Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,
i Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
NIP : 196805111993032002
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 4 Juli 2013
ii Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini. Penulisan karya ilmiah akhir
ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memenuhi tugas
akhir dalam mencapai gelar Ners Ilmu Keperawatan. Saya menyadari bahwa tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai
penyusunan karya ilmiah akhir ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan
karya ilmiah akhir ners ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dewi Irawaty, M.A, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Fakultas
Ilmu Keperawatan;
2. Ibu Efi Afifah, S.Kp., M.Kes selaku dosen pembimbing karya ilmiah akhir ners
yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan arahan serta masukan dalam
penyusunan karya ilmiah akhir ners ini
3. Bpk. I Made Kariasa S.Kp, M.Kep, Sp KMB selaku dosen pembimbing
pemintana keperawatan medikal bedah yang telah menyediakan waktu, tenaga,
pikiran dan arahan serta masukan dalam penyusunan karya ilmiah akhir ners ini;
4. Bapak Ibu dosen serta seluruh staf Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia yang telah berkontribusi memberikan materi selama perkuliahan dan
praktikum berlangsung.
5. Teman sepembimbing dan seperjuangan dan kelompok KKMP peminatan KMB
di Rumah sakit persahabatan khususnya di Ruang melati Atas yang senantiasa
bersama selama proses bimbingan karya ilmiah akhir ners, saling memberikan
dukungan dan bertukar informasi selama penyusunan karya ilmiah akhir ners ini.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah akhir ners ini dapat membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah
ini: Nama : Yudi Elyas S.Kep
NPM : 1006823620
Program Studi : Profesi Ilmu
Keperawatan Fakultas : Ilmu
Keperawatan
Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eklusif ini
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 4 Juli 2013
Yang menyatakan,
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit masyarakat di perkotaan.
DBD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Manifestasi klinis infeksi virus
dengue dapat bersifat asimtomatik atau dapat berupa demam yang tidak khas, demam dengue,
demam berdarah dengue atau sindrom syok dengue. Demam berdarah dengue ditandai oleh
empat manifestasi klinik mayor yaitu demam tinggi, manifestasi perdarahan (terutama kulit),
hepatomegali, dan tanda kegagalan sirkulasi. Karya ilmiah ini merupakan laporan ilmiah
mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan masyarakat perkotaan ;
DBD. Implementasi dilakukan pada Klien yang dirawat selama 8 hari di ruang rawat penyakit
dalam Melati Atas RSUP Persahabatan. Jumlah masalah keperawatan yang diangkat adalah
peningkatan suhu tubuh, risiko defisit volume cairan, risiko perdarahan dan risiko gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi. Masalah keperawatan tersebut teratasi sampai hari ke-8
perawatan.
BAB1 : PENDAHULUAN...........................................................................
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan..............................................................................3
1.3 Metode Penulisan.........................................................................3
1.4 Sistematika Penulisan......................................................................3
BAB 4 : PEMBAHASAN....... 66
BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN.... 74
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang dapat terjadi pada
anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai ruam atau tanpa ruam (Soeparman, 2006). DBD disebabkan oleh
Arbovirus (Arthrop
Albopictus dan Aed
perdarahan gusi, he
Penyebaran DBD sangat mudah dan dapat menjadi wabah di suatu lingkungan
tertentu. Demam berdarah dengue tersebar diwilayah Asia tenggara, Pasifik barat dan Karibia. Indo
tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu di bejana yang berisi air jernih.
Penyakit demam
masyarakat di Ind
pada tahun 2008
sekitar 140.000 kasus di Indonesia pada tahun 2010. Peningkatan dan penyebaran
kasus DBD tersebut kemungkinan disebabkan oleh mobilitas penduduk yang
tinggi, perkembangan wilayah perkotaan, perubahan iklim, perubahan kepadatan
dan distribusi penduduk serta faktor epidemiologi lainnya yang masih
memerlukan penelitian lebih lanjut (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
2
Universitas Indonesia
vektor melalui surveilans vektor diatur dalam Kepmenkes No.581 tahun 1992,
bahwa kegiatan PSN dilakukan secara periodik oleh masyarakat yang dikoordinir
oleh RT/RW dalam bentuk Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan pesan
inti 3M Plus. Keberhasilan kegiatan PSN antara lain dapat diukur pada
keberadaan vektor yaitu dengan mengukur Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila
Universitas Indonesia
ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau
dikurangi (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Kegiatan mengukur keberadaan
vektor dilakukan oleh peran serta masyarakat yang telah dikoordinir oleh RT/RW
dan tenaga kesehatan yang telah dilantik menjadi kader.
Universitas Indonesia
3. Metode Penulisan
Dalam makalah ini penulis menggunakan metode penulisan deskritif melalui
pendekatan studi kepustakaan atau literatur dengan mencari sumber sumber
data dan melakukan pengkajian dari berbagai referensi mengenai Demam
Berdarah Dengue.
4. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 4 (empat) BAB : BAB I:Pendahuluan
BAB II:Tinjauan Pustaka
BAB III:Tinjauan Kasus
BAB IV:Penutup / Kesimpulan Daftar Pustaka
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Iklim di indonesia ditentukan oleh letak geografisnya yang diapit oleh benua
eurasian di sebelah utara dan benua Australia di sebelah Selatan. Selain itu
dibatasi juga oleh samudra Pasifik di sebelah timur dan samudera Hindia di
sebelah Barat, sehingga sangat berperan pentig dalam variabilitas dari iklim di
Indonesia.
Iklim dan cuaca juga memiliki peranan yang penting baik secara langsung maupun tidak langsung
berpengaruh terhadap penyebaran / distribusi penyakit DBD.
2.2. Epidemiolog
Penyakit Demam B
Universitas Indonesia
semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan
penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Demam berdarah dengue tersebar diwilayah Asia tenggara, Pasifik barat dan
Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran diseluruh wilayah
tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk.
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vector nyamuk genus Aedes.
Peningkatan kasus tiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan tempat
perindukan bagi nyamuk betina yaitu di bejana yang berisi air jernih.
Universitas Indonesia
b. Kondisi social ekonomi akan mempengaruhi perilaku dalam mempercepat
penularan penyakit DBD. Seperti kurangnya pendingin (AC) di dalam rumah
sehingga membuat masyarakat terbiasa untuk duduk-duduk dui luar rumah
pada pagi dan sore hari yang merupakan waktu yang pas nyamuk Aedes
Aegepty mencari mangsanya (Gubler,1988).
c. Tingkat kepadatan penduduk akan memudahkan penularan DBD karena
berkaitan dengan jarak terbang nyamuk sebagai vektornya. Dari beberapa
hasil penelitian menunjukkan kejadian epidemic DBD banyak terjadi pada daerah yang berpendudu
Imunitas adalah daya tahan tubuh terhadap benda asing atau system kekebalan. Jika system keke
Ststus gizi diperoleh dari nutrient yangdiberikan. Secara umum kekurangan gizi akan berpengaruh
Faktor lingkungan
Factor lingkungan diklasifikasikan menjadi lingkungan fisik, lingkungan kimia, lingkungan biologi da
Lingkungan fisik
Lingkungan fisik mencakup keadaa iklim yang terdiri dari curah hujan, suhu udara, kelembaban uda
Sinar matahari
Pada umumnya sinar matahari berpengaruh terhadap aktivitas nyamuk dalam
Universitas Indonesia
kecepatan angin 11-14 m/ detik akan menghambat aktivitas terbang nyamuk
(Vanleeuwen,1999). Nyamuk aedes aegepty mempunyai jarak terbang yang
paling efektif 50-100 mil atau 81-161 Km (Brown,1983).
4) Lingkungan kimia
Air adalah materi yang sangat penting dalam kehidupan. Air merupakan habitat
nyamuk pradewasa dan berperan penting dalam proses perkembangbiakan
nyamuk. Penyakit dapat dipengaruhi oleh perubahan penyediaan air. Salah satu
diantaranya adalah infeksi yang ditularkan oleh serangga yang bergantung pada air seperti aedes
Lingkungan biologi
Lingkungan biologi berpengaruh terhadap risiko penularan penyakit menular. Hal yang berpengaru
Lingkungan social ekonomi
Secara umum faktor yang berkaitan dengan lingkungan social ekonomi adalah :
Kepadatan penduduk akan mempengaruhi terhadap ketersediaan makanan dan kemudahan dalam
Kehidupan social seperti perkumpulan olahearaga, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas
Stratifikasi social berdasarakan tingkat pendidikan, pekerjaan, etnis dan sebagaianya
Kemiskinan, biasanya berkairtan dengan malnutrisi, fasilitas sanitasi yang tidak memadai yang se
proses penyebaran penyakit menular
sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala, nyeri pada mata, otot dan persendian,
hingga perdarahan spontan (WHO, 2010).
2.3.2 Penyebab
Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam
genus flavavirus merupakan virus dengan diameter 30nm terdiri dari asam
6
ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x10 .
Universitas Indonesia
10
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang
semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Ke-
empat serotip ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotip
terbanyak.
Asimptomatik Simptomatik
Fever DHF
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik, atau dapat
berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue atau
sindrom syok dengue. Demam berdarah dengue ditandai oleh empat manifestasi
klinik mayor yaitu demam tinggi, manifestasi perdarahan (terutama kulit),
hepatomegali, dan tanda kegagalan sirkulasi (World Health Organisation, 1997).
Yang membedakan DBD dengan demam dengue (DD) adalah, pada DBD
ditemukan permeabilitas pembuluh darah yang tinggi, hipovolemia,
hipotensi,trombositopenia dan diathesis hemoragik.
Fase prarenjatan diawali dengan nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi sempit,
hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah dan berkeringat. Muntah dan nyeri abdomen
persisten meski tidak masuk kriteria WHO juga perlu diwaspadai. Seringkali
terdapat perubahan dari demam menjadi hipotermia disertai berkeringat serta
perubahan status mental (somnolen atau iritabilitas).
Demam Dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan 2 atau lebih
manifestasi klinis berikut :
1. Nyeri kepala
11
Universitas Indonesia
2. Nyeri retro orbital
3. Mialgia/atralgia
4. Ruam kulit
5. Manifestasi perdarahan (petekie/uji bendung positif)
6. Leukopenia dan pemeriksaan serologi dengue positif
atau setelah demamnya turun yaitu antara hari ke 3-7 setelah onset gejala. Pada
saat tersebut penderita dapat mengalami hipovolemi hingga lebih dari 30% dan
dapat berlangsung selama 24-48 jam.
Disamping ditemukannya demam, manifestasi perdarahan, trombositipenia, dan
tanda perembesan plasma, pada penderita DBD yang mengalami renjatan juga
terdapat tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab dan dingin, sianosis
Universitas Indonesia
sirkumoral, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi rendah, hipotensi, serta penurunan
status mental. Pada keadaan ini curah jantung menurun dan menyebabkan iskemia
jaringan, sehingga menimbulkan hipoksia jaringan bersangkutan.
DD/
Derajat Gejala Laboratorium
DBD
DD Demam disertai 2 atau lebih Leukopenia Serologi
tanda : sakit kepala, nyeri Trombositopenia, tidak dengue
retro orbital, mialgia, ditemukan kebocoran positif
artralgia. plasma
DBD I Gejala diatas ditambah uji Trombositopenia Serologi
bendung positif (<100.000/ul), bukti dengue
ada kebocoran plasma positif
Trombositopenia
DBD II Gejala diatas ditambah (<100.000/ul), bukti Serologi
perdarahan spontan ada kebocoran plasma dengue
Trombositopenia positif
DBD III Gejala diatas ditambah (<100.000/ul), bukti Serologi
kegagalan sirkulasi (kulit ada kebocoran plasma dengue
dingin, lembab serta Trombositopenia positif
gelisah)
Universitas Indonesia
2.3.5 Patofisiologi Demam Berdarah Dengue (DBD)
Virus dengue yang telah masuk ke tubuh penderita akan menimbulkan viremia.
Hal tersebut menyebabkan pengaktifan komplement sehingga terjadi komplek
imun Antibodi virus. Pengaktifan tersebut akan membentuk dan melepaskan zat
(3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2
di Hipotalamus sehingga terjadi termoregulasi instabil yaitu hipertermia yang
akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat dis
Adanya komplek imun antibodi virus juga menimbulkan Agregasi trombosit sehingga terjadi gang
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup dalam sel yang h
ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan
terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang dan (3) kerusakan sel
endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan.
Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan permiabilitas kapiler;
(2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia; dan
kuagulopati.(Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).
Universitas Indonesia
Perubahan patofisiologi pada DBD yang sudah diketahui antara lain perubahan
pada vaskuler, trombosit, koagulasi dan imunologi. Pada perubahan vaskuler
terjadi kerapuhan pembuluh darah dan kenaikan permeabilitas kapiler. Trombosit
pada fase awal penyakit akan terjadi gangguan fungsi, kemudian menyusul
trombositopenia, gangguan agregasi, penurunan betathromboglobulin, kenaikan
PF4 dan umurnya memendek.
Koagulopati yang terjadi berupa penurunan sejumlah faktor koagulasi, dan terjadi
pula koagulasi intravaskuler. Perubahan imunologi seluler dan humoral antara lain munculnya leuko
Vaskulopati ditandai dengan terjadinya kerapuhan pembuluh darah dan peninggian permeabilitas
Biopsi pada bercak merah di kulit menunjukkan adanya edema perivaskuler pada
mikrovaskulatur terminal di daerah papila kulit, dengan infiltrasi limfosit dan monosit. Di daerah ini
imunoglobulin dan fibrinogen. Pada fase awal timbul vaskulopati dan disfungsi
trombosit, selanjutnya muncul trombositopenia. Fungsi trombosit yang terganggu
berupa penurunan agregasi, kenaikan platelet faetor 4 (PF4) dan penurunan
betathromboglobulin (BTG) disertai memendeknya umur trombosit.
Agregasi trombosit dihambat oleh adanya kompleks imun yang terdiri atas antigen
virus dengue dengan antiodi anti dengue di dalam plasma atau dihambat oleh
Universitas Indonesia
fibrinogen degradation product (FDP). Trombositopeni pada DHF dapat
disebabkan karena adanya komplek imun di permukaan trombosit. Komplek imun
tersebut akan menyebabkan rusaknya trombosit yang kemudian akan diambil hati
dan lien. Trombositopeni dapat juga terjadi karena depresi sumsum tulang dan
konsumsi yang berlebihan di sirkulasi.
Perubahan imunologik pada DHF terdiri atas perubahan imunologik humoral dan
seluler. Perubahan humoral dapat dibuktikan dengan terbentuknya antibodi IgG
yang dipakai sebagai dasar uji haemaglitinasi inhibition (HI) dan Dengue Blot,
dan IgM yang pada umumnya dideteksi dengan IgM Elisa Capture. Selain
komplek imun IgG dan IgM, juga ada komplek imun IgA dan IgE. Perubahan
imunologik seluler adalah terjadinya leukopeni pada fase akut disertai
aneosinofili, kenaikan monosit dan basofili. Limfosit-T menurun dan limfosit-B
meningkat pada fase akut.
Peranan Makrofag
Makrofag adalah salah satu sel target pada infeksi dengue. Pembiakan virus
terjadi di dalam sel ini, semakin banyak makrofag yang diinfeksi virus makin
berat penyakit yang timbul. Berat ringan penyakit dapat diduga dipengaruhi
secara genetis, yaitu dengan cara membantu atau menghambat pertumbuhan virus
dalam monosit. Di Kuba mononuklear orang kulit putih lebih peka dari pada
orang kulit hitam.
Peranan IgM
IgM akan muncul pada fase awal penyakit yang dimulai pada hari keempat.
Infeksi sekunder tidak selalu menimbulkan dengue berat, dengue berat hanya
muncul pada 1-3% kasus. Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian itu
Universitas Indonesia
adalah IgM spesifik terhadap dengue. IgM yang bersifat netralisasi dapat
berikatan dan menetralisasi infeksi sekunder sehingga mencegah timbulnya sakit
yang berat. Bila IgM tidak cukup, maks timbul peningkatan IgG yang akan
menghasilkan dengue bentuk yang berat.
Arbovirus
(dibawa oleh nyamuk aedes agegypti)
Trombositopenia
Paru
Aktivasi factor : Efusi
pembe pleura Hepar :Hepatomegali Abdome
kuan
Perdarahan
DIC
Syok Hipovolemia
Universitas Indonesia
Sesak nafas, mual dan muntah
1. Fase demam
Pasien biasanya mengalami demam tinggi yang tiba-tiba. Fase demam akut
biasanya berlangsung 2-7 hari dan sering disertai dengan kemerahan pada wajah,
eritema kulit, sakit badan, mialgia, arthralgia dan sakit kepala. Beberapa pasien
mungkin memiliki sakit tenggorokan faring, noreksia, mual dan muntah. Hal
tersebut bisa sulit untuk membedakan secara klinis dari demam berdarah non-
dengue penyakit pada fase awal demam. Tes tourniquet positif dalam fase ini
meningkatkan probabilitas dengue. Selain itu, fitur klinis tidak dapat dibedakan
antara kasus demam berdarah parah dan tidak parah. Oleh karena itu pemantauan
untuk peringatan tanda-tanda dan parameter klinis lainnya adalah penting untuk
mengenali perkembangan ke fase kritis. Mild manifestasi perdarahan seperti
membran petechiae dan perdarahan mukosa (mis. hidung dan gusi). Massive
pendarahan vagina (pada wanita usia subur) dan perdarahan gastrointestinal dapat
Universitas Indonesia
terjadi selama tahap ini tetapi tidak umum terjadi. Hepar sering membesar setelah
beberapa hari demam. Kelainan paling awal dalam jumlah darah lengkap adalah
penurunan progresif dalam sel putih yang harus waspada dokter untuk
kemungkinan demam berdarah tinggi.
2. Fase Kritis
Terjadi pada saat penurunan suhu badan sampai normal. Saat suhu turun menjadi
37,5-38 C atau kurang dan tetap di bawah tingkat ini, biasanya pada hari 3-7
penyakit terjadi peningkatan kapiler permeabilitas secara paralel dengan tingkat hematokrit menin
Pada titik pasien tanpa peningkatan permeabilitas kapiler akan membaik, sementara dengan penin
Shock terjadi ketika volume kritis plasma hilang melalui kebocoran. Hal ini sering didahului oleh tan
fase demam berdarah, total jumlah sel darah putih dapat meningkat pada pasien
Universitas Indonesia
mungkin memiliki ruam dari "pulau-pulau putih di laut merah. Beberapa mungkin
mengalami pruritus umum. Bradikardi dan perubahan elektrokardiografi biasa
terjadi selama tahap ini.
Hematokrit yang stabil atau mungkin lebih rendah karena efek pengenceran yang
diserap cairan. Jumlah sel darah putih biasanya mulai naik segera setelah
penurunan suhu badan sampai yg normal tetapi pemulihan jumlah trombosit
biasanya lebih dari itu dari jumlah sel darah putih. Distress pernapasan dari efusi
pleura masif dan ascites akan terjadi pada setiap saat jika cairan intravena yang
berlebihan telah diberikan. Selama kritis dan / atau pemulihan fase, terapi cairan
yang berlebihan berhubungan dengan edema paru atau kongestif gagal jantung.
Leukosit : dapat normal atau turun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis
relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru >15%
dari jumlah total leukosit yang ada pada fase syok akan meningkat.
Trombosit : umumnya terdapat trombositopenia hari ke 3-8.
Hematokrit : Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan
hematokrit > 20% dari hematokrit awal, umumnya di temukan pada hari ke-3
demam
Hemostasis : dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau
FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan
darah.
Protein/ albumin : dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma
SGOT/SGPT: dapat meningkat.
Ureum kreatinin : bila didapatkan gangguan ginjal
Elektrolit : sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.
Universitas Indonesia
20
Golongan darah dan cross match: bila akan diberikan transfuse darah atau
komponen darah
Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue.
2) Radiologi
Pada foto dada terdapat efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi bila
terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura ditemui di kedua hemitoraks.
Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral.
Universitas Indonesia
Protokol 3
Peningkatan Ht > 20% menunjukkan bahwa tubh mengalami deficit cairan
sebanyak 5%. Pada keadaan ini terapi awal pemberian cairan adalah dengan
memberikan infuse cairan kristaloid sebanyak 6-7ml/kg/jam. Pasien dipantau
setelah 3-4 jam pemberian cairan. Bila terjadi perbaikan yang ditandai dengan
hematokrit turun, frekuensi nadi turun, tekanan darah stabil, produksi urin
meningkat, maka jumlah cairan dikurangi menjadi 5ml/kgBB/jam.
Jika setelah pemberian terapi cairan awal 6-7ml/kgBB/jam tidak membaik, yang
ditandai dengan hemtokrit dan nadi meningkat, produksi urin menurun, maka kita
harus menaikkan jumlah cairan infuse menjadi 10ml/kgBB/jam.
Protokol 4
Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa.
Perdarahan spontan dan massif pada penderita DBD dewasa adalah: perdarahan
hidung, perdarahan saluran kemih, perdarahan saluran cerna, perdarahan otak atau
perdarahan tersembunyi dengan jumlah perdarahan sebanya 4ml/kgBB/jam. Pada
keadaan seperti ini jumlah dan kecepatan pemberian cairan tetap seperti keadaan
DBD tanpa syok lainnya. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan dan
jumlah urin dilakukan dengan kewaspadaan Hb, Ht, dan thrombosis serta
hemostase harus segera dilakukan dan pemeriksaan Hb, Ht dan trombosit
sebaiknya diulang setiap 4-6 jam.
Protokol 5
Penatalaksanaan Sindrom Syok Dengue pada Dewasa.
Bila berhadapan dengan sindrom syok Dengue maka hal yang perlu diingat adalah
bahwa renjatan harus segera diatasi dan oleh karena itu penggantian cairan
intravascular harus segera dilakukan.
Pada kasus SSD cairan kristaloid adalah pilihan utama yang diberikan. Selain
resusitasi cairan, penderita juga diberikan oksigen 2-4 liter/menit. Pemeriksaan
yang harus dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap, hemostasis, AGD, kadar
natrium, kalium dan klorida serta ureum dan kreatinin.
Universitas Indonesia
Pada fase awal, cairan kristaloid diguyur sebanyak 10-20 ml/kgBB dan dievalusi
setelah 15-30 menit. Bila renjatan teratasi, jumlah cairan dikurangi menjadi
7ml/kgBB/jam.
Bila setelah fase awal pemberian cairan ternyata renjatan belum teratasi, maka
pemberian cairan kristaloid dapat ditingkatkan menjadi 20-30ml/kgBB dan
kemudian dievaluasi setelah 20-30 menit. Bila nilai hematokrit meningkat berarti
perembesan plasma masih berlangsung maka pemberian cairan koloid merupakan
Asuhan keperawatan diawali dengan mencari data dasar yang akurat berupa hasil
pengkajian. Setelah pengkajian maka ditegakkan diagosa keperawatan lalu
menyusun rencana tindakan (intervensi) sebagai panduan dalam melakukan
tindakan keperawatan (implementasi). Proses asuhan keperawatan yang terakhir
adalah evaluasi keperawatan untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan
yang telah dilakukan.
A. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, no. rekam
medis, diagnosa medis.
B. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama
Demam tinggi dan mendadak, perdarahan (petekie, ekimosis, purpura pada
ekstremitas atas, dada, epistaksis, perdarahan gusi), kadang kadang disertai
kejang dan penurunan kesadaran.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Badan panas, suhu tubuh tinggi secara mendadak dalam waktu 2 7 hari,
terdapat bintik merah pada ektremitas dan dada, selaput mukosa mulut kering,
epistaksis, gusi berdarah, pembesaran hepar, kadang disertai kejang dan
penurunan kesadaran.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Universitas Indonesia
Apakah pernah menderita DHF, malnutrisi.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang terserang DHF.
5. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Apakah lingkungan tempat tinggal sedang terserang wabah DHF.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum dan Tanda Tanda Vital
Adanya penurunan kesadaran, kejang dan kelemahan; suhu tubuh tinggi; nadi cepat, lemah, kecil s
Sistem Tubuh
Pernapasan
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 awal jarang terdapat gangguan pada sistem pernapasan kecuali b
Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 kadang terdapat batuk dan pharingitis karena demam yan
Kardiovaskuler
Anamnesa : Pada derajat 1dan 2 keluhan mendadak demam tinggi
Universitas Indonesia
daerah akral, nadi cepat, hipotensi, sakit kepala, menurunnya
volume plasma, meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah, trombositopenia dan diatesis hemorhagic. Derajat 4 shock,
nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
2.3. Persarafan
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 pasien gelisah, cengeng dan rewel
karena demam tinggi dan pada derajat 3 dan 4 terjadi penurunan
tingkat kesadaran.
Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 konjungtiva mengalami perdarahan, dan pada derajat 3 da
Perkemihan Eliminasi Urinaria
Anamnesa : Derajat 3 dan 4 kencing sedikit bahkan tidak ada kencing.
Pemeriksaan fisik : Produksi urin menurun (oliguria sampai anuria), warna berubah pekat dan berw
Pencernaan Eliminasi Fekal
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 mual dan muntah / tidak ada nafsu makan, haus, sakit menelan,
Pemeriksaan fisik : Derajat 1 dan 2 mukosa mulut kering, hiperemia tenggorokan, derajat 3 dan 4 t
Muskuloskeletal
Universitas Indonesia
disertai tanda kesakitan, sedangkan derajat 3 dan 4 pasien
mengalami parese atau kekakuan bahkan kelumpuhan.
D. Data Penunjang
Hematokrit normal : PCV/ Hm= 3 X Hb sampai meningkat >20 %.
Trombositopenia, kurang dari 100.000/mm3.
Masa perdarahan dan protombin memanjang.
Ig G dengue positif.
Hasil pemeriksaan kimiadarahmenunjukkanhipopr
hiponatremia, hipokloremia.
Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, neutropenia, aneosinofilia, pening
SGOT / SGPT mungkin meningkat.
Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan u
Resiko / aktual kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas pembul
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipovolemia.
Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, tirah baring.
Resiko syok berhubungan dengan hipovolemia.
Universitas Indonesia
11. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah
interpretasi informasi, kurang pajanan
INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx 1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (viremia). Kriteria evaluasi ( NO
Pasien akan :
Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.
Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan.
Intervensi :
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Monitor suhu pasien. 1. Pola demam dapat membantu
dalam diagnosis; kurva demam
lanjut lebih dari 4 hari menunjukan
infeksi yang lain.
2. Anjurkan pasien untuk banyak 2. Peningkatan suhu tubuh
minum ( lebih kurang 2,5 liter/24 mengakibatkan penguapan tubuh
jam ). meningkat sehingga perlu
diimbangi dengan asupan cairan
yang banyak.
3. Berikan kompres hangat. 3. Dengan vasodilatasi dapat
meningkatkan penguapan yang
mempercepat penurunan suhu
tubuh.
4. Anjurkan untuk tidak memakai 4. Pakaian tipis membantu
selimut dan pakaian yang tebal. mengurangi penguapan tubuh.
Kolaborasi :
1. Berikan terapi cairan intravena dan 1. Pemberian cairan sangat penting
obat-obatan sesuai program dokter. bagi pasien dengan suhu tinggi.
2. Berikan antipiretik. 2. Digunakan untuk mengurangi
demam dengan aksi sentralnya
pada hipotalamus.
Universitas Indonesia
DX 2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
Kriteria evaluasi ( NOC ) :
Pasien akan :
1. Mengatakan nyeri hilang atau terkontrol.
2. Menunjukan relaksasi, dapat tidur atau istirahat.
3. Menunjukan perilaku mengurangi nyeri.
DX 3. Ketidakseimbangannutrisi:Kurangdarikebutuhantubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan : mual, muntah, anore
Kriteria evaluasi ( NOC ) :
Pasien akan :
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Kaji keadaan umum pasien (lemah, 1. Menetapkan data dasar pasien
pucat, takikardi) serta tanda-tanda untuk mengetahui penyimpangan
vital. dari keadaan normal.
2. Observasi tanda-tanda syok. 2. Agar dapat segera dilakukan
tindakan untuk menangani shock.
3. Anjurkan pasien untuk banyak 3. Asupan cairan sangat diperlukan
minum. untuk menambah volume cairan
tubuh.
4. Catat intake dan output cairan. 4. Untuk mengetahui keseimbangan
cairan.
5. Palpasi nadi perifer, capilary refill, 5. kondisi yang berkontribusi dalam
Universitas Indonesia
30
Kolaborasi :
1. Berikan cairan intravena sesuai 1. Hipotonik solution ( NaCl 0,45% )
program dokter : NaCl 0,45%, RL digunakan untuk memenuhi
solution. kebutuhan elektrolit.
Universitas Indonesia
Pasien akan :
1. Mempertahankan/ memperbaiki perfusi jaringan dengan bukti tanda vital
stabil, kulit hangat, nadi perifer teraba, AGD dalam batas normal, kesadaran
normal, keluaran urine adekuat.
Intervensi :
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Pantau tanda-tanda vital; palpasi 1. Merupakan indikator dari volume
denyut nadi perifer; catat suhu/ sirkulasi dan fungsi organ/ perfusi
warna kulit dan pengisian kapiler; jaringan yang adekuat.
evaluasi waktu dan pengeluaran
urine.
2. Kaji adanya perubahan tingkat 2. Perubahan dapat menunjukkan
kesadaran , keluhan pusing atau ketidakadekuatan perfusi serebral.
sakit kepala.
3. Auskultasi nadi apikal.Awasi 3. Perubahan disritmia dan iskemia
irama jantung dengan EKG. dapat terjadi sebagai akibat
hipotenSi, hipoksia, asidosis,
ketidakseimbangan elektrolit.
Kolaborasi :
1. Berikan oksigen tambahan sesuai 1. Mengatasi hipoksemia dan asidosis
indikasi. selama perdarahan.
2. Pemeriksaan AGD/ awasi nadi 2. Mengidentifikasi hipoksemia,
oksimetri. keefektifan/ kebutuhan untuk
terapi.
3. Berikan cairan IV sesuai indikasi/ 3. Mempertahankan volume sirkulasi
produk darah sesuai kebutuhan. dan perfusi jaringan.
urin
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Monitor keadaan umum pasien. 1. Memantau kondisi pasien selama
masa perawatan terutama pada saat
terjadi perdarahan sehingga segera
diketahui tanda syok dan dapat
segera ditangani.
2. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 2. Tanda vital normal menandakan
sampai 3 jam. keadaan umum baik.
3. Monitor tanda perdarahan. 3. Perdarahan cepat diketahui dan
dapat diatasi sehingga pasien tidak
sampai syok hipovolemik.
4. Palpasi nadi perifer; capilary refill, 4. Kondisi yang berkontribusi dalam
temperatur kulit, kaji kesadaran. kekurangan cairan ekstraselular
yang dapat menyebabkan kolaps
pada sirkulasi/ syok.
5. Lapor dokter bila terdapat tanda 5. Untuk mendapatkan penanganan
syok hipovolemik. lebih lanjut sesegera mungkin.
Kolaborasi :
Universitas Indonesia
1. Cek laboratorium :haemoglobin, 1. Untuk mengetahui tingkat
hematokrit, trombosit. kebocoran pembuluh darah yang
dialami pasien sebagai acuan
melakukan tindakan lebih lanjut.
2. Berikan cairan sesuai program : 2. Koreksi defisit konsentrasi protein
Koloid : dextran, plasma/albumin, plasma, meningkatkan tekanan
Hespan. osmotik intravaskular, dan
memfasilitasi kembalinya cairan
kedalam kompartemen pembuluh
darah.
3. Tranfusi Whole blood/ tranfusi 3. Mengindikasikan hipovolemia
PRC. / FFP yang berhubungan dengan
kehilangan darah aktif.
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Lakukan teknik aseptik saat 1. Tindakan aseptik merupakan
melakukan tindakan pemasangan tindakan preventif terhadap
infus. kemungkinan terjadi infeksi.
Kolaborasi :
1. Pemasagan infus kembali sesuai 1. Untuk memenuhi kebutuhan cairan
instruksi dokter. pasien.
dan
DX.10. Ansietas berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk
perdarahan
Kriteria evaluasi :
Pasien akan :
- Melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang dapat ditangani.
- tampak rileks.
Intervensi :
Intervensi Rasional
Universitas Indonesia
Mandiri :
1. Kaji rasa cemas yang dialami 1. Menetapkan tingkat kecemasan
pasien. yang dialami pasien.
2. Jalin hubungan saling percaya 2. Pasien bersifat terbuka dengan
dengan pasien. perawat.
3. Tunjukkan sifat empati. 3. Sikap empati akan membuat pasien
merasa diperhatikan dengan baik.
4. Beri kesempatan pada pasien untuk 4. Meringankan beban pikiran pasien.
mengungkapkan perasaannya.
5. Gunakan komunikasi terapeutik. 5. Agar segala sesuatu yang
disampaikan diajarkan pada pasien
memberikan hasil yang efektif.
6. Berikan informasi tentang proses 6. Mengetahui apa yang diharapkan
penyakit dan antisipasi tindakan. dapat menurunkan ansietas.
7. Jadwalkan istirahat dan tidur 7. Membatasi kelemahan, menghemat
adekuat . energi, dan meningkatkan
kemampuan koping.
DX 11. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuh pengobatan berhu
Kriteria evaluasi : Pasien akan : an
Menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan dan resiko komplikasi.
Berpartisipasi dalam pengobatan.
Intervensi :
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Jelaskan pentingnya pembatasan 1. Memberikan informasi pada pasien
aktifitas selama periode penurunan untuk merencanakan rutinitas /
trombosit aktifitas tanpa menimbulkan
masalah.
2. Jelaskan gejala yang memerlukan 2. Upaya intervensi untuk
intervensi medik seperti akral/ menurunkan resiko komplikasi
tangan dingin, epistaksis, serius seperti perdarahan, tanda
perdarahan gusi,melena, sesak. syok.
3. Dorong aktifitas sesuai toleransi 3. Mencegah kelemahan, dapat
dengan periode istirahat periodik. meningkatkan penyembuhan dan
perasaan sehat, dan mempermudah
kembali ke aktifitas normal.
4. Diskusikan penghindaran 4. Menurunkan resiko perdarahan
penggunaan sikat gigi, sehubungan dengan trauma dan
menggunakan sikat gigi halus/ obat perubahan koagulasi.
kumur, membersihkan kotoran
hidung dengan keras.
Universitas Indonesia
36
Universitas Indonesia
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. T DENGAN
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI
RUANG MELATI ATAS RS. PERSAHABATAN
3.1 PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
1. Inisial klien : Tn. T
2. Usia : 17 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Tgl lahir : 15-01-1996
5. No. RM : 1400429
6. Tanggal masuk : 16/05/2013
7. Tanggal pengkajian : 17/05/2013
8. Alamat : Jl. Asrama Polri Cipinang atas blok D no 13 RT 05 RW 5
Kel. Cipinang Pulogadung
Universitas Indonesia
Pengobatan
8. RL 500 cc/8 jam
Fimahes / 24 jam
Transfusi TC 10 ui
Diet lunak 1700 kkal
Paracetamol 3 x 500 mg
OMZ 2 X 10 mg
3.2 ANALISA DATA
NO DATA MASALAH KEPERAWATAN
1 DS: Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi)
- Klien mengeluh badan panas
- Klien mengatakan demam
sejak 3 hari yang lalu
DO:
- Kulit tampak kemerahan dan
berkeringat
- Kulit teraba panas
- Suhu 38 C
2 DS : Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi ;
- Kien mengeluh mual dan kurang dari kebutuhan
muntah
Nafsu makan menurun
Nyeri ulu hati
Makan 1-2 sendok
Klien mengeluh lemas DO
:
- Selaput mukosa kering
- Nyeri tekan pada epigastrik
- Porsi makan tidak habis
3 DS : Risiko perdarahan
- Klien mengatakan tidak
mengalami perdarahan gusi
DO :
- Trombosit : 61 ribu/mm3
- Petechie (+)
4 DS : Risiko Defisit volume cairan
- Klien mengeluh haus terus
- Klien mengatakan badan
berkeringat terus
- Klien mengatakan BAK
40
Kolaborasi :
1. Berikan terapi cairan intravena 1. Pemberian cairan sangat penting
dan obat-obatan sesuai program bagi pasien dengan suhu tinggi.
dokter
2. Berikan antipiretik. 2. Digunakan untuk mengurangi
demam dengan aksi sentralnya
pada hipotalamus.
Universitas Indonesia
Kolaborasi :
1. Awasi Hb, Ht, trombosit dan 1. Indikator adanya perdarahan
faktor pembekuan. aktif, hemokonsentrasi, atau
terjadinya komplikasi ( DIC ).
2. Meningkatkan sintesis
protrombin dan koagulasi.
Kekurangan vit C meningkatkan
kerentanan terjadinya iritasi /
perdarahan.
46
Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASA
N
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang muncul pada klien dengan DBD secara umum
adalah demam yang mendadak, ada rasa mual dan disertai muntah,
adanya perdarahan (petekie, ekimosis, purpura pada ekstremitas atas,
dada, epistaksis, perdarahan gusi), kadang kadang disertai kejang dan
penurunan kesadaran.
Pada kasus Tn. T, Keluhan utama yang menjadi alasan klien datang ke Rumah Sakit adalah karena
Riwayat Penyakit Sekarang (saat dikaji)
Saat dikaji klien mengeluh badan panas, kepala terasa pusing, mual-mual dan badan terasa lemas.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pada kasus DHF riwayat penyakit dahulu untuk menentukan apakah DHF yang dialami klien saat in
Seseorang yang pernah mendapat infeksi primer virus dengue, akan
mempunyai antibody yang dapat menetralisasi yang sama (homologous).
Universitas Indonesia
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan sangat perlu dikaji karena sangat berpengaruh
terhadap penyebaran dari penyakit DHF. Penularan infeksi virus dengue
terjadi melalui vector nyamuk genus Aedes. Peningkatan kasus tiap
tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan tempat perindukan
bagi nyamuk betina yaitu di bejana yang berisi air jernih.
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum dan Tanda Tanda Vital
Keadaan umum pada klien dengan masalah DHF dapat bervariasi dari yang ringan sampai yang be
Sistem Tubuh
Pernapasan
Pola pernafasan klien Tn. T di dalam kasus tidak mengalami gangguan pernapasan, hal ini sesuai d
Cardiovaskuler
Pada pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler pada klien ditemukan TD: 100/70 mmHg, N: 90 x/mn
tanda dan manifestasi klinis pasien dengan DHF derajat satu.
3) Persarafan
Pada pemeriksaan system persarafan klien tidak mengalami gangguan
atau penurunan kesadaran. Penurunan kesadaran terjadi sebagai akibat
dari penurunan volume cairan intravaskuler yang menyebabkan
perfusi ke seluruh tubuh berjurang termasuk ke jaringan otak.
Universitas Indonesia
70
Universitas Indonesia
karena pada klien belum terjadi perpindahan cairan dari intravaskuler ke
ekstravaskuler. Nilai Hb akan semakin meningkat seiring nilai hematokrit
yang meningkat.
Pemeriksaan fungsi hepar, pada klien Tn . T mengalami peningkatan yaitu
SGOT = 86 (N : 0-37) dan SGPT = 46 (0-40). hal ini tampak bahwa
Hepar sudah mengalami gangguan akibat proses penyakit yang terjadi.
Pemerikasaaan fungsi ginjal dapat dilakukan untuk mengetahui apakah
proses penyakit sudah mengganggu fungsi ginjal atau tidak. pada kasus
Tn. T fungsi ginjal masih dalam keadaa baik yaitu ureum 19 (N : 20-40) dan kreatinin 1 ( N:0.8-1.5)
5. Pengobatan
Tatalaksana yang dilakukan berdasarkan dengan standar yang digunakan dan berlaku di rumah sak
pencernaan tidak banyak terjadi.
keperawatan yang dapat muncul hanya beberapa masalah keperawatan saja yang
dapat diangkat dari kasus Tn. T.
masalah keperawatan diangkat berdasarkan dari data subjektif dan objektif yang
merupakan gejala atau manifestasi klinis Tn. T dan juga didukung oleh data-data
dari pemeriksaan penunjang. Masalah keperawatan yang diangkat dalam kasus
Tn. T adalah :
Universitas Indonesia
1. Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi)
2. Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi ; kurang dari kebutuhan
3. Risiko perdarahan
4. Risiko Defisit volume cairan
Dari ke empat daftar masalah di atasa, tampak bahwa hanya satu masalah
keperawatan yang bersifat actual dan sisanya sebanyak tiga masalah bersifat
4.3Diagnosa Keperawatan
Tahap kedua dari asuhan keperawatan yaitu merumuskan diagnosa keperawatan. Diagnosa ditegak
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, munta
Risiko kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasm
Risiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
Diagnosa diatas adalah diagnosa yang dibuat berdasarkan acuan dari diagnose
keperawatan bagi penderita DHF sesuai dengan literature atau buku sumber yang ada namun tida
Universitas Indonesia
Pada diagnosa keperawatan yang bersifat risiko dilakukan prioritas kembali untuk
menentukan masalah keperawatan yang akan dilakukan intervensi terlebih dahulu.
Intervensi dilakukan berdasarakan atas masalah yang muncul pada klien dengan
rasionalisasi tindakan yang tepat.
Pada kasus Tn. T intervensi yang disusun berdasarkan hasil dari analisa data
masalah dan diagnosa keperawatan yang muncul. Intervensi keperawatan yang
disusun adalah :
Dx. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia). Mandiri :
Monitor suhu pasien.
Anjurkan pasien untuk banyak minum (lebih kurang 2,5 liter / 24 jam).
Berikan kompres hangat
Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal. Kolaborasi :
Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter
Berikan antipiretik.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, munta
Mandiri :
Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien
Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.
Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari. Kolaborasi :
Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.
Risiko kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
Universitas Indonesia
- Catat intake dan output cairan.
- Palpasi nadi perifer, capilary refill, temperatur kulit, kaji kesadaran, tanda
perdarahan
- Monitor adanya nyeri dada tiba-tiba, dispnea, sianosis, kecemasan yang
meningkat, kurang istirahat.
- Kaji kemampuan menelan klien.
Kolaborasi :
Berikan cairan intravena sesuai program dokter : NaCl 0,45%, RL
solution.
Koloid : dextran, plasma/albumin, Hespan/Fimahes.
Risiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia Mandiri :
Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis.
Anjurkan pasien untuk banyak istirahat/bedrest.
Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih lanjut.
Awasi tanda vital
Anjurkan meminimalisasi penggunaan sikat gigi, dorong penggunaan antiseptik untuk mulut.
Gunakan jarum kecil untuk injeksi atau pengambilan sampel darah
Observasi adanya ptekie, epistaksis, perdarahan gusi, melena. Kolaborasi :
Awasi Hb, Ht, trombosit dan faktor pembekuan.
Klien dirawat selama 8 hari, pada hari terakhir klien dirawat semua masalah
keperawatan dapat diatasi dank lien dinyatakan sudah diperbolehkan pulang oleh
dokter penanggung jawab pasien (DPJP).
Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
Universitas Indonesia
sepenuhnya sesuai dengan teori terkait, karena disesuaikan dengan situasi dan
kondisi lansia.
5.1 SARAN
1. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien dengan DBD harus
dilakukan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sesuai dengan tingkat
atau derajat penyakitnya. Keputusan dan tindakan yang tepat dalam
menangani masalah yang timbul dapat menyelamatkan klien dari kematian. Oleh karena itu dibutu
2. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan DBD, petugas kesehatan harus me
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas
Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta.
Suhendro, dkk .(2006) Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi kedua.
Penerbit FKUI. Jakarta.
Mansjoer Arif, dkk 2000. Kapita Selecta Kedokteran. Edisi III, Media Aeculopius,
Jakarta.
Behrman, Kliegman, Arvin. (2000). Demam Berdarah Dengue . Dalam Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta : EGC.
rd
Corwin, Elizabeth J. ( 2008). Handbook of Pathophysiology. 3 edition. Lippincott
William and Walkin.
Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
Pemukiman. (1990). Petunjuk Diagnosa dan penatalaksanaan Penderita Demam
berdarah Dengue. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Handayani, W dan Haribowo.(2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
Irianto, Kus.( 2004). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia. Bandung : Yrama Widya.
Sutedjo, AY. (2008). Buku Saku Mengenal Penyakit melalui Hasil Laboratorium.
Yogyakarta : Amara Books.
Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. EGC : Jakarta.
Price, Sylvia Anderson.(2005). Patofisiologi : konsep klinis proses-prose penyakit. Ed.
6.Jakarta ;EGC