Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN TEORI

I. Konsep Dasar Medis


A. Pengertian
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin
(Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas
sel darah merah dalam membawa oksigen (Badan POM, 2011)
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan
normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41%
pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita,
wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang
dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan penyakit,
melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan
fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah
hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb
sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah
gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen
tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah,
yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada
banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta,
2002)
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi
hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2003)

B. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastik
Penyebab:
1) agen neoplastik/sitoplastik
2) terapi radiasi
3) antibiotic tertentu
4) obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
5) benzene
6) infeksi virus (khususnya hepatitis)
Gejala-gejala:
1) Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
2) Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran
cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
3) Morfologis: anemia normositik normokromik
b. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
1) Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
2) Hematokrit turun 20-30%
3) Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
4) Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah
maupun defisiensi eritopoitin
c. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia
jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna
yang normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru,
osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan.
d. Anemia megaloblastik
Penyebab:
1) Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
2) Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
3) Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik,
infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.

2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan
oleh destruksi sel darah merah:
a. Pengaruh obat-obatan tertentu
b. Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik
kronik
c. Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
d. Proses autoimun
e. Reaksi transfusi
f. Malaria

Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)
DERAJAT WHO NCI
Derajat 0 (nilai normal) > 11.0 g/dL Perempuan 12.0 - 16.0
g/dL
Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL
Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL 10.0 g/dL - nilai normal
Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 8.0 - 10.0 g/dL
Derajat 4 (mengancam < 6.5 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL
jiwa) < 6.5 g/dL

C. Anatomi Fisiologi
Gambar 1.1 Struktur pembentuk sel darah Gambar 1.2
Komponen darah

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler
adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur-unsur padat,
yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan 1/12 berat
badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55 persennya adalah cairan, sedangkan 45%
sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau
volume sel darah yang dipadatkan yang berkisar anatara 40-47. Diwaktu sehat
volume darah adalah konstan dan sampai batas tertentu diatur oleh tekanan
osmotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan.
1. Kandungan yang ada di dalam darah :
a. Air : 91%
b. Protein : 3% (albumin, globulin, protombin, dan fibrinigen)
c. Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam
fosfat, magnesium, kalsium dan zat besi.
d. Bahan Organik : 0.1% (glukosa, lemakasam urat, keratinin, kolesterol,
dan asam amino)
2. Fungsi Darah :
a. Sebagai alat pengangkut, yaitu :
1) Mengambil oksigen / zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan
keseluruh jaringan tubuh.
2) Mengangkut karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui
paru-paru.
3) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan
dibagikan keseluruh jaringan / alat tubuh.
4) Mengangkat / mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh
untuk dikeluarkan melalui ginjal dan kulit.
5) Mengedarkan hormon yaitu hormon untuk membantu proses fisiologis.
b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam
tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibodi / zat-zat anti racun.
c. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
d. Menjaga kesetimbangan asam basa jaringan tubuh untuk menghindari
kerusakan.
3. Karakteristik Darah :
a. Volume darah : 7% - 10% BB (5 Lt pada dewasa normal)
b. Komponen darah : Eritrosit, Leukosit, trombosit 40% - 45% volume
darah; tersuspensi dalam plasma darah
c. PH darah : 7,37 7,45
d. Temp : 38C
e. Viskositas lebih kental dari air dengan BJ 1,041 1,067
4. Bagian-bagian darah
Darah manusia berwarna merah karena mengandung hemoglobin.
Hemoglobin berfungsi untuk mengankut oksigen dan karbondioksida.
a. Plasma
merupakan bagian darah yang berupa cairan. Fungsinya mengangkut sari
makanan ke seluruh tubuh. Selain itu di dalam plasma darah terdapat
protein-protein yang mempunyai fungsi khusus. Protein dalam plasma
antara lain berupa albumin yang berfungsi untuk menjaga tekanan
osmotik darah , globulin yang berfungsi membentuk antibodi, dan
fibrinogen yang berfungsi untuk pembekuan darah. Bagian plasma darah
yang berperan dalam sistem kekebalan disebut serum. Serum ini
mengandung berbagai antibodi yang penting dalam sistem kekebalan
tubuh.

b. Sel-Sel Darah
Sel-sel darah merupakan bagian darah yang berupa padatan yang terdiri
dari :
1) Eritrosit(sel darah merah), berfungsi untuk mengangkut hemoglobin
yang berperan sebagai pembawa oksigen dan karbon dioksida. Bentuk
eritrosit bikonkaf dan tidak berinti. Eritrosit dibentuk di sumsum
merah tulang pipa dan tulang pipih, Eritrosit yang telah tua dan rusak
dirombak di dalam limpa.
2) Leukosit (sel darah putih), berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh
dan kekebalan, yaitu membunuh dan memakan mikroorganisme dan
zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Leukosit dibentuk di sumsum
tulang dan kelenjar limfa. Bentuk leukosit tidak tetap karena bersifat
amoeboid, diapedesis, dan fagositosis. Amoeboid artinya dapat
bergerak bebas. Diapedesis artinya dapat menembus dinding pembuluh
kapiler. Fagositosis, yaitu dapat membunuh kuman dengan cara
memakannya. Jumlah leukosit normal adalah 4.000 10.000 per mm3
darah. Saat terjadi infeksi, jumlahnya dapat melebihi 10.000 per mm3
darah yang disebut leukositosis. Jika kadar leukosit kurang dari 4.000
per mm3 disebut menderita penyakit leukopenia. Misalnya karena
infeksi penyakit AIDS. Jika kadar leukosit di atas 200.000 per mm3
disebut menderita kanker darah atau leukemia.
3) Trombosit, berperan dalam pembekuan darah ketika terjadi luka.
Trombosit dibentuk di sumsum tulang belakang dan dapat hidup
selama 8 hari. Bentuknya bulat atau lonjong dan tidak berinti. Skema
Pembekuan darah :
Setiap komponen darah mempunyai fungsi tertentu, sehingga fungsi
darah beraneka macam, yaitu sebagai berikut :

1) Sel-sel darah merah mengangkut oksigen dari paru-paru ke jantung


dan ke seluruh tubuh.

2) Plasma darah, mengangkut sari makanan dari usus ke hati kemudian


ke seluruh tubuh, urea dari hati ke ginjal untuk dikeluarkan bersama
urin, dan hormon dari kelenjar endokrin ke seluruh tubuh.

3) Fagositosis, yaitu menelan kuman penyakit dan zat asing yang masuk
dalam tubuh.

4) Limfosit menghasilkan antibodi untuk membunuh kuman dan


antitoksin untuk menetralkan racun.

5) Melakukan pembekuan darah ketika terjadi luka. Yang berperan


penting adalah trombosit.

6) Menjaga kestabilan suhu tubuh, yaitu berkisar pada 37C walaupun


suhu lingkungan berubah. Darah mampu menyebarkan energi panas
secara merata ke seluruh tubuh.

5. Golongan Darah

Karl Landsteiner (1968 1947), seorang ahli dari Austria, menemukan


cara penggolongan darah dengan sistem AB0. Menurut beliau, darah dapat
dibedakan menjadi golongan darah A, B, AB, dan 0 (nol). Penentuan golongan
darah berdasarkan kandungan Aglutinogen (antigen) dan Aglutinin (antibodi)
dalam darah. Aglutinogen merupakan protein dalam sel darah merah yang
dapat digumpalkan oleh aglutinin. Ada dua jenis aglutinogen pada darah yaitu
aglutinogen A dan aglutinogen B. Aglutinin merupakan protein di dalam
plasma darah yang menggumpalkan aglutinogen. Aglutinin berfungsi sebagai
zat antibodi. Terdapat dua macam aglutinin yaitu aglutinin (alfa) dan
aglutinin (beta). Aglutinin disebut juga serum anti A yang akan
menggumpalkan aglutinogen A. Sedangkan aglutinin disebut juga serum
anti B yang akan menggumpalkan aglutinogen B.

Tranfusi darah adalah proses penyaluran darah dari orang satu ke orang
yang lainnya. Donor berarti pemberi dalam tranfusi darah dan resipien berarti
penerima dalam tranfusi darah.

Golongan darah 0 disebut donor universal, artinya secara teori dapat


ditransfusikan ke semua golongan darah tanpa digumpalkan oleh resipien. Hal
ini disebabkan karena golongan darah 0 tidak mengandung aglutinogen.
Sedangkan golongan darah AB disebut resipien universal, karena secara teori
dapat menerima transfusi darah dari golongan apa saja. Hal ini disebabkan
karena golongan AB tidak mengandung aglutinin sehingga tidak akan
menggumpalkan darah jenis apapun dari donor.

D. Etiologi
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid,
piridoksin, vitamin C dan copper

Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:


1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12,
asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel
darah merah.

2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan


terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak
dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.

3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap
zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.

4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di


saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan
anemia.

5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan


lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan
masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis,
dll).

6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat


menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.

7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal,


masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat
menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah
merah.

8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria,
atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

E. Patofisiologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
(misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping
proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma (konsentrasi normal 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin
plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya,
hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin
(hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang
dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

F. Tanda dan Gejala


1. Lemah, letih, lesu dan lelah
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb,
vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina
(sakit dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan
berkurangnya oksigenasi pada SSP
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)

G. Komplikasi
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
1. Gagal jantung
2. Kejang.
3. Perkembangan otot buruk (jangka panjang)
4. Daya konsentrasi menurun
5. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun

H. Pemeriksaan Khusus Dan Penunjang


1. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar
Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung
trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin
parsial.

2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum

3. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis


serta sumber kehilangan darah kronis.

I. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang:
1. Anemia aplastik:
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
a. Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang
mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah,
sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
a. Dicari penyebab defisiensi besi
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat
ferosus.
5. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi
yang tidak dapat dikoreksi.
c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan
asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.

II. Konsep Dasar Keperawatan


A. Pengkajian Keperawatan
1. Lakukan pengkajian fisik
2. Dapatkan riwayat kesehatan, termasuk riwayat diet
3. Observasi adanya manifestasi anemia
a. Manifestasi umum
1) Kelemahan otot
2) Mudah lelah
3) Kulit pucat
b. Manifestasi system saraf pusat
1) Sakit kepala
2) Pusing
3) Kunang-kunang
4) Peka rangsang
5) Proses berpikir lambat
6) Penurunan lapang pandang
7) Apatis
8) Depresi
c. Syok (anemia kehilangan darah)
1) Perfusi perifer buruh
2) Kulit lembab dan dingin
3) Tekanan darah rendah dan tekanan darah setral
4) Peningkatan frekwensi jatung

B. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan
konsentrasi Hb dalam darah.

2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake
makanan.

3. Defisit perawatan diri b.d kelemahan

4. Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)


5. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

6. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi perfusi

7. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan

8. Keletihan b.d anemia

C. Intervensi Keperawatan
NO D
1 Perfusi jaringan tidak efektif b/d penurunan konsentrasi Hb dan

2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d int

Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolism

Batasan karakteristik :
- Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal
- Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA (
- Membran mukosa dan konjungtiva pucat
- Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah
- Luka, inflamasi pada rongga mulut
- Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan
- Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan
- Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa
- Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB dengan makanan cukup
- Keengganan untuk makan
- Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek
- Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi
- Kurang berminat terhadap makanan
- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh
- Diare dan atau steatorrhea
- Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya informasi, misinformasi

Faktor-faktor yang berhubungan :


Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau men

3 Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik

Definisi :
Gangguan kemampuan untuk melakukan ADL pada diri

Batasan karakteristik : ketidakmampuan untuk mandi, ketidakm

Faktor yang berhubungan : kelemahan, kerusakan kognitif atau

4 Resiko infeksi

Definisi : Peningkatan resiko masuknya organisme patogen

Faktor-faktor resiko :
- Prosedur Infasif
- Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan
- Trauma
- Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
- Ruptur membran amnion
- Agen farmasi (imunosupresan)
- Malnutrisi
- Peningkatan paparan lingkungan patogen
- Imonusupresi
- Ketidakadekuatan imum buatan
- Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leuko
- Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, t
- Penyakit kronik
5 Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuha

6 Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi-perfusi


7 Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan

8 Keletihan b.d anemia


D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah di susun pada tahap perencanaan. Ukuran intervensi keperawatan yang
diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk
memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk
mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.
Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai
dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif
(intelektual), kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam
melakukan tindakan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada
kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan,
strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi.

E. Evaluasi Keperawatan
1. Perfusi jaringan efektif

2. Nutrisi terpenuhi

3. Tidak terjadi defisit perawatan diri

4. Resiko infeksi tidak terjadi

5. Intoleransi aktifitas teratasi.

6. Gangguan pertukaran gas tidak terjadi

7. Pola nafas kembali efektif

8. Keletihan teratasi
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC

Marlyn E. Doenges, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC

Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC

http://www.geraiberas.com/sistem-peredaran-darah-manusia.html (Jumat, 22 April


2016 pukul 08.00 WIB)

http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2013/12/laporan-pendahuluan-
anemia.html#.Vx6-EUBPXIV (Jumat, 22 April 2016 pukul 08.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai