hot Rolled Coil dan Hot Rolled Plate
standar yang lain, seperti SAE J 403 1006, 1008, 1010, dan 1020, ASTM
A 252 Grade 1, 2, dan 3, MPW-1, dan MPW-38.
ini yang memiliki spesifikasi API5CT H40 dan API5CT J55. Sementara
itu produk baja dengan spesifikasi API5CT K55 masih dalam taraf
pengembangan.
6) Tabung Gas
Jenis baja untuk tabung gas ini diklasifikasikan sebagai baja
berkekuatan tinggi dan memiliki formability dan weldability yang bagus.
Baja ini banyak dipergunakan untuk tabung elpiji (LPG), tabung
pemadam kebakaran, tabung acetylene, dan tangki-tangki gas bertekanan
tinggi lainnya.
8) Rerolling
Terminologi 'aplikasi rerolling' digunakan untuk menyebut
suatu jenis produk baja lembaran panas yang akan dirol kembali di Pabrik
Pengerolan Dingin (Cold Rolling Mill) dengan maksud untuk
menghasilkan produk baja lembaran dingin. Aplikasi ini telah umum
diperdagangkan dalam pasar baja sebagai komoditas umum maupun
sebagai produk baja lembaran panas yang langsung digunakan secara
30
9) Konstruksi Kapal
Baja jenis ini banyak digunakan untuk konstruksi kapal.
Spesifikasi yang digunakan untuk aplikasi ini adalah LR Grade A, GL
Grade A & B, dan KI Grade A & B. Seperti halnya dengan lembaran baja
yang digunakan untuk konstruksi umum, ukuran lembaran baja untuk
konstruksi kapal yang diproduksi oleh PT. Krakatau Steel adalah:
Ketebalan : maksimum 25 mm
Lebar : maksimum 2000 mm
Tabel 5 Fasilitas Utama Pabrik Baja Lembaran Dingin, Sumber Data : PT. Krakatau Steel
2) Otomotif
Lembaran baja putih untuk aplikasi kendaraan bermotor
dirancang dan diproduksi secara khusus untuk dapat memenuhi
kebutuhan akan kualitas permukaan, dimensi, dan sifat-sifat mekanis
yang tinggi. Sebagian besar suku cadang kendaraan bermotor umumnya
memerlukan ukuran dan dimensi yang presisi, bentuk (shape) dan
kerataan (flatness) yang bagus, weldability yang baik, kondisi permukaan
yang sempurna, dan kemampuan press-formability dan drawability yang
tinggi pula. Untuk memenuhi kebutuhan industri otomotif, spesifikasi
yang tersedia masih mengacu pada standar JIS G 3141. Selain itu juga
tersedia spesifikasi pada standar ekuivalennya, seperti standar DIN EN
1623, EN 10130 atau SAE.
3) Galvanized Sheet
34
5) Porcelain Enamelware
Baja untuk keperluan aplikasi proses enameling harus memiliki
sifat-sifat enamelability dan formability yang bagus. Untuk dapat
memenuhi kebutuhan produk-produk tersebut, PT. Krakatau Steel saat ini
telah mampu menghasilkan produk baja dengan spesifikasi JIS G 3133
SPP yang memiliki sifat enamelability yang sangat bagus (dan terjamin).
Standar-standar lain seperti JIS G 3141 SPCC dapat pula dipergunakan,
namun sifat enamelability-nya tidak dijamin. Untuk dapat terus
meningkatkan sifat-sifat formability dan enamelability produk-
produknya, PT. Krakatau Steel melakukan pengembangan secara
berkesinambungan dengan jalan melakukan kontrol yang intensif pada
komposisi kimia, khususnya karbon, nitrogen, dan titanium, dengan
menggunakan fasilitas vacuum degassing pada proses pembuatan baja.
35
Tabel 6 Fasilitas Utama Pabrik Batang Kawat, Sumber Data : PT. Krakatau Steel
Pabrik kawat baja ini dilengkapi dengan enam mesin pembuat kawat
dan unit pelapis seng. Pabrik ini menghasilkan kawat baja dengan kadar
karbon rendah.
4) Kawat Elektroda
Baja jenis ini digunakan sebagai filler metal wire. Spesifikasi:
JIS G 3523 SWRY 11, 21 atau ekuivalennya.
38
3. Direktorat Produksi
Bertugas merencanakan, melaksanakan dan mengembangkan
kebijaksanaan di bidang pengoperasian dan perawatan sarana produksi,
metallurgi, dan koordinasi produksi.
5. Direktorat Keuangan
Bertugas merencanakan, melaksanakan dan mengembangkan
kebijaksanaan di bidang keuangan.
6. Direktorat Pemasaran
Bertugas merencanakan, melaksanakan dan mengembangkan
kebijaksanaan di bidang pemasaran produk
2. Sistem Kerja
Dalam upaya untuk memenuhi target yang telah ditentukan, maka
pabrik harus beroperasi secara maksimal. Untuk itu PT. Krakatau Steel
menyusun program kerja bagi karyawan sebagai berikut :
a. Karyawan Non-Shift
Waktu kerja per hari di PT. Krakatau Steel 8 jam per hari atau
40 jam per minggu, dengan waktu istirahat selama 60 menit.
1) Hari senin s.d. kamis, masuk jam 08.00 sampai 16.30, dengan waktu
istirahat jam 12.00
2) Hari jumat masuk jam 08.00 s.d. 17.00, dengan waktu istirahat jam
11.30 s.d. 13.30
b. Karyawan Shift
Waktu kerja karyawan shift diatur secara bergilir selama 24 jam,
dengan pembagian waktu kerja 3 shift. Masing-masing shift bekerja
selama 8 jam dengan sistem kerja dilakukan oleh group shift, dimana 3
group shift bekerja selama 24 jam, dan 1 group shift libur.
1) Shift I bekerja pukul 22.00 s.d. 06.00
2) Shift II bekerja pukul 06.00 s.d. 14.00
3) Shift III bekerja pukul 14.00 s.d. 22.00
42
H. Kesejahteraan Karyawan
Selain gaji dan tunjangan yang diberikan, perusahaan juga berusaha
meningkatkan kesejahteraan karyawannya dengan cara memberikan fasilitas-
fasilitas, antara lain :
1. Asuransi tenaga kerja
Terdiri dari asuransi kematian dan asuransi kecelakaan yang
diberikan melalui asuransi sosial tenaga kerja
2. Jaminan Kesehatan
Berupa pemeriksaan, pengobatan, peraawatan untuk karyawan dan
keluarganya yang sedang sakit baik fisik maupun mental. Yang berhak
menerima adalah karyawan tetap, istri, anak, atau suami karyawan yang
terdaftar di divisi personalia dan anak kandung karyawan maupun anak angkat
yang sah dan terdaftar di divisi personalia dengan ketentuan belum berumur
genap 21 tahun dan belum memiiliki penghasilan tetap.
A. Latar Belakang
Continous reheating furnace merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari sistem produksi dalam Hot Strip Mill. Continous reheating furnace
mengawali proses pembentukan slab menjadi hot rolled coil. Pada tahap ini, slab
mengalami proses pemanasan di dalam tungku yang dikendalikan listrik untuk
dapat diproses lebih lanjut. Pemanasan ini memerlukan temperatur tinggi antara
1200-1300 C dengan selang waktu 2,5 menit. Tahap ini berlangsung terus
menerus selama 24 jam tanpa henti (continous). Dalam Pabrik Baja Lembaran
Panas / Hot Strip Mill, furnace yang digunakan adalah tipe walking beam dan
tipe pusher. Proses pengambilan slab pada kedua furnace tersebut menggunakan
slab extractor yang dapat bergerak maju dan mundur.
Perkembangan dan kemajuan teknologi dalam industri mendorong PT.
Krakatau Steel untuk melakukan otomatisasi pada setiap proses produksinya. Tak
terkecuali Divisi Hot Strip Mill. Keselamatan kerja selalu didahulukan dalam
setiap kegiatan produksi yang dilakukan pekerja / karyawan. Alasan ini pula
yang mendasari penggunaan teknologi PLC dan sistem kontrol otomatis pada
alat-alat berat PT. Krakatau Steel. Slab extractor menjadi salah satu perhatian
yang perlu dilakukan kontrol secara otomatis untuk menjamin kelancaran
produksi dan keselamatan pekerja yang bekerja di dekat proses pemanasan dalam
furnace.
Dalam laporan ini, dibahas proses pengendalian slab extractor pada
proses reheating furnace secara manual dan otomatis. Tujuannya adalah untuk
mempermudah proses pembelajaran dan pemahaman bagi mahasiswa praktik
industri. Dalam keadaan normal / operasi pabrik, digunakan sistem kontrol yang
43
44
terintegrasi dengan sistem utama. Bagi mahasiswa praktik industri, hal ini tidak
akan mudah diamati dan dipelajari sebab dapat mengganggu kelancaran proses
produksi di divisi Hot Strip Mill. Untuk mempermudah pengamatan dan
pembelajaran, terdapat sebuah simulator yang inti proses kerjanya sama dengan
sistem utama yang mengendalikan proses pengambilan slab menggunakan slab
extractor.
B. Bagian-bagian Sistem
Sistem kendali pada slab extractor dengan menggunakan PLC S7-300
melibatkan beberapa bagian. Bagian-bagian tersebut adalah:
3. Magnetic Contactor
Kontaktor berfungsi untuk proses switching-nya. Ada dua jenis
kontaktor yang digunakan pada sistem ini, yaitu kontaktor utama (main
contactor) dan kontaktor bantu (auxiliary contactor). Kontaktor utama
berfungsi sebagai kontak untuk tegangan 380 volt dan motor. Kontaktor
bantu berfungsi sebagai interlock atau feedback sehingga kontaktor magnetik
untuk putar kanan dan putar kiri tidak dapat aktif secara bersamaan.
4. Power Source
Sumber tegangan yang digunakan untuk sistem ini adalah tegangan
AC 220 volt 1 phasa untuk supply PLC, dan tegangan AC 380 volt 3 phasa
untuk supply motor. Selain itu terdapat power supply 24 volt DC berasal dari
PLC untuk supply main kontaktor dan signal module PLC.
6. Panel Kontrol
Merupakan bagian dari sistem di mana perintah-perintah kerja yang
diberikan operator berasal. Pada panel ini, terdapat tombol-tombol perintah.
Selain itu terdapat meter analog sebagai penunjuk besar bukaan pintu yang
digunakan.
47
Q5.0 tidak menyala maka pengendalian Slab Extractor dilakukan secara manual.
Apabila lampu indikator Q5.0 menyala maka pengendalian slab extractor
dilakukan secara otomatis yang nilainya di input dari komputer, sementara dalam
simulator digunakan alat variabel tegangan untuk mengatur nilai inputnya.
Dalam pengaturan secara manual apabila pintu furnace sedang terbuka
pada posisi 50% maka slab extractor akan bekerja atau berjalan sampai ke depan
pintu furnace dengan menekan tombol FWD (I0.0) dan lampu indikator pada
tombol FWD (Q6.0) akan berkedip menunjukkan motor sedang bekerja untuk
mengambil slab dari furnace. Setelah berada di depan pintu furnace maka motor
akan berhenti. Berhentinya slab extractor ini menggunakan limit switch yang
akan aktif saat slab extractor berjalan sampai di depan pintu furnace.
Kemudian pada saat pengambilan slab tombol FWD harus ditekan
lagi namun dengan cara jogging. Jogging adalah cara dengan tombol terus
ditekan hingga slab extractor berada pada posisi yang tepat saat proses
pengambilan slab, karena lebar setiap slab berbeda-beda. Apabila slab extractor
berada pada posisi maksimal maka motor akan berhenti berputar karena aktifnya
limit switch penanda slab extractor pada posisi maksimal.
Ketika slab sudah pada posisi yang tepat dimana slab extractor
menjangkau keseluruhan lebar slab, maka slab extractor harus meletakkan slab
tersebut pada roll table yang selanjutnya akan diproses di sizing press. Pada
proses peletakan slab di roll table digunakan tombol jogging dengan menekan
tombol BWD agar slab berada pada posisi yang tepat di roll table. Tombol
BWD akan terus ditekan dengan cara jogging sampai di depan pintu furnace,
setelah itu motor akan berhenti oleh karena aktifnya limit switch. Untuk kembali
pada posisi semula maka harus ditekan tombol BWD kembali. Kemudian
motor akan berjalan mundur ke posisi semula. Setelah slab extractor berada pada
posisi awal maka motor akan berhenti karena aktifnya limit switch penanda slab
extractor pada posisi awal. Pada saat motor bekerja backward maka lampu
indikator pada tombol BWD (Q6.1) akan berkedip.
49
Motor +
Power
PLC S7-300 Limit
supply
switch
D. Konfigurasi Sistem
Konfigurasi dari sistem ini secara lengkap terlampir pada halaman
lampiran.
1. Power Source
Sistem ini menggunakan tiga sumber tegangan, yaitu:
a. Power supply PLC
Power supply ini menggunakan masukan 220 volt AC untuk
menghasilkan tegangan 24 volt DC yang dihubungkan ke modul digital
input pada terminal 20 dan 40.
