Anda di halaman 1dari 3

KONSEP PSIKOFARMAKA YANG BERUHUBUNGAN DENGAN

STRESS DALAM PENGGUNAANNYA

DI PERAWATAN

RIA SAMARDIYAH
1606955486

KELAS A EKSTENSI FIK 2016

Meningkatknya tuntutan dan kebutuhan akan sesuatu yang lebih baik dalam hidup
membuat individu saling berlomba dalam mencapai kebutuhan yang diinginkan. Namun
kadangkala pada kenyataannya keinginan tersebut tidak dapat dicapai sehingga individu
tersebut berpotensi untuk stress. Stress merupakan suatu reaksi dari berbagai stimulus yang
dapat menimbulkan perubahan ( Delaune 2011 ). Stimulus yang dimaksud dapat disebut
sebagai stressor. Stressor dapat berupa stressor fisik, fisiologi maupun psikososial. Stress dan
kecemasan memiliki hubungan yang erat karena kecemasan merupakan suatu respon
psikologi terhadap ancaman.

Stress dapat diatasi dengan manajemen stress dan aktifitasnya. Namun bila stress telah
memasuki respon yang maladaftif terapi obat obatan menjadi alternatif dalam penanganan
stress tersebut. Namun tidak semua gejala harus diterapi dengan obat obatan ( Stuart, 201 ).
Obat- obatan yang dimaksud adalah obat obat yang tertera pada daftar obat psikofarmaka.
Psikofarmaka adalah obat obat yang digunakan pada pasien dengan gangguan psikotik. Saat
ini telah ditemukan obat- obatan psikofarmaka yang efektif dan mampu mengendalikan
gejala gangguan penderitanya ( Effendi F 2009).

Dalam menjalankan fungsi dan peran sebagai care giver perawat perlu mengetahui
dan memiliki kompetensi yang luas dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa dalam
berbagai cara. Maka penulis merasa perlu menguraikan tugas peran perawat dalam perawatan
psikofarmakologi klien dengan penyakit neurobiologis.

Dibawah ini penulis akan mencoba menguraikan tugas peran perawat pada klien
dengan penggunaan obat obat psikofarmaka ( Stuart 2013 ).

1. Pengkajian Klien
Pengkajian dilakukan atas riwayat, kondisi fisik, dan hasil laboratoirum, evaluasi
kesehatan jiwa, sosial budaya dan riwayat pengobatan. Informasi ini sangat
membantu membedakan aspek gangguan jiwa dari aspek kepribadian klien
sebelum ia menderita gangguan jiwa.
2. Koordinasi tritmen modalitas
Yaitu merancang program tritmen yang komprehensif. Koordinasi dalam
melakukan perawatan merupakan tanggung jawab utama perawat bersama sama
klien dalam membina hubungan terapeutik.
3. Pemberian obat
Perawat disini memiliki tugas menetukan jadwal, dosis, berdasarkan kebutuhan
obat serta kebutuhan klien selalu waspada terhadap efek obat serta penanganan
efek obat. Tujuannya adalah memaksimalkan efek terapeutikdari tritmen obat dan
meminimalisasi efek samping
4. Monitor efek obat
Perawat bertugas memantau efek obat seperti membuat standarisasi pengukuran
efek obat terhadap target gejala, mengevaluasi dan meminimalisasi efek samping,
mengatasi reaksi berlawanan dan mencatat efek obat terhadap konsep diri klien.
5. Edukasi Pengobatan
Perawat memiliki peranan dalam menginformasikan manfaat, resiko, yang dapat
timbul dari pemberian obat, alternatif pengobatan lain, dan apa yang harus mereka
lakukan dan siapa tempat mereka bertanya jika ada permasalahan yang mereka
hadapi.
6. Program Pemeliharaan Obat
Yakni perawat membina hubungan terapeutik yang berkelanjutan dalam
mempertahankan pemeliharaan obat.

Berdasarkan pembahasan di atas penting bagi seorang perawat melakukan pendekatan


secara berkesinambungan kepada klien yang dalam masa pengobatan dengan obat- obatan
psikofarmaka. Pendekatan ini meliputi pengkajian dan mendiagnosa, merumuskan tindakan-
tindakan yang bersifat non farmakologi dengan dilandasi pengetahuan, keamanan dan
efektifitas dan penerimaan klien.

DAFTAR PUSTAKA
Stuart W.G ( 2016). Prinsip dan Praktek Keperawatan Kesehatan Jiwa. 1st Indonesia Ed.
Singapore.Elsevier

Delaune, S. C. (2011). Fundamental of Nursing Consultant for Nursing Practice. United


States America: Delmar, a division of Thomson Learning.
Kozier, B. (2016). Fundamental of Nursing Concepts, Process, and Practice. 10th.ed. USA:
Pearson Education Inc.

Anda mungkin juga menyukai