TINJAUAN TEORI
B. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastik
Penyebab:
1) agen neoplastik/sitoplastik
2) terapi radiasi
3) antibiotic tertentu
4) obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
5) benzene
6) infeksi virus (khususnya hepatitis)
Gejala-gejala:
1) Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
2) Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran
cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
3) Morfologis: anemia normositik normokromik
b. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
1) Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
2) Hematokrit turun 20-30%
3) Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
4) Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah
maupun defisiensi eritopoitin
c. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia
jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna
yang normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru,
osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan.
d. Anemia megaloblastik
Penyebab:
1) Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
2) Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
3) Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik,
infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.
2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan
oleh destruksi sel darah merah:
a. Pengaruh obat-obatan tertentu
b. Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik
kronik
c. Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
d. Proses autoimun
e. Reaksi transfusi
f. Malaria
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)
DERAJAT WHO NCI
Derajat 0 (nilai normal) > 11.0 g/dL Perempuan 12.0 - 16.0
g/dL
Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL
Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL 10.0 g/dL - nilai normal
Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 8.0 - 10.0 g/dL
Derajat 4 (mengancam < 6.5 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL
jiwa) < 6.5 g/dL
C. Anatomi Fisiologi
Gambar 1.1 Struktur pembentuk sel darah Gambar 1.2
Komponen darah
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler
adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur-unsur padat,
yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan 1/12 berat
badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55 persennya adalah cairan, sedangkan 45%
sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau
volume sel darah yang dipadatkan yang berkisar anatara 40-47. Diwaktu sehat
volume darah adalah konstan dan sampai batas tertentu diatur oleh tekanan
osmotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan.
1. Kandungan yang ada di dalam darah :
a. Air : 91%
b. Protein : 3% (albumin, globulin, protombin, dan fibrinigen)
c. Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam
fosfat, magnesium, kalsium dan zat besi.
d. Bahan Organik : 0.1% (glukosa, lemakasam urat, keratinin, kolesterol,
dan asam amino)
2. Fungsi Darah :
a. Sebagai alat pengangkut, yaitu :
1) Mengambil oksigen / zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan
keseluruh jaringan tubuh.
2) Mengangkut karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui
paru-paru.
3) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan
dibagikan keseluruh jaringan / alat tubuh.
4) Mengangkat / mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh
untuk dikeluarkan melalui ginjal dan kulit.
5) Mengedarkan hormon yaitu hormon untuk membantu proses fisiologis.
b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam
tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibodi / zat-zat anti racun.
c. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
d. Menjaga kesetimbangan asam basa jaringan tubuh untuk menghindari
kerusakan.
3. Karakteristik Darah :
a. Volume darah : 7% - 10% BB (5 Lt pada dewasa normal)
b. Komponen darah : Eritrosit, Leukosit, trombosit 40% - 45% volume
darah; tersuspensi dalam plasma darah
c. PH darah : 7,37 7,45
d. Temp : 38C
e. Viskositas lebih kental dari air dengan BJ 1,041 1,067
4. Bagian-bagian darah
Darah manusia berwarna merah karena mengandung hemoglobin.
Hemoglobin berfungsi untuk mengankut oksigen dan karbondioksida.
a. Plasma
merupakan bagian darah yang berupa cairan. Fungsinya mengangkut sari
makanan ke seluruh tubuh. Selain itu di dalam plasma darah terdapat
protein-protein yang mempunyai fungsi khusus. Protein dalam plasma
antara lain berupa albumin yang berfungsi untuk menjaga tekanan
osmotik darah , globulin yang berfungsi membentuk antibodi, dan
fibrinogen yang berfungsi untuk pembekuan darah. Bagian plasma darah
yang berperan dalam sistem kekebalan disebut serum. Serum ini
mengandung berbagai antibodi yang penting dalam sistem kekebalan
tubuh.
b. Sel-Sel Darah
Sel-sel darah merupakan bagian darah yang berupa padatan yang terdiri
dari :
1) Eritrosit(sel darah merah), berfungsi untuk mengangkut hemoglobin
yang berperan sebagai pembawa oksigen dan karbon dioksida. Bentuk
eritrosit bikonkaf dan tidak berinti. Eritrosit dibentuk di sumsum
merah tulang pipa dan tulang pipih, Eritrosit yang telah tua dan rusak
dirombak di dalam limpa.
2) Leukosit (sel darah putih), berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh
dan kekebalan, yaitu membunuh dan memakan mikroorganisme dan
zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Leukosit dibentuk di sumsum
tulang dan kelenjar limfa. Bentuk leukosit tidak tetap karena bersifat
amoeboid, diapedesis, dan fagositosis. Amoeboid artinya dapat
bergerak bebas. Diapedesis artinya dapat menembus dinding pembuluh
kapiler. Fagositosis, yaitu dapat membunuh kuman dengan cara
memakannya. Jumlah leukosit normal adalah 4.000 10.000 per mm3
darah. Saat terjadi infeksi, jumlahnya dapat melebihi 10.000 per mm3
darah yang disebut leukositosis. Jika kadar leukosit kurang dari 4.000
per mm3 disebut menderita penyakit leukopenia. Misalnya karena
infeksi penyakit AIDS. Jika kadar leukosit di atas 200.000 per mm3
disebut menderita kanker darah atau leukemia.
3) Trombosit, berperan dalam pembekuan darah ketika terjadi luka.
Trombosit dibentuk di sumsum tulang belakang dan dapat hidup
selama 8 hari. Bentuknya bulat atau lonjong dan tidak berinti. Skema
Pembekuan darah :
Setiap komponen darah mempunyai fungsi tertentu, sehingga fungsi
darah beraneka macam, yaitu sebagai berikut :
3) Fagositosis, yaitu menelan kuman penyakit dan zat asing yang masuk
dalam tubuh.
5. Golongan Darah
Tranfusi darah adalah proses penyaluran darah dari orang satu ke orang
yang lainnya. Donor berarti pemberi dalam tranfusi darah dan resipien berarti
penerima dalam tranfusi darah.
D. Etiologi
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid,
piridoksin, vitamin C dan copper
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap
zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria,
atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.
E. Patofisiologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
(misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping
proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma (konsentrasi normal 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin
plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya,
hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin
(hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang
dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
G. Komplikasi
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
1. Gagal jantung
2. Kejang.
3. Perkembangan otot buruk (jangka panjang)
4. Daya konsentrasi menurun
5. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
I. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang:
1. Anemia aplastik:
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
a. Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang
mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah,
sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
a. Dicari penyebab defisiensi besi
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat
ferosus.
5. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi
yang tidak dapat dikoreksi.
c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan
asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan
konsentrasi Hb dalam darah.
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake
makanan.
C. Intervensi Keperawatan
NO D
1 Perfusi jaringan tidak efektif b/d penurunan konsentrasi Hb dan
Batasan karakteristik :
- Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal
- Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA (
- Membran mukosa dan konjungtiva pucat
- Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah
- Luka, inflamasi pada rongga mulut
- Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan
- Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan
- Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa
- Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB dengan makanan cukup
- Keengganan untuk makan
- Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek
- Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi
- Kurang berminat terhadap makanan
- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh
- Diare dan atau steatorrhea
- Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya informasi, misinformasi
Definisi :
Gangguan kemampuan untuk melakukan ADL pada diri
4 Resiko infeksi
Faktor-faktor resiko :
- Prosedur Infasif
- Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan
- Trauma
- Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
- Ruptur membran amnion
- Agen farmasi (imunosupresan)
- Malnutrisi
- Peningkatan paparan lingkungan patogen
- Imonusupresi
- Ketidakadekuatan imum buatan
- Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leuko
- Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, t
- Penyakit kronik
5 Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuha
E. Evaluasi Keperawatan
1. Perfusi jaringan efektif
2. Nutrisi terpenuhi
8. Keletihan teratasi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2013/12/laporan-pendahuluan-
anemia.html#.Vx6-EUBPXIV (Jumat, 22 April 2016 pukul 08.00 WIB)