Anda di halaman 1dari 121

UNIVERSITAS INDONESIA

Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. T Dengan Masalah Kesehatan


Masyarakat Di Perkotaan : Demam Berdarah Dengue (DBD)
Di Ruang Melati Atas RSUP Persahabatan

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

YUDI ELYAS, S.Kep.


1006823620

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
DEPOK
JULI 2013

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Kesehatan


Masyarakat Di Perkotaan : Demam Berdarah Dengue (DBD)
Di Ruang Melati Atas RSUP Persahabatan

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Ners Keperawatan

YUDI ELYAS, S.Kep


1006823620

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
JULI 2013
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Yudi Elyas, S.Kep


NPM : 1006823620
Tanda Tangan :

Tanggal : 4 Juli 2013

i Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN

KIA-N ini diajukan oleh :


Nama : Yudi Elyas, S.Kep
NPM : 1006823620
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul KIA : Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. T Dengan
Masalah Kesehatan Masyarakat Di Perkotaan:
Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang Melati
Atas RSUP Persahabatan

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners
Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu
Keperawatan, Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Efy Afifah, S.Kp., M.Kes ( )

NIP : 196805111993032002

Penguji : Ns. O. Rohana, S.Kep ( )


NIP : 196303111983032002

Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 4 Juli 2013

ii Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini. Penulisan karya ilmiah akhir
ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memenuhi tugas
akhir dalam mencapai gelar Ners Ilmu Keperawatan. Saya menyadari bahwa tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai
penyusunan karya ilmiah akhir ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan
karya ilmiah akhir ners ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dewi Irawaty, M.A, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Fakultas
Ilmu Keperawatan;
2. Ibu Efi Afifah, S.Kp., M.Kes selaku dosen pembimbing karya ilmiah akhir ners
yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan arahan serta masukan dalam
penyusunan karya ilmiah akhir ners ini
3. Bpk. I Made Kariasa S.Kp, M.Kep, Sp KMB selaku dosen pembimbing
pemintana keperawatan medikal bedah yang telah menyediakan waktu, tenaga,
pikiran dan arahan serta masukan dalam penyusunan karya ilmiah akhir ners ini;
4. Bapak Ibu dosen serta seluruh staf Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia yang telah berkontribusi memberikan materi selama perkuliahan dan
praktikum berlangsung.
5. Teman sepembimbing dan seperjuangan dan kelompok KKMP peminatan KMB
di Rumah sakit persahabatan khususnya di Ruang melati Atas yang senantiasa
bersama selama proses bimbingan karya ilmiah akhir ners, saling memberikan
dukungan dan bertukar informasi selama penyusunan karya ilmiah akhir ners ini.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah akhir ners ini dapat membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Depok, 4 Juli 2013


Penulis
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah
ini: Nama : Yudi Elyas S.Kep
NPM : 1006823620
Program Studi : Profesi Ilmu
Keperawatan Fakultas : Ilmu
Keperawatan
Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas


Indonesia Hak Bebas Royalti Noneklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah
saya yang berjudul:

Asuhan Keperawatan Pada


Klien Tn. T Dengan Masalah Kesehatan Masyarakat Di
Perkotaan : Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang Melati Atas RSUP Persahabatan

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eklusif ini
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 4 Juli 2013
Yang menyatakan,

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013


(Yudi Elyas S.Kep)

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013


ABSTRAK

Nama : Yudi Elyas S.Kep


Program Studi : Profesi Ilmu Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Kesehatan Masyarakat
Di Perkotaan : Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang Melati Atas
RSUP.Persahabatan

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit masyarakat di perkotaan.
DBD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Manifestasi klinis infeksi virus
dengue dapat bersifat asimtomatik atau dapat berupa demam yang tidak khas, demam dengue,
demam berdarah dengue atau sindrom syok dengue. Demam berdarah dengue ditandai oleh
empat manifestasi klinik mayor yaitu demam tinggi, manifestasi perdarahan (terutama kulit),
hepatomegali, dan tanda kegagalan sirkulasi. Karya ilmiah ini merupakan laporan ilmiah
mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan masyarakat perkotaan ;
DBD. Implementasi dilakukan pada Klien yang dirawat selama 8 hari di ruang rawat penyakit
dalam Melati Atas RSUP Persahabatan. Jumlah masalah keperawatan yang diangkat adalah
peningkatan suhu tubuh, risiko defisit volume cairan, risiko perdarahan dan risiko gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi. Masalah keperawatan tersebut teratasi sampai hari ke-8
perawatan.

Kata kunci: Wilayah Endemik DBD, Vektor, Pejamu, Lingkungan.


ABSTRACT

Name : Yudi Elyas S.Kep


Study Program : Nursing
Title : Nursing Care In Client With Dengue Hemorrhagic Fever at Public
Health Problem In Urban Communities, Melati Atas RSUP. Persahabatan

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is a disease in urban communities. Dengue is an infectious


disease caused by the dengue virus. Clinical manifestations of dengue virus infection may be
asymptomatic or may not be a typical fever, dengue fever, dengue hemorrhagic fever or dengue
shock syndrome. Dengues hemorrhagic fever is characterized by four major clinical
manifestations are high fever, hemorrhagic manifestations (especially the skin), hepatomegaly,
and a sign of circulatory failure. This paper discuss about the nursing care to clients with health
problems of urban communities; DHF. Implementation is done on client who were treated for 8
days at Melati Atas ward, Persahabatan Hospital. Number of nursing problems are body
temperature is increased, the risk of fluid volume deficit, risk of bleeding and the risk of
impaired nutritional needs. Nursing problem is solved until the 8th day care.

Keywords: Endemic dengue region, vector, host, environment.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ii
HALAMAN PENGESAHAN . iii
KATA PENGANTAR... iv
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI v
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
DAFTAR ISI.....................................................................................................viii

BAB1 : PENDAHULUAN...........................................................................
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan..............................................................................3
1.3 Metode Penulisan.........................................................................3
1.4 Sistematika Penulisan......................................................................3

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA.................................................................


2.1 Letak Demografis Indonesia............................................................5
2.2 Epidemiologi dan Masalah Kesehatan di masyarakat
Indonesia..........................................................................................5
2.3 Konsep Dasar Demam Berdarah Dengue (DBD)............................9
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Demam Berdarah
Dengue............................................................................................23

BAB 3 : TINJAUAN KASUS...........................................................................36


3.1 Kasus Pemicu.................................................................................36
3.1 Pengkajian Keperawatan................................................................36
3.2 Analisa Data................................................................................... 39
3.3 Diagnosa Keperawatan...................................................................40
3.4 Intervensi Keperawatan..................................................................41
3.5 Evaluasi Keperawatan....................................................................46

BAB 4 : PEMBAHASAN....... 66
BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN.... 74
DAFTAR PUSTAKA
1

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang dapat terjadi pada
anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai ruam atau tanpa ruam (Soeparman, 2006). DBD disebabkan oleh
Arbovirus (Arthrop
Albopictus dan Aed
perdarahan gusi, he

Penyebaran DBD sangat mudah dan dapat menjadi wabah di suatu lingkungan
tertentu. Demam berdarah dengue tersebar diwilayah Asia tenggara, Pasifik barat dan Karibia. Indo
tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu di bejana yang berisi air jernih.

Penyakit demam
masyarakat di Ind
pada tahun 2008

sekitar 140.000 kasus di Indonesia pada tahun 2010. Peningkatan dan penyebaran
kasus DBD tersebut kemungkinan disebabkan oleh mobilitas penduduk yang
tinggi, perkembangan wilayah perkotaan, perubahan iklim, perubahan kepadatan
dan distribusi penduduk serta faktor epidemiologi lainnya yang masih
memerlukan penelitian lebih lanjut (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
2

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013


Jakarta merupakan kota ke-dua setelah Bali yang menyumbang angka kejadian
DBD tertinggi di Indonesia. Intensitas hujan serta cuaca yang tak menentu di
wilayah DKI Jakarta, menyebabkan tingginya angka potensi gangguan kesehatan
bagi masyarakat, terutama penyakit Demam Berdarah Dangue (DBD). Kepala
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, Safarudin mengungkapkan, hingga
pertengahan Februari 2013, telah mendapat laporan dari rumah sakit bahwa
terdapat 433 pasien DBD di Jakarta Timur. Dua pasien di antaranya diketahui
meninggal dunia.
sama pada tahun
18.006 dan kasus

Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kasus DBD yaitu perkembangan


wilayah perkotaan, peningkatan mobilitas, kepadatan penduduk, perubahan iklim, kurangnya peran
masyarakat. Upaya pemberantasan DBD salah satunya dengan pengendalian

vektor melalui surveilans vektor diatur dalam Kepmenkes No.581 tahun 1992,
bahwa kegiatan PSN dilakukan secara periodik oleh masyarakat yang dikoordinir
oleh RT/RW dalam bentuk Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan pesan
inti 3M Plus. Keberhasilan kegiatan PSN antara lain dapat diukur pada
keberadaan vektor yaitu dengan mengukur Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila
Universitas Indonesia
ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau
dikurangi (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Kegiatan mengukur keberadaan
vektor dilakukan oleh peran serta masyarakat yang telah dikoordinir oleh RT/RW
dan tenaga kesehatan yang telah dilantik menjadi kader.

Penatalaksanaan DBD membutuhkan penanganan yang tepat dalam rangka


mengatasi penyebaran DBD. Asuhan keperawatan yang dilakukan tidak hanya
berfokus kepada masalah saat klien sakit dan dirawat namun juga melihat aspek
lingkungan dan pola kebiasaan di rumah seperti kebersihan lingkungan, tempat-
tempat yang menyebabkan genangan air serta kebiasaan menggantungkan baju sembarangan. As
dari asuhan keperawatan yang dilakukan kepada klien.

2) Mengenai hubungan penyakit DBD dengan masalah kesehatan di


perkotaan
3) Mengenai konsep asuhan keperawatan pada klien Demam Berdarah
Dengue.
4) Mengenai tinjauan kasus asuhan keperawatan pada klien Demam
Berdarah Dengue.

Universitas Indonesia
3. Metode Penulisan
Dalam makalah ini penulis menggunakan metode penulisan deskritif melalui
pendekatan studi kepustakaan atau literatur dengan mencari sumber sumber
data dan melakukan pengkajian dari berbagai referensi mengenai Demam
Berdarah Dengue.

4. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 4 (empat) BAB : BAB I:Pendahuluan
BAB II:Tinjauan Pustaka
BAB III:Tinjauan Kasus
BAB IV:Penutup / Kesimpulan Daftar Pustaka
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Letak Demografis Indonesia

Iklim di indonesia ditentukan oleh letak geografisnya yang diapit oleh benua
eurasian di sebelah utara dan benua Australia di sebelah Selatan. Selain itu
dibatasi juga oleh samudra Pasifik di sebelah timur dan samudera Hindia di
sebelah Barat, sehingga sangat berperan pentig dalam variabilitas dari iklim di
Indonesia.

Iklim dan cuaca juga memiliki peranan yang penting baik secara langsung maupun tidak langsung
berpengaruh terhadap penyebaran / distribusi penyakit DBD.

2.2. Epidemiolog

Penyakit Demam B

sub-tropis, dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama


dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Terhitung sejak tahun 1968 hingga
tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia
sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Penyakit DBD
sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
utama di Indonesia, karena jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

Universitas Indonesia
semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan
penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

Demam berdarah dengue tersebar diwilayah Asia tenggara, Pasifik barat dan
Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran diseluruh wilayah
tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk.
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vector nyamuk genus Aedes.
Peningkatan kasus tiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan tempat
perindukan bagi nyamuk betina yaitu di bejana yang berisi air jernih.

Faktor yang berkaitan dengan peningkatan transmisi virus dengue yaitu :

1. Vector; perkembang biakan vector, kebiasaan menggigit, kepadatan vector di


lingkungan, transportasi vector dari satu tempat ke tempat lain
2. Pejamu; terdapatnya penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan
nyamuk, usia dan jenis kelamin.
3. Lingkungan; curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.

Faktor Agent (Penyebab)


Agent yaitu semua unsure atau elemen hidup dan mati yang kejadiran atau
ketidakhadirannya, apabila diikuti dengan kontak yang efektif dengan manusia
rentan dalam keadaan yang memungkinkan akan menjadi stimulus untuk mengisi
dan memudahkan terjadinya suatu proses penyakit. Dalam hal ini yang menjadi
agent dalam penyebaran DBD adalah virus dengue.
Factor host (penjamu)
Faktor host atau penjamu yang dimaksud adalah manusia yang kemugkinan
terpapar terhadap penyakit DBD. Factor host antara lain umur, ras, social
ekonomi, cara hidup, ststus perkawinan, hereditas, nutrisi dan imunitas. Dalam
penularan DBD factor manusia erat kaitannya dengan perilaku dan mobilitas
penduduk.
a. Kelompojk umur akan mempengaruhi peluang terjadinya penularan penyakit.
Beberapa penelitian menunujukkan bahwa kelompok umur yang paling
banyak diserang DBD adalah kelompok umur < 15 tahun (depkes RI 1992),
yang semakin besar adalah usia sekolah.

Universitas Indonesia
b. Kondisi social ekonomi akan mempengaruhi perilaku dalam mempercepat
penularan penyakit DBD. Seperti kurangnya pendingin (AC) di dalam rumah
sehingga membuat masyarakat terbiasa untuk duduk-duduk dui luar rumah
pada pagi dan sore hari yang merupakan waktu yang pas nyamuk Aedes
Aegepty mencari mangsanya (Gubler,1988).
c. Tingkat kepadatan penduduk akan memudahkan penularan DBD karena
berkaitan dengan jarak terbang nyamuk sebagai vektornya. Dari beberapa
hasil penelitian menunjukkan kejadian epidemic DBD banyak terjadi pada daerah yang berpendudu
Imunitas adalah daya tahan tubuh terhadap benda asing atau system kekebalan. Jika system keke
Ststus gizi diperoleh dari nutrient yangdiberikan. Secara umum kekurangan gizi akan berpengaruh
Faktor lingkungan
Factor lingkungan diklasifikasikan menjadi lingkungan fisik, lingkungan kimia, lingkungan biologi da
Lingkungan fisik
Lingkungan fisik mencakup keadaa iklim yang terdiri dari curah hujan, suhu udara, kelembaban uda
Sinar matahari
Pada umumnya sinar matahari berpengaruh terhadap aktivitas nyamuk dalam

mencari makan dan beristirahat. Spesien nyamuk mempunyai variasi dalam


pilihan intensitas cahaya untuk aktivitas terbang, menggigit dan pilihan tempat
istirahat (sukowati, 2004).
3) Angin
Kecepatan angin secara tidak langsung mempengaruhi suhu udara. Sedangkan
pengaruh langsung dari kecepatan angin yaitu kemampuan terbang. Apabila

Universitas Indonesia
kecepatan angin 11-14 m/ detik akan menghambat aktivitas terbang nyamuk
(Vanleeuwen,1999). Nyamuk aedes aegepty mempunyai jarak terbang yang
paling efektif 50-100 mil atau 81-161 Km (Brown,1983).
4) Lingkungan kimia
Air adalah materi yang sangat penting dalam kehidupan. Air merupakan habitat
nyamuk pradewasa dan berperan penting dalam proses perkembangbiakan
nyamuk. Penyakit dapat dipengaruhi oleh perubahan penyediaan air. Salah satu
diantaranya adalah infeksi yang ditularkan oleh serangga yang bergantung pada air seperti aedes
Lingkungan biologi
Lingkungan biologi berpengaruh terhadap risiko penularan penyakit menular. Hal yang berpengaru
Lingkungan social ekonomi
Secara umum faktor yang berkaitan dengan lingkungan social ekonomi adalah :
Kepadatan penduduk akan mempengaruhi terhadap ketersediaan makanan dan kemudahan dalam
Kehidupan social seperti perkumpulan olahearaga, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas
Stratifikasi social berdasarakan tingkat pendidikan, pekerjaan, etnis dan sebagaianya
Kemiskinan, biasanya berkairtan dengan malnutrisi, fasilitas sanitasi yang tidak memadai yang se
proses penyebaran penyakit menular

e) Keberadaan dan ketersediaan fasilitas kesehatan.

Keberhasilan pemberantasan DBD di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor


antara lain perilaku penduduk, tenaga kesehatan, sistem peringatan dini oleh
pemerintah, resistensi nyamuk terhadap insektisida, serta alokasi dana. Dalam
perilaku penduduk, Sebagian besar penduduk Indonesia belum menyadari
pentingnya memelihara kebersihan lingkungan. Salah satu masalah yang umum
Universitas Indonesia
ditemukan adalah rendahnya kesadaran penduduk untuk menjaga agar tidak
terdapat wadah-wadah yang dapat menampung air di lingkungan tempat
tinggalnya. Hal itu terutama menjadi masalah pada musim hujan. Akibatnya,
terjadi peningkatan kasus DBD selama musim hujan. Kebiasaan lain yang turut
menghambat pemberantasan DBD adalah tidak menguras bak mandi secara benar
dan teratur. Pengurasan umumnya hanya dilakukan dengan mengganti air tanpa
menyikat dinding bak mandi. Cara tersebut tidak efektif karena telur
Aedesdi dinding bak mandi. Telur Aedes aegypti dapat bertahan
aegypti tetap melekat
hingga enam bulan sehingga jika tidak dihilangkan akan terus melanjutkan siklus hidupnya.
Menurut Departemen Kesehatan RI, tempat penampungan air yang banyak digunakan adalah bak m
menyerap air (Sungkar, 2007).

sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala, nyeri pada mata, otot dan persendian,
hingga perdarahan spontan (WHO, 2010).

2.3.2 Penyebab
Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam
genus flavavirus merupakan virus dengan diameter 30nm terdiri dari asam
6
ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x10 .

Universitas Indonesia
10

Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang
semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Ke-
empat serotip ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotip
terbanyak.

2.3.3 Manifestasi klinis dan perjalanan penyakit

Infeksi virus dengue

Asimptomatik Simptomatik

Differentiated Dengue Fever Dengue haemorragic


fever Fever Syndrome

Without haemorrahage with

Haemorrahage No shock DSS Dengue

Fever DHF

Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik, atau dapat
berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue atau
sindrom syok dengue. Demam berdarah dengue ditandai oleh empat manifestasi
klinik mayor yaitu demam tinggi, manifestasi perdarahan (terutama kulit),
hepatomegali, dan tanda kegagalan sirkulasi (World Health Organisation, 1997).
Yang membedakan DBD dengan demam dengue (DD) adalah, pada DBD
ditemukan permeabilitas pembuluh darah yang tinggi, hipovolemia,
hipotensi,trombositopenia dan diathesis hemoragik.

Fase prarenjatan diawali dengan nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi sempit,
hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah dan berkeringat. Muntah dan nyeri abdomen
persisten meski tidak masuk kriteria WHO juga perlu diwaspadai. Seringkali
terdapat perubahan dari demam menjadi hipotermia disertai berkeringat serta
perubahan status mental (somnolen atau iritabilitas).

Demam Dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan 2 atau lebih
manifestasi klinis berikut :
1. Nyeri kepala
11
Universitas Indonesia
2. Nyeri retro orbital
3. Mialgia/atralgia
4. Ruam kulit
5. Manifestasi perdarahan (petekie/uji bendung positif)
6. Leukopenia dan pemeriksaan serologi dengue positif

Demam berdarah dengue


Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila hal dibawah ini
dipenuhi :
Demam, riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik
Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut :
Uji bendung positif
Petekie, ekimosis, purpura
Perdarahan mukosa
Hematemesis atau melena
Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/ul)
Terdapat minimal satu tanda-tanda kebocoran plasma sebagai berikut:
Peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan standar usia dan jenis kelamin
Penurunan hematokrit > 20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.

Dengue Shock Syndrom (DSS)


Sindrom Renjatan Dengue (SRD) atau dengue shock syndrome (DSS) adalah manifestasi renjatan y
Health Organisation, 1997). Kebanyakan pasien memasuki fase SRD pada saat

atau setelah demamnya turun yaitu antara hari ke 3-7 setelah onset gejala. Pada
saat tersebut penderita dapat mengalami hipovolemi hingga lebih dari 30% dan
dapat berlangsung selama 24-48 jam.
Disamping ditemukannya demam, manifestasi perdarahan, trombositipenia, dan
tanda perembesan plasma, pada penderita DBD yang mengalami renjatan juga
terdapat tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab dan dingin, sianosis

Universitas Indonesia
sirkumoral, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi rendah, hipotensi, serta penurunan
status mental. Pada keadaan ini curah jantung menurun dan menyebabkan iskemia
jaringan, sehingga menimbulkan hipoksia jaringan bersangkutan.

Metabolisme anaerob yang terjadi selanjutnya, mengakibatkan akumulasi asam


laktat dan berujung pada keadaan asidosis metabolik. Asidosis yang tidak segera
mendapat koreksi akan segera memicu terjadinya pembekuan intravaskuler
menyeluruh (PIM) atau DIC (Robbins dan Kumar, 1995).

2.3.4 Klasifikasi DBD menurut WHO

DD/
Derajat Gejala Laboratorium
DBD
DD Demam disertai 2 atau lebih Leukopenia Serologi
tanda : sakit kepala, nyeri Trombositopenia, tidak dengue
retro orbital, mialgia, ditemukan kebocoran positif
artralgia. plasma
DBD I Gejala diatas ditambah uji Trombositopenia Serologi
bendung positif (<100.000/ul), bukti dengue
ada kebocoran plasma positif
Trombositopenia
DBD II Gejala diatas ditambah (<100.000/ul), bukti Serologi
perdarahan spontan ada kebocoran plasma dengue
Trombositopenia positif
DBD III Gejala diatas ditambah (<100.000/ul), bukti Serologi
kegagalan sirkulasi (kulit ada kebocoran plasma dengue
dingin, lembab serta Trombositopenia positif
gelisah)

DBD IV Syok berat disertai dengan (<100.000/ul), bukti Serologi


tekanan darah dan nadi ada kebocoran plasma dengue
tidak terukur positif

Universitas Indonesia
2.3.5 Patofisiologi Demam Berdarah Dengue (DBD)

Virus dengue yang telah masuk ke tubuh penderita akan menimbulkan viremia.
Hal tersebut menyebabkan pengaktifan komplement sehingga terjadi komplek
imun Antibodi virus. Pengaktifan tersebut akan membentuk dan melepaskan zat
(3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2
di Hipotalamus sehingga terjadi termoregulasi instabil yaitu hipertermia yang
akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat dis
Adanya komplek imun antibodi virus juga menimbulkan Agregasi trombosit sehingga terjadi gang
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup dalam sel yang h
ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan

terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang dan (3) kerusakan sel
endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan.
Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan permiabilitas kapiler;
(2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia; dan
kuagulopati.(Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).

Universitas Indonesia
Perubahan patofisiologi pada DBD yang sudah diketahui antara lain perubahan
pada vaskuler, trombosit, koagulasi dan imunologi. Pada perubahan vaskuler
terjadi kerapuhan pembuluh darah dan kenaikan permeabilitas kapiler. Trombosit
pada fase awal penyakit akan terjadi gangguan fungsi, kemudian menyusul
trombositopenia, gangguan agregasi, penurunan betathromboglobulin, kenaikan
PF4 dan umurnya memendek.

Koagulopati yang terjadi berupa penurunan sejumlah faktor koagulasi, dan terjadi
pula koagulasi intravaskuler. Perubahan imunologi seluler dan humoral antara lain munculnya leuko
Vaskulopati ditandai dengan terjadinya kerapuhan pembuluh darah dan peninggian permeabilitas
Biopsi pada bercak merah di kulit menunjukkan adanya edema perivaskuler pada
mikrovaskulatur terminal di daerah papila kulit, dengan infiltrasi limfosit dan monosit. Di daerah ini

imunoglobulin dan fibrinogen. Pada fase awal timbul vaskulopati dan disfungsi
trombosit, selanjutnya muncul trombositopenia. Fungsi trombosit yang terganggu
berupa penurunan agregasi, kenaikan platelet faetor 4 (PF4) dan penurunan
betathromboglobulin (BTG) disertai memendeknya umur trombosit.
Agregasi trombosit dihambat oleh adanya kompleks imun yang terdiri atas antigen
virus dengue dengan antiodi anti dengue di dalam plasma atau dihambat oleh

Universitas Indonesia
fibrinogen degradation product (FDP). Trombositopeni pada DHF dapat
disebabkan karena adanya komplek imun di permukaan trombosit. Komplek imun
tersebut akan menyebabkan rusaknya trombosit yang kemudian akan diambil hati
dan lien. Trombositopeni dapat juga terjadi karena depresi sumsum tulang dan
konsumsi yang berlebihan di sirkulasi.

Koagulopati dibuktikan dengan adanya penurunan faktor fibrinogen, faktor V, VII,


VIII, X dan XII. Pada DHF fase akut terjadi koagulasi intravaskuler dan
fibrinolisis. Telah dibuktikan adanya pemanjangan partial thromboplastin time
(PTT), perpanjangan thrombin time, penurunan fibrinogen dan kenaikan FDP
hersama-sama dengan penurunan antithrombin IIi, alfa-2 antiplasminogen.
Koagulasi intravaskuler ini terutama pada DSS.

Perubahan imunologik pada DHF terdiri atas perubahan imunologik humoral dan
seluler. Perubahan humoral dapat dibuktikan dengan terbentuknya antibodi IgG
yang dipakai sebagai dasar uji haemaglitinasi inhibition (HI) dan Dengue Blot,
dan IgM yang pada umumnya dideteksi dengan IgM Elisa Capture. Selain
komplek imun IgG dan IgM, juga ada komplek imun IgA dan IgE. Perubahan
imunologik seluler adalah terjadinya leukopeni pada fase akut disertai
aneosinofili, kenaikan monosit dan basofili. Limfosit-T menurun dan limfosit-B
meningkat pada fase akut.

Peranan Makrofag

Makrofag adalah salah satu sel target pada infeksi dengue. Pembiakan virus
terjadi di dalam sel ini, semakin banyak makrofag yang diinfeksi virus makin
berat penyakit yang timbul. Berat ringan penyakit dapat diduga dipengaruhi
secara genetis, yaitu dengan cara membantu atau menghambat pertumbuhan virus
dalam monosit. Di Kuba mononuklear orang kulit putih lebih peka dari pada
orang kulit hitam.

Peranan IgM

IgM akan muncul pada fase awal penyakit yang dimulai pada hari keempat.
Infeksi sekunder tidak selalu menimbulkan dengue berat, dengue berat hanya
muncul pada 1-3% kasus. Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian itu

Universitas Indonesia
adalah IgM spesifik terhadap dengue. IgM yang bersifat netralisasi dapat
berikatan dan menetralisasi infeksi sekunder sehingga mencegah timbulnya sakit
yang berat. Bila IgM tidak cukup, maks timbul peningkatan IgG yang akan
menghasilkan dengue bentuk yang berat.

