Anda di halaman 1dari 17

LEMBAR PERSETUJUAN

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

Laporan Ilmu Ukur Tanah ini dapat diajukan sebagai syarat menyelesaikan studi di
Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional
Malang tahun ajaran 2013/2014.

Persetujuan ini diberikan kepada:

Kelompok 12 : 1. Janur Aji Arbyanto 13.25.057


2. Rio Fanyoga 13.25.058
3. Ahmad Gazali 13.25.061
4. Muh. Rifaan 13.25.062
5. Muh. Muzakkir 13.25.063
6. Ratih Dwi Jayanti 13.25.065

Jurusan : Teknik Geodesi

Laporan ini disetujui oleh dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Ukur Tanah di Institut
Teknologi Nasional Malang.

Asisten Praktikum Dosen Pembimbing

Hendry Alpha Hery Purwanto, ST, MSc


LEMBAR ASISTENSI PRAKTIKUM
PEMROGRAMAN KOMPUTER
JURUSAN TEKNIK GEODESI

Nama : 1. Janur Aji Arbyanto 13.25.057


2. Rio Fanyoga 13.25.058
3. Ahmad Gazali 13.25.061
4. Muh. Rifaan 13.25.062
5. Muh. Muzakkir 13.25.063
6. Ratih Dwi Jayanti 13.25.065
Jurusan : TeknikGeodesi
AsistenPraktikum : Hendry Alpha 08.25.018
DosenPembimbing : Hery Purwanto, ST.MSc
Ir. Agus Darpono, MT
No Tanggal Catatan / Keterangan Tanda tangan
No Tanggal Catatan / Keterangan Tandatangan
BAB II

DASAR TEORI

2.1. Ilmu Ukur Tanah

Secara umum ilmu ukur tanah adalah ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran yang
diperlukan untuk menyatakan kedudukan titik dipermukaan. Ilmu ukur tanah merupakan
bagian dari ilmu yang dinamakan geodesi. Ilmu geodesi mempunyai 2 maksud dan tujuan yaitu
:

1. Maksud ilmiah yaitu untuk mempelajari bentuk dan besar bulatan bumi.

2. Maksud praktis yaitu ilmu yang mempelajari penggambaran dari sebagian besar
atau sebagian kecil permukaan bumi yang dianamakan peta.

Tujuan dasar dari ilmu ukur tanah mengacu pada tujuan praktis dari ilmu geodesi, maksud
tersebut dicapai dengan mempelajari bagaimana cara melakukan pengukuran diatas permukaan
bumi yang mempunyai bentuk tak beraturan, karena adanya gunung dan lembah yang curam.
Untuk memudahkan pengukuran permukaan bumi yang tak beraturan tersebut maka dibuatlah
suatu bidang perantara. Bidang perantara tersebut adalah datar. Meski permukaan bumi itu
lengkung tapi kita anggap datar karena permukaan bumi yang akan diukur itu tidak punya
satuan yang lebih panjang dari 50 Km, biasanya yang diukur adalah hutan, jalan raya, jalan
kereta api, bendungan, saluran air, jembatan dan lain sebagainya. Untuk pengukuran tersebut
diperlukan alat ukur yang berupa waterpass, serta alat ukur bantu lainnya. Seperti Theodolit,
Statif, Rambu ukur, Unting-unting, Rol meter,

2.2. Pengukuran Waterpass


Gambar Sipat Datar Memanjang

Pengukuran waterpass adalah pengukuran untuk mengukur dan menentekuan beda tinggi
antara 2 tinggi. Bila beda tinggi ( h) diketahui antara 2 titik A dan B sedangkan tinggi titik A
diketahui sama dengan Ha dan titik B terletak lebih tinggi daripada titik A.

Yang diartikan dengan beda tinggi antara titik A dan B adalah jarak antara 2 bilangan nivo
yang melalui titik A dan B. Umumnya bidang nivo adalah bidang lengkung, tetapi bila jarak
antara titik A dan B kecil, maka kedua bidang nivo yang melalui titik A dan titik B dianggap
sebagai bidang mendatar.

Beda tinggi antara 2 titik dapat diketahui melalui beberapa cara, yaitu :

1) Dengan pengukuran tinggi secara langsung menggunakan pita ukur. Misalnya pada
pembuatan gedung bertingkat, tinggi masing-masing lantai dapat di ukur dengan pita
ukur.
2) Dengan menggunakan alat Barometer, pada dasarnya ada hubungan antara ketinggian
tempat dengan tekanan udara. Dimana semakin tinggi tempatnya,semakin kecil tekanan
udaranya. Dengan alat Barometer ini ketinggian dapat di ukur, tetapi menghasilkan
ukuran yang kurang teliti.
3) Dengan cara Trigonometri. Beda tinggi dapat di ukur dengan alat yang dilengkapi
dengan pembacaan sudut vertikal (Theodolite).
4) Dengan menggunakan alat waterpass atau pengukuran sipat datar. Prinsip dari alat ini
adalah menggunakan garis sumbu teropong yang horizontal. Untuk mengukur beda
tinggi antara 2 titik.

Telah dibahas diatas, bahwa beda tinggi antara 2 titik adalah 2 titik jarak antara 2 bidang
nivo yang melalui titik-titik tersebut. sehingga beda tinggi ( h) yang dipasang di titik a dan b.
misal garis-garis mendatar itu memotong, mistar A di titik a, dan pada mistar B di titik b, maka
angka a dan b pada mistar akan selalu menyatakan jarak Aa dan Bb. Bila titik nol kedua mistar
itu terletak di bawah angka a dan b dinamakan pembacaan pada mistar.

h = Aa -
Bb
Penentuan beda tinggi dengan alat waterpass dapat dilakukan dengan 3 cara penempatan alat
ukur, tergantung pada keaadan lapangan.

Cara I
Menmpatkan alat ukur di atas salah satu titik tinggi b dan bidik (titik tengah
teropong) di atas titik B di ukur dengan mistar. Dengan nivo di tengah garis bidik
diarahkan ke mistar A. Pembacaan di atas mistar (a), maka angka a ini menyatakan jarak
angka a itu dengan mistar. Maka beda tinggi a dan b adalah

Cara II
h = a - b
Alat ukur di tempatkan antara titik A dan B dan di atas titik A dan B ditempatkan
mistar. Jarak dari alat ukur dengan kedua mistar sama. Sedangkan alat ukur tidak perlu
terletak di garis lurus yang menghubungkan titik A dan B. Arahkan titik bidik dengan
nivo di tengah mistar A(belakang) dan mister B(muka) dan bembacaan pada kedua mistar
berturut-turut A (belakang) dan mistar B (muka). Maka beda tinggi A dan B adalah

Cara III h = a - b

Alat ukur di tempatkan disebelah titik A atau disebelah kanan titik B. hal ini
dikarenakan alat ukur tidak mungkin diletakkan dianta ra titik A dan B. Pembacaan
dilakukan pada mistar yang diletakkan di atas titik A dan B adalah berturut turut a dan b
sehingga beda tinggi adalah

h = a - m

Dari ketiga cara di atas , Cuma 2 yang memberikan hasil yang paling teliti. Karena kesalahan
yang mungkin masih ada pada pengukuran dapat saling memperkecil apalagi bila jarak antara
alat ukur kedua mistar di buat sama, akan hilangkan pengaruh tidak sejajarnya garis bidik
dan garis arah nivo. Untuk mendapatkan beda tinggi antara 2 titik selalu diambil pembacaan
mistar terbelakang dikurangi pembacaan mistar ke muka, hingga dapat diperoleh rumus.

2.3 Pengukuran Sudut dan jarak


h = a - m
Pengukuran Sudut

Pengukuran sudut adalah pembeda antara dua buah arah atau lebih dari suatu titik.
Pengukuran sudut yang teliti dapat diukur dengan menggunakan alat ukur theodolit. Adapun
metode pengukuran sudut dengan alat ukur theodolit, antara lain :

A. Metode Reiterasi
Pengukuran sudut dengan metode reiterasi disebut juga pengukuran sudut tunggal,
karena pada pengukuran sudut dengan cara reiterasi hanya mengukur besar sudut satu
kali saja antara dua buah jurusan titik.
B. Metode Repetisi
Pada metode repetisi ini, sudut diukur lebih dari satu. Pengukuran dilakukan
berlawanan arah dengan pengukuran yang pertama, sehingga pada dua titik jurusan di
peroleh dua sudut, yang mana kedua sudut tersebut besarnya haruslah sama.
C. Metode Kombinasi
Pengukuran besar sudut dengan metode kombinasi ini, mempunyai dua bacaan sudut,
yakni bacaan sudut biasa (B) dan bacaan sudut luar biasa (LB). Data ukur sudut yang
diperoleh dari cara ini adalah data sudut ganda (seri), adapun macam-macam sudut ganda
antara lain :
Data ukur sudut 1 seri , yakni 2 data ukur sudut, 1 bacaan sudut biasa dan 1 bacaan
sudut luar biasa.
Data sudut ukur 1 seri rangkap, yakni 4 data ukur sudut, 2 bacaan sudut biasa dan 2
bacaan sudut luar biasa.
Data ukur sudut 2 seri rangkap, yakni 8 data ukur sudut, 4 bacaan sudut biasa dan 4
bacaan sudut luar biasa.

Contoh pengukuran sudut 1 seri :

A
LB Keterangan :
B Sudut APC = bacaan
P B L sudut biasa
B B Sudut CPA = bacaan
L sudut luar biasa
C (dimana : sudut APC =
B
Sudut CPA 180
Gambar pengukuran sudut dengan metode kombinasi

Pengukuran Jarak
Pengukuran jarak untuk kerangka kontrol peta, dapat dilakukan dengan cara langsung
menggunakan alat sederhana yaitu roll meter / dengan pipat datar yaitu jarak optis,
sedangkan untuk mendapatkan jarak data yang lebih teliti dibandikngkan dengan dua cara
yang ada, data jarak didapat juga dengan alat pengukur jarak elektronis EDM (Elektro
Distance Measurement).
a. Pengukuran Jarak Langsung
Dalam pengukuran kerangka kontrol horizontal yang digunakan adalah jarak langsung
dalam pengukuran, jarak langsung perlu dilakukan pelurussan apabila roll meter yang
digunakan tidak menjangkau 2 buah titik yang sedang diukur.

P p p

1 1 2 2

Gambar Pengukurn jarak langsung

Keterangan :
1 : 2 = titik kontrol yang akan diukur
1 : 2 = titik bantuan untuk pelurusan

b. Pengukuran Jarak Optis


Pengukuran jarak optis adalah pengukuran jarak secara tidak langsung, karena di
bantu dengan alat sipat datar atau theodolit dan rambu ukur. Dimana pada teropong alat
terdapat 3 benang silang, benang atas (ba), benang tengah (bt), dan benang bawah (bb)
yang merupakan data untuk mendapatkan jarak.

Pengukuran ini kurang teliti dan menggunakan rumus :


Dm = (ba - bb) . k . sin Z
Dd = (ba - bb) . k . sin Z
Dd = (ba - bb) . k . cos Z
Keterangan :
Dm = Jarak miring K = Konstanta = 100
Dd = Jarak datar Z = Zenith
Ba = Benang atas A = Helling
Bb = Benang bawah

Gambar pengukuran jarak optis

Ba
dm
Bt
z Bb
B

Ti h
ab

A
Dd

Gambar Pengukuran jarak optis

Keterangan gambar :
A.B = titik tetap
Dm = jarak miring
Dd = jarak datar
h ab = beda tinggi
Ti = tinggi alat
Z = sudut zenith
H = sudut helling

c. Pengukuran Jarak Elektronis


Pengukuran jarak elektronis adalah jarak yang diperoleh dari hasil pembacaan pada
EDM yang diletakkan diatas theodolit.

Dm

Gambar Pengukuran Jarak Langsung


T
Rumus
Dm:
V2
=
Keterangan rumus :

Dm = Jarak miring
T = waktu perambatan gelombang di udara pergi pulang
V = kecepatan gelombang merambat di udara

2.4 Pengukuran Sipat Datar Profil Memanjang

Tujuan dari pengukuran dengan menggunakan metode sipat datar profil memanjang
adalah untuk mendapatkan detail dari suatu penampang atau irisan tegak pada arah memanjang
sesuai dengan sumbu proyek.

Gambar Sipat Datar profil Memanjang

Keterangan:
h A 2 Gambar 2.14 Sifat Datar Profil Memanjang
: Beda tinggi antara titik A sampai titik 2.
h2b
: Beda tinggi antara titik 2 sampai titik B
btA : Benang tengah titik A
bt1 : Benang tengah titik 1
bt2 : Benang tengah titik 2
bt3 : Benang tengah titik 3
bt4 : Benang tengah titik 4
P1 : Tempat berdiri alat 1
P2 : Tempat berdiri alat 2
2.5. Sipat Datar Profil Melintang
Dari pengukuran profil memanjang didapatkan garis rencana. Tujuan dari profil melintang adalah
untuk menentukan elevasi titik-titik dengan pertolongan tinggi garis bidik yang diketahui dari keadaan
beda tinggi tanah yang tegak lurus disuatu titik tertentu

terhadap garis rencana tersebut.

Gambar Sipat Datar Profil Melintang

Keterangan:
Gambar 2.15 Sifat Datar Profil Melintang
P1 : Tempat berdiri alat (STA)

A, b, c, : Tempat berdiri rambu sebelah kiri alat ukur

1, 2, 3, : Tempat berdiri rambu sebelah kanan alat ukur

2.6. Pengukuran Planimetris

Peta planimetris adalah peta yang hanya menampilkan posisi x (absis) dan posisi y
(ordinat) atau koordinat dari titik-titik yang menggambarkan suatu bentuk lahan atau
gambar yang hanya memberikan pandangan atas dari suatu lahan tanpa memberikan
pandangan atau gambaran topografis atau konfigurasinya.

Untuk membuat peta plnimetris salah satunya adalah menggunakan metode tegak lurus
yaitu

Titik-titik detail diproyeksikan terhadap suatu garis basis (garis ukur)


Letak titik ditentukan dari jarak basis dan jarak proyeksi Tegak Lurus

Gambar Pengukuran Planimetris

2.6.1. Metode Pengukuran


Cara Koordinat Tegak Lurus
Cara koordinat tegak lurus dilakukan dengan menggunakan alat-alat ukur :

o Cermin Sudut
o Prisma Segitiga (segilima)
o Prisma Double (prisma ganda)

Untuk menentukan letak titik detail dalam system koordinat tegak lurus,maka dengan bantuan
alat cermin/prisma setiap titik-titik detail diproyeksikan terhadap suatu garis basis (garis
ukur) sebagai tempat kedudukan cermin/prisma tersebut. Dengan demikian letak titik-titik
detail dinyatakan menurut argument-argumen jarak basis dan jarak proyeksi.

2.6.2. Peralatan yang Digunakan

o Prisma Segitiga
Prisma segitiga terdiri dari gelas yang mempunyai bentuk segitiga sama kaki dengan dua
sudutnya 45.Prinsip kerja prisma sama dengan cermin sudut yaitu memproyeksikan titik-
titik detailnya sepanjang garis ukur.Hanya jalannya sinar selain melalui pantulan juga melalui
pembiasan-pembiasan pada sisi-sisi prisma.

o Prisma Double

Prisma double terdiri atas dua buah prisma segitiga atau dua pentagon (prisma segilima) yang
dikombinasikan. Prinsip kerja prisma double sama dengan prisma segitiga,yaitu melalui
pembiasan sinar hanya perbedaannya pada pembuatan sudut 90 dapat dilakukan terhadap
dua jurusan titik pengikat.

Cara Pengukuran Koordinat Tegak Lurus :

1. Buatlah skets terlebih dahulu secara baik dan selanjutnya setiap ukuran dituliskan
langsung pada skets tersebut.
2. Tentukan garis basis di lapangan,jika mungkin melalui titik-titik tetap yang telah ada
atau seandainya tidak ada salah satu titik di anggap sebagai titik awal(titik nol).
3. Garis-garis basis lainnya dapat di tentukan menurut keperluan sebagai kerangka dasar
pemetaan.
4. Tempatkan Jalon di titik A dan B,kemudian si pengukur dengan membawa prisma
berdiri di hadapkan titik detail C kira-kira pada garis basis A-B.
5. Dengan bergerak sepanjang garis basis A-B,posisi prisma diatur sedemikian sehingga
bayangan Jalon A,jalonB dan detail C terletak berimpit merupakan satu garis.
6. Tandai titik C dan ukur jarak-jaraknya AC dan CC,kemudian tuliskan jarak jarak
tersebut pada skets.

Cara Penggambaran Koordinat Tegak Lurus :

1. Sebelum menggambar,hitung azimuth untuk mengetahui posisi garis basis sebagai


patokan sebagai bentuk penggambaran secara ke seluruhan.
2. Setelah garis di plot,maka di peroleh pula posisi titik-titik detail sebesar data ukuran
yang di peroleh setelah di kalikan dengan skala penggambaran.
3. Dan terakhir penggambaran dapat di selesaikan.
4. Tambahan legenda untuk menjelaskan apa-apa yang tergambar agar dapat di pahami
oleh orang lain.

2.7. Pengukuran situasi (Tachymetri)


Pengukuran situasi ialah serangkaian pengukuran suatu daerah dengan cara menentukan
objek-objek penting berdasarkan unsur sudut dan jarak dalam jumlah yang cukup, sehingga
dapat mewakili atau menggambarkan daerah tersebut dan seisinya secara jelas dengan skala
tertentu.
Prinsip pengukuran dalam hal ini adalah dengan sistem grafis. Jenis pengukuran
menggunakan alat sederhana seperti : jalon, pita ukur, unting-unting, prisma pentagon, alat
tulis dan pilox sebagai penanda titik. Umumnya dilakukan untuk pemetaan daerah-daerah
kecil atau pemetaan dalam skala kecil, seperti gedung-gedung.

Pengukuran titik-titik detail-detail yang bentuknya tidak beraturan. Untuk arah-arah garis
di lapangan di ukur dengan jarum kompas sedangkan jarak digunakan benang silang
diafragma pengukur jarak yang terdapat pada teropongnya .

Pengukuran yang diperoleh dari lapangan adalah pembacaan rambu, sudut


horizontal (azhimuth magnetis), sudut vertikal (zenith atau inklasi) dan tinggi alat.
Hasil yang diperoleh dari pengukuran tachymetry adalah posisi planimetris X,Y,dan
ketinggian Z.

2.8. Penggambaran Peta

Peta adalah penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) keseluruhan atau
sebagian dari permukaan bumi yang di proyeksikan dengan perbandingan/skala tertentu.
Penggambaran peta pada umumnya terdiri atas 2 tahap persiapan naskah dan
penggambaran peta akhir. Naskah biasanya disusun dengan pensil dan naskah harus
disiapkan dengan cermat untuk menepatkan lokasi. Semua ciri dan garis tinggi seteliti
mungkin dan tiap detailnya tetap dan lengkap. Termasuk penempatan simbol-simbol dan
huruf-huruf. Penulisan pada naskah tak perlu di kerjakan sangat hati-hati dan
penempatan yang benar. Naskah yang disiapkan dengan baik merupakan ancang-ancang
untuk mencapai sebuah peta akhir yang berkualitas tinggi.
Bahan persiapan yang telah selesai kemudian di gambar dengan tinta atau di
proses, kedua proses tersebut melibatkan pengutipan garis dan naskah. Bila digambar
dengan tinta naskah di tempatkan diatas meja tembus cahaya dan ciri-ciri di telusuri
dari bahan kutipan pada sehelai materi tindih yang tembus sinar dan bersifat basis stabil.
Biasanya di kerjakan penulisan huruf. Huruf terlebih dahulu kemudian ciri-ciri
Planimetris dan Garis tinggi ditelusuri menurut gambar pada naskahnya.
Adapun hal-hal yang harus dicantumkan dalam penggambaran peta yang
berkualitas tinggi dan menghasilkan hasil yang memuaskan :
a. Judul Peta
Judul peta ada di bagian tengah atas. Judul peta menyatakan lokasi yang di
tunjukkan oleh peta yang bersangkutan. Sehingga lokasi yang berbeda akan
mempunyai judul yang berbeda pula.
b. Nomor Peta
Nomor peta biasa di cantumkan disebelah kanan atas peta. Selain sebagai nomor
registrasi dari bahan pembuat nomor peta juga berguna sebagai petunjuk jika kita
memerlukan peta daerah lain disekitar suatu daerah yang terpetakan. Biasanya di
bagian bawah disertakan pula lembar derajat yang mencantumkan nomer-nomer peta
yang ada disekeliling peta tersebut.
c. Koordinat Peta
Koordinat peta adalah kedudukan suatu titik pada koordinat ditentukan dengan
menggunakan system sumbu. Yang garis-garis yang saling berpotongan tegak lurus
sistem koordinat peta yang resmi di pakai ada 2 :
1) Koordinat Geografis.
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang
tegak lurus terhadap khatulistiwa dan sumbu garis lintang (lintang utara dan
selatan) yang sejajar dengan khatulistiwa koordinat geografis dinyatakan
dalam satuan derajat,menit,detik.
2) Koordinat Gird
Dalam koordinat Gird kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran
jarak terhadap suatu titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan nol
terdapat disebelah barat Jakarta (60LU, 68BT) garis vertikal yang diberi
nomor urut dari selatan ke utara. Sedangkan garis horizontal diberi nomor urut
dari barat ke timur sistem koordinat mengenai penomoran dengan 6 angka, 8
angka,10 angka untuk daerah yang luas dipakai penomoran 6 angka. Untuk
daerah yang lebih sempit digunakan penomoran 8 angka dan 10 angka
(biasanya 10 angka dihasilkan oleh GPS)

d. Skala Peta
Skala peta adalah perbandingan antara jarak pada peta dengan jarak horizontal di
lapangan ada 2 macam cara penulisan skala yaitu :
1) Skala angka
Contoh : 1 : 25000 berarti 1 cm jarak di peta sama dengan 25000cm (250m) jarak
horizontal dimedan sebenarnya.
2) Skala Garis
Contoh : berarti tiap bagian sepanjang blok garis mewakili 1 km jarak horizontal.

Pemilihan pada peta (skala) tergantung pada tujuan, ukuran dan kesamaan yang
diperlukan pada peta yang diselesaikan. Ukuran lembar baku, jenis dan banyaknya
symbol topografi dan ketelitian yang disaratkan untuk penerapan skala jarak. Ada
beberapa pertimbangan yang perlu di perhatikan, skala peta diberikan dengan 3 cara :
1. Dengan perbandingan antara perpecahan representature misalnya 1:2000
2. Dengan sebuah persamaan misalnya 1 in : 200 ft
3. Secara grafis dua skala grafis yang ditempatkan saling tegak lurus berhadapan
diagonal peta menyebabkan dapat dibuatnya pengukuran teliti walaupun
kertasnya berubah dimensi.
4. Skala pada peta biasanya digolongkan sebagai :
Skala besar 1 in : 100 ft (1:1200) atau lebih besar
Skala menengah 1 in :100-1000ft (1:1200 sampai 1:12000)
Skala kecil 1 in : 1000ft (1:12000) atau lebih kecil

e. Legenda Peta
Legenda peta biasanya di sertakan pada bagian bawah peta. Legenda ini membuat
simbol-simbol yang dipakai pada peta tersebut. yang penting diketahui trigulasi, jarak
setapak, jalan raya, sungai, pemukiman, ladang, sawah,hutan dan lainnya.
f. Arah Peta
Yang perlu diperhatikan adalah arah utara peta. Cara paling mudah adalah dengan
memperhatikan arah huruf-huruf tulisan adalaharah utara peta. Pada bagian bawah
peta biasanya juga terhadap petunjuk arah utara yaitu :
1) Utara sebenarnya / True North yaitu utara yang mengarah pada kutub
utara bumi.
2) Utara Magnetis / Magnetic North yaitu utara yang ditunjukan oleh jarum
magnetis kompas dan letaknya tidak tepat di kutub utara bumi.
3) Utara Peta / Map North yaitu arah utara yang terdapat pada peta.

Anda mungkin juga menyukai