I0.0 I1.0
I0.1 I1.1
I0.2 I1.2
I0.3 I1.3
I0.4 I1.4
I0.5 I1.5
I0.6 I1.6
I0.7 I1.7
I2.0 I3.0
I2.1 I3.1
I2.2 I3.2
I2.3 I3.3
I2.4 I3.4
I2.5 I3.5
I2.6 I3.6
I2.7 I3.7
Device Alamat
Coil KM1 Q4.0
Coil KM2 Q4.1
Lampu indikator forward Q6.0
Lampu indikator backward Q6.1
Lampu indikator fault Q6.3
Lampu indikator manual otomatis Q5.0
54
Q4.0 Q5.0
Q4.1 Q5.1
Q4.2 Q5.2
Q4.3 Q5.3
Q4.4 Q5.4
Q4.5 Q5.5
Q4.6 Q5.6
Q4.7 Q5.7
Q6.0 Q7.0
Q6.1 Q7.1
Q6.2 Q7.2
Q6.3 Q7.3
Q6.4 Q7.4
Q6.5 Q7.5
Q6.6 Q7.6
Q6.7 Q7.7
6. Magnetic Contactor
Coil relay pada interface output mendapat koneksi dari DC 24 volt dari
digital output PLC. Lalu mendapat koneksi tegangan AC 220 volt pada
terminal normally open untuk mengoperasikan kontaktor utama.
Kontaktor utama mendapat koneksi AC 220 volt pada terminal A1 dan
A2 dari terminal normally open pada relay. Kemudian koneksi tegangan
AC 380 volt pada terminal normally open untuk mengoperasikan motor.
Keluaran pada dua kontaktor utama dibalik satu sama lain hal ini
bertujuan agar motor dapat bekerja pada dua arah. Yaitu bila kontaktor
pertama yang aktif maka motor akan berputar sehingga slab extractor
akan bergerak maju (forward). Bila kontaktor kedua yang aktif maka
motor berputar sehingga slab extractor bergerak mundur (backward).
Proses ini bekerja berdasarkan prinsip putaran balik motor AC dengan
mengubah salah satu phasa.
E. Program
Dalam program pengendalian slab extractor pada proses reheating
furnace ini menggunakan satu Organization Block (OB) yaitu OB1 dan dua
Function Chart (FC) yaitu FC1 dan FC2. OB 1 digunakan sebagai main program
untuk memanggil FC 1 dan FC 2. FC1 berfungsi sebagai pengaturan manual
otomatis sedangkan FC2 berfungsi sebagai monitoring.
2. Network 2
Pada network 1 ini I0.3 berfungsi sebagai tombol AUTO dan Q5.0
sebagai lampu indikator manual otomatis. Rangkaian logika pada network 1 ini
prinsip kerjanya satu tombol (I0.3) untuk menyalakan dan mematikan lampu
57
indikator (Q5.0). Apabila Q5.0 aktif tandanya sistem sedang dalam kondisi
otomatis, sementara bila Q5.0 tidak aktif maka sistem tersebut sedang dalam
kondisi manual.
2. Network 2
Dalam kondisi otomatis Q5.0 akan aktif sehingga tombol FWD tidak
akan berfungsi. Kemudian memori M6.5 berfungsi sebagai nilai input jika dalam
kondisi otomatis. Untuk setting pengaktifan M6.5 terdapat pada network 17 pada
FC2.
58
3. Network 3
Dalam kondisi otomatis Q5.0 akan aktif sehingga tombol BWD tidak
akan berfungsi. Kemudian memori M6.6 berfungsi sebagai nilai input jika dalam
kondisi otomatis. Untuk setting pengaktifan M6.6 terdapat pada network 18 pada
FC2.
59
FC2 Monitoring
1. Network 1
2. Network 2
3. Network 3 dan 4
4. Network 5 dan 6
5. Network 7 dan 8
6. Network 9 dan 10
7. Network 11 dan 12
8. Network 13
Lampu akan berhenti berkedip dan terus menyala bila tombol STOP
(I0.2) ditekan. Kondisi fault ini akan kembali normal bila breaker overload
kembali ke posisi ON. Dan saat tombol STOP (I0.2) kembali ditekan, maka
lampu merah akan mati yang menunjukkan bahwa keadaan sudah kembali
normal
65
9. Network 14
Program pada network ini berfungsi menerima input dari analog input
PIW288 yang berupa tegangan dc variabel untuk kemudian memasukkannya ke
memori MW30.
A. Kesimpulan
2. Pabrik Baja Lembaran Panas atau dikenal dengan Hot Strip Mill (HSM)
adalah salah satu pabrik PT. Krakatau Steel yang mengolah baja slab
menjadi baja lembaran.
6. Salah satu PLC yang digunakan di HSM adalah PLC SIMATIC S7-300
buatan SIEMENS Jerman. PLC ini memiliki fitur yang sangat lengkap
dan memiliki bentuk yang compact.
68
69
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
KELENGKAPAN SURAT