Perubahan patofisiologi mayor yang ditemukan pada kasus-kasus di atas berkisar


pada pertama, peningkatan permeabilitas vaskuler yang mengakibatkan
perembesan plasma, hipovolemia dan berujung pada renjatan. Kedua,
abnormalitassistemhemostasisakibatvaskulopati,trombositopeniadan
koagulopati. Hal ini menyebabkan berbagaimanifestasi perdarahan yang mengancam kehid
PATOFLOW TERJADINYA SYOK PADA DHF

Arbovirus
(dibawa oleh nyamuk aedes agegypti)

Infeksi virus dengue ( Viremia) Hipertermi Kebutuhan


Oksigen

Aktivasi system komplemen

Membentuk dan melepaskan zat C3a dan C5a

Permeabilitas membrane meningkat

Agregasi trombosit Kerusakan endotel Kebocoran plasma ke


Pembuluh darah ekstravaskular

Trombositopenia
Paru
Aktivasi factor : Efusi
pembe pleura Hepar :Hepatomegali Abdome
kuan
Perdarahan

DIC

Syok Hipovolemia
Universitas Indonesia
Sesak nafas, mual dan muntah

2.3.6 Fase DBD ANOKSIA Meninggal


Gangguan dikatakan bah BD memiliki
menurut WHO 2
perfusi jaringan 009, wa D beberapa fase yaitu fase
febris dapat berlangsung sekitar 2-7 hari disertai dengan gejala lainnya, Fase
Kritis dan fase pemulihan, Seperti yang terlihat dalam gambar dibawah ini :

1. Fase demam
Pasien biasanya mengalami demam tinggi yang tiba-tiba. Fase demam akut
biasanya berlangsung 2-7 hari dan sering disertai dengan kemerahan pada wajah,
eritema kulit, sakit badan, mialgia, arthralgia dan sakit kepala. Beberapa pasien
mungkin memiliki sakit tenggorokan faring, noreksia, mual dan muntah. Hal
tersebut bisa sulit untuk membedakan secara klinis dari demam berdarah non-
dengue penyakit pada fase awal demam. Tes tourniquet positif dalam fase ini
meningkatkan probabilitas dengue. Selain itu, fitur klinis tidak dapat dibedakan
antara kasus demam berdarah parah dan tidak parah. Oleh karena itu pemantauan
untuk peringatan tanda-tanda dan parameter klinis lainnya adalah penting untuk
mengenali perkembangan ke fase kritis. Mild manifestasi perdarahan seperti
membran petechiae dan perdarahan mukosa (mis. hidung dan gusi). Massive
pendarahan vagina (pada wanita usia subur) dan perdarahan gastrointestinal dapat

Universitas Indonesia
terjadi selama tahap ini tetapi tidak umum terjadi. Hepar sering membesar setelah
beberapa hari demam. Kelainan paling awal dalam jumlah darah lengkap adalah
penurunan progresif dalam sel putih yang harus waspada dokter untuk
kemungkinan demam berdarah tinggi.
2. Fase Kritis
Terjadi pada saat penurunan suhu badan sampai normal. Saat suhu turun menjadi
37,5-38 C atau kurang dan tetap di bawah tingkat ini, biasanya pada hari 3-7
penyakit terjadi peningkatan kapiler permeabilitas secara paralel dengan tingkat hematokrit menin
Pada titik pasien tanpa peningkatan permeabilitas kapiler akan membaik, sementara dengan penin
Shock terjadi ketika volume kritis plasma hilang melalui kebocoran. Hal ini sering didahului oleh tan
fase demam berdarah, total jumlah sel darah putih dapat meningkat pada pasien

dengan pendarahan hebat.


3. Fase Pemulihan
Jika pasien bertahan pada fase kritis 24-48 jam, reabsorpsi bertahap
kompartemen cairan ekstravaskuler terjadi dalam 48-72 jam berikutnya. Pada
umumnya pasien kembali mempunyai nafsu makan, gejala gastrointestinal
mereda,status hemodinamik stabil dan diuresis terjadi kemudian. Beberapa pasien

Universitas Indonesia
mungkin memiliki ruam dari "pulau-pulau putih di laut merah. Beberapa mungkin
mengalami pruritus umum. Bradikardi dan perubahan elektrokardiografi biasa
terjadi selama tahap ini.
Hematokrit yang stabil atau mungkin lebih rendah karena efek pengenceran yang
diserap cairan. Jumlah sel darah putih biasanya mulai naik segera setelah
penurunan suhu badan sampai yg normal tetapi pemulihan jumlah trombosit
biasanya lebih dari itu dari jumlah sel darah putih. Distress pernapasan dari efusi
pleura masif dan ascites akan terjadi pada setiap saat jika cairan intravena yang
berlebihan telah diberikan. Selama kritis dan / atau pemulihan fase, terapi cairan
yang berlebihan berhubungan dengan edema paru atau kongestif gagal jantung.

2.3.7 Pemeriksaan Penunjang


1) Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin yang dilakukan untuk menapis pasien tersangka DBD
adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit dan
apusan darah tepi.
Parameter Laboratoris yang dapat diperiksa antara lain :

Leukosit : dapat normal atau turun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis
relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru >15%
dari jumlah total leukosit yang ada pada fase syok akan meningkat.
Trombosit : umumnya terdapat trombositopenia hari ke 3-8.
Hematokrit : Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan
hematokrit > 20% dari hematokrit awal, umumnya di temukan pada hari ke-3
demam
Hemostasis : dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau
FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan
darah.
Protein/ albumin : dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma
SGOT/SGPT: dapat meningkat.
Ureum kreatinin : bila didapatkan gangguan ginjal
Elektrolit : sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.

Universitas Indonesia
20

Golongan darah dan cross match: bila akan diberikan transfuse darah atau
komponen darah
Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue.
2) Radiologi
Pada foto dada terdapat efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi bila
terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura ditemui di kedua hemitoraks.
Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral.

2.3.8 Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue


Tidak ada terapi spesifik untuk penderita Demam berdarah dengue, prinsip utama
adalah terapi suportif. Dengan terapi suportif adekuat, angka kematian dapat
diturunkan hingga kurang dari 1%. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi
merupakan tindakan yang paling penting dalam penanganan kasus DBD. Jika
asupan cairan oral pasien tidak mampu dipertahankan, maka dibutuhkan suplemen
cairan intravena untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi secara bermakna.
Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia bersama dengan Divisi
penyakit Tropik dan Infeksi dan Divisi Hematologi dan Onkologi Medik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia telah menyusun protocol penatalaksanaan DBD
pada pasien dewasa. Protokol ini terbagi dalam 5 kategori :
Protokol 1
Penanganan tersangka DBD dewasa tanpa syok.
Seseorang yang tersangka menderita DBD di ruang Gawat Darurat dilakukan
pemerikksaan hemoglobin, hematokrit dan trombosit, bila :
- Hb,Ht dan trombosit normal atau trombosit antara 100.000-150.000, pasien
dapat dipulangkan dengan anjuran control.
- Hb, Ht normal tetapi trombosit < 100.000 dianjurkan untuk dirawat.
- Hb, Ht meningkat dan trombosit normal atau turun juga dianjurkan untuk
dirawat.
Protokol 2
Pasien dengan tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan massif dan tanpa
syok maka diruang rawat diberika cairan infuse kristaloid dengan rumus :
1500+ (20x(BB dalam Kg-20))

Universitas Indonesia
Protokol 3
Peningkatan Ht > 20% menunjukkan bahwa tubh mengalami deficit cairan
sebanyak 5%. Pada keadaan ini terapi awal pemberian cairan adalah dengan
memberikan infuse cairan kristaloid sebanyak 6-7ml/kg/jam. Pasien dipantau
setelah 3-4 jam pemberian cairan. Bila terjadi perbaikan yang ditandai dengan
hematokrit turun, frekuensi nadi turun, tekanan darah stabil, produksi urin
meningkat, maka jumlah cairan dikurangi menjadi 5ml/kgBB/jam.
Jika setelah pemberian terapi cairan awal 6-7ml/kgBB/jam tidak membaik, yang
ditandai dengan hemtokrit dan nadi meningkat, produksi urin menurun, maka kita
harus menaikkan jumlah cairan infuse menjadi 10ml/kgBB/jam.
Protokol 4
Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa.
Perdarahan spontan dan massif pada penderita DBD dewasa adalah: perdarahan
hidung, perdarahan saluran kemih, perdarahan saluran cerna, perdarahan otak atau
perdarahan tersembunyi dengan jumlah perdarahan sebanya 4ml/kgBB/jam. Pada
keadaan seperti ini jumlah dan kecepatan pemberian cairan tetap seperti keadaan
DBD tanpa syok lainnya. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan dan
jumlah urin dilakukan dengan kewaspadaan Hb, Ht, dan thrombosis serta
hemostase harus segera dilakukan dan pemeriksaan Hb, Ht dan trombosit
sebaiknya diulang setiap 4-6 jam.
Protokol 5
Penatalaksanaan Sindrom Syok Dengue pada Dewasa.
Bila berhadapan dengan sindrom syok Dengue maka hal yang perlu diingat adalah
bahwa renjatan harus segera diatasi dan oleh karena itu penggantian cairan
intravascular harus segera dilakukan.
Pada kasus SSD cairan kristaloid adalah pilihan utama yang diberikan. Selain
resusitasi cairan, penderita juga diberikan oksigen 2-4 liter/menit. Pemeriksaan
yang harus dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap, hemostasis, AGD, kadar
natrium, kalium dan klorida serta ureum dan kreatinin.

Universitas Indonesia
Pada fase awal, cairan kristaloid diguyur sebanyak 10-20 ml/kgBB dan dievalusi
setelah 15-30 menit. Bila renjatan teratasi, jumlah cairan dikurangi menjadi
7ml/kgBB/jam.
Bila setelah fase awal pemberian cairan ternyata renjatan belum teratasi, maka
pemberian cairan kristaloid dapat ditingkatkan menjadi 20-30ml/kgBB dan
kemudian dievaluasi setelah 20-30 menit. Bila nilai hematokrit meningkat berarti
perembesan plasma masih berlangsung maka pemberian cairan koloid merupakan

pilihan, tetapi bila


penderita diberika

2.3.9 Langkah-langkah Pencegahan dan Pengendalian


Program pencegahan dan pengendalian dilakukan dengan melakukan manajemen lingkungan men
Modifikasi lingkungan
Perbaikan persediaan air.
Tanki atau reservoir di atas atau bawah tanah anti nyamuk.
Manipulasi lingkungan
Drainase instalasi persediaan air
Penyimpanan air rumah tangga
Pot/vas bunga dan jebakan semut
Bagian luar bangunan
Keharusan menyimpan air untuk pemadaman kebakaran

Pembuangan sampah padat


Pengisian rongga pada pagar
Botol kaca dan kaleng
c. Perlindungan Diri
Pakaian pelindung
Tikar, obat nyamuk bakar dan aerosol
Penolak serangga
Universitas Indonesia
Insektisida untuk kelambu dan gorden
d. Pengendalian Biologis
Ikan pemakan larva
Bakteri penghasil endotoksin
Siklopoids/sejenis udang-udangan
Perangkap telur autosidal/ perangkap telur pembunuh
e. Pengendalian Kimiawi
Pemberian Larvasida kimiawi
Pengasapan wilayah
2.4 Asuhan Keperawatan Klien dengan DBD

Asuhan keperawatan diawali dengan mencari data dasar yang akurat berupa hasil
pengkajian. Setelah pengkajian maka ditegakkan diagosa keperawatan lalu
menyusun rencana tindakan (intervensi) sebagai panduan dalam melakukan
tindakan keperawatan (implementasi). Proses asuhan keperawatan yang terakhir
adalah evaluasi keperawatan untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan
yang telah dilakukan.

2.4.1 Pengkajian Keperawatan

A. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, no. rekam
medis, diagnosa medis.
B. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama
Demam tinggi dan mendadak, perdarahan (petekie, ekimosis, purpura pada
ekstremitas atas, dada, epistaksis, perdarahan gusi), kadang kadang disertai
kejang dan penurunan kesadaran.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Badan panas, suhu tubuh tinggi secara mendadak dalam waktu 2 7 hari,
terdapat bintik merah pada ektremitas dan dada, selaput mukosa mulut kering,
epistaksis, gusi berdarah, pembesaran hepar, kadang disertai kejang dan
penurunan kesadaran.
3. Riwayat Penyakit Dahulu

Universitas Indonesia
Apakah pernah menderita DHF, malnutrisi.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang terserang DHF.
5. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Apakah lingkungan tempat tinggal sedang terserang wabah DHF.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum dan Tanda Tanda Vital
Adanya penurunan kesadaran, kejang dan kelemahan; suhu tubuh tinggi; nadi cepat, lemah, kecil s
Sistem Tubuh
Pernapasan
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 awal jarang terdapat gangguan pada sistem pernapasan kecuali b
Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 kadang terdapat batuk dan pharingitis karena demam yan
Kardiovaskuler
Anamnesa : Pada derajat 1dan 2 keluhan mendadak demam tinggi

2 7 hari, mengeluh badan terasa lemah, pusing, mual, muntah;


derajat 3 dan 4 orang tua / keluarga melaporkan pasien mengalami
penurunan kesadaran, gelisah dan kejang.
Pemeriksaan fisik : Derajat 1 Uji torniquet positif,merupakan satu-
satunya manifestasi perdarahan. Derajat 2 terdapat petekie, purpura,
ekimosis, dan perdarahan konjungtiva. Derajat 3 kulit dingin pada

Universitas Indonesia
daerah akral, nadi cepat, hipotensi, sakit kepala, menurunnya
volume plasma, meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah, trombositopenia dan diatesis hemorhagic. Derajat 4 shock,
nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
2.3. Persarafan
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 pasien gelisah, cengeng dan rewel
karena demam tinggi dan pada derajat 3 dan 4 terjadi penurunan
tingkat kesadaran.
Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 konjungtiva mengalami perdarahan, dan pada derajat 3 da
Perkemihan Eliminasi Urinaria
Anamnesa : Derajat 3 dan 4 kencing sedikit bahkan tidak ada kencing.
Pemeriksaan fisik : Produksi urin menurun (oliguria sampai anuria), warna berubah pekat dan berw
Pencernaan Eliminasi Fekal
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 mual dan muntah / tidak ada nafsu makan, haus, sakit menelan,
Pemeriksaan fisik : Derajat 1 dan 2 mukosa mulut kering, hiperemia tenggorokan, derajat 3 dan 4 t
Muskuloskeletal

Anamnesa : pada derajat 1 dan 2 pasien mengeluh nyeri otot,


persendian dan punggung, pegal seluruh tubuh, mengeluh wajah
memerah, pada derajat 3 dan 4 terdapat kekakuan otot / kelemahan
otot dan tulang akibat kejang atau tirah baring lama.
Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 Nyeri pada sendi, otot,
punggung dan kepala; kulit terasa panas, wajah tampak merah dapat

Universitas Indonesia
disertai tanda kesakitan, sedangkan derajat 3 dan 4 pasien
mengalami parese atau kekakuan bahkan kelumpuhan.

D. Data Penunjang
Hematokrit normal : PCV/ Hm= 3 X Hb sampai meningkat >20 %.
Trombositopenia, kurang dari 100.000/mm3.
Masa perdarahan dan protombin memanjang.
Ig G dengue positif.

Hasil pemeriksaan kimiadarahmenunjukkanhipopr
hiponatremia, hipokloremia.
Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, neutropenia, aneosinofilia, pening
SGOT / SGPT mungkin meningkat.
Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan u
Resiko / aktual kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas pembul
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipovolemia.
Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, tirah baring.
Resiko syok berhubungan dengan hipovolemia.

8. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (pemasangan infus).


9. Resiko perdarahan berhubungan dengan koagulopati inheren: trombositopenia,
trauma.
10. Ansietas berhubungan dengan perubahan / ancaman pada status kesehatan,
ancaman kematian.

Universitas Indonesia
11. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah
interpretasi informasi, kurang pajanan

INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx 1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (viremia). Kriteria evaluasi ( NO
Pasien akan :
Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.
Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan.
Intervensi :

Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Monitor suhu pasien. 1. Pola demam dapat membantu
dalam diagnosis; kurva demam
lanjut lebih dari 4 hari menunjukan
infeksi yang lain.
2. Anjurkan pasien untuk banyak 2. Peningkatan suhu tubuh
minum ( lebih kurang 2,5 liter/24 mengakibatkan penguapan tubuh
jam ). meningkat sehingga perlu
diimbangi dengan asupan cairan
yang banyak.
3. Berikan kompres hangat. 3. Dengan vasodilatasi dapat
meningkatkan penguapan yang
mempercepat penurunan suhu
tubuh.
4. Anjurkan untuk tidak memakai 4. Pakaian tipis membantu
selimut dan pakaian yang tebal. mengurangi penguapan tubuh.
Kolaborasi :
1. Berikan terapi cairan intravena dan 1. Pemberian cairan sangat penting
obat-obatan sesuai program dokter. bagi pasien dengan suhu tinggi.
2. Berikan antipiretik. 2. Digunakan untuk mengurangi
demam dengan aksi sentralnya
pada hipotalamus.
Universitas Indonesia
DX 2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
Kriteria evaluasi ( NOC ) :
Pasien akan :
1. Mengatakan nyeri hilang atau terkontrol.
2. Menunjukan relaksasi, dapat tidur atau istirahat.
3. Menunjukan perilaku mengurangi nyeri.

Intervensi : Intervensi Rasional


Mandiri :
1. Kaji tingkat nyeri yang dialami 1. Untuk mengetahui berapa berat
pasien nyeri yang dialami pasien.
2. Berikan posisi yang nyaman, 2. Posisi nyaman dan lingkungan
usahakan situasi ruangan yang tenang mengurangi rasa nyeri.
tenang.
3. Berikan tindakan kenyamanan 3. Menurunkan tegangan otot,
seperti perubahan posisi dan meningkatkan istirahat dan
dorong penggunaan tehnik relaksasi, memusatkan perhatian,
relaksasi, seperti imajinasi, dapat meningkatkan kontrol dan
visualisasi, latihan nafas dalam. kemampuan koping.
Kolaborasi :
1. Berikan obat-obat analgetik 1. Analgetik dapat menekan atau
mengurangi nyeri pasien.

DX 3. Ketidakseimbangannutrisi:Kurangdarikebutuhantubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan : mual, muntah, anore
Kriteria evaluasi ( NOC ) :
Pasien akan :

1. Mempertahankan berat badan dan keseimbangan nitrogen positif.


2. Menunjukkan perilaku untuk meningkatkan/ mempertahankan berat
badan yang sesuai
Intervensi :
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Kaji keluhan mual, sakit menelan, 1. Untuk menetapkan cara
Universitas Indonesia
dan muntah yang dialami pasien mengatasinya.

2. Berikan makanan yang mudah 2. Membantu mengurangi kelelahan


ditelan seperti bubur. pasien dan meningkatkan asupan
makanan .
3. Berikan makanan dalam porsi kecil 3. Untuk menghindari mual.
dan frekuensi sering.
4. Catat jumlah / porsi makanan yang 4. Untuk mengetahui pemenuhan
dihabiskan oleh pasien setiap hari. kebutuhan nutrisi.
Kolaborasi :
1. Berikan obat-obatan antiemetik 1. Antiemetik membantu pasien
sesuai program dokter. mengurangi rasa mual dan muntah
dan meningkatkan toleransi pada
makanan.
2. Antasida, contoh Mylanta. 2. Kerja pada asam gaster, dapat
menurunkan iritasi/ resiko
perdarahan

3. Vitamin, contoh B komplek, C, 3. Memperbaiki kekurangan dan


tambahan diet lain sesuai indikasi membantu proses penyembuhan.
DX 4 . Kekuranganvolumecairanberhubungandenganpeningkatan permeabilitas pembul
Kriteria evaluasi (NOC ) : Pasien akan :
1. Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh kelembapan membran mukosa, turgo
Intervensi :

Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Kaji keadaan umum pasien (lemah, 1. Menetapkan data dasar pasien
pucat, takikardi) serta tanda-tanda untuk mengetahui penyimpangan
vital. dari keadaan normal.
2. Observasi tanda-tanda syok. 2. Agar dapat segera dilakukan
tindakan untuk menangani shock.
3. Anjurkan pasien untuk banyak 3. Asupan cairan sangat diperlukan
minum. untuk menambah volume cairan
tubuh.
4. Catat intake dan output cairan. 4. Untuk mengetahui keseimbangan
cairan.
5. Palpasi nadi perifer, capilary refill, 5. kondisi yang berkontribusi dalam
Universitas Indonesia
30

temperatur kulit, kaji kesadaran, kekurangan cairan ekstraselular


tanda perdarahan. yang dapat menyebabkan kolaps
pada sirkulasi/ syok.
6. Monitor adanya nyeri dada tiba- 6. hemokonsentrasi dan peningkatan
tiba, dispnea, sianosis, kecemasan platelet agregrasi dapat
yang meningkat, kurang istirahat. mengakibatkan pembentukan
emboli sistemik.
7. Kaji kemampuan menelan klien. 7. Kegagalan refleks menelan,
anoreksia, tidak nyaman dimulut,
perubahan tingkat kesadaran
merupakan faktor yang
mempengaruhi kemampuan klien
untuk mengganti cairan oral.

Kolaborasi :
1. Berikan cairan intravena sesuai 1. Hipotonik solution ( NaCl 0,45% )
program dokter : NaCl 0,45%, RL digunakan untuk memenuhi
solution. kebutuhan elektrolit.

2. Koloid : dextran, plasma/albumin, 2. Koreksi defisit konsentrasi protein


Hespan. plasma, meningkatkan tekanan
osmotik intravaskular, dan
memfasilitasi kembalinya cairan
kedalam kompartemen pembuluh
darah.
3. Tranfusi Whole blood / tranfusi 3. Mengindikasikan hipovolemia
PRC yang berhubungan dengan
kehilangan darah aktif.
4. Plasma beku segar ( FFP ). 4. Mugkin diperlukan untuk
menggantikan faktor pembekuan
pada adanya defek koagulasi.
5. Berikan sodium bicarbonat jika 5. Diberikan untuk koreksi asidosis
diindikasikan. berat saat koreksi keseimbangan
cairan.
6. Berikan makanan melalui NGT 6. Penambahan penggantian cairan
termasuk cairan sesuai kebutuhan. dan nutrisi ketika terjadi gangguan
menelan.
7. Monitor nilai laboratorium : Hb, 7. Bergantung pada kehilangan cairan
Ht, Trombosit, elektrolit, vena, ketidakseimbangan elektrolit
koagulasi. memerlukan koreksi, peningkatan
Ht, penurunan trombosit
meningkatkan resiko perdarahan.

DX 5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan


hipovolemia.
Kriteria evaluasi :

Universitas Indonesia
Pasien akan :
1. Mempertahankan/ memperbaiki perfusi jaringan dengan bukti tanda vital
stabil, kulit hangat, nadi perifer teraba, AGD dalam batas normal, kesadaran
normal, keluaran urine adekuat.
Intervensi :
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Pantau tanda-tanda vital; palpasi 1. Merupakan indikator dari volume
denyut nadi perifer; catat suhu/ sirkulasi dan fungsi organ/ perfusi
warna kulit dan pengisian kapiler; jaringan yang adekuat.
evaluasi waktu dan pengeluaran
urine.
2. Kaji adanya perubahan tingkat 2. Perubahan dapat menunjukkan
kesadaran , keluhan pusing atau ketidakadekuatan perfusi serebral.
sakit kepala.
3. Auskultasi nadi apikal.Awasi 3. Perubahan disritmia dan iskemia
irama jantung dengan EKG. dapat terjadi sebagai akibat
hipotenSi, hipoksia, asidosis,
ketidakseimbangan elektrolit.
Kolaborasi :
1. Berikan oksigen tambahan sesuai 1. Mengatasi hipoksemia dan asidosis
indikasi. selama perdarahan.
2. Pemeriksaan AGD/ awasi nadi 2. Mengidentifikasi hipoksemia,
oksimetri. keefektifan/ kebutuhan untuk
terapi.
3. Berikan cairan IV sesuai indikasi/ 3. Mempertahankan volume sirkulasi
produk darah sesuai kebutuhan. dan perfusi jaringan.

DX 6. Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, tirah baring.


Kriteria evaluasi ( NOC ) : Pasien akan :

1. Melaporkan peningkatan intoleran aktifitas ( ADL ).


2. Menunjukan penurunan tanda fisiologis intoleran, misal nadi, pernafasan, dan
3. TD dalam rentang normal pasien.
Intervensi :
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Kaji keluhan pasien. 1. Untuk mengidentifikasi masalah-
masalah pasien.
Universitas Indonesia
2. Kaji hal-hal yang mampu atau 2. Untuk mengetahui tingkat
yang tidak mampu dilakukan oleh ketergantungan pasien dalam
pasien. memenuhi kebutuhannya.
3. -Bantu pasien untuk memenuhi 3. Pemberian bantuan sangat
kebutuhan aktivitasnya sehari-hari diperlukan oleh pasien pada saat
sesuai tingkat keterbatasan pasien. kondisinya lemah dan perawat
mempunyai tanggung jawab dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-hari
pasien tanpa mengalami
ketergantungan pada perawat.
4. Letakkan barang-barang di tempat 4. Akan membantu pasien untuk
yang mudah terjangkau oleh memenuhi kebutuhannya sendiri
pasien. tanpa bantuan orang lain.

5. Pertahankan tirah baring bila 5. Mengurangi resiko cedera akibat


diindikasikan, tingkatkan tingkat penurunan trombosit, dan
aktifitas sesuai toleransi. memperbaiki tonus otot tanpa
kelemahan.

DX 7. Resiko terjadinya syok berhubungan dengan hipovolemia. Kriteria evaluasi :


Pasien akan :
-Menunjukkan membran mukosa / kulit lembab, tanda vital stabil, haluaran adekuat, nadi perifer no
Intervensi :

urin

Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Monitor keadaan umum pasien. 1. Memantau kondisi pasien selama
masa perawatan terutama pada saat
terjadi perdarahan sehingga segera
diketahui tanda syok dan dapat
segera ditangani.
2. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 2. Tanda vital normal menandakan
sampai 3 jam. keadaan umum baik.
3. Monitor tanda perdarahan. 3. Perdarahan cepat diketahui dan
dapat diatasi sehingga pasien tidak
sampai syok hipovolemik.
4. Palpasi nadi perifer; capilary refill, 4. Kondisi yang berkontribusi dalam
temperatur kulit, kaji kesadaran. kekurangan cairan ekstraselular
yang dapat menyebabkan kolaps
pada sirkulasi/ syok.
5. Lapor dokter bila terdapat tanda 5. Untuk mendapatkan penanganan
syok hipovolemik. lebih lanjut sesegera mungkin.
Kolaborasi :
Universitas Indonesia
1. Cek laboratorium :haemoglobin, 1. Untuk mengetahui tingkat
hematokrit, trombosit. kebocoran pembuluh darah yang
dialami pasien sebagai acuan
melakukan tindakan lebih lanjut.
2. Berikan cairan sesuai program : 2. Koreksi defisit konsentrasi protein
Koloid : dextran, plasma/albumin, plasma, meningkatkan tekanan
Hespan. osmotik intravaskular, dan
memfasilitasi kembalinya cairan
kedalam kompartemen pembuluh
darah.
3. Tranfusi Whole blood/ tranfusi 3. Mengindikasikan hipovolemia
PRC. / FFP yang berhubungan dengan
kehilangan darah aktif.

DX 8. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (infus). Kriteria evaluasi :


Pasien bebas tanda infeksi/ inflamasi, eritema, dan demam.
Intervensi :

Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Lakukan teknik aseptik saat 1. Tindakan aseptik merupakan
melakukan tindakan pemasangan tindakan preventif terhadap
infus. kemungkinan terjadi infeksi.

2. Observasi tanda-tanda vital. 2. Menetapkan data dasar pasien,


terjadi peradangan dapat diketahui
dari penyimpangan nilai tanda
vital.
3. Observasi daerah pemasangan 3. Mengetahui tanda infeksi pada
infus. pemasangan infus.
4. Segera cabut infus bila tampak 4. Untuk menghindari kondisi yang
adanya pembengkakan atau lebih buruk atau penyulit lebih
plebitis. lanjut.

Kolaborasi :
1. Pemasagan infus kembali sesuai 1. Untuk memenuhi kebutuhan cairan
instruksi dokter. pasien.

DX 9. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.


Kriteria evaluasi :
Pasien akan :
- Mempertahankan homeostasis dengan tanpa perdarahan.
Universitas Indonesia
- Menunjukan perilaku penurunan resiko perdarahan.
Intervensi:
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Monitor tanda penurunan trombosit 1. Penurunan trombosit merupakan
yang disertai gejala klinis. tanda kebocoran pembuluh darah.
2. Anjurkan pasien untuk banyak 2. Aktivitas pasien yang tidak
istirahat/bedrest. terkontrol dapat menyebabkan
resiko perdarahan.
3. Beri penjelasan untuk segera 3. Membantu pasien mendapatkan
melapor bila ada tanda perdarahan penanganan sedini mungkin.
lebih lanjut.

4. Awasi tanda vital 4. Peningkatan nadi dengan


penurunan TD dapat menunjukan
kehilangan volume darah sirkulasi.
5. Anjurkan meminimalisasi 5. Pada gangguan faktor pembekuan,
penggunaan sikat gigi, dorong trauma minimal dapat
penggunaan antiseptik untuk menyebabkan perdarahan mukosa.
mulut.
6. Gunakan jarum kecil untuk injeksi 6. Menurunkan resiko perdarahan /
atau pengambilan sampel darah. hematoma.

7. Observasi adanya ptekie, 7. DIC subakut dapat terjadi sekunder


epistaksis, perdarahan gusi, terhadap gangguan faktor
melena. pembekuan.
Kolaborasi :
1. Awasi Hb, Ht, trombosit dan faktor 1. Indikator adanya perdarahan aktif,
pembekuan. hemokonsentrasi, atau terjadinya
komplikasi ( DIC ).
2. Berikan obat sesuai indikasi : vit 2. Meningkatkan sintesis protrombin
K, D,dan C. dan koagulasi. Kekurangan vit C
meningkatkan kerentanan
terjadinya iritasi / perdarahan.

dan
DX.10. Ansietas berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk
perdarahan
Kriteria evaluasi :
Pasien akan :
- Melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang dapat ditangani.
- tampak rileks.
Intervensi :
Intervensi Rasional
Universitas Indonesia
Mandiri :
1. Kaji rasa cemas yang dialami 1. Menetapkan tingkat kecemasan
pasien. yang dialami pasien.
2. Jalin hubungan saling percaya 2. Pasien bersifat terbuka dengan
dengan pasien. perawat.
3. Tunjukkan sifat empati. 3. Sikap empati akan membuat pasien
merasa diperhatikan dengan baik.
4. Beri kesempatan pada pasien untuk 4. Meringankan beban pikiran pasien.
mengungkapkan perasaannya.
5. Gunakan komunikasi terapeutik. 5. Agar segala sesuatu yang
disampaikan diajarkan pada pasien
memberikan hasil yang efektif.
6. Berikan informasi tentang proses 6. Mengetahui apa yang diharapkan
penyakit dan antisipasi tindakan. dapat menurunkan ansietas.
7. Jadwalkan istirahat dan tidur 7. Membatasi kelemahan, menghemat
adekuat . energi, dan meningkatkan
kemampuan koping.
DX 11. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuh pengobatan berhu
Kriteria evaluasi : Pasien akan : an
Menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan dan resiko komplikasi.
Berpartisipasi dalam pengobatan.
Intervensi :

Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Jelaskan pentingnya pembatasan 1. Memberikan informasi pada pasien
aktifitas selama periode penurunan untuk merencanakan rutinitas /
trombosit aktifitas tanpa menimbulkan
masalah.
2. Jelaskan gejala yang memerlukan 2. Upaya intervensi untuk
intervensi medik seperti akral/ menurunkan resiko komplikasi
tangan dingin, epistaksis, serius seperti perdarahan, tanda
perdarahan gusi,melena, sesak. syok.
3. Dorong aktifitas sesuai toleransi 3. Mencegah kelemahan, dapat
dengan periode istirahat periodik. meningkatkan penyembuhan dan
perasaan sehat, dan mempermudah
kembali ke aktifitas normal.
4. Diskusikan penghindaran 4. Menurunkan resiko perdarahan
penggunaan sikat gigi, sehubungan dengan trauma dan
menggunakan sikat gigi halus/ obat perubahan koagulasi.
kumur, membersihkan kotoran
hidung dengan keras.
Universitas Indonesia
36

5. Anjurkan klien menghindari 5. Menurunkan rangsangan pada


makanan / minuman karbonat, asam lambung dan menceegah
pedas dan asam. iritasi
6. Diskusikan perawatan, pengobatan, 6. Memberikan dasar pengetahuan
proses penyakit dan prognosis. dimana pasien dapat membuat
pilihan berdasarkan informasi.
7. Dorong pertanyaan, ekspresi 7. Komunikasi efektif dan dukungan
masalah. turunkan cemas dan tingkatkan
penyembuhan.

Universitas Indonesia
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. T DENGAN
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI
RUANG MELATI ATAS RS. PERSAHABATAN

3.1 PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
1. Inisial klien : Tn. T
2. Usia : 17 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Tgl lahir : 15-01-1996
5. No. RM : 1400429
6. Tanggal masuk : 16/05/2013
7. Tanggal pengkajian : 17/05/2013
8. Alamat : Jl. Asrama Polri Cipinang atas blok D no 13 RT 05 RW 5
Kel. Cipinang Pulogadung

B. Keluhan utama masuk RS :


Demam sejak 2 hari SMRS
C. Riwayat penyakit dahulu :
Klien tidak mempunyai riwayat penyakit yang sama dan tidak pernah dirawat di Rumah
Sakit.
D. Riwayat penyakit sekarang :
Klien mengeluh demam sejak 2 SMRS. Demam dirasakan dating tiba2 dan tinggi, klien
mengeluh nyeri orbita, myalgia, mengeluh mual dan sakit kepala, tidak ada mimisan dan
gusi berdarah. Pemeriksaan Lab : DPL Hb : 12.4, Ht: 39, Leuko : 4100, Tromb:125000 rb.
E. Riwayat penyakit keluarga :
Di dalam keluarga tidak ada yang mengalami penyakit yang sama saat ini dengan klien
F. Riwayat kesehatan lingkungan :
Klien mengatakan saat ini tinggal di lingkungan yang padat namun bersih. Beberapa
minggu sebelumnya klien melakukan perjalanan keluar kota bersama teman-temannya dan
menginap selama 2 hari. Klien mengatakan selama menginap banyak nyamuk.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013


37

G. Anamnesis klien saat dikaji tgl. 17 /05/2013 :


Data subjektif :
Saat dikaji klien mengeluh badan panas, kepala terasa pusing, mual-mual dan badan terasa
lemas.
Data Objektif :
TD=100/70 mmHg N=90,RR=20 S=38, badan teraba panas, tampak meringis sakit kepala,
klien tampak mual dan menolak untuk makan. Terpasang IUFD RL 500 cc/6jam
H. Pemeriksaan fisik
1. Sistem Pernapasan / Respirasi :
Frekuensi nafas 28 x/mnt, pergerakan dada simetris, nafas cuping hidung tidak ada,
batuk tidak ada, suara paru vesikuler, ronchi dan Crakles tidak ada.
2. Sistem Kardiovaskuler
TD: 100/70 mmHg, N: 90 x/mnt, pulsasi lemah, akral hangat, sianosis (-), CRT < 3
detik, Uji tourniquet positif.
3. Sistem Persyarafan / neurologi
Kesadaran baik, Compos mentis, tidak tampak gelisah
4. Sistem perkemihan
Frekuensi BAK 6-7 kali/hari, warna urine jernih.
5. Sistem Pencernaan / Gastrointestinal
Selaput mukosa kering, mual, muntah, nyeri saat menelan, nafsu makan menurun,
porsi makan tidak habis, makan 1-2 sendok. nyeri ulu hati, nyeri tekan pada epigastrik,
pembesarn limpa (-), pembesaran hati (-), melena (-).
6. Sistem integument
Tampak kemerahan pada kulit, kulit teraba panas, tampak bintik merah di kulit lengan
dan kaki.
7. Pemeriksaan penunjang 13.5/37/6.14/142000
Pemeriksaan Hasil Nilai normal

DPL Hemoglobin : 14.6 13,00-16,00 gr/dl


Hematokrit : 39 40-48%
Leukosit : 2.23 5000-10.000/mm3
Trombosit : 61 rb 150.-400.rb/mm3
Elektrolit Natrium : 128 135-145
Kalium : 3.1 3.5-4.5
Cl = 99 98-109
Fungsi Hepar SGOT = 86 0-37
SGPT = 46 0-40
Ureum 19 20-40
Kreatinin 1 0.8-1.5
NS 1 Dengue Positif

APTT (-) (-)


PT
Albumin (-) (-)

Rontgen Efusi pleura (-)

Pengobatan
8. RL 500 cc/8 jam
Fimahes / 24 jam
Transfusi TC 10 ui
Diet lunak 1700 kkal
Paracetamol 3 x 500 mg
OMZ 2 X 10 mg
3.2 ANALISA DATA
NO DATA MASALAH KEPERAWATAN
1 DS: Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi)
- Klien mengeluh badan panas
- Klien mengatakan demam
sejak 3 hari yang lalu
DO:
- Kulit tampak kemerahan dan
berkeringat
- Kulit teraba panas
- Suhu 38 C
2 DS : Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi ;
- Kien mengeluh mual dan kurang dari kebutuhan
muntah
Nafsu makan menurun
Nyeri ulu hati
Makan 1-2 sendok
Klien mengeluh lemas DO
:
- Selaput mukosa kering
- Nyeri tekan pada epigastrik
- Porsi makan tidak habis
3 DS : Risiko perdarahan
- Klien mengatakan tidak
mengalami perdarahan gusi
DO :
- Trombosit : 61 ribu/mm3
- Petechie (+)
4 DS : Risiko Defisit volume cairan
- Klien mengeluh haus terus
- Klien mengatakan badan
berkeringat terus
- Klien mengatakan BAK
40

lancar kurang lebih 200 cc


setiap kali BAK.
DO :
- Tampak berkeringat
- Suhu 38 C
- Mukosa kering
- TD : 100/70 mmHg

3.3 Diagnosa keperawatan


1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
mual, muntah, anoreksia.
3. Risiko kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
dinding plasma.
4. Risiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
41

3.4 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Peningkatan suhu tubuh Kriteria Hasil : Mandiri :


1. Monitor suhu pasien. 1. Pola demam dapat membantu
berhubungan dengan 1. Suhu tubuh dalam rentang
dalam diagnosis; kurva demam
proses penyakit normal lanjut lebih dari 4 hari
menunjukan infeksi yang lain.
(viremia). 2. Nadi dan RR dalam rentang
2. Anjurkan pasien untuk banyak 2. Peningkatan suhu tubuh
normal minum (lebih kurang 2,5 liter / mengakibatkan penguapan tubuh
24 jam). meningkat sehingga perlu
3. Tidak ada perubahan warna kulit
diimbangi dengan asupan cairan
dan tidak ada pusing yang banyak.
3. Berikan kompres hangat. 3. Dengan vasodilatasi dapat
meningkatkan penguapan yang
mempercepat penurunan suhu
tubuh.
4. Anjurkan untuk tidak memakai 4. Pakaian tipis membantu
selimut dan pakaian yang tebal. mengurangi penguapan tubuh.

Kolaborasi :
1. Berikan terapi cairan intravena 1. Pemberian cairan sangat penting
dan obat-obatan sesuai program bagi pasien dengan suhu tinggi.
dokter
2. Berikan antipiretik. 2. Digunakan untuk mengurangi
demam dengan aksi sentralnya
pada hipotalamus.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013


2 Gangguan pemenuhan Kriteria Hasil : Mandiri :
1. Kaji keluhan mual, sakit 1. Untuk menetapkan cara
kebutuhan nutrisi kurang 1. Tidak ada tanda tanda malnutrisi
menelan, dan muntah yang mengatasinya.
dari kebutuhan 2. Menunjukkan peningkatan fungsi dialami pasien
2. Berikan makanan yang mudah 2. Membantu mengurangi kelelahan
berhubungan dengan pengecapan dari menelan
ditelan seperti bubur. pasien dan meningkatkan asupan
mual, muntah, anoreksia. 3. Tidak terjadi penurunan berat makanan .
3. Berikan makanan dalam porsi 3. Untuk menghindari mual.
badan yang berarti
kecil dan frekuensi sering.
4. Catat jumlah / porsi makanan 4. Untuk mengetahui pemenuhan
yang dihabiskan oleh pasien kebutuhan nutrisi.
setiap hari.
.
Kolaborasi :
1. Berikan obat-obatan antiemetik 1. Antiemetik membantu pasien
sesuai program dokter. mengurangi rasa mual dan
muntah dan meningkatkan
toleransi pada makanan.
- Antasida, contoh Mylanta. 2. Kerja pada asam gaster, dapat
menurunkan iritasi/ resiko
perdarahan
- Vitamin, contoh B komplek, 3. Memperbaiki kekurangan dan
C, tambahan diet lain sesuai membantu proses penyembuhan
indikasi
3 Risiko kurang volume Kriteria Hasil : Mandiri :
1. Kaji keadaan umum pasien 1. Menetapkan data dasar pasien
cairan tubuh 1. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh
(lemah, pucat, takikardi) serta untuk mengetahui
berhubungan dengan dalam batas normal tanda-tanda vital. penyimpangan dari keadaan
normal.
peningkatan 2. Tidak ada tanda tanda dehidrasi,
2. Observasi tanda-tanda syok. 2. Agar dapat segera dilakukan
permeabilitas dinding Elastisitas turgor kulit baik, tindakan untuk menangani
shock.
plasma. membran mukosa lembab, tidak
3. Anjurkan pasien untuk banyak 3. Asupan cairan sangat diperlukan
ada rasa haus yang berlebihan minum. untuk menambah volume cairan
tubuh.
3. Haluaran urine adekuat, capilary
4. Catat intake dan output cairan. 4. Untuk mengetahui
refill time < 3dtk. keseimbangan cairan.
5. Palpasi nadi perifer, capilary 5. Kondisi yang berkontribusi
refill, temperatur kulit, kaji dalam kekurangan cairan
kesadaran, tanda perdarahan ekstraselular yang dapat
menyebabkan kolaps pada
sirkulasi/ syok.
6. Monitor adanya nyeri dada tiba- 6. Hemokonsentrasi dan
tiba, dispnea, sianosis, peningkatan platelet agregrasi
kecemasan yang meningkat, dapat mengakibatkan
kurang istirahat. pembentukan emboli sistemik.
7. Kaji kemampuan menelan klien. 7. Kegagalan refleks menelan,
anoreksia, tidak nyaman
dimulut, perubahan tingkat
kesadaran merupakan faktor
yang mempengaruhi
kemampuan klien untuk
mengganti cairan oral.
Kolaborasi : 1. Hipotonik solution (RL/NaCl
1. Berikan cairan intravena sesuai 0,45%) digunakan untuk
program dokter : NaCl 0,45%, memenuhi kebutuhan elektrolit.
RL solution. 2. Koreksi defisit konsentrasi
2. Koloid : dextran, protein plasma, meningkatkan
plasma/albumin, tekanan osmotik intravaskular,
Hespan/Fimahes. dan memfasilitasi kembalinya
cairan kedalam kompartemen
pembuluh darah.

4 Risiko terjadi perdarahan Kriteria Hasil : Mandiri :


1. Monitor tanda penurunan 1. Penurunan trombosit merupakan
berhubungan dengan - Mempertahankan homeostasis
trombosit yang disertai gejala tanda kebocoran pembuluh
trombositopenia. dengan tanpa perdarahan. klinis. darah.
2. Anjurkan pasien untuk banyak 2. Aktivitas pasien yang tidak
- Menunjukan perilaku penurunan
istirahat/bedrest. terkontrol dapat menyebabkan
resiko perdarahan. resiko perdarahan.
3. Beri penjelasan untuk segera 3. Membantu pasien mendapatkan
melapor bila ada tanda penanganan sedini mungkin.
perdarahan lebih lanjut.
4. Awasi tanda vital 4. Peningkatan nadi dengan
penurunan TD dapat menunjukan
kehilangan volume darah
sirkulasi.
5. Anjurkan meminimalisasi 5. Pada gangguan faktor
penggunaan sikat gigi, dorong pembekuan, trauma minimal
penggunaan antiseptik untuk dapat menyebabkan perdarahan
mulut. mukosa
6. Gunakan jarum kecil untuk 6. Menurunkan resiko perdarahan /
injeksi atau pengambilan sampel hematoma.
darah
7. Observasi adanya ptekie,7. DIC subakut dapat terjadi
epistaksis, perdarahan gusi, sekunder terhadap gangguan
melena. faktor pembekuan.

Kolaborasi :
1. Awasi Hb, Ht, trombosit dan 1. Indikator adanya perdarahan
faktor pembekuan. aktif, hemokonsentrasi, atau
terjadinya komplikasi ( DIC ).
2. Meningkatkan sintesis
protrombin dan koagulasi.
Kekurangan vit C meningkatkan
kerentanan terjadinya iritasi /
perdarahan.
46

3.5 Implementasi dan


Evaluasi Tgl : 17 / 05 / 2013 (Hari ke 2 perawatan)
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Peningkatan suhu tubuh Mandiri : S:
berhubungan dengan 1. Memantau suhu pasien. - Klien mengatakan badan masih
proses penyakit (viremia). 2. Menganjurkan pasien untuk banyak terasa panas
minum (lebih kurang 2,5 liter / 24 O :
DS:
jam). - Kulit tampak kemerahan
- Klien mengatakan
3. Memberikan kompres hangat. - Klien tampak berkeringat
badan terasa tambah
4. Menganjurkan untuk menggunakan - Kulit teraba panas
panas
pakaian yang tipis, tidak memakai Suhu 38.3 C A :
DO:
selimut dan pakaian yang tebal. Masalah belum teratasi
- Kulit tampak
5. Memantau terapi cairan intravena P :
kemerahan dan
yang masuk (RL dan Fimahes) - Pantau suhu tubuh pasien
berkeringat
minimal tiap satu shift
- Kulit teraba panas
Kolaborasi : - Berikan kompres hangat dan
- Suhu 38 C
1. Memberikan antipiretik libatkan keluarga dalam
Paracetamol 500 mg. pemberian kompres
- Anjurkan terus untuk minum
yang banyak (2.5 liter/hari)

Gangguan pemenuhan Mandiri : S:


kebutuhan nutrisi kurang 1. Mengkaji keluhan mual, sakit - Kien mengatakan mual
dari kebutuhan menelan, dan muntah yang dialami berkurang
berhubungan dengan pasien - Klien mengatakan nafsu makan
mual, muntah, anoreksia. 2. Menyarankan makan dalam porsi masih kurang
kecil dan frekuensi sering. - Klien mengatakan nyeri ulu
DS :
3. Memantau jumlah / porsi makanan hati berkurang
- Kien mengeluh masih
yang dihabiskan oleh pasien - Klien mengatakan porsi makan
mual
4. Menimbang BB tidak habis, hanya 3-4 sendok
- Nafsu makan masih
kurang

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013


- Nyeri ulu hati Kolaborasi : O:
berkurang 1. Memberikan obat antiemetik sesuai - Selaput mukosa masih kering
Makan 3-4 sendok program Ranitidine 40 mg - Nyeri tekan pada epigastrik
- Klien mengeluh masih berkurang
lemas - Porsi makan tidak habis
DO : - BB klien 45 kg A :
- Selaput mukosa kering Masalah belum teratasi
- Nyeri tekan pada P:
epigastrik berkurang 1. Kaji keluhan mual yang
- Porsi makan tidak dialami pasien
habis 2. Anjurkan makan dalam porsi
kecil dan frekuensi sering.
3. Catat jumlah / porsi makanan
yang dihabiskan oleh pasien
setiap hari.
4. Berikan obat-obatan antiemetik
sesuai program
5. Lakukan penimbangan BB
setiap hari

Risiko kurang volume Mandiri : S:


cairan tubuh berhubungan 1. Memantau kondisi umum dan - Klien mengeluh haus terus
dengan peningkatan tanda-tanda syok. - Klien mengatakan badan
permeabilitas dinding 2. Menganjurkan pasien untuk tetap berkeringat terus
plasma. banyak minum. - Klien mengatakan BAK lancar
3. Mengkaji intake minum dan output kurang lebih 200-250 cc setiap
DS :
cairan. kali BAK.
- Klien mengatakan
4. Memantau cairan intravena yang - BAK 4-5 kali/hari, warna urine
masih sering merasa
masuk sesuai program jernih
haus
O:
- Klien mengatakan
- TD : 110 / 70 mmHg
BAK 3-4 kali
- Suhu 38 C
DO :
- Tampak berkeringat
- Tampak berkeringat - Mukosa kering
- Suhu 39 C - Turgor kulit baik
- Mukosa kering - CRT < 3detik
- TD : 100/70 mmHg - Hematokrit: 40%, HB: 14.9 g/dl
Terpasang RL 500 cc/6 jam dan
Hespan dlm 500 cc/24 jam.
- Balance cairan ? A :
Masalah tidak terjadi
P:
- Pantau kondisi umum dan
kesadaran klien
- Pantau tanda-tanda syok.
- Anjurkan pasien untuk banyak
minum.
- Catat intake dan output cairan.
- Berikan cairan intravena sesuai
program

Risiko terjadi perdarahan Mandiri : S:


berhubungan dengan1. Memantau TTV. - Klien mengatakan tidak
trombositopenia. 2. Memantau tanda penurunan mengalami perdarahan gusi
trombosit yang disertai gejala O :
DS :
klinis (perdarahan gusi, melena). - Trombosit : 48 ribu/mm3
- Klien mengatakan tidak
3. Menganjurkan pasien untuk tetap - Petechie (+)
mengalami perdarahan
banyak istirahat/bedrest. - Perdarahan gusi tidak ada A :
gusi
4. Menganjurkan meminimalisasi Masalah ; Perdarahan tidak terjadi
DO :
penggunaan sikat gigi, dorong P :
- Trombosit : 61
penggunaan antiseptik untuk- Pantau TTV
ribu/mm3
mulut. - Pantau tanda penurunan
- Petechie (+)
5. Gunakan jarum kecil untuk injeksi trombosit yang disertai gejala
atau pengambilan sampel darah klinis.
Kolaborasi : - Anjurkan pasien untuk banyak
1. Memantau nilai Hb, Ht, trombosit istirahat/bedrest.
dan faktor pembekuan. - Anjurkan kpd klien untuk
2. Memberikan obat sesuai indikasi segera melapor bila ada
perdarahan
- Anjurkan untuk menggunakan
sikat gigi yang lembut atau
menggunakan antiseptik untuk
mulut.
- Pantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekuan.
50

3.5 Implementasi dan Evaluasi Tgl :

18 / 05 / 2013 (Hari ke-3 perawatan)


Diagnosa Implementasi Evaluasi
Peningkatan suhu tubuh Mandiri : S:
berhubungan dengan 1. Memantau suhu pasien. - Klien mengatakan badan
proses penyakit (viremia). 2. Menganjurkan pasien untuk banyak masiih terasa panas
minum (lebih kurang 2,5 liter / 24 O :
DS:
jam). - Kulit tampak kemerahan
- Klien mengatakan
3. Memberikan kompres hangat. - Klien tampak berkeringat
badan terasa tambah
4. Menganjurkan untuk menggunakan - Kulit teraba panas
panas
pakaian yan tipis, tidak memakai Suhu 38.3 C A :
DO:
selimut dan pakaian yang tebal. Masalah belum teratasi
- Kulit tampak
Kolaborasi : P:
kemerahan dan
1. Memberikan terapi cairan intravena - Pantau suhu tubuh pasien
berkeringat
sesuai program minimal tiap satu shift
- Kulit teraba panas
2. Memberikan antipiretik - Berikan kompres hangat dan
- Suhu 39 C
Paracetamol 500 mg. libatkan keluarga dalam
pemberian kompres
- Anjurkan untuk minum banyak
(2.5 liter/hari)

Gangguan pemenuhan Mandiri : S:


kebutuhan nutrisi kurang 1. Mengkaji keluhan mual, yang - Kien mengatakan masih
dari kebutuhan dialami pasien mengeluh mual
berhubungan dengan 2. Menganjurkan makan dalam porsi - Klien mengatakan nafsu makan
mual, muntah, anoreksia. kecil dan frekuensi sering. masih kurang
DS : 3. Memantau jumlah / porsi makanan - Klien masih mengeluh nyeri
- Kien mengeluh masih yang dihabiskan oleh pasien ulu hati
mual 4. Menimbang BB klien - Klien mengatakan porsi makan
- Nafsu makan masih tidak habis, hanya 2-3 sendok
kurang Klien mengeluh lemas
51

- Nyeri ulu hati Kolaborasi : O:


berkurang 1. Memberikan obat-obatan sesuai- Selaput mukosa kering
Makan 3-4 sendok program Ranitidine 40 mg - Nyeri tekan pada epigastrik
- Klien mengeluh masih - Porsi makan tidak habis, msh
lemas tampak penuh
DO : - BB 45.5 kg A :
- Selaput mukosa kering Masalah belum teratasi
- Nyeri tekan pada P:
epigastrik berkurang - Kaji keluhan mual dan muntah
- Porsi makan tidak yang dialami pasien
habis - Berikan makanan yang mudah
ditelan seperti bubur.
- Berikan makanan dalam porsi
kecil dan frekuensi sering.
- Catat jumlah / porsi makanan
yang dihabiskan oleh pasien
setiap hari.
- Berikan obat-obatan antiemetik
sesuai program
- Lakukan penimbangan BB
setiap hari

Risiko kurang volume Mandiri : S:


cairan tubuh berhubungan 1. Mengkaji keadaan umum pasien - Klien mengeluh haus terus
dengan peningkatan serta tanda-tanda vital. - Klien mengatakan badan
permeabilitas dinding 2. Menganjurkan pasien untuk berkeringat terus
plasma. banyak minum. - Klien mengatakan BAK lancar
3. Mencatat intake dan output cairan. kurang lebih 200-250 cc setiap
DS :
kali BAK.
- Klien mengatakan
- BAK 4-5 kali/hari, warna urine
masih sering merasa
jernih
haus
- Klien mengatakan
BAK 3-4 kali Kolaborasi : O:
DO : 1. Memantau cairan intravena sesuai - TD 110/60 mmHg
- Tampak berkeringat program RL 500 cc/6jam dan - Tampak berkeringat
- Suhu 39 C Fimahes 500cc/24 jam - Suhu 38 C
- Mukosa kering - Mukosa kering
- TD : 100/70 mmHg - Turgor kulit baik
- CRT < 3detik
- Hematokrit: 39%, HB: 14.6 g/dl
Terpasang RL 500 cc/8 jam dan
Fimahes dlm 500 cc/24 jam.
A:
Kekurangan volume cairan tidak
terjadi
P:
- Pantau kondisi umum dan
kesadaran klien
- Pantau tanda-tanda syok.
- Anjurkan pasien untuk banyak
minum.
- Catat intake dan output cairan.
- Kaji kemampuan menelan klien.
- Berikan cairan intravena sesuai
program
Risiko terjadi perdarahan Mandiri : S:
berhubungan dengan 1. Memantau tanda penurunan - Klien mengatakan tidak
trombositopenia. trombosit cth. perdarahan gusi, mengalami perdarahan gusi
melena. O:
DS :
2. Menganjurkan pasien untuk - Trombosit : 21 ribu/mm3
- Klien mengatakan tidak
banyak istirahat/bedrest. - Petechie (+)
mengalami perdarahan
3. Memberi anjuran perdarahan - Perdarahan gusi tidak ada A :
gusi
4. Menganjurkan meminimalisasi Masalah ; Perdarahan tidak terjadi
penggunaan sikat gigi dan
menggunakan antiseptik untuk
mulut.
DO : Kolaborasi : P:
- Trombosit : 29 1. Memantau nilai Hb, Ht, trombosit - Pantau TTV
ribu/mm3 dan faktor pembekuan. - Pantau tanda penurunan
- Petechie (+) 2. Memberikan obat sesuai program trombosit yang disertai gejala
klinis.
- Anjurkan pasien untuk banyak
istirahat/bedrest.
- Anjurkan kpd klien untuk
segera melapor bila ada
perdarahan
- Anjurkan untuk menggunakan
sikat gigi yang lembut atau
menggunakan antiseptik untuk
mulut.
- Pantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekuan.
3.5 Implementasi dan Evaluasi Tgl :

19 / 05 / 2013 (Hari ke-4 perawatan)


Diagnosa Implementasi Evaluasi
Peningkatan suhu tubuh Mandiri : S:
berhubungan dengan 1. Memantau suhu pasien. - Klien mengatakan badan tidak
proses penyakit (viremia). terasa panas
Kolaborasi : O:
DS:
1. Melaporkan ke DPJP suhu tubuh - Kulit tidak tampak kemerahan
- Klien mengatakan
klien afebris - Klien tidak berkeringat
badan tiba2 tidak
2. Memberikan terapi cairan - Kulit tidak teraba panas
terasa panas dan tidak
intravena sesuai program Suhu 36.4 C A :
berkeringat lagi
Peningkatan suhu tubuh teratasi
DO:
P:
- Kulit tidak tampak
- Pantau ketat TTV
kemerahan
- Pantau suhu tubuh pasien
- Tidak tampak
minimal tiap satu shift
berkeringat
- Laporkan ke DPJP bila suhu
- Kulit teraba panas
tubuh kembali meningkat
- Suhu 36.8 C

Gangguan pemenuhan Mandiri : S:


kebutuhan nutrisi kurang 1. Mengkaji keluhan mual, yang - Kien mengatakan mual
dari kebutuhan dialami pasien berkurang
berhubungan dengan 2. Menganjurkan makan dalam porsi - Klien mengatakan nafsu makan
mual, muntah, anoreksia. kecil dan frekuensi sering. masih kurang
3. Memantau jumlah / porsi - Klien mengatakan tidak
DS :
makanan yang dihabiskan oleh merasakan nyeri ulu hati lagi
- Kien mengeluh mual
pasien - Klien mengatakan porsi makan
berkurang
4. Menimbang BB klien habis hanya porsi
- Nafsu makan masih
Kolaborasi : O:
kurang
1. Memberikan obat-obatan sesuai - Selaput mukosa lembab
- Nyeri ulu hati
program (OMZ 10 mg) - Nyeri tekan pada epigastrik
berkurang
Makan 3-4 sendok - Porsi makan tidak habis, msh
- Klien mengeluh masih tampak penuh
lemas - BB klien 44 kg A :
DO : Masalah belum teratasi
- Selaput mukosa kering P:
- Nyeri tekan pada - Kaji keluhan mual dan muntah
epigastrik berkurang yang dialami pasien
- Porsi makan tidak - Berikan makanan yang mudah
habis ditelan seperti bubur.
- Berikan makanan dalam porsi
kecil dan frekuensi sering.
- Catat jumlah / porsi makanan
yang dihabiskan oleh pasien
setiap hari.
- Berikan obat-obatan antiemetik
sesuai program
- Lakukan penimbangan BB
setiap hari

Risiko kurang volume Mandiri : S:


cairan tubuh berhubungan 1. Mengkaji keadaan umum pasien - Klien mengeluh haus terus
dengan peningkatan serta tanda-tanda vital. - Klien mengatakan badan
permeabilitas dinding 2. Menganjurkan pasien untuk berkeringat terus
plasma. banyak minum. - Klien mengatakan BAK lancar
3. Mencatat intake dan output kurang lebih 200-250 cc setiap
DS :
cairan. kali BAK.
- Klien mengatakan
Kolaborasi : - BAK 4-5 kali/hari, warna urine
masih sering merasa
1. Memantau cairan intravena sesuai jernih
haus
program RL 500 cc/6jam dan O :
- Klien mengatakan
Gelofusin 500cc/24 jam - TD 100/70 mmHg
BAK 3-4 kali
- Tampak berkeringat
DO :
- Suhu 38 C
- Tampak berkeringat
- Mukosa kering
- Suhu 39 C - Turgor kulit baik
- Mukosa kering - CRT < 3detik
- TD : 100/70 mmHg - Hematokrit: 39%, HB: 14.6 g/dl
Terpasang RL 500 cc/8 jam dan
Hespan dlm 500 cc/24 jam.
A:
Kekurangan volume cairan tidak
terjadi
P:
- Pantau kondisi umum dan
kesadaran klien
- Pantau tanda-tanda syok.
- Anjurkan pasien untuk banyak
minum.
- Catat intake dan output cairan.
- Kaji kemampuan menelan klien.
- Berikan cairan intravena sesuai
program

Risiko terjadi perdarahan Mandiri : S:


berhubungan dengan 1. Memantau tanda penurunan - Klien mengatakan tidak
trombositopenia. trombosit cth. perdarahan gusi, mengalami perdarahan gusi
melena. O:
DS :
2. Menganjurkan pasien untuk - Trombosit : 21 ribu/mm3
- Klien mengatakan tidak
banyak istirahat/bedrest. - Petechie (+)
mengalami perdarahan
3. Memberi anjuran perdarahan - Perdarahan gusi tidak ada A :
gusi
4. Menganjurkan meminimalisasi Masalah ; Perdarahan tidak terjadi
DO :
penggunaan sikat gigi dan P :
- Trombosit : 29
menggunakan antiseptik untuk- Pantau TTV
ribu/mm3
mulut. - Pantau tanda penurunan
- Petechie (+)
Kolaborasi : trombosit yang disertai gejala
1. Memantau nilai Hb, Ht, trombosit klinis.
dan faktor pembekuan.
2. Memberikan obat sesuai program - Anjurkan pasien untuk banyak
istirahat/bedrest.
- Anjurkan kepada klien untuk
segera melapor bila ada
perdarahan
- Anjurkan untuk menggunakan
sikat gigi yang lembut atau
menggunakan antiseptik untuk
mulut.
- Pantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekuan.
- Transfusi trombosit 10 kantomg
- Periksa trombosit setiap 12 jam
3.5 Implementasi dan Evaluasi Tgl :

20 / 05 / 2013 (Hari ke-5 perawatan)


Diagnosa Implementasi Evaluasi
Gangguan pemenuhan Mandiri : S:
kebutuhan nutrisi kurang 1. Mengkaji keluhan mual, yang - Kien mengatakan sudah tidak
dari kebutuhan dialami pasien mual dan nafsu makan
berhubungan dengan 2. Menganjurkan klien untuk - Klien mengatakan porsi makan
mual, muntah, anoreksia. melaporkan ke perawat atau dokter habis 1 porsi
jika rasa mual muncul kembali O:
DS :
3. Melakukan penimbangan BB - Selaput mukosa lembab
- Kien mengatakan
- Porsi makan tidak habis
tidak ada mual dan
- Tampak lebih berenergi /
nyeri ulu hati
semangat
- Nafsu makan
BB klien 45 Kg A :
membaik
Masalah teratasi
- Makan sudah habis 1
P:
porsi
- Anjurkan klien untuk terus
- Badan sudah tidak
menghabiskan porsi makan
terasa lemas lagi
- Laporkan ke DPJP jika rasa
DO :
mual muncul kembali
- Selaput mukosa kering
- Kolaborasikan mengenai
- Nyeri tekan pada
kelanjutan pemberian th/
epigastrik berkurang
antiemetic
- Porsi makan tidak
- Pantau BB klien setiap hari
habis

Risiko kurang volume Mandiri : S:


cairan tubuh berhubungan 1. Mengkaji keadaan umum / - Klien mengatakan tidak
dengan peningkatan kesadaran pasien mengeluh apa2 (tidak ada
permeabilitas dinding 2. Memantau tanda-tanda vital demam)
plasma. selama fase kritis DHF O:
3. Memantau pemberian cairan - TD 110/70 mmHg
4. Mencatat intake dan output cairan. - Suhu 36.4 C
DS : - Turgor kulit baik
- Klien mengatakan - CRT < 3detik
badan sudah tidak - Hematokrit: 43%, HB: 16.9 g/dl
panas Terpasang RL 500 cc/6 jam dan
DO : Hespan dlm 500 cc/24 jam.
- TD : 110/70 mmHg A:
- Nadi : 84 x/mnt Kekurangan volume cairan tidak
terjadi
P:
- Pantau kondisi umum dan
kesadaran klien
- Pantau tanda-tanda syok (fase
kritis DHF).
- Anjurkan pasien untuk banyak
minum.
- Catat intake dan output cairan.
- Berikan cairan intravena sesuai
program

Risiko terjadi perdarahan Mandiri : S:


berhubungan dengan 1. Memantau tanda penurunan - Klien mengatakan tidak
trombositopenia. trombosit cth. perdarahan gusi, mengalami perdarahan gusi
melena. O:
DS :
2. Menganjurkan pasien untuk - Trombosit : 22 ribu/mm3
- Klien mengatakan tidak
banyak istirahat/bedrest. - Hb :17.5
mengalami perdarahan
3. Mengingatkan kepada klien untuk- Perdarahan gusi tidak ada A :
gusi
mengurangi penggunaan sikat Masalah ; Perdarahan tidak terjadi
DO :
gigi atau menggunakan sikat yang P :
- Trombosit : 30
lembut dan menganjurkan- Pantau TTV
ribu/mm3
menggunakan antiseptik untuk - Pantau tanda penurunan
mulut. trombosit yang disertai gejala
klinis.
60

Kolaborasi : - Anjurkan pasien untuk banyak


1. Memantau nilai Hb, Ht, trombosit istirahat/bedrest.
dan faktor pembekuan. - Anjurkan kepada klien untuk
2. Memberikan transfuse trombosit segera melapor bila ada
perdarahan
- Anjurkan untuk menggunakan
sikat gigi yang lembut atau
menggunakan antiseptik untuk
mulut.
- Pantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekuan.
61

3.5 Implementasi dan Evaluasi


Tgl : 21 / 05 / 2013 (Hari ke-6 perawatan)
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Risiko kurang volume Mandiri : S:
cairan tubuh berhubungan 1. Mengkaji keadaan umum / - Klien mengatakan tidak
dengan peningkatan kesadaran pasien mengeluh apa2 (tidak ada
permeabilitas dinding 2. Memantau tanda-tanda vital demam)
plasma. selama fase kritis DHF O:
3. Memantau pemberian cairan - Suhu 36.5 C
DS :
4. Mencatat intake dan output - TD : 110/80 mmHg
- Klien mengatakan
cairan. - Nadi : 84 x/mnt
badan sudah tidak
- Hb: 14.7
panas
- Hematokrit : 39 %
DO :
- Terpasang RL 500 cc/6 jam dan
- TD : 110/70 mmHg
Hespan dlm 500 cc/24 jam.
- Nadi : 84 x/mnt
A:
- Hb: 14.7
Kekurangan volume cairan tidak
- Hematokrit : 39 %
terjadi
P:
- Pantau kondisi umum dan
kesadaran klien
- Pantau tanda-tanda syok (fase
kritis DHF).
- Anjurkan pasien untuk banyak
minum.
- Catat intake dan output cairan.
- Berikan cairan intravena sesuai
program
Risiko terjadi perdarahan Mandiri : S:
berhubungan dengan 1. Memantau tanda penurunan - Klien mengatakan tidak
trombositopenia. trombosit cth. perdarahan gusi, mengalami perdarahan gusi
melena. O:
DS :
2. Menganjurkan pasien untuk - Trombosit : 36 ribu/mm3
- Klien mengatakan tidak
banyak istirahat/bedrest. - Hb :14.7
mengalami perdarahan
3. Mengingatkan kepada klien untuk- Perdarahan gusi tidak ada A :
gusi
mengurangi penggunaan sikat Masalah ; Perdarahan tidak terjadi
DO :
gigi atau menggunakan sikat yang P :
- Trombosit : 36
lembut dan menganjurkan- Pantau TTV
ribu/mm3
menggunakan antiseptik untuk - Pantau tanda penurunan
- Hb : 14.7
mulut. trombosit yang disertai gejala
Kolaborasi : klinis.
1. Memantau nilai Hb, Ht, trombosit - Anjurkan pasien untuk banyak
dan faktor pembekuan. istirahat/bedrest.
- Anjurkan kepada klien untuk
segera melapor bila ada
perdarahan
- Anjurkan untuk menggunakan
sikat gigi yang lembut atau
menggunakan antiseptik untuk
mulut.
- Pantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekuan.
3.5 Implementasi dan Evaluasi Tgl :

22 / 05 / 2013 (Hari ke-7 perawatan)


Diagnosa Implementasi Evaluasi
Risiko kurang volume Mandiri : S:
cairan tubuh berhubungan 1. Mengkaji keadaan umum / - Klien mengatakan tidak
dengan peningkatan kesadaran pasien mengeluh apa2 (tidak ada
permeabilitas dinding 2. Memantau tanda-tanda vital selama demam)
plasma. fase kritis DHF - Klien mengatakan sudah tidak
3. Memantau pemberian cairan sering merasa haus
DS :
4. Mencatat intake dan output cairan. O:
- Klien mengatakan
- TD : 110/70 mmHg
badan sudah tidak
- Nadi : 76 x/mnt
panas
- Hb: 14.5
DO :
- Hematokrit : 38 %
- TD : 110/70 mmHg
- Terpasang RL 500 cc/6 jam A :
- Nadi : 74 x/mnt
Kekurangan volume cairan tidak
- Hb: 14.4
terjadi
- Hematokrit : 38 %
P:
- Pantau kondisi umum dan
kesadaran klien
- Pantau TTV
- Catat intake dan output cairan.
- Berikan cairan intravena sesuai
program

Risiko terjadi perdarahan Mandiri : S:


berhubungan dengan 1. Memantau tanda penurunan - Klien mengatakan tidak
trombositopenia. trombosit cth. perdarahan gusi, mengalami perdarahan gusi
melena. O:
2. Menganjurkan pasien untuk - Trombosit : 50 ribu/mm3
banyak istirahat/bedrest. - Hb :14.5
- Perdarahan gusi tidak ada
DS : 3. Mengingatkan kepada klien untuk A :
- Klien mengatakan tidak mengurangi penggunaan sikat Masalah ; Perdarahan tidak terjadi
mengalami perdarahan gigi atau menggunakan sikat yang P :
gusi lembut dan menganjurkan - Pantau TTV
DO : menggunakan antiseptik untuk - Pantau tanda penurunan
- Trombosit : 45 mulut. trombosit yang disertai gejala
ribu/mm3 Kolaborasi : klinis..
- Hb : 14.7 1. Memantau nilai Hb, Ht, trombosit - Anjurkan kepada klien untuk
dan faktor pembekuan. segera melapor bila ada
perdarahan
- Pantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan laporkan ke DPJP
- Lakukan discharge planning
jika diindikasikan boleh pulang
3.5 Implementasi dan Evaluasi Tgl :

23 / 05 / 2013 (Hari ke-8 perawatan)


Diagnosa Implementasi Evaluasi
Risiko terjadi perdarahan Mandiri : S:
berhubungan dengan 1. Memantau nilai trombosit - Klien mengatakan tidak ada
trombositopenia. 2. Tetap menganjurkan untuk banyak perdarahan
minum O:
DS :
3. Memberikan pendidikan kesehatan - Trombosit : 579 ribu/mm3
- Klien mengatakan tidak
kepada klien dan keluarga - Hb :15.3
mengalami perdarahan
mengenai perawatan klien di- Perdarahan tidak ada A :
gusi
rumah Masalah ; Perdarahan tidak terjadi
DO :
4. Memberikan informasi kepada P :
- Trombosit : 79
keluarga untuk segera kembali ke - Laporkan kondisi terakhir klien
ribu/mm3
pelayanan kesehatan jika keluhan ke DPJP
- Hb : 15.3
kembali muncul dan control rutin - Lakukan discharge planning
sesuai program dari dokter jika diindikasikan boleh pulang
67

BAB 4
PEMBAHASA
N

Asuhan keperawatan pada klien dengan DBD dilakukan berdasarkan tahapan


asuhan keperawatan dimulai dengan pengkajian, perumusan diagnosa
keperawatan, penyusunan rencana tindakan, implementasi, dan evaluasi.
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara serta mencari data sekunder dari
catatan rekam medis (status). Data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis sehingga mas
4.1. Pengkajian
Proses pengkajian yang dilakukan terhadap pasien dengan DBD dilakukan sesuai dengan standar fo
1. Identitas Klien
Data-data dasar pasien yang dikaji meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alam
Pada pengkajian klien dengan DHF, data dasar yang menjadi informasi yang penting terkait proses
daerah endemik terjadinya DBD. Peningkatan dan penyebaran kasus DBD

kemungkinan salah satunya disebabkan oleh perkembangan wilayah


perkotaan dan perubahan kepadatan dan distribusi penduduk (Kementerian
Kesehatan RI, 2010).
Pada kasus di atas, keluarga mengatakan bahwa mereka bertempat tinggal di
area pemukiman yang cukup bersih dan tidak terlalu padat di daerah
Kelurahan Cipinang Pulogadung.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang muncul pada klien dengan DBD secara umum
adalah demam yang mendadak, ada rasa mual dan disertai muntah,
adanya perdarahan (petekie, ekimosis, purpura pada ekstremitas atas,
dada, epistaksis, perdarahan gusi), kadang kadang disertai kejang dan
penurunan kesadaran.
Pada kasus Tn. T, Keluhan utama yang menjadi alasan klien datang ke Rumah Sakit adalah karena
Riwayat Penyakit Sekarang (saat dikaji)
Saat dikaji klien mengeluh badan panas, kepala terasa pusing, mual-mual dan badan terasa lemas.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pada kasus DHF riwayat penyakit dahulu untuk menentukan apakah DHF yang dialami klien saat in
Seseorang yang pernah mendapat infeksi primer virus dengue, akan
mempunyai antibody yang dapat menetralisasi yang sama (homologous).

Tetapi jika orang tersebut mendapatkan infeksi sekunder dengan jenis


serotipe virus yang lain, maka terjadi infeksi yang berat.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui apakah di dalam keluarga
ada yang menderita DHF untuk menentukan apakah DHF yang dialami
oleh klien didapat dari anggota keluarga atau dari orang atau lingkungan .

Universitas Indonesia
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan sangat perlu dikaji karena sangat berpengaruh
terhadap penyebaran dari penyakit DHF. Penularan infeksi virus dengue
terjadi melalui vector nyamuk genus Aedes. Peningkatan kasus tiap
tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan tempat perindukan
bagi nyamuk betina yaitu di bejana yang berisi air jernih.
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum dan Tanda Tanda Vital
Keadaan umum pada klien dengan masalah DHF dapat bervariasi dari yang ringan sampai yang be
Sistem Tubuh
Pernapasan
Pola pernafasan klien Tn. T di dalam kasus tidak mengalami gangguan pernapasan, hal ini sesuai d
Cardiovaskuler
Pada pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler pada klien ditemukan TD: 100/70 mmHg, N: 90 x/mn
tanda dan manifestasi klinis pasien dengan DHF derajat satu.

3) Persarafan
Pada pemeriksaan system persarafan klien tidak mengalami gangguan
atau penurunan kesadaran. Penurunan kesadaran terjadi sebagai akibat
dari penurunan volume cairan intravaskuler yang menyebabkan
perfusi ke seluruh tubuh berjurang termasuk ke jaringan otak.

Universitas Indonesia
70

4) Perkemihan Eliminasi Urinaria (B4 : Bladder)


Klien mengatakan produksi urin masih banyak dan berwarna
kekunungan. Sesuai dengan derajat 2 DBD.
5) Pencernaan Eliminasi Fekal (B5 : Bowel)
Klien mengeluh mual dan kadang-kadang muntah hal ini sesuai
dengan literature yang mengatakan bahwa klien dengan DHF akan
mengalami gejala seperti mual dan muntah / tidak ada nafsu makan,
haus, sakit menelan, nyeri tekan ulu hati dan konstipasi. Mukosa mulut kering, hiperemia tenggoro
6) Muskuloskeletal (B6 : Bone)
Pemeriksaan fisik klien dengan DHF derajat 1 dan 2 adalah Nyeri pada sendi, otot, punggung dan k
4. Pemeriksaan penunjang
Dalam menentukan dignostik DHF, selain dengan menggunakan gejala klinis yang muncul juga har
Pada pemeriksaan darah rutin (DPL), indicator penilaian yang dilihat berturut-turut adalah nilai trom
trombositnya dibawah normal yaitu 61 ribu/mm3. nilai hematokrit

mencerminkan nilai dari kekentalan dari darah, semakin kental darah


semakin tinggi nilai hematokrit. pengentalan darah terjadi sebagai akibat
dari adanya kebocoran cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler akibat
dari peningkatan permeabilitas pembuluh darah. nilai hematokrit adalah
71
menggunakan 3 X nilai Hb pasien. di dalam kasus Tn. T didapat nilai
hematokrit sebesar 39%. nilai tersebut masih dalam batas rentang normal

Universitas Indonesia
karena pada klien belum terjadi perpindahan cairan dari intravaskuler ke
ekstravaskuler. Nilai Hb akan semakin meningkat seiring nilai hematokrit
yang meningkat.
Pemeriksaan fungsi hepar, pada klien Tn . T mengalami peningkatan yaitu
SGOT = 86 (N : 0-37) dan SGPT = 46 (0-40). hal ini tampak bahwa
Hepar sudah mengalami gangguan akibat proses penyakit yang terjadi.
Pemerikasaaan fungsi ginjal dapat dilakukan untuk mengetahui apakah
proses penyakit sudah mengganggu fungsi ginjal atau tidak. pada kasus
Tn. T fungsi ginjal masih dalam keadaa baik yaitu ureum 19 (N : 20-40) dan kreatinin 1 ( N:0.8-1.5)
5. Pengobatan
Tatalaksana yang dilakukan berdasarkan dengan standar yang digunakan dan berlaku di rumah sak
pencernaan tidak banyak terjadi.

keperawatan yang dapat muncul hanya beberapa masalah keperawatan saja yang
dapat diangkat dari kasus Tn. T.
masalah keperawatan diangkat berdasarkan dari data subjektif dan objektif yang
merupakan gejala atau manifestasi klinis Tn. T dan juga didukung oleh data-data
dari pemeriksaan penunjang. Masalah keperawatan yang diangkat dalam kasus
Tn. T adalah :

Universitas Indonesia
1. Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi)
2. Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi ; kurang dari kebutuhan
3. Risiko perdarahan
4. Risiko Defisit volume cairan
Dari ke empat daftar masalah di atasa, tampak bahwa hanya satu masalah
keperawatan yang bersifat actual dan sisanya sebanyak tiga masalah bersifat

4.3Diagnosa Keperawatan
Tahap kedua dari asuhan keperawatan yaitu merumuskan diagnosa keperawatan. Diagnosa ditegak
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, munta
Risiko kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasm
Risiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
Diagnosa diatas adalah diagnosa yang dibuat berdasarkan acuan dari diagnose
keperawatan bagi penderita DHF sesuai dengan literature atau buku sumber yang ada namun tida

dengan kondisi klien saat ini.


4.4 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan masalah yang sedang dialami
oleh klien. Intervensi yang dilakukan untuk masalah yang bersifat aktual dan
dilanjutkan dengan intervensi untuk masalah keperawatan yang bersifat risiko.

Universitas Indonesia
Pada diagnosa keperawatan yang bersifat risiko dilakukan prioritas kembali untuk
menentukan masalah keperawatan yang akan dilakukan intervensi terlebih dahulu.
Intervensi dilakukan berdasarakan atas masalah yang muncul pada klien dengan
rasionalisasi tindakan yang tepat.
Pada kasus Tn. T intervensi yang disusun berdasarkan hasil dari analisa data
masalah dan diagnosa keperawatan yang muncul. Intervensi keperawatan yang
disusun adalah :
Dx. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia). Mandiri :
Monitor suhu pasien.
Anjurkan pasien untuk banyak minum (lebih kurang 2,5 liter / 24 jam).
Berikan kompres hangat
Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal. Kolaborasi :
Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter
Berikan antipiretik.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, munta
Mandiri :
Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien
Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.
Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari. Kolaborasi :
Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.
Risiko kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan

permeabilitas dinding plasma.


Mandiri :
- Kaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda
vital.
- Observasi tanda-tanda syok.
- Anjurkan pasien untuk banyak minum.

Universitas Indonesia
- Catat intake dan output cairan.
- Palpasi nadi perifer, capilary refill, temperatur kulit, kaji kesadaran, tanda
perdarahan
- Monitor adanya nyeri dada tiba-tiba, dispnea, sianosis, kecemasan yang
meningkat, kurang istirahat.
- Kaji kemampuan menelan klien.
Kolaborasi :
Berikan cairan intravena sesuai program dokter : NaCl 0,45%, RL
solution.
Koloid : dextran, plasma/albumin, Hespan/Fimahes.
Risiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia Mandiri :
Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis.
Anjurkan pasien untuk banyak istirahat/bedrest.
Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih lanjut.
Awasi tanda vital
Anjurkan meminimalisasi penggunaan sikat gigi, dorong penggunaan antiseptik untuk mulut.
Gunakan jarum kecil untuk injeksi atau pengambilan sampel darah
Observasi adanya ptekie, epistaksis, perdarahan gusi, melena. Kolaborasi :
Awasi Hb, Ht, trombosit dan faktor pembekuan.

4.5 Implementasi dan Evaluasi keperawatan


Implementasi dilakukan berdasarkan prioritas masalah yang sudah ditegakkan

sebelumnya. dalam proses pelaksanaannya, tidak semua intervensi di dalam teori


dapat dilakukan sehubungan dengan keterbatasan yang ada di ruangan Melati
Atas. Implementasi dilakukan berdasarkan perencanaan keperawatan dan
selanjutnya dilakukan evaluasi atas tindakan yang sudah dilakukan.
Universitas Indonesia
75

Klien dirawat selama 8 hari, pada hari terakhir klien dirawat semua masalah
keperawatan dapat diatasi dank lien dinyatakan sudah diperbolehkan pulang oleh
dokter penanggung jawab pasien (DPJP).

Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

Terkait dengan konsep demam berdarah dengue (DBD), maka penulis


menyimpulkan;
1. Demam berdarah dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya

dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia. risiko kurang


volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding
plasma, risiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia. Dari
masalah keperawatan tersebut maka disusun beberapa rencana intervensi untuk
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013


memburuk pada hari kedua.
Virus dengue tergolong dalam grup Flaviviridae dengan 4 serotipe, DEN 3, merupakan serotie yan
Vektor utama dengue di Indonesia adalah Aedes Aegypti.
Gejala utama demam berdarah dengue (DBD) adalah demam, pendarahan, hepatomegali dan syok
menyelesaikan
Kriteria diagnosis terdiri masalah
dari kriteria kliniskesehatan tersebut.
dan kriteria RencanaDua
laboratoris. intervensi
kriteria disusun
klinis ditambah trom
Penatalaksanaan demam berdarah
berdasarkan masalahdengue bersifat
yang ditetapkan simtomatif
dan yaitu
mengacu pada mengobati
teori-teori terkait gejala
yang penyerta da
Asuhan keperawatan pada pasien DBD dilakukan secara menyeluruh meliputi pengkajian, diagnosi
kemudian dirangkum dalam rencana kegiatan. Implementasi tindakan tidak
Pada tahap awal, perawat melakukan pengkajian melalui wawancara. Berdasarkan hasil pengkajian

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013


76

sepenuhnya sesuai dengan teori terkait, karena disesuaikan dengan situasi dan
kondisi lansia.

5.1 SARAN
1. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien dengan DBD harus
dilakukan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sesuai dengan tingkat
atau derajat penyakitnya. Keputusan dan tindakan yang tepat dalam
menangani masalah yang timbul dapat menyelamatkan klien dari kematian. Oleh karena itu dibutu
2. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan DBD, petugas kesehatan harus me
DAFTAR PUSTAKA

Bresler.( 2000). Kedokteran Darurat. EGC. Jakarta

Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas
Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta.

Suhendro, dkk .(2006) Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi kedua.
Penerbit FKUI. Jakarta.

World Health Organization (WHO),2009. New Guidelines for Diagnosis, Treatment,


Prevention and Control. New Edition,

Mansjoer Arif, dkk 2000. Kapita Selecta Kedokteran. Edisi III, Media Aeculopius,
Jakarta.

Behrman, Kliegman, Arvin. (2000). Demam Berdarah Dengue . Dalam Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta : EGC.

rd
Corwin, Elizabeth J. ( 2008). Handbook of Pathophysiology. 3 edition. Lippincott
William and Walkin.
Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
Pemukiman. (1990). Petunjuk Diagnosa dan penatalaksanaan Penderita Demam
berdarah Dengue. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Handayani, W dan Haribowo.(2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
Irianto, Kus.( 2004). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia. Bandung : Yrama Widya.
Sutedjo, AY. (2008). Buku Saku Mengenal Penyakit melalui Hasil Laboratorium.
Yogyakarta : Amara Books.
Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. EGC : Jakarta.
Price, Sylvia Anderson.(2005). Patofisiologi : konsep klinis proses-prose penyakit. Ed.
6.Jakarta ;EGC

Sherwood, Lauralee.(2001). Fisiologi manusia.Ed. 2. Jakarta ; EGC

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai