Anda di halaman 1dari 7

Artikel Penelitian

Kajian Kebutuhan Pasien dan


Komunitas di Indonesia terhadap
Kompetensi Dokter Layanan Primer

Indang Trihandini,* Kusharisupeni,* Luknis Sabri,* Sudijanto Kamso,*


Dhanasari Vidiawati**

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Jakarta


**Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta

Abstrak: Dokter layanan primer merupakan salah satu faktor utama yang dapat meningkatkan
kualitas hidup masyarakat dari segi kesehatan. Oleh karena itu, perlu diketahui kebutuhan
komunitas terhadap kompetensi dan pendekatan dokter kepada pasien. Kajian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi kompetensi dokter layanan primer, kompetensi dan/atau ketrampilan
lain selain standar kompetensi dokter (KKI), serta faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan
pasien. Studi dilakukan di enam kota (Pontianak, Lampung, Makasar, DKI Jakarta, Denpasar
dan Ternate). Studi menggunakan pendekatan kuantitatif (survei) dan kualitatif (wawancara
mendalam). Unit sampel pada survei adalah pasien dan komunitas sekitar Puskesmas. Total
keseluruhan sampel adalah 797 responden, dengan total keseluruhan pasien adalah 557
responden dan total keseluruhan responden komunitas adalah 240 responden. Total jumlah
informan adalah 24 (2 informan masyarakat sekitar fasilitas kesehatan dan 2 tokoh masyarakat).
Komunikasi efektif yang dimaksud dalam KKI dalam kenyataannya masih dirasa kurang.
Kompetensi lain yang dirasa perlu adalah etika kedokteran. Pendidikan, pekerjaan dan usia
merupakan faktor yang berhubungan dengan komunikasi efektif, pengelolaan masalah
kesehatan dan landasan ilmiah kedokteran. Dengan demikian komunikasi efektif perlu
ditingkatkan agar kompetensi dokter sesuai dengan KKI dapat dicapai. Untuk menjamin
keseluruhan kompetensi yang diinginkan oleh pasien dan komunitas perlu ditetapkan materi
yang terintergrasi dalam aspek teknis, skill dan moral. Pelatihan kekhususan diperlukan dokter
yang bekerja pada fasilitas layanan primer di daerah yang memiliki kekhususan.
Kata Kunci: dokter layanan primer, etika kedokteran, Indonesia, kompetensi dokter, komunikasi
efektif

Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 2, Pebruari 2010 67


Kajian Kebutuhan Pasien dan Komunitas di Indonesia terhadap Kompetensi Dokter Layanan Primer

The Need Assessment of the Primary Care Physicians Competence


by Patients and Community in Indonesia

Indang Trihandini,* Kusharisupeni,* Luknis Sabri,* Sudijanto Kamso,*


Dhanasari Vidiawati**

*Faculty of Public Health, University of Indonesia, Jakarta


**Faculty of Medicine, University of Indonesia, Jakarta

Abstract: Primary care physician is one of the main factors that may improve the quality of life of
the community, especially in health aspect. Therefore, the need assessment of the primary care
physicians competence by patients and community is necessary. This study aimed at identifying
the primary care physicians competence and factors associated with patients and communitys
needs. The study was conducted in six cities: Pontianak, Lampung, Makassar, Jakarta, Denpasar,
and Ternate. The study used quantitative approach through survey and qualitative approach
through in-depth interviews. Two types of survey were carried out, i.e. exit survey (patient as a unit
sample) and community survey (household nearby the health facilities as a unit sample). There
were 557 patients involved in exit survey and 240 households involved in community survey
through random selection. There were 24 informants for the qualitative study: 4 informants per
city consisted of two persons from the nearby health facilities and two community leaders. The
study results showed the lack of effective doctorpatient communication. Other competency that
needed improvement was medical ethics. Education, employment, and age were factors associ-
ated with physician competence on effective communication, management of health problems, and
the basic medical knowledge. To ensure the overall competencies to be accepted by the patient and
the community, it was suggested to develop medical training materials, which integrate medical
technology, skill improvement, and morale. Special training might be needed for physicians who
are going to work in primary health care facilities in areas with particular health problems.
Keywords: effective communication, Indonesia, medical ethics, physician competence

Pendahuluan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Dokter layanan primer merupakan salah satu faktor
Tahun 1945 yang telah diamandemen, Bab X-A tentang Hak utama yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat
Asasi Manusia, Pasal 28H ayat (1) menyatakan bahwa Setiap dari segi kesehatan. Dengan diketahuinya kebutuhan
orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat komunitas terhadap kompetensi dan pendekatan dokter
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan kepada pasien, maka institusi pendidikan dokter akan
sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. UUD membekali mahasiswanya untuk memenuhi kebutuhan
45 tersebut kemudian dijabarkan dalam Undang-Undang komunitas tersebut. Kajian ini akan mencakup pasien dan
Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan menyebutkan komunitas di sekitar pasien dari dokter layanan primer
bahwa Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat adalah berbagai jenis. Pasien yang menggunakan jasa layanan dokter
suatu cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang primer, antara lain di Puskesmas, praktik swasta, klinik
paripurna berdasarkan azas usaha bersama dan kekeluargaan, perusahaan, dokter praktek, serta komunitas yang tinggal di
yang berkesinambungan dan dengan mutu yang terjamin wilayah institusi layanan primer.
serta pembiayaan yang dilaksanakan secara pra-upaya (Bab Pada kajian ini peneliti mengukur kompetensi dan/atau
I Pasal 1 Ayat 15). Selanjutnya, pada Bab II Pasal 2 disebutkan ketrampilan lain di luar area kompetensi yang terdapat dalam
Pembangunan kesehatan diselenggarakan berazaskan standar kompetensi dokter (KKI), dan merupakan hal yang
perikemanusiaan yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha diharapkan oleh pasien dan komunitas. Kajian ini juga
Esa, manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan
merata, peri-kehidupan dalam keseimbangan, serta keper- pasien layanan kesehatan dan komunitas di sekitarnya
cayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri. terhadap kompetensi dokter layanan primer di Indonesia.

68 Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 2, Pebruari 2010


Kajian Kebutuhan Pasien dan Komunitas di Indonesia terhadap Kompetensi Dokter Layanan Primer

Hasil kajian ini akan menjadi masukan bagi institusi Tabel 1. Karakteristik Sosial Responden Pasien dan Komu-
pendidikan dokter untuk melakukan inovasi pendidikan dalam nitas Sekitar Fasilitas Kesehatan Tahun 2008
rangka memenuhi kebutuhan pasien, agar dokter yang Keterangan Pasien Komunitas
diluluskan bukan saja berkompeten seperti yang diharapkan n=557 % n=240 %
oleh ilmu pengetahuan dan profesi yang tercantum dalam
standar kompetensi dokter, namun juga berkompeten sesuai Umur Di bawah 20 tahun 48 8,6 14 5,8
21-30 tahun 156 28 72 30
dengan yang diharapkan oleh komunitas tempat dokter itu 31-40 tahun 160 28,7 67 27,9
bekerja nantinya. 41-50 tahun 98 17,6 44 18,3
5-60 tahun 57 10,2 26 10,8
Metode Di atas 60 tahun 38 6,8 17 7,1
Jenis Kelamin
Studi dilakukan di enam kota (Pontianak, Lampung, Laki-Laki 202 36,3 88 36,7
Makasar, DKI Jakarta, Denpasar dan Ternate). Studi meng- Perempuan 355 63,7 152 63,3
Pendidikan Formal
gunakan pendekatan kuantitatif (survei) dan kualitatif
Pendidikan rendah 66 11,8 38 15,8
(wawancara mendalam). Unit sampel pada survei adalah Pendidikan sedang 295 53 163 67,9
pasien dan komunitas sekitar Puskesmas. Total keseluruhan Pendidikan tinggi 196 35,2 39 16,2
sampel adalah 797 responden, dengan total keseluruhan Pekerjaan
Bekerja 253 45,4 106 44,2
pasien adalah 540 responden ditambah 10% dan total
Ibu rumah tangga 213 38,2 93 38,8
keseluruhan responden komunitas adalah 240 responden. Tidak bekerja 91 16,3 41 17,1
Total jumlah informan adalah 24 (2 informan masyarakat
sekitar fasilitas kesehatan dan 2 tokoh masyarakat).
di antara 21-30 dan 31-40 tahun merupakan kelompok usia
Kompetensi dokter (KKI) yang diukur dalam kajian ini
yang paling banyak menggunakan fasilitas kesehatan baik
didasarkan pada pendapat pasien melalui survei. Adapun
swasta ataupun puskesmas. Perempuan juga merupakan
kompetensi yang terjaring melalui metode tersebut adalah
kelompok yang paling banyak mendatangi fasilitas kesehatan,
kompetensi untuk kemampuan berkomunikasi efektif,
dan dari pertanyaan lebih dalam, mereka datang baik sebagai
keterampilan klinik, memiliki area landasan ilmiah kedokteran
pasien ataupun mengantar keluarga. Pada kelompok bekerja
yang baik, memiliki kemampuan dalam mengelola masalah
merupakan kelompok yang paling banyak datang ke fasilitas
kesehatan dan mampu mengelola informasi kesehatan dan
kesehatan, dan kelompok pendidikan sedang merupakan
pasien. Dua kompetensi lainnya seperti mawas diri dan
kelompok yang paling banyak ke fasilitas kesehatan.
pengembangan diri, dan etika, moral dan etikomedikolegal
Kelompok komunitas juga mendapatkan gambaran
terjaring informasinya melalui wawancara mendalam dan
kecenderungan yang hampir serupa dengan kelompok pasien,
diskusi kelompok terarah.
walaupun ada perbedaan proporsi pada masing-masing
kelompok terutama pendidikan. Pada uji goodness of fit
Hasil
didapatkan hasil bahwa distribusi proporsi antara kelompok
Persepsi Alat Ukur untuk Kompetensi pasien dan komunitas sama (nilai p >0,05). Selanjutnya analisis
Pengukuran untuk kompetensi dilakukan dengan dilakukan pada kelompok gabungan pasien dan masyarakat
menggunakan instrumen kuesioner yang terdiri dari beberapa sekitar wilayah Puskesmas.
pertanyaan yang ditujukan untuk membangun persepsi yang
utuh tentang kompetensi dokter layanan prima. Berdasarkan Identifikasi Kompetensi Dokter Layanan Primer yang
tujuh kompetensi dokter layanan primer KKI, hanya lima Dibutuhkan oleh Pasien dan Komunitas Sekitar Layanan
kompetensi yang dapat digambarkan dari kuesioner tersebut, Fasilitas Kesehatan
seperti komunikasi efektif, keterampilan klinis, area landasan Identifikasi kompetensi dokter layanan primer yang
ilmiah, pengelolaan masalah kesehatan, dan pengelolaan dibutuhkan oleh pasien dan komunitas dilakukan dengan
informasi. Rata-rata hasil cronbachs alpha cukup kuat (di survei melalui pertanyaan tentang kompetensi dokter yang
atas 0,7). Nilai cronbachs alpha yang paling besar terdapat dibutuhkan. Penilaian layanan kesehatan didasarkan pada
pada kompetensi komunikasi efektif, yaitu di kisaran 0,8. lima kompetensi dokter, yaitu kompetensi berkomunikasi
Secara umum nilai reliabilitas pada kenyataan lebih rendah efektif, keterampilan klinis, memiliki area landasan ilmiah
dibandingkan harapan. Disimpulkan bahwa instrumen yang kedokteran yang baik, kemampuan dalam mengelola masalah
telah dikembangkan cukup baik dan dapat direplikasi untuk kesehatan, dan kemampuan mengelola informasi kesehatan
mengukur harapan dan kenyataan. dan pasien. Nilai kisaran pengukuran antara 010. Penilaian
kemudian dikelompokkan dalam pengelompokan umum,
Karakteristik Sosiodemografi Pasien dan Komunitas dengan kisaran baik sekali bila rata-rata penilaian berada
Sekitar Fasilitas Kesehatan antara 9-10; baik bila rata-rata penilaian antara 88,9;
Pada kelompok pasien didapatkan gambaran bahwa usia cukup bila rata-rata penilaian antara 7-7,9; selanjutnya

Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 2, Pebruari 2010 69


Kajian Kebutuhan Pasien dan Komunitas di Indonesia terhadap Kompetensi Dokter Layanan Primer

Tabel 2. Hasil Identifikasi Kompetensi Dokter Berdasarkan KKI


Area Kompetensi Kurang Sedang Cukup Baik Baik Sekali
N % N % N % N % N %

Komunikasi efektif 42 5,4 80 10,2 181 23,2 267 34,2 211 27,0
Kompetensi keterangan klinis 63 8,1 34 4,4 100 12,8 223 28,6 361 46,2
Kompetensi pengelolaan masalah kesehatan 82 10,5 78 10,0 103 24,7 210 28,0 200 26,8
Kompetensi area landasan ilmiah 90 11,5 86 11,0 211 27,0 176 22,5 218 27,9
Kompetensi pengelolaan informasi 76 9,7 43 5,5 111 14,2 206 26,4 345 44,2

sedang bila rata-rata penilaian antara 66,9; sisanya masuk kesehatan primer (Puskesmas) dibandingkan oleh dokter yang
ke dalam kelompok kurang (Tabel 4.2). bekerja di klinik menunjukkan adanya perbedaan keterbatasan
Penilaian oleh pasien dan komunitas merupakan waktu. Dokter yang bekerja di Puskesmas memiliki keter-
penilaian persepsi dan merupakan proksi yang diharapkan batasan waktu dan jumlah pasien yang banyak, sedangkan
dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana kompetensi dokter di klinik cenderung memiliki waktu cukup. Pernyataan
seorang dokter di mata pasien dan komunitas. Kompetensi dari salah satu responden menguatkan bahwa keterbatasan
yang dirasakan sangat dibutuhkan oleh pasien adalah waktu dan jumlah pasien yang banyak menyebabkan dokter
keterampilan dokter dalam berkomunikasi atau dikenal tidak dapat memberikan keterampilan klinis secara optimal.
sebagai kompetensi komunikasi efektif. Informan dari tokoh
masyarakat setempat merasakan bahwa kemampuan dokter Identifikasi Kompetensi dan/atau Keterampilan Lain di
berkomunikasi efektif masih kurang. Keluhan tentang Luar Area Kompetensi yang Terdapat dalam Standar Kom-
kurangnya dokter memberikan waktu untuk berkomunikasi petensi Dokter yang Diharapkan oleh Pasien dan Komu-
juga dilontarkan oleh informan dari Bapeda. Persepsi untuk nitas
kompetensi klinis dokter dari tanggapan tokoh masyarakat Kompetensi lain merupakan pengembangan etika
adalah bahwa dokter ada tenaga ahli yang sudah pasti kedokteran, misalnya yang baik dan bijaksana, pelayanan
terampil dalam penanganan layanan kesehatan bagi pasien. utk orang miskin dan pelayanan harus adil, pelayanan
Perkembangan kemampuan seorang dokter di landasan tanpa pilih-pilih, serta dokter harus sopan, ramah.
ilmiah kedokteran menurut tokoh masyarakat bergantung Selanjutnya adalah kompetensi yang lebih detail sebagaimana
pada individu, namun demikian, awalnya pasti telah memiliki sebaiknya berkomunikasi efektif.
kemampuan ilmiah ilmu kedokteran. Di sisi lain, di kalangan
dokter ada yang berpendapat bahwa ada penurunan tingkat Identifikasi Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
kemampuan ilmiah ilmu kedokteran. Kompetensi yang Terdapat dalam Standar Kompetensi
Sementara itu pengelolaan masalah kesehatan memang Dokter yang Diharapkan oleh Pasien dan Komunitas
bukan hal yang mudah dilakukan walaupun sudah dilakukan Penilaian berikutnya adalah menentukan selisih antara
pendekatan melalui partisipasi masyarakat. Pengembangan harapan dan kenyataan. Pada penilaian komunikasi efektif,
diri tenaga kesehatan dirasakan perlu oleh kalangan dokter. didapatkan faktor pekerjaan yang menyebabkan perbedaan
Beberapa hal terkait etika yang masih perlu ditingkatkan antara harapan dan kenyataan. Perbedaan terbesar didapatkan
adalah berkenaan dengan akhlak dalam berinteraksi dengan pada kalangan yang tidak bekerja. Kelompok ini terdiri dari
pasien. Menurut informan, kedekatan tersebut akan mereka yang masih sekolah, pensiun atau memang tidak
membantu dalam proses penyembuhan penyakit pasien. bekerja. Tidak bekerja berarti tidak melakukan aktivitas yang
Dalam kajian ini, didapatkan bahwa etika moral dan dapat mendatangkan uang bagi keluarga atau dirinya sendiri.
profesionalisme sebagai dokter, tentunya sudah diberikan Pendidikan formal berhubungan dengan area landasan ilmiah
pada masa pendidikan kedokteran. Informan kepala institusi kedokteran dan pengelolaan masalah kesehatan. Pekerjaan
layanan primer menganggap bahwa etika, moral dan berhubungan dengan pengelolaan masalah kesehatan dan
profesionalisme dokter penting untuk diterapkan, terutama komunikasi efektif. Umur berhubungan dengan pengelolaan
terkait dengan kerahasiaan pasien. masalah kesehatan.
Dari informasi di atas maka secara garis besar dapat Faktor pendidikan didapatkan paling banyak berhu-
diambil kesimpulan bahwa kompetensi seorang dokter yang bungan dengan kompetensi tersebut. Kelompok pendidikan
dirasakan masyarakat kurang adalah cara dan bagaimana tinggi memiliki selang interval terlebar dibandingkan kedua
dokter berkomunikasi, waktu layanan, keramahan, kejelasan kelompok pendidikan lainnya. Hal tersebut menunjukkan
tentang obat dan penyakit, serta harapan terjaganya rasa bahwa pendidikan tinggi memiliki sifat yang lebih menuntut.
kemanusiaan. Hal serupa ditemukan pada kelompok umur. Apabila
Analisis lanjutan pada dokter yang bekerja di fasilitas dianalisis lebih lanjut pada kelompok usia di bawah 20 tahun

70 Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 2, Pebruari 2010


Kajian Kebutuhan Pasien dan Komunitas di Indonesia terhadap Kompetensi Dokter Layanan Primer

Tabel 3. Hubungan Faktor Sosial Pasien dengan Selisih Nilai Harapan dan Kenyatan di Lima Kompetensi
Selisih Selisih Selisih Selisih Selisih
Keterangan Komu- p-value Ketram- p-value Area p-value Menge- p-value Menge- p-value
nikasi pilan Landasan lola ma- lola In-
Efektif Klinik Ilmiah salah ke- formasi
sehatan

Umur dalam kelompok


Dibawah 20 tahun 1,51 0,119 1,50 0,683 2,23 0,128 2,34 0,004 1,54 0,347
21-30 tahun 1,40 1,23 1,85 1,76 1,23
31-40 tahun 1,19 1,14 1,59 1,40 1,04
41-50 tahun 1,08 1,11 1,57 1,52 1,41
51-60 tahun 1,23 1,08 1,62 1,55 1,34
Di atas 60 tahun 1,34 1,31 1,55 1,72 1,21
Pendidikan formal
Pendidikan rendah 1,17 0,425 1,09 0,285 1,39 0,008 1,38 0,005 0,96 0,177
Pendidikan sedang 1,25 1,14 1,03 1,54 1,23
Pendidikan tinggi 1,35 1,34 1,99 1,92 1,37
Pekerjaan
Tidak bekerja 1,51 0,042 1,48 0,121 1,99 0,132 2,01 0,015 1,59 0,06
Ibu rumah tangga 1,20 1,13 1,63 1,54 1,19
Bekerja 1,24 1,16 1,68 1,58 1,14
Kelompok penyakit
Penyakit infeksi 1,12 0,249 1,18 0,052 1,72 0,30 1,59 0,60 1,20 0,23
Penyakit non infeksi 0,64 0,74 1,27 1,34 1,09
Trauma/Kecelakaan 0,79 2,14 1,76 2,14 0,14
Lain (Kehamilan, check up) 1,20 1,46 1,84 1,62 1,35

dan 2130 tahun, sebagian besar responden berpendidikan kemampuan berkomunikasi.1,2 Seorang dokter wajib memiliki
SMA atau lebih tinggi. Pada kelompok usia di bawah 20 tahun kemampuan berkomunikasi efektif dan diharapkan dengan
tersebut, didapatkan mereka yang tidak bekerja memiliki kemampuan tersebut seorang dokter dapat menggali dan
rentang yang lebar dalam penilaian kompetensi tersebut. Di bertukar informasi secara verbal dan non verbal dengan
dalam kelompok tersebut terdapat anak sekolah dan kuliah. pasien pada semua usia, anggota keluarga, komunitas, kolega
dan profesi lain.2
Temuan Penting di Luar Tujuan Kajian Hasil kajian mendapatkan bahwa 70% pasien dan
Hasil suvei di komunitas mendapatkan sebanyak 16 komunitas menilai dokter berkompetensi baik, 20% cukup,
(6,7%) responden dari 240 responden belum pernah kontak dan 10% sedang. Penilaian dari pasien dan komunitas
dengan dokter dengan berbagai macam alasan (tabel 4). merupakan penilaian persepsi dan merupakan proksi yang
diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana
Tabel 4. Alasan Mengapa Responden Tidak Pernah Menda- kompetensi seorang dokter di mata pasien dan komunitas.2
patkan Layanan Kesehatan dengan Dokter Kajian kemampuan dalam menggali dan bertukar
Alasan Mengapa Tidak Pernah n % informasi secara verbal dan non verbal dengan pasien pada
Mendapat Layanan Dokter semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega dan profesi
lain, menunjukkan bahwa kemampuan dokter belum dapat
Tidak memiliki biaya 5 31,25 dikatakan memuaskan. Hal tersebut didapatkan karena
Mengobati sendiri 6 37,5
Berobat ke paramedis 4 25,0 hubungan pasien dan dokter sering kali tidak setara. Sebagian
Berobat ke dukun 1 6,25 dokter tidak mempunyai waktu yang cukup untuk berbincang-
bincang dengan pasiennya karena banyaknya jumlah pasien
yang harus dilayani dan waktu yang sempit karena mereka
Diskusi
harus pergi ke tempat kerja lainnya. Masih dalam hal
Kompetensi Dokter Layanan Primer yang Dibutuhkan oleh berkomunikasi efektif, studi ini mendapatkan pasien mengeluh
Komunitas dan Pasien bahwa dokter pasif dalam bertanya dan ketika menerangkan
Pendidikan kedokteran di Indonesia yang akan mencetak menggunakan istilah yang orang awam tidak memahaminya.2
dokter masa depan, peningkatan kemampuan mawas diri Melakukan sambung rasa dengan pasien dan keluarga
harus menjadi prioritas. Peningkatan kualitas dokter dengan adalah dapat dengan cara memberikan salam, memberikan
pendidikan dokter yang berorientasi ilmiah dengan basis situasi yang nyaman bagi pasien, menunjukkan sikap empati
penelitian, menggunakan kemajuan teknologi dan dan dapat dipercaya, dan mendengarkan dengan aktif (penuh
meningkatkan pendidikan moral, namun tidak kehilangan perhatian dan memberi waktu yang cukup pada pasien untuk

Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 2, Pebruari 2010 71


Kajian Kebutuhan Pasien dan Komunitas di Indonesia terhadap Kompetensi Dokter Layanan Primer

menyampaikan keluhannya dan menggali permasalahan puasan dalam pelayanan dokter, hal tersebut menurunkan
pasien), kemudian menyimpulkan kembali masalah pasien, penilaian terhadap apa yang dialaminya. Dokter sudah
kekawatiran, maupun harapannya. Dokter juga diharapkan seyogyanya menerangkan lebih detail tentang penyakit, obat
memelihara dan menjaga harga diri pasien, hal-hal yang dan cara pencegahannya pada pasien dan komunitas yang
bersifat pribadi, dan kerahasiaan pasien sepanjang waktu berpendidikan SMA+.4
dengan memperlakukan pasien sebagai mitra sejajar dan Pada variabel pekerjaan, kelompok yang tidak bekerja
meminta persetujuannya dalam memutuskan suatu terapi dan memiliki rentang yang lebar hal tersebut secara global
tindakan. menunjukkan bahwa hubungan dokter dengan pasien
Kemampuan berkomunikasi efektif di dalam Konsil haruslah berupa mitra, keduanya bekerja bersama untuk
Kedokteran Indonesia tidak saja terhadap pasien namun juga mencari jalan terbaik bagi kesembuhan pasien. Bila dari
kepada teman sejawat. Hasil studi menunjukkan bahwa permulaan hubungan dokter pasien sudah lebih baik dan
kemampuan dokter untuk berkomunikasi dengan sejawat saling terbuka, maka banyak masalah dapat diatasi bersama,
baik pada keadaan formal ataupun informal masih dirasakan karena dokter yang sudah mengetahui semua sejarah
kurang. Dalam kompetensi berhubungan dengan masyarakat, penyakit pasien serta keluhannya akan dapat membuat diag-
dokter diharapkan dapat menggali masalah kesehatan nosis yang lebih tepat.3,4 Di lain pihak, pasien yang sudah
menurut persepsi masyarakat dengan menggunakan bahasa mendapat keterangan lengkap tentang penyakit, cara
yang dipahami oleh masyarakat. Menggunakan teknik pengobatan dan perawatan, kemungkinan efek samping yang
komunikasi langsung yang efektif agar masyarakat memahami mungkin timbul, serta kemungkinan lain akibat tindakan medis
kesehatan sebagai kebutuhan, bahkan dapat saja meman- tertentu, mestinya sudah lebih siap menghadapi segala
faatkan media dan kegiatan kemasyarakatan secara efektif kemungkinan (yang terburuk sekalipun).
ketika melakukan promosi kesehatan, serta melibatkan tokoh Hasil studi menunjukkan bahwa responden yang tidak
masyarakat dalam mempromosikan kesehatan secara bekerja merasakan ada perbedaan perlakuan oleh dokter.
profesional.1,2 Mereka menganggap kurang dihargai dan merasakan
Hasil studi menunjukkan masih banyak dokter yang diskriminasi yang mungkin saja timbul karena perasaannya
belum melibatkan tokoh masyarakat secara professional. sendiri.3
Namun di daerah yang masih memiliki ketaatan terhadap adat
istiadat, tokoh masyarakat sudah banyak dilibatkan, misalnya Kesimpulan dan Saran
di Bali. Sedangkan dalam penggalian dan hubungan dengan Kemampuan dokter dalam berkomunikasi efektif yang
masyarakat, kajian ini mendapatkan bahwa dokter belum dimaksud dalam KKI dalam kenyataannya masih dirasa
begitu dikenal dan dalam memahami masalah kesehatan di kurang. Saat ini dokter masih dianggap belum cukup dalam
kalangan masyarakat. Terbukti dengan masih ada responden mengelola penyakit disebabkan penjelasan yang kurang
yang tidak pernah mengenal dokter.3 kepada pasien tentang penyakit yang dideritanya; masih
dirasakan kurang peduli, kurang aktif bertanya tentang
Kompetensi dan/atau Ketrampilan Lain di Luar Area
penyakit yang diderita pasien, dan kurang menjelaskan
Kompetensi yang Terdapat Dalam Standar Kompetensi
tentang penyakit, cara mencegah, dan menjelaskan tentang
Dokter yang Diharapkan oleh Pasien dan Komunitas
perawatan, pengobatan dan obat itu sendiri; serta kurang
Kompetensi lain di luar area kompetensi yang terdapat berkomunikasi pada sejawat, dan kolega lain. Pasien masih
di dalam standar kompetensi dokter, yang diharapkan oleh sering merasa dokter menggunakan bahasa yang kurang
pasien dan komunitas, adalah pengembangan etika dapat dipahami oleh orang awam. Kompetensi yang
kedokteran (santun, bijaksana). diharapkan selain yang dikembangkan oleh KKI adalah
pengembangan etika kedokteran. Pendidikan dan usia
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Pasien merupakan faktor berhubungan dengan penilaian pasien dan
Layanan Kesehatan dan Komunitas di Sekitarnya Ter- komunitas tentang kompetensi dokter.
hadap Kompetensi Dokter Layanan Primer di Indonesia Komunikasi efektif perlu ditingkatkan agar kompetensi
Faktor pendidikan paling banyak berhubungan dengan dokter sesuai dengan KKI dapat tercapai. Pendidikan
penilaian kompetensi dokter oleh pasien dan komunitas, dan kedokteran harus meningkatkan keahlian dan layanan melalui
kelompok pendidikan tinggi memiliki selang interval terlebar teknologi dan pengobatan yang kompleks, selain menye-
dari kedua kelompok pendidikan lainnya. Hal tersebut imbangkanya dengan sisi kemanusian, misalnya: kearifan,
menunjukkan bahwa pendidikan tinggi memiliki sifat yang empati, dan sisi kemanusiaan yang merupakan 60% kunci
lebih menuntut, demikian pula dengan kelompok umur. keberhasilan dari penyembuhan. Untuk menjamin kompetensi
Apabila dianalisis lebih lanjut, pada kelompok usia di bawah perlu ditetapkan materi yang terintegrasi: teknik, keahlian,
20 tahun dan 21-30 tahun sebagian besar responden dan nurani. Hal tersebut perlu dikembangkan sejak tingkat
berpendidikan SMA+. Pendidikan menyebabkan seseorang awal perkuliahan. Selanjutnya pelatihan dapat merupakan
berpikir lebih kritis sehingga dengan masih dirasakan ketidak keharusan bagi setiap dokter, terutama yang bekerja di

72 Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 2, Pebruari 2010


Kajian Kebutuhan Pasien dan Komunitas di Indonesia terhadap Kompetensi Dokter Layanan Primer

fasilitas layanan primer yang memiliki kekhasan, misalnya 3. Ali MM, Sidi IPS, Hadad T, Adam K, Adriyati, Rafly, dkk, editor.
dokter pelabuhan, penerbangan, pertambangan, pemukiman Kemitraan dalam hubungan dokter-pasien. Jakarta: Konsil
Kedokteran Indonesia; 2006.
dengan penyakit endemis tertentu. Diperlukan pula pelatihan 4. Ali MM, Adam K, Hadad T, Adriyati, Rafly, editor. Penye-
untuk perkembangan penyakit dan penanggulangan serta lenggaraan praktik kedokteran yang baik di Indonesia dilengkapi
perawatan/terapi yang terkini. peraturan teknis terkait. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia;
2006.
Daftar Pustaka
1. Ali MM, Sidi IPS, Zahir H, editor. Manual komunikasi efektif EV
dokter-pasien. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia; 2006.
2. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar kompetensi dokter. Jakarta:
Konsil Kedokteran Indonesia; 2006.

Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 2, Pebruari 2010 73

Anda mungkin juga menyukai