Anda di halaman 1dari 26

GURU SEBAGAI PROFESI

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

Dibimbing oleh : Dr. Karwanto

Nama Kelompok :
1. Lukito Agung W 138324002
lukito_agung@yahoo.co.id
2. Diah ayu R 138324010tiekasaja@gmail.com
3. Agustin Bayu Sugiardi 138324022
bayu.sibayek@yahoo.co.id
4. Elfira Dwi Candra 138324052 farida.elfira@gmail.com
5. Ahmad Susilo Jatmiko 138324076
jadmikosusilo@yahoo.co.id

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


S1 PENDIDIKAN TATA NIAGA
2013

ABSTRAK
Guru merupakan sebuah profesi yang di mana untuk mencapai atau menjadi guru
yang profesional kita harus memahami apa saja dasar dasar untuk menjadi seorang
guru, banyak pada saat sekarang suatu kalangan belum mengetahui apa itu makna
seorang guru sehingga mengartikan guru adalah seseorang yang tugasnya
mengajar saja.
Tapi pada hakikatnya memang tugas guru adalah mengajar tapi di lain pandangan
guru memiliki peran yang banyak atau lebih dari seekedar mengajar dan dengan
adanya pemahaman untuk mengetahui dasar maupun sebagian kecil dari dasar
dasar yang melekat pada guru, masyarakat yang ingin berprofesi guru akan lebih
mudah untuk menjalankan tugasnya seperti guru tanpa menyimpang dari tugas
utama maupun tugas lainnya sebagai seorang guru.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala nikmat,
rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Guru sebagai Profesi.
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi pendidikan,
terima kasih juga atas dukungan yang di berikan olehpihak pihak sehingga
makalah ini dapat di selesaikan.
Kepada segenap pembimbing yang telah memberikan arahan, dukungan serta
kesabaran dalam memberikan bimbingan kepada penulis, rasanya tiada kata yang
pantas diucapkan selain terima kasih yang tak terhingga.
Tiada gading yang tak retak andaipun retak jadikanlah sebagai ukiran, begitupun
dengan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu melalui kata pengantar ini penulis sangat terbuka menerima kritik serta saran
yang membangun sehingga secara bertahap penulis dapat memperbaikinya.
Namun demikian kami berharap agar makalah ini bisa bermanfaat untuk semua
pihak baik untuk referensi maupun untuk panduan untuk memahami tentang
profesi sebagai guru sehingga kita bisa menerapkan setiap bagian bagian dari
profesi guru

Surabaya, Maret 2014

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR
ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 MAKNA GURU.........................................................................................2
2.2 TANGGUNG JAWAB GURU.........................................................................2
2.3 TUGAS GURU...............................................................................................3
2.4 PERAN GURU............................................................................................4
2.5 KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU........................................
2.6 KODE ETIK GURU..................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 SIMPULAN......................................................................................................
3.2 SARAN...............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Definisi yang kita kenal sehari-hari adalah bahwa guru merupakan orang yang
harus di gugu dan di tiru, dalam arti orang yang memiliki charisma atau wibawa
hingga perlu untuk ditiru dan diteladani. Mengutip pendapat Laurence D. Hazkew
dan Jonathan C. Mc Lendon dalam bukunya This is teaching (hlm. 10) :Teacher
is professional person who conducts classes. (Guru adalah seseorang yang
mempunyai kemampuan dalam menata dan mengelola kelas). Sedangkan menurut
Jean D. Grambs dan C. Morris Mc Clare dalam Foundation of teaching, An
introduction to modern education, hlm. 141 :teacher are those persons who
consciously direct the experiences and behavior of an individuals so that
education takes places. (Guru adalah mereka yang secara sadar mengarahkan
pengalaman dan tingkah laku dari seseorang individu hingga dapat terjadi
pendidikan).
Jadi, guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam
mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru
adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta
mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada
akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses
pendidikan.
Guru sebagai tenaga professional yang bergerak dalam bidang pendidikan, harus
benar-benar mampu nenunjukan kemampuan serta keakhliannya, dengan
membuktikan prestasi yang dapat di capai tentunya oleh peserta didik, mengingat
guru yang piawai adalah guru yang mampu mencetak sumber daya manusia,
dengan kualitas ilmu pengetahuan yang di kuasai oleh peserta didik dapat dibawa
sebagai pembelajaran manakala peserta didik melanjutkan ke jenjang pendidikan
selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa saja aspek aspek yang harus di miliki atau sebagai dasar seorang guru?
b. Bagaimana cara menjadi atau memaknai profesi guru?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Makna Guru


Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.
Serta guru menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat.Dengan
kepercayaan masyarakat, guru mengemban tugas dan tanggung jawab yang
berat.Hal ini mau tidak mau menuntut guru agar selalu memperhatikan sikap,
tingkah laku, dan perbuatan anak didiknya, tidak hanya di lingkungan sekolah
tetapi di luar sekolah.
Menurut Ameetmbun guru adalah orang yang berwewenang dan bertanggung
jawab terhadap pendidikan murid-murid baik secara individual maupun secara
kelompok atau klasikal baik di sekolah maupun di luar sekolah sebagai tenaga
pendidik dikuatkan oleh UU SPN No. 20 Taun 2003 pasal 37 ayat 2 yang
berbunyi : Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pebelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan kepada masyarakat terutama bagi
pendidik pada perguruan tinggi . Selanjutnya dalam ayat 3 berbunyi : Pendidik
yang mengajar dalam satuan pendidikan dasar dan menengah disebut guru dan
pendidik yang mengajar di satuan pendidikan tinggi disebut dosen .
UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa
pendidik merupakan tenaga professional.Oleh karena itu, guru sebagai pendidik
professional mempunyai fungsi, peran, dan kedudukanyang sangat strategis. UU
No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menegaskan bahwa guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
rohani, dn memenuhi kulifikasi lain yang di persyaratkan suan pendidik tinggi
tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
Pengakuan kedudukan guru sebagai pendidik professional merupakan bagian
dari keseluruhan upaya pembaharuan dalam system pendidikan nasional yang
pelaksanaannya memperhatikan berbagai peraturan perundang-undangan, antara
lain, tentang kepegawaian, ketenagakerjaan, keuangan, dan pemerintahan daerah.
2.2 Tanggung Jawab Guru
Tanggung jawab seorang guru adalah mencerdaskan kehidupan anak
didik.Pribadi yang susila yang cakap adalah yang diharapkan ada pada diri setiap
anak didik.
Guru dengan penuh dedikasi dan loyalitas berusaha membimbing dan membina
anak didik agar di masa mendatang menjadi orang yang berguna bagi nusa dan
bangsa. Besarnya tanggung jawab guru terhadap anak didiknya, hujan dan panas
bukanlah menjadi penghalang bagi guru untuk selalu hadir di tengah-tengah anak
didiknya.
Memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik adalah suatu perbuatan yang
mudah, tetapi untuk membentuk jiwa dan watak anak didik itulah yang sukar,
sebab anak didik yang dihadapi adalah makhluk yang memiliki otak dan potensi
yang perlu dipengaruhi dengan sejumah norma hidup sesuai ideologi falsafah dan
bahkan agama.
Menjadi tanggung jawab guru untuk memberikan sejumlah norma itu kepada
anak didik gar tahu mana perbuatan yang susila dan asusila, mana perbuatan
bermoral dan amoral.

2.3 Tugas Guru


Secara garis besar, tugas guru yaitu menjadi pengelola dalam proses
pembelajaran dan tugas-tugas lain yang tidak secara langsung berhubungan
dengan proses pembelajaran, tetapi akan menunjang keberhasilannya menjadi
guru yang andal dan dapat di teladani.
Menurut Uzer (1990) terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam bidang
profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.
Tugas dalam profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih.Mendidik
berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup.Mengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.Sedangkan
melatih berarti mengembangkan ketrampilan-ketrampilan pada siswa.
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan
dirinya sebagai orang tua kedua.Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia
menjadi idola para siswanya dan dapat memotivasi para anak didik dalam belajar.
Masyrakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di
lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat
memperolah ilmu pengetahuan.Hal ini berarti bahwa guru berkewajiban
mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang
berdasarkan Pancasila.
Keberadaan guru merupakan faktor condisio sine quannom yang tidak
mungkin digantikan oleh komponen mana pun dalam kehidupan bangsa sejak
dulu, terlebih-lebih pada era kontemporer ini.
Bagan Tugas Guru

Meneruskan dan
TUGAS MENDIDIK mengembangkan
GURU nilai-nilai hidup

Meneruskan dan
PROFESI MENGAJAR mengembangkan
ilmu pengetahuan &
teknologi

Mengembangkan
keterampilan dan
MELATIH
penerapannya

Menjadi orang tua


kedua
Auto-pengertian:
KEMANUSIAAN -homoludens
-homopuber
-homosapiens

Transformasi diri

Autoidentifikasi

Mendidik dan mengajar


masyarakat untuk menjadi warga
KEMASYARAKATA negara Indonesia yang bermoral
N Pancasila
Mencerdaskan bangsa
Indonesia
2.4 Peran Guru
A. Peran Guru dalam Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh
peranan dan kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih mmampu
menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola
kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal. Dimana guru
sebgi pendidikan akan menghasilkan nilai-nilai kehidupan yang diyakini baik di
masyarakat, guru sebagai pembelajar akan menghasilkan pengetahuan, guru
sebagai pelatih akan menghasilkan kemahiran, dan guru sebagai pembimbing
akan menghasilkan penemuan jati diri bagi peserta didik.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Adam & Decey dalam Basic
Principles of Student Teaching. Peranan yang dianggap paling dominan dan
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Guru Sebagai Demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru
hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan
diajarkannya serta mengembangkannya. Guru hendaknya mampu dan terampil
dalam merumuskan TPK, memahami kurikulum, dan dia sendiri sebagai sumber
belajar terampil dalam memberikan informasi kepada kelas. Sebagai pengajar ia
pun harus membantu perkembangan anak didik untuk dapat menerima,
memahami, serta menguasai ilmu pengetahuan. Untuk itu guru mampu
memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan.
b. Guru Sebagai Pengelola Kelas
Guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta
merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang peerlu diorganisasi. Lingkungan
yang baik ialah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar,
memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan. Kualitas dan
kuantitas belajar siswa di dalam kelas bergantung pada banyak faktor, antara lain
adalah guru, hubungan pribadi antara siswa di kelas, serta kondisi umum dan
suasana di dalam kelas. Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan
menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar
agar mencapai hasil yang baik, khususnya adalah mengembangkan kemampuan
siswa untuk memperoleh hasil yang baik.
Tanggung jawab lain sebagai manajer yang penting bagi guru ialah membimbing
pengalaman-pengalaman siswa sehari-hari kea rah self directed behavior,
menyediakan kesempatan bagi siswa untuk sedikit demi sedikit mengurangi
kebergantungannya pada guru sehingga mereka mampu membimbing kegiatannya
sendiri.

c. Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator


Guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang media pendidikan, tetapi
juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan serta mengusahakan
media itu dengan baik. Memilih dan menggunakan media pendidikan harus sesuai
dengan tujuan, materi, metode, evaluasi, dan kemampuan guru serta minat dan
kemampuan siswa. Guru harus terampil mempergunakan pengetahuan tentang
bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi. Dalam hal ini ada tiga macam
kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru, yaitu mendorong berlangsungnya
tingkah laku social yang baik, mengembangkan gaya interaksi pribadi, dan
menumbuhkan hubungan yang positif dengan siswa.
Sebagai fasilitator guru hendaknyamampu mengusahakan sumber belajar yang
berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar-mengajar,
baik yangberupa narasumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar.
d. Guru Sebagai Evaluator
Proses belajar-mengajar, guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik.
Kegiatan ini di maksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah
dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah
cukup tepat.Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian
tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan
metode mengajar.
Tujuan utama penilaian adalah untuk melihat tingkat keberhasilan efektivitas, dan
efisiensi dalam proses pembelajaran. Selain itu, untuk mengetahui kedudukan
peserta dalam kelas atau kelompoknya. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi
ini akan menjadi umpan balik terhadap proses pembelajaran. Umpan balik akan
dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran
selanjutnya.

B. Peran Guru dalam Pengadministrasian


Dalam hubungannya dengan kegitan pengadministrasian, seorang guru dapat
berperan sebagai berikut:
a. Pengambilan inisiatif, pengarah, dan penilaian kegiatan pendidikan.
b. Wakil masyarakat, yang berarti dalam lingkungan sekolah guru menjadi anggota
suatu masyarakat.
c. Orang yang ahli dalam mata pelajaran.
d. Penegak disiplin, guru harus menjaga agar tercapai suatu disiplin.
e. Pelaksana administrasi pendidikan, di samping menjadi pengajar, guru
bertanggung jawab akan kelancaran jalannya pendidikan dan mampu
melaksanakan kegiatan administrasi.
f. Pemimpin generasi muda, masa depan generasi muda terletak di tangan guru.
g. Penerjemah kepada masyarakat, guru berperan untuk menyampaikan segala
perkembangan kemajuan dunia.
C. Peran Guru Sebagai Pribadi
Dilihat dari segi dirinya (self oriented), seorang guru harus berperan sebagai
berikut:
a. Petugas social, yaitu seorang yang harus membantu untuk kepentingan
masyarakat.
b. Pelajar dan ilmuan, yaitu senantiasa terus menerus menuntut ilmu pengetahuan.
c. Orang tua, yaitu mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan anaknya.
d. Pencari teladan, yaitu yang senantiasa mencarikan teladan yang baik untuk siswa.
e. Pencari keamanan, yaitu senantiasa mencarikan rasa aman bagi siswa.
D. Peran Guru Secara Psikologis
Peran guru secara psikologis, guru dipandang sebagai berikut:
a. Ahli psikologi pendidikan, yaitu petugas psikologi dlam pendidikan, yang
melaksanakan tugasnya atas dasar prinsip-prinsip psikologi.
b. Seniman dalam hubungan antar manusia (artist in human relation), yaitu orang
yang mampu membuat hubungan antar manusia untuk tujuan tertentu, dengan
menggunakan teknik tertentu, khususnya dalam kegiatan pendidikan.
c. Pembentuk kelompok sebagai jalan atau alat dalam pendidikan.
d. Catalytic agent, yaitu orang yang mempunyai pengaruh dalam menimbulkan
pembaharuan.
e. Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker) yang bertanggung jawab
terhadap pembinaan kesehatan mental khususnya kesehatan mental siswa (Dr.
Moh. Surya, Dr. Rochman Natawidjaja,1994:6-7).
2.5 Kompetensi Profesionalime Guru
A. Pengertian
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (WJS.Purwadarminta) kompetensi
berarti kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal.
Descriptive of qualitive natur teacher behavior appears to be entirely
meaningful (Broke and Stone, 1975). Kompetensi merupakan gambaran hakikat
kulitatif dari perilaku guru yang tampak sangat berarti.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan yang
bersifat professional memerlukan beberapa bidang ilmu secara sengaja harus
dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum. Pekerjaan yang
bersifat professional
adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus
dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang
karena tidak dapat memperoleh pekerjaan yang lain (Dr. Nana Sudjana, 1988).
Orang yang memiliki kemampuan kemampuan dan keahlian khusus dalam
bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya dengan
maksimal. Profeional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta
memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya, (Agus F. Tamyong, 1987).
Kompetensi guru adalah salah satu factor yang mempengaruhi tercapainya
tujuan pembelajaran dan pendidikan di sekolah, namun kompetensi guru tidak
berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh faktor latar belakang pendidikan
pengalaman mengajar, dan lamanya mengajar.Status kompetensi yang
professional harus dicapai dalam kelompok profesi bersangkutan dan dibina
melalui penguatan landasan profesi, misalnya pembinaan tenaga kependidikan
yang sesuai, pengembangan infrastruktur, pelatihan jabatan (in service training)
yang memadai, efisien dalam sistem perencanan, serta pmbinaan administrasi dan
pembinaan kepegawaian.

B. Persyaratan Profesi
Mengingat tugas dan tanggung jawab guru yang begitu kompleksnya, maka
profesi ini memerlukan persyaratan khusus antara lain dikemukakan berikut ini:
a. Menuntut adanya ketrampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pegetahuan
yang mendalam
b. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang
profesinya
c. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai
d. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatn dari pekerjaan yang
dilaksanakannya
e. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan (Drs. Moh
Ali, 1985).
Atas dasar persyaratan tersebut,professional harus ditempuh melalui jenjang
pendidikan yang khusus mempersiapkan jabatan itu. Guru wajib memiliki
Kualifikasi Akademik, kompetensi, Sertifikat Pendidik, sehat jasmani dann
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.

C. Jenis-Jenis Kompetensi
Dalam pasal 28, PP 19 2005, dijelaskan bahwa
a. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk tujuan
pendidikan nasional.
b. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) adalah tingkat
pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan
dengan ijazah dan atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
c. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:
i. Kompetensi pedagogik
ii. Kompetensi kepribadian
iii. Kompetensi professional, dan
iv. Kompetensi social
d. Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan atau sertifikat keahlian sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan
diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan
kesetaraan.
Kompetensi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PP 74 tahun 2008
tentang guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi social, dan kompetensi professional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi. Kompetensi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
bersifat holistik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi kepribadian adalah sikap kepribadian yang mantab sehingga
mampu menjaadi sumber intensifikasi bagi subjek.Dalam hal ini berarti memiliki
kepribadian yang pantas diteladani, mampu melaksanakan kepemimpinan seperti
yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha,
Ing Madya mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.
Kompetensi profeional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam. Artinya guru harus memiliki pengetahuan yang luas
dari subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan
metodologi dalam arti memiliki konsep teoretis mampu memilih metode dalam
proses belajar mengajar.

Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari


masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar.

2.6 Kode Etik Guru


Istilah kode etik itu dikaji terdiri dari dua kata, yaitu kode dan
etik.Perkataan etik berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak,
adab cara hidup. Dapat diartikan bahwa itu menunjukkan cara berbuat yang
menjadi adat, karena persetujuan dari kelompok manusia. Dan etik biasanya
dipakai untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang disebut kode.Sehingga
terjelmalah apa yang disebut kode etik. Atau secara harfiah kode etik berarti
sumber etik. Etika artinya tata susila (etika) atau hal-hal yang berhubungan
dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Jadi kode etik guru
diartikan sebagai aturan tata susila keguruan.Menurut Westby Gibson, kode etik
(guru) dikatakan sebagai suatu stetmen formal yang merupakan norma (aturan tata
susila) dalam mengatur tingkah laku guru.
Karena itu, guru sebagai tenaga professional perlu memiliki kode etik guru
dan menjadikannya sebagai pedoman yang mengatur pekerjaan guru selama
dalam pengabdian. Kode etik guru ini merupakan ketentuan yang mengikat semua
sikap dan perbuatan guru. Bila guru telah melakukan perbuatan asusila
dan amoral berarti guru telah melanggar kode etik etik.Sebab kode etik guru ini
sebagai salah satu cirri yang harus ada pada profesi guru itu sendiri.
Rumusan Kode Etik Guru dituangkan dalam kebijakan sebagai berikut:
PEMBUKAAN
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa guru Indonesia menyadari bahwa
jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia. Guru mengabdikan
diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan
kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta
menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat
yang maju, adil, makmur, dan beradab.
Guru Indonesia selalu tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah. Guru Indonesia memiliki kehandalan yang
tinggi sebagai sumber daya utama untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional,
yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
Guru Indonesia adalah insan yang layak ditiru dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, khususnya oleh peserta didik, yang dalam melaksankan
tugas berpegang teguh pada prinsip ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun
karso, tut wuri handayani. Dalam usaha mewujudkan prinsip-prinsip tersebut
guru

Indonesia ketika menjalankan tugas-tugas profesionalnya dituntut memiliki


kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
Guru Indonesia bertanggung jawab mengantarkan siswanya untuk mencapai
kedewasaan sebagai calon pemimpin bangsa pada semua bidang kehidupan.
Untuk itu, pihak-pihak yang berkepentingan selayaknya tidak mengabaikan
peranan guru dan profesinya, agar bangsa dan negara dapat tumbuh sejajar dengan
dengan bangsa lain di negara maju, baik pada masa sekarang maupun masa yang
akan datang. Kondisi seperti itu bisa mengisyaratkan bahwa guru dan profesinya
merupakan komponen kehidupan yang dibutuhkan oleh bangsa dan negara ini
sepanjang zaman. Hanya dengan pelaksanaan tugas guru secara profesional hal itu
dapat diwujudkan eksitensi bangsa dan negara yang bermakna, terhormat dan
dihormati dalam pergaulan antar bangsa-bangsa di dunia ini.
Peranan guru semakin penting dalam era global. Hanya melalui bimbingan
guru yang profesional, setiap siswa dapat menjadi sumber daya manusia yang
berkualitas, kompetitif dan produktif sebagai aset nasional dalam menghadapi
persaingan yang makin ketat dan berat sekarang dan dimasa datang.
Dalam melaksanakan tugas profesinya guru Indonesia menyadari sepenuhnya
bahwa perlu ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia sebagai pedoman bersikap dan
berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam
jabatan guru sebagai pendidik putera-puteri bangsa.

BAGIAN SATU
Pengertian, Tujuan, dan Fungsi
Pasal 1
(1) Kode Etik Guru Indonesia adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima
oleh guru-guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam
melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga
negara.
(2) Pedoman sikap dan perilaku sebagaimana yang dimaksud pasa ayat (1) pasal ini
adalah nilai-nilai moral yang membedakan perilaku guru yang baik dan buruk,
yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan selama menunaikan tugas-tugas
profesionalnya untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik, serta pergaulan sehari-hari di dalam dan
di luar sekolah.
Pasal 2
(1) Kode Etik Guru Indonesia merupakan pedoman sikap dan perilaku bertujuan
menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang
dilindungi undang-undang.
(2) Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma moral
yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam
hubungannya dengan peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan
seprofesi, organisasi profesi, dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama,
pendidikan, sosial, etika, dan kemanusiaan.
BAGIAN DUA
Sumpah/Janji Guru Indonesia
Pasal 3
(1) Setiap guru mengucapkan sumpah/janji guru Indonesia sebagai wujud
pemahaman penerimaan, penghormatan, dan kesediaan untuk mematuhi nilai-nilai
moral yang termuat di dalam Kode Etik Guru Indonesia sebagai pedoman
bersikap dan berperilaku, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
(2) Sumpah/janji guru Indonesia diucapkan di hadapan pengurus organisasi profesi
guru dan pejabat yang berwenang di wilayah kerja masing-masing.
(3) Setiap pengambilan sumpah/janji guru Indonesia dihadiri oleh penyelenggara
satuan pendidikan.
Pasal 4
(1) Naskah sumpah/janji guru Indonesia dilampirkan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Kode Etik Guru Indonesia.
(2) Pengambilan sumpah/janji guru Indonesia dapat dilaksanakan secara perorangan
atau kelompok sebelum melaksanakan tugas.

BAGIAN TIGA
Nilai-nilai Dasar dan Nilai-nilai Operasional
Pasal 5
Kode Etik Guru Indonesia bersumber dari:
(1) Nilai-nilai agama dan Pancasila.
(2) Nilai-nilai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional.
(3) Nilai-nilai jatidiri, harkat, dan martabat manusia yang meliputi perkembangan
kesehatan jasmaniah. emosional, intelektual, sosial, dan spiritual.
Pasal 6
(1)Hubungan Guru dengan Peserta Didik:
a. Guru berprilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi proses
dan hasil pembelajaran
b. Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati, dan
mengamalkan hak-hak dan kewajibannya sebagai individu, warga sekolah, dan
anggota masyarakat.
c. Guru mengakui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara
individual dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.
d. Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakannya untuk
kepentingan proses kependidikan.
e. Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus berusaha
menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana sekolah yang
menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi peserta
didik.
f. Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih sayang
dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas kaidah
pendidikan.
g. Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang dapat
mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.
h. Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk membantu
peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan kepribadiannya, termasuk
kemampuannya untuk berkarya
i. Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali merendahkan
martabat peserta didiknya

j. Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara adil.
k. Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi kebutuhan dan
hak-hak peserta didiknya.
l. Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh perhatian
bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.
m. Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta didiknya dari
kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar, menimbulkan gangguan
kesehatan, dan keamanan.
n. Guru tidak membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk alasan-alasan yang
tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum, kesehatan, dan
kemanusiaan.
o. Guru tidak menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya kepada peserta
didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial, kebudayaan, moral, dan
agama.
p. Guru tidak menggunakan hubungan dan tindakan profesional dengan peserta
didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.
(2)Hubungan Guru dengan Orangtua/Wali Murid:
a. Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien dengan
orangtua/wali siswa dalam melaksanakan proses pendidikan.
b. Guru memberikan informasi kepada orangtua/wali secara jujur dan objektif
mengenai perkembangan peserta didik.
c. Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang bukan
orangtua/walinya.
d. Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan berpartisipasi dalam
memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.
e. Guru bekomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai kondisi dan
kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada umumnya.
f. Guru menjunjung tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasi denganya
berkaitan dengan kesejahteraan, kemajuan, dan cita-cita anak atau anak-anak
akan pendidikan.
g. Guru tidak melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan orangtua/wali
siswa untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.
(3)Hubungan Guru dengan Masyarakat :
a. Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif, dan efisien
dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan.
b. Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembangkan dan
meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
c. Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
d. Guru bekerjasama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan prestise dan
martabat profesinya
e. Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan masyarakat
berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan peserta
didiknya.
f. Guru mememberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai agama,
hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan masyarakat.
g. Guru tidak membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya kepada
masyarakat.
h. Guru tidak menampilkan diri secara ekslusif dalam kehidupan bermasyarakat.
(4)Hubungan Guru dengan Sekolah:
a. Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi sekolah.
b. Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam
melaksanakan proses pendidikan.
c. Guru menciptakan suasana sekolah yang kondusif.
d. Guru menciptakan suasana kekeluargaan di didalam dan luar sekolah.
e. Guru menghormati rekan sejawat.
f. Guru saling membimbing antarsesama rekan sejawat.
g. Guru menjunjung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan kesejawatan
dengan standar dan kearifan profesional.
h. Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan juniornya untuk tumbuh
secara profesional dan memilih jenis pelatihan yang relevan dengan tuntutan
profesionalitasnya.
i. Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan pendapat-
pendapat profesional berkaitan dengan tugas-tugas pendidikan dan pembelajaran.
j. Guru membasiskan-diri pada nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan dalam
setiap tindakan profesional dengan sejawat.
k. Guru memiliki beban moral untuk bersama-sama dengan sejawat meningkatkan
keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalankan tugas-tugas profesional
pendidikan dan pembelajaran.
l. Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang dari kaidah-
kaidah agama, moral, kemanusiaan, dan martabat profesionalnya.
m. Guru tidak mengeluarkan pernyataan-keliru berkaitan dengan kualifikasi dan
kompetensi sejawat atau calon sejawat.
n. Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan
merendahkan marabat pribadi dan profesional sejawatnya.
o. Guru tidak mengoreksi tindakan-tindakan profesional sejawatnya atas dasar
pendapat siswa atau masyarakat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
p. Guru tidak membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk pertimbangan-
pertimbangan yang dapat dilegalkan secara hukum.
q. Guru tidak menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung atau tidak langsung
akan memunculkan konflik dengan sejawat.
(5)Hubungan Guru dengan Profesi:
a. Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi.
b. Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pendidikan dan
mata pelajaran yang diajarkan.
c. Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya.
d. Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan
tugas-tugas profesional dan bertanggungjawab atas konsekuensinya.
e. Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggungjawab, inisiatif
individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya.
f. Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan
merendahkan martabat profesionalnya.
g. Guru tidak menerima janji, pemberian, dan pujian yang dapat mempengaruhi
keputusan atau tindakan-tindakan profesionalnya.
h. Guru tidak mengeluarkan pendapat dengan maksud menghindari tugas-tugas dan
tanggungjawab yang muncul akibat kebijakan baru di bidang pendidikan dan
pembelajaran.
(6)Hubungan Guru dengan Organisasi Profesinya :
a. Guru menjadi anggota organisasi profesi guru dan berperan serta secara aktif
dalam melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan kependidikan.
b. Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang memberikan
manfaat bagi kepentingan kependidikan.
c. Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat informasi
dan komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru dan masyarakat.
d. Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan
tugas-tugas organisasi profesi dan bertanggungjawab atas konsekuensinya.
e. Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk
tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan
profesional lainnya.

f. Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang dapat


merendahkan martabat dan eksistensi organisasi profesinya.
g. Guru tidak mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu untuk memperoleh
keuntungan pribadi dari organisasi profesinya.
h. Guru tidak menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai organisasi profesi tanpa
alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

(7) Guru dengan Pemerintah


a. Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan program pembangunan
bidang pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam UUD 1945, UU tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Undang-Undang tentang Guru dan Dosen, dan ketentuan
perundang-undangan lainnya.
b. Guru membantu program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan yang
berbudaya.
c. Guru berusaha menciptakan, memelihara dan meningkatkan rasa persatuan dan
kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.
d. Guru tidak menghindari kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah atau satuan
pendidikan untuk kemajuan pendidikan dan pembelajaran.
e. Guru tidak melakukan tindakan pribadi atau kedinasan yang berakibat pada
kerugian negara.
BAGIAN EMPAT
Pelaksanaan, Pelanggaran, dan Sanksi
Pasal 7
(1) Guru dan organisasi profesi guru bertanggungjawab atas pelaksanaan Kode Etik
Guru Indonesia.
(2) Guru dan organisasi guru berkewajiban mensosialisasikan Kode Etik Guru
Indonesia kepada rekan sejawat, penyelenggara pendidikan, masyarakat, dan
pemerintah.
Pasal 8
(1) Pelanggaran adalah perilaku menyimpang dan atau tidak melaksanakana Kode
Etik Guru Indonesia dan ketentuan perundangan yang berlaku yang berkaitan
dengan profesi guru.
(2) Guru yang melanggar Kode Etik Guru Indonesia dikenai sanksi sesuai
denganketentuan peraturan yang berlaku.
(3) Jenis pelanggaran meliputi pelanggaran ringan, sedang, dan berat.
Pasal 9
(1) Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan pelanggaran
terhdap Kode Etik Guru Indonesia menjadi wewenang Dewan Kehormatan Guru
Indonesia.
(2) Pemberian sanksi oleh Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus objektif, tidak diskriminatif, dan tidak bertentangan
dengan anggaran dasar organisasi profesi serta peraturan perundang-undangan.
(3) Rekomendasi Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib dilaksanakan oleh organisasi profesi guru.
(4) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan upaya pembinaan kepada
guru yang melakukan pelanggaran dan untuk menjaga harkat dan martabat profesi
guru.
(5) Siapapun yang mengetahui telah terjadi pelanggaran Kode Etik Guru Indonesia
wajib melapor kepada Dewan Kehormatan Guru Indonesia, organisasi profesi
guru, atau pejabat yang berwenang.
(6) Setiap pelanggar dapat melakukan pembelaan diri dengan/atau tanpa bantuan
organisasi profesi guru dan/atau penasihat hukum sesuai dengan jenis pelanggaran
yang dilakukan dihadapan Dewan Kehormatan Guru Indonesia.
Bagian Lima
Ketentuan Tambahan
Pasal 1
Tenaga kerja asing yang dipekerjakan sebagai guru pada satuan pendidikan di
Indonesia wajib mematuhi Kode Etik Guru Indonesia dan peraturan perundang-
undangan.
Bagian Enam
Penutup
Pasal 11
(1) Setiap guru harus secara sungguh-sungguh menghayati, mengamalkan, serta
menjunjung tinggi Kode Etik Guru Indonesia.
(2) Guru yang belum menjadi anggota organisasi profesi guru harus memilih
organisasi profesi guru yang pembentukannya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
(3) Dewan Kehormatan Guru Indonesia menetapkan sanksi kepada guru yang telah
secara nyata melanggar Kode Etik Guru Indonesia.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Guru sebagai tenaga profesional harus memenuhi standar persyaratan secara
administrasi, teknik, psikis dan fisik yang merupakan prasyarat terpenting bagi
seseorang untuk menjadi guru. Guru juga harus memiiki kematangan jasmani
rohani maupun edukasi sosial disamping persyaratan khusus yang bersikap
mental, sebagai tenaga profesional pekerjaan guru memerlukan pendidikan yang
berkelanjutan hal ini dimaksudkan untuk mengimbangi lajunya perkembangan
dunia ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini.Guru dikatakan sebagai
pengajar, pendidik dan sekaligus merupakan pembimbing mengingat guru
disamping menyampaikan ilmu pengetahuan juga menanamkan nilai-niai sikap
mental serta melatih berbagai keterampilan dalam upaya mengantarkan perserta
didik ke arah pendewasaan, oleh sebab itu seseorang untuk berangkat menjadi
guru harus memiliki kepribadian dan berbudi pekerti luhur dapat menjadi panutan
sehingga kelak kemudian hari dapat memanusiakan manusia, karena guru dalam
melaksanakan kegitan bimbingan adalah merupakan upaya menuntun peserta
didik dan memberikan lingkungan yang sesuai dengan arah serta tujuan yang
ingin dicapai serta sesuai dengan yang dicita citakan.Untuk melaksanakan tugas
dan kewajibannya secara operasional guru memiliki beberapa peranan diantaranya
adalah sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator dan fasilitator, dan guru
sebagai evaluator. Dalam hal ini guru harus mampu menciptakan hubungan baik
dengan peserta didik baik secara formal maupun informal.Dalam melaksanakan
pokok tugas kewajibannya sebagai guru dan sebagai tenaga professional guru
memiliki kode etik. Yang merupakan pedoman tingkah laku yang harus dijalankan
oleh guru dalam berinteraksi dengan peserta didik, teman sejawat, serta
masyarakat sekitar. Kode etik guru adalah merupakan kunci bagi tingkah laku
guru agar tidak melakukan tindak penyelewengan, pada prinsipnya kode etik guru
adalah bertujuan untuk membantu mensukseskan pekerjaan guru demi
kepentingan peserta didik.

3.2 Saran

Guru merupakan suatu profesi yang di mana dalam melakukankan atau


menerapkannya perlu memperhatikan beberapa acuan atau dasar untuk
menjalankan apa yang ada dalam profesi guru tersebut.
Perlu juga adanya pemahaman dan praktek yang sesuai dengan dasar prosedur
tersebut sehingga tidak akan terjadi kesalahan dalam melakukan prosedur sebagai
guru.

Daftar Pustaka

https://www.facebook.com/permalink.php?
id=136518356497108&story_fbid=155242647958012,16 februari 2014, 13:20 am
http://www.sarjanaku.com/2011/01/makalah-profesi-guru.html, 16 februari
2014, 13.40 am
http://www.slideshare.net/guruonline/kode-etik-guru-indonesia-14842172, 16
februari 2014, 14:00 am
http://enewsletterdisdik.blogspot.com/http://enewsletterdisdik.blogspot.com/ Page
1, 16 februari 2014, 14:30 am
http://afiefcb.blogspot.in/2013/01/kode-etik-guru.html, 16 februari 2014, 15:10
am
Uno, Hamzah. Profesi Kependidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008
Uzer, Usman. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011
s

Anda mungkin juga menyukai