Anda di halaman 1dari 4

AKUNTANSI UNTUK PAJAK PENGHASILAN

Pajak Penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan
ini dikenakan atas penghasilan kena pajak perusahaan. Pajak penghasialn merupakan beban
yang timbul karena diberlakukannya peraturan perpajakan kepada dunia usaha pada negara
tertentu dan beban pajak penghasilan ini memiliki jumlah yang material dalam laporan
keuangan perusahaan Jumlah beban pajak (tax expense) atau penghasilan pajak (tax income)
yang harus diakui dalam penghitungan laba atau rugi pada satu periode terdiri dua unsur
utama yaitu :
a. Pajak Kini (Current Tax), yaitu jumlah pajak pada satu periode
b. Pajak Tangguhan (Deffered Tax).

Perusahaan harus menyajikan laporan keuangan kepada pemegang saham sesuai


dengan SAK yang berlaku. Namun sebagai wajib pajak, perusahaan juga harus menyajikan
laporan keuangan kepada pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak, sesuai dengan
keputusan perpajakan dalam sebuah Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Badan
(SPT Tahunan PPh Badan). Karena SAK dan ketentuan perpajakan banyak memiliki
perbedaan, penentu laba akuntansi (financial income) dan penghasilan kena pajak atau laba
fiskal (taxable income) juga seringkali menghasilkan perbedaan.
Perbedaan ini dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Perbedaan Permanen/ Tetap (Permanent Differences).
Perbedaan ini disebabkan oleh berbagai provisi dari Undang-Undang
Perpajakan yang menentukan beberapa jenis pendapatan yang dibebaskan dari
pajak penghasilan Tidak Kena Pajak (Non Taxable Income) dan beberapa
jenis beban yang Tidak Boleh Dikurangkan (Non Deductible Expense).
Jenis Perbedaan Tetap yaitu:
Penghasilan yang telah dipotong PPh final
Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak
Pengeluaran termasuk dalam beban yang tidak boleh dikurangkan
Pengeluaran yang tidak termasuk dalam beban yang boleh dikurangkan

b. Perbedaan Temporer/ Sementara (Temporary Differences).


Perbedaan Temporer adalah perbedaan antara laba akuntansi dan
penghasilan kena pajak yang disebabkan oleh ketentuan perpajakan dan
membeikan pengaruh di masa mendatang dalam jangka waktu tertentu
sehingga pengaruh terhadap laba akuntansi dan penghasila kena pajak
akhirnya menjadi sama. Perbedaan Temporer dibagi menjadi dua:

Perbedaan Temporer Kena Pajak (Taxable Temporary


Differences)
Perbedaan Yang Boleh Dikurangkan (Deductible Temporary
Diffrences)

Jenis perbedaan temporer yaitu penyisihan/ akual dibandingkan dengan


realisasinya, penyusutan dan amortisasi, aset sewa guna usaha dengan hak opsi
dibandingkan dengan sewa menyewa biasa.
Pajak Penghasilan diperlakukan sebagai biaya bagi perusahaan. Oleh karena itu Pajak
Penghasilan harus diasosiasikan dengan laba dimana pajak penghasilan tersebut dikenakan
atau diperhitungkan. Proses untuk mengasosiasikan Pajak Penghasilan dengan laba dimana
pajak itu dikenakan disebut Alokasi Pajak . Pada dasarnya terdapat 3 alternatif metode
alokasi pajak yang bisa dipakai, yaitu :

Deffered Method
Liability Method
Net of Tax Method

Prinsip Prinsip Alokasi Pajak Pada dasarnya merupakan Alokasi Pajak


Penghasilan bagi perusahaan sebagai wajib pajak bisa mencakup dua hal :

1. Interperiod Allocation
Yaitu proses alokasi pajak penghasilan antar periode tahun buku yang satu dengan
periode-periode tahun buku berikut atau sesudahnya. Alokasi pajak penghasilan antar periode
tahun buku ini diperlukan karena adanya perbedaan terhadap jumlah laba kena pajak dan laba
akuntansi.

2. Intraperiod Allocation
Yaitu proses alokasi pajak penghasilan dalam suatu periode akuntansi karena adanya
perbedaan tarif pajak yang dikenakan terhadap tiap-tiap komponen laba atau pendapatan
Karena Undang-Undang Perpajakan di Indonesia tidak mengenal diskriminasi tarif yang
diberlakukan terhadap tiap-tiap komponen laba atau pendapatan, maka masalah Intraperiod
Allocation praktis tidak ,pernah dijumpai, sehingga pembahasan lebih dititikberatkan pada
masalah Interperiod Allocation.
a) Perbedaan Temporer Kena Pajak (Taxable Temporary Differences) adalah perbedaan
yang menimbulkan suatu jumlah kena pajak dalam penghitungan laba fiskal periode
mendatang pada saat nilai tercatat aset dipulihkan atau nilai tercatat kewajiban tersebut
dilunasi. Jumlah pajak penghasilan yang diharapkan akan dibayar pada penghasilan kena
pajak tambahan di masa mendatang akan dicatat pada neraca sebagai Kewajiban Pajak
Tangguhan (Deffered Tax Liabilities/DTL).
Contoh-contoh kewajiban pajak tangguhan :
Metode penjualan pencicilan (Installment sales method), untuk tujuan perpajakan
menggunakan dasar kas, sedangkan untuk pelaporan keuangan (financial reporting)
menggunakan dasar akrual untuk pengakuan pendapatan penjualannya
Keuntungan yang belum direalisasi untuk trading securities, keuntungan tersebut
akan diakui untuk tujuan pelaporan keuangan, sedangkan untuk tujuan perpajakan
keuntungan akan diakui pada saat sekuritas tersebut dijual.
Perbedaan metode penyusunan aset tetap untuk tujuan pelaporan keuangan dan
perpajakan.

b) Perbedaan Yang Boleh Dikurangkan (Deductible Temporary Diffrences) adalah


perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah yang boleh dikurangkan dalam
penghitungan laba fiskal periode mendatang pada saat nilai tercatat aset dipulihkan atau nilai
tercatat kewajiban tersebut dilunasi. Jumlah pengangguran pajak penghasilan yang
diharapkan ini akan dicatat pada neraca sebagai Aset Pajak Tangguhan (Deffered Tax Asset/
DTA).
Contoh-contoh aset pajak tangguhan:
Pendapatan diterima dimuka (unearned revenue), pendapatan akan diakui pada saat
periode perolehannya untuk tujuan perpajakan, tapi akan ditangguhkan pengakuan
pendapatannya pada periode mendatang untuk tujuan pelaporan keuangan.
Beban garansi (Warranty expense) atau beban piutang tak tertagih (bad debt expense)
akan dikurangkan untuk tujuan perpajakan ketika telah benar-benar terjadi, namun akan
menjadi akrual pada tahun penjualan untuk tujuan pelaporan keuangan.
Kerugian yang belum direalisasi untuk trading securities, kerugian tersebut akan
diakui utnuk tujuan pelaporan keuangan, sedangkan untuk tujuan perpajakan akan diakui
pada saat sekuritas tersebut dijual.
Jenis perbedaan temporer yaitu penyisihan/ akual dibandingkan dengna realisasinya,
penyusutan dan amortisasi, aset sewa guna usaha dengan hak opsi dibandingkan dengan sewa
menyewa biasa.

Pada dasarnya terdapat 3 alternatif metode alokasi pajak yang bisa dipakai, yaitu :

1. Deferred Method
Menurut metode ini, selisih jumlah Pajak Penghasilan Terhutang (berdasar SPT)
dengan Biaya Pajak Penghasilan (berdasar laba akuntansi) dalam suatu periode harus dicatat
dan disajikan dalam Laporan Keuangan sebagai Pajak yang Ditangguhkan. Jumlah Pajak
yang Ditangguhkan ditentukan berdasar tarif pajak yang berlaku pada saat terjadinya
transaksi atau item yang menyebabkan terjadinya perbedaan atau selisih antara laba kena
pajak dan laba akuntansinya. Deffered Method berorientasi pada Laporan Rugi Laba dan
menitik beratkan pada tercapainya proper matching antara pendapatan dan biaya dalam
periode di mana selisih perhitungan pajak terjadi.
2. Liability Method
Menurut metode ini jumlah Pajak yang Ditangguhkan ditentukan berdasar tarif pajak
yang diharapkan akan berlaku dalam periode di mana selisih pajak akan dikompensasikan.
Perhitungan Pajak yang Ditangguhkan bersifat tentatif yang selalu memerlukan penyesuaian
pada setiap kali terjadi perubahan tarif pajak penghasilan. Menurut liability method, Pajak
yang Ditangguhkan harus dipandang sebagai kewajiban ekonomis untuk Pajak yang
Terhutang atau sebagai aktiva untuk Pajak yang Dibayar Dimuka.

3. Net of Tax Method


Menurut metode ini, melaporkan Pajak yang Ditangguhkan dalam neraca tidak
dibenarkan karena Biaya Pajak Penghasilan yang dilaporkan dalam Laporan Rugi Laba
harus sama dengan jumlah Pajak Penghasilan Terhutang atau pajak yang harus dibayar untuk
periode yang bersangkutan. Selisih yang terjadi karena adanya perbedaan laba kena pajak dan
laba akuntansi tidak dibukukan dalam suatu rekening tersendiri, tetapi ditambahkan atau
dikurangkan kepada aktiva atau hutang tertentu serta unsur pendapatan atau biaya yang
bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai