PENDAHULUAN
Shampo adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud keramas rambut,
sehingga setelah itu kulit kepala dan rambut menjadi bersih, dan sedapat mungkin menjadi
lembut, mudah diatur dan berkilau. Dan merupakan produk perawatan rambut yang
digunakan untuk menghilangkan minyak, debu, serpihan kulit, dan kotoran lain dari rambut..
Kata shampoo berasal dari bahasa Hindi champo, bentuk imperatif dari champna,
"memijat". Di Indonesia dulu shampoo dibuat dari merang yang dibakar menjadi abu dan
dicampur dengan air.
Shampoo adalah suatu zat yang terdiri dari surfaktan, pelembut, pembentuk busa,
pengental dan sebagainya yang berguna untuk membersihkan kotoran yang melekat pada
rambut seperti sebum, keringat, sehingga rambut akan kelihatan lebih bersih, indah dan
mudah ditata.
Shampoo banyak jenis dan typenya, formulanya dan klasifikasi preparat seperti liquid,
krim, pasta, shampoo anti dandruff, shampoo untuk anak-anak dan sebagainya.
Sebuah formulasi shampoo yang baik mempunyai kemampuan khusus yang dapat
meminimalisasi iritasi mata, mengontrol ketombe (dandruff) serta dapat memperbaiki
struktur rambut secara keseluruhan.
Preparat shmapo harus meninggalkan kesan harum pada rambbut, lembut dan mudah
diatur, memiliki performance yang baik (warna dan viskositas yang baik) harga yang murah
dan terjangkau. Secara spesifik suatu shampoo harus:
1. Mudah larut dalam air, walapun air sadah tanpa mengalami pengendapan
2. Memiliki daya bersih yang baik tanpa terlalu banyak menghilangkan minyak dari kulit
kepala
3. Menjadikan rambut halus, lembut serta mudah disisir
4. Cepat bebusa dan mudah dibilas serta tidak menimbulkan iritasi jika kontak dengan mata
5. Memiliki pH yang baik netral maupun sedikit basa
6. Tidak iritasi pada tangan dan kulit kepala
7. Memiliki performa yang baik
Antidandruff shampoo merupakan shampooyang ditujukan untuk mengontrol sel kulit
mati dikulit kepala, formulasinya hamper sama seperti shampoo lain tetapi ditambahkan
bahan aktif seperti senium sulfide, zinc pirythion, sulfur.
I.2 Tujuan Percobaan
1. Mengetahui cara membuat sediaan shampoo yang aman dan nyaman digunakan
2. Mengetahui metode-metode krim yang tepat
3. Mampu mengevaluasi sediaan shampo
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Shampo
Rambut memang mahkota bagi semua orang dan bisa dianggap sebagai bingkai untuk
wajah anda. Karena keindahan rambut sangat bisa menunjang kecantikan dan keseluruhan
penampilan anda.
Mencuci rambut memang persoalan mudah tetapi mungkin anda mengalami kesulitan saat
memilih jenis shampo yang cocok untuk diri anda sendiri. Karena memang banyak sekali
produsen shampo menawarkan kepada anda..
Shampoo, bila dicampur dengan air, dapat melarutkan minyak alami yang dikeluarkan
oleh tubuh untuk melindungi rambut. Setelah mencuci rambut dengan shampoo, biasanya
digunakan produk conditioner agar rambut mudah ditata kembali.
Shampoo untuk bayi dibuat sedemikian rupa sehingga tidak perih di mata. Shampoo
untuk binatang juga dapat mengandung insektisida untuk membunuh kutu. Beberapa
shampoo manusia tidak dapat digunakan untuk binatang karena mengandung seng (misalnya
shampoo anti ketombe). Logam ini tidak beracun bagi manusia, namun berbahaya bagi
binatang.
Selain itu terdapat juga shampoo dalam bentuk padat, yang lebih ringkas dan mudah dibawa
namun kurang praktis untuk rambut panjang.
Pada awalnya shampo dibuat dari berbagai jenis bahan yang diperoleh dari sumber
alam, seperti sari biji rerak, sari daging kelapa, sari abu merang ( sekam padi ). Shampo yang
menggunakan bahan alam sudah banyak ditinggalkan, dan diganti dengan shampo yang
dibuat dari detergen.
Agar shampo berfungsi sebagaimana disebutkan diatas, shampo harus memiliki sifat sebagai
berikut :
1. Shampo harus dapat membentuk busa yang berlebih, yang terbentuk dengan cepat, lembut
dan mudah dihilangkan dengan membilas dengan air.
2. Shampo harus mempunyai sifat detergensi yang baik tetapi tidak berlebihan, karena jika
tidak kulit kepala menjadi kering.
3. Shampo harus dapat menghilangkan segala kotoran pada rambut, tetapi dapat mengganti
lemak natural yang ikut tercuci dengan zat lipid yang ada didalam komposisi shampo.
Kotoran rambut yang dimaksud tentunya sangat kompleks yaitu : sekret dari kulit, sel kulit
yang rusak, kotoran yang disebabkan oleh lingkungan dan sisa sediaan kosmetik.
4. Tidak mengiritasi kulit kepala dan juga mata.
5. Shampo harus tetap stabil. Shampo yang dibuat transparan tidak boleh menjadi keruh dalam
penyimpanan. Viskosita dan pHnya juga harus tetap konstan, shampo harus tidak
terpengaruh oleh wadahnya ataupun jasadrenik dan dapat mempertahankan bau parfum yang
ditambahkan kedalamnya.
Detergen yang digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan shampo memiliki sifat
fisikokimia tersendiri yang umumnya tidak sepenuhnya searah dengan ciri sifat yang
dikehendaki untuk shampo. Umumnya, detergen dapat melarutkan lemak dan daya
pembersihnya kuat, sehingga jika digunakan untuk keramas rambut, lemak rambut dapat
hilang, rambut menjadi kering, kusam dan mudah menjadi kusut, menyebabkan sukar diatur.
Sifat detergen yang terutama dikehendaki untuk shampo adalah kemampuan
membangkitkan busa. Jenis detergen yang paling lazim diedarkan tergolong alkil sulfat,
terutama laurilsulfat, juga alkohol monohidrat dengan rantai C10 18. Sifat detergen ini
tergantung pada panjang rantai alkohol lemak yang digunakan. Homolog rendah seperti C12
( lauril ) dan C14 ( miristil ) memiliki sifat yang lebih baik dibandingkan dengan homolog
yang lebih tinggi seperti C16 ( palmitil ) dan C18 ( stearil ) dalam hal memberikan busa dan
basah dengan sifat pembersih yang baik, meskipun suhu rendah. Detergen alkilsulfat yang
dibuat dari alkohol lemak, kelarutannya menurun dengan meningkatnya homolog rantai
karbonnya, sehingga shampo yang dibuat dari detergen alkilsulfat dengan atom C16-18 tidak
dapat disimpan pada suhu rendah. Kelarutan detergen alkilsulfat dalam air berkurang,
sehingga tidak begitu berbusa, lagipula detergen ini dipengaruhi oleh efek air sadah.
Detergen alkilsulfat dengan alkohol lemak dengan rantai karbon kurang dari 10 seperti C8
( kaprilil ) dan C10 ( kapril ) lebih condong menunjukkan sifat iritasi.
Detergen alkilsulfat dengan rantai karbon 12 14 adalah noniritan, memberikan cukup busa
pada suhu kamar, dan tidak mudah rusak dalam penyimpanan.
Trietanolamina ( TEA ) laurilsulfat dianggap paling luas dapat diterima untuk
digunakan dalam pembuatan shampo, disamping itu dalam penyimpanan tetap stabil.
Amonium alkilsulfat, meskipun memiliki keaktifan pembersih yang sedang, tetapi jarang
digunakan untuk pembuatan shampo, karena suhu padatnya tinggi. Biasanya senyawa ini
digunakan sebagai campuran detergen seperti nampak pada amonium monoetanolamina atau
amonium trietanolamina alkilsulfat. Shampo dengan formulasi tersebut memiliki pembersih
dan pembusa yang baik, rambut yang dikeramas dengan shampo ini masih mudah diatur.
Di samping itu detergen yang digunakan untuk pembuatan shampo, harus memiliki sifat
berikut :
1. Harus bebas reaksi iritasi dan toksik, terutama pada kulit dan mata atau mukosa tertentu.
2. Tidak boleh memberikan bau tidak enak, atau bau yang tidak mungkin ditutupi dengan baik.
3. Warnanya tidak boleh menyolok.
Jenis-jenis shampo
1. Shampo bubuk
Sebagai dasar shampo digunakan sabun bubuk, sedangkan zat pengencer biasanya digunakan
natrium karbonat, natrium bikarbonat, natrium seskuikarbonat, dinatrium fosfat, atau boraks.
2. Shampo emulsi
Shampo ini mudah dituang, karena konsistensinya tidak begitu kental. Tergantung dari jenis
zat tambahan yang digunakan, shampo ini diedarkan dengan berbagai nama seperti shampo
lanolin, shampo telur, shampo protein, shampo brendi, shampo lemon, shampo susu atau
bahkan shampo strawberry.
3. Shampo krim atau pasta
Sebagai bahan dasar digunakan natrium alkilsulfat dari jenis alkohol rantai sedang yang dapat
memberikan konsistensi kuat. Untuk membuat shampo pasta dapat digunakan malam seperti
setilalkohol sebagai pengental. Dan sebagai pemantap busa dapat digunakan dietanolamida
minyak kelapa atau isopropanolamida laurat.
4. Shampo larutan
Merupakan larutan jernih. Faktor yang harus diperhatikan dalam formulasi shampo ini
meliputi viskosita, warna keharuman, pembentukan dan stabilitas busa, dan pemgawetan.
Zat pengawet yang lazim digunakan meliputi 0,2 % larutan formaldehid 40 %, garam
fenilraksa; kedua zat ini sangat racun, sehingga perlu memperhatikan batas kadar yang
ditetapkan pemerintah. Parfum yang digunakan berkisar antara 0,3 1,0 %, tetapi umumnya
berkadar 0,5 %.
BAB III
MATERI DAN METODE
III.1 Alat
1. Erlenmeyer
2. Cawan porselen
3. Beker glass
4. Mortir
5. Lumpang
6. Penangas
7. Spatula
III.2 Bahan
1. Asam salisilat 3%
2. Natrium lauryl sulfat 30%
3. Asam oleat 20%
4. Trietanolamin 10%
5. Nipagin 0,2%
6. Parfum qs
7. Aquadest ad 50 gram
BAB IV
DATA DAN HASIL PENGAMATAN
I.1 Formula
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami mebuat sediaan sampo, sampo merupakan salah satu
hair care, yang banyak digunakan oleh masyarakat luas. Sampo adalah suatu sediaan yag
terdiri dari surfactan, pelembut, pembentuk busa, pengental dan bahan tambahan lainnya.
Sampo mempunyai fungsi untuk membersihkan kotora yang ada di kulit kepala.
Praktikum kali ini dicobakan 3 formula sampo dalam bentuk sediaan yang berbeda
yaitu cream sampo, liquid sampo dan conditioner. Formula yang pertama terdiri dari asam
salisilat sebagai zat aktif yang mempunyai khasiat sebagai keratolitik dan biasa digunakan
dalam sampo anti ketombe. Dalam formulasi ini digunakan asam salisilat sebesar 3%, asam
salisilat. Formula yang dikerjakan oleh kelompok 1 dan 2 dibedakan dalam hal konsentrasi
natrium lauril sulfat yang digunakan, untuk kelompok 1 konsentrasi natrium lauril sulfat
sebesar 20%, sedangkan kelompok 2 sebesar 30%. Natrium lauril sulfat merupakan surfactan
anionic yang biasa digunakan dalam body care maupun hair care, selain sebagai surfactan Na
lauril sulfat pun dapat digunakan sebagai pembentuk busa. Surfactan ini berfungsi untuk
mengangkat kotoran yang ada di kulit. Di beberapa negara eropa, Na lauril sulfat ini sudah
dimodifikasi menjadi bentuk Na laureth ester sulfat yang tingkat iritasi kulitnya lebih rendah.
Asam oleat yang digunakan dalam formulasi merupakan fase minyak yang berfungsi sebagai
zat pengemulsi, begitu pula dengan TEA (trietanolamin) yang merupakan zat pengemulsi
yang larut air (fase air), kedua sediaan ini yang berperan dalam pembentukan cream sampo
ini. Pengawet yang digunakan dalam sediaan ini adalah nipagin atau metil paraben, yang
merupakan pengawet larut air. Pengawet ini biasa digunakan dalam sediaan farmasi oral
maupun topikal, namun untuk sediaan sampo yang menggunakan surfactan base seperti pada
sediaan ini nipagin kurang efectiv digunakan karena dalam periode beberapa bulan saja
sediaan akan berjamur. Sediaan ini pun merupakan cream W/O, sehingga nipagin ini kurang
efectiv.
Hasil dari formula ini menghasilkan sediaan cream sampo yang memiliki pH sekitar
7-8 dengan kehomogenitasan yang baik, dan busa yang terbentuk cukup banyak dan tahan
lama, viskositas sediaan juga sangat baik. Perbedaan sediaan antara hasil formula kelompok 1
dan 2 adalah masalah pH, untuk formula pertama dengan konsentrasi Na lauril sulfat
sebanyak 25% memilki pH sekitar 7 dan busa yang dihasilkan lebih sedikit, sedangkan
formula 2 dengan konsentrasi Na lauril sulfat 30%, pH nya sekitar 8 dan busa yang dihasilkan
lebih banyak, karena dengan kadar Na lauril sulfat yang tinggi akan meningkatkan kebasaan
dari sediaan dan Na lauril sulfat juga sebagai pembentuk busa, maka dengan tingginya kadar
Na lauril sulfat busa yang terbentuk juga lebih banyak. Hanya saja sediaan cream sampo ini
jarang ditemui di pasaran dan kurang praktis digunakan. Efek setelah penggunaan cream
sampo ini adalah berminyak/lengket pada rambut sehingga kurang menyenangkan untuk
digunakan, selain itu sediaan ini kurang praktis dalam penggunaannya.
Formula yang kedua adalah liquid sampo yang terdiri dari sulfur sebagai antidandruff.
Sulfur yang digunakan adalah sebesar 2% . Pada formula ini juga digunakan Na lauril sulfat
sebagai surfactan dan foam booster (pembentuk busa), dan asam stearat sebagai zat
pengemulsi. NaOH yang digunakan berfungsi sebagai viscosity modifier, jadi NaOH ini akan
memperbaiki struktur polimer sehingga viskositas dari sampo menjadi lebih baik. Hasil dari
formula ini kurang baik dengan pH basa yaitu sekitar 10 dan sulfur tidak bercampur dengan
baik dalam sediaan tersebut, sehingga kehomogenitasan dari sediaan ini sangat kurang. Bau
dari sulfur sendiri kurang menyenangkan sehingga sediaan mempunyai bau yang kurang baik
meskipun telah ditambahkan parfum. Nipagin pun kurang cocok dalam formula ini karena
sediaan ini merupakan sampo basis surfactan.
Formula yang ketiga adalah formula conditioner, perbedaan antara conditioner dan
sampo adalah, conditioner mempunyai viscositas yang lebih tinggi dan tidak menghasilkan
busa yang banyak seperti sampo, dan pH cenderung netral hingga sedikit asam. Untuk
menambah viskositas dari sediaan sampo sehingga menjadi conditioner biasanya
ditambahkan wax, wax yang ditambahkan pada formulasi ini adalah lilin putih dan adeps
lanae. Surfactan yang digunakan sama seperti formula lainnya yaitu Na lauril sulfat, pada
formula ini digunakan cetil alkohol sebagai zat pengemulsi dan cetyl alkohol ini larut dalam
air. Pada formula ini juga digunakan propilenglikol segai humectan dan peningkat penetrasi
sediaan. Nipagin pun kurang efectiv jika digunakan dalam sediaa ini kecuali jika
dikombinasikan dengan pengawet lainnya.
Perbedaan antara formula 3 kelompok 6 (a) dan 7 (b) adalah dalam hal konsentrasi
lilin putih, adeps lanae, cetyl alkohol dan propilenglikol. Konsentasi lilin putih pada
formulasi a lebih banyak 5%, dan konsentrasi adeps lanae pada formula a lebih sedikit 5%,
untuk cetyl alkohol pada formula a lebih sedikit 2% dibandingkan formula b. Dengan formula
ini seharusnya hasil sediaan dari formula a mempunyai viskositas yang lebih tinggi dari
formula b, namun ternyata formula a hasilnya lebih encer dari formula b, sedangkan formula
b mempunyai viskositas dan homogenitas yang baik, dan mempunyai kesan lembut.
Hal-hal yang menyebabkan terhadinya sediaan yang encer ini antara lain, panas yang
digunakan kurang maksimal sehingga sediaan menjadi encer dan faktor pengadukan juga
sangat mempengaruhi.
BAB VI
KESIMPULAN
1. Sampo merupakan salah satu sediaan hair care yang umum digunakan. Bentuk fisik sampo
ada beberapa macam antara lain, cream, liquid dan pasta.
2. Formulasi sampo yang paling mendasar adalah penggunaan surfactan seperti Na lauril
sulfat, dan jika terdiri dari 2 fasa sangat diperlukan adanya zat pengemulsi.
3. Pembuatan sampo harus sangat diperhatikan penggunaan suhu saat pencampuran dan
lamanya pengadukan agar dihasilkan sampo dengan konsistensi dan homogenitas yang baik.
4. Evaluasi yang dapat dilakukan terhadap sediaan sampo antara lain: viskositas, pH,
homogenitas, bobot jenis, uji mikrobiologi, daya bersih, pembentukan busa dan karakteristik
produk.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.resep.web.id/tips/kenali-istilah-shampo-anda.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Shampoo
http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/1819623-tips-memilih-shampoo/
http://chocolate-purplepharmacy.blogspot.co.id/2012/03/laporan-kosmetologi-formulasi-
shampo.html
http://id.wikihow.com/Menggunakan-Sampo-Kering
SHAMPOO
I. PENGERTIAN SHAMPOO
Shampoo adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud
keramas rambut, sehingga setelah itu kulit kepala dan rambut menjadi bersih,
dan sedapat mungkin menjadi lembut, mudah diatur dan berkilau. Dan
merupakan produk perawatan rambut yang digunakan untuk menghilangkan
minyak, debu, serpihan kulit, dan kotoran lain dari rambut..
Kata shampoo berasal dari bahasa Hindi champo, bentuk imperatif dari
champna, "memijat". Di Indonesia dulu shampoo dibuat dari merang yang
dibakar menjadi abu dan dicampur dengan air.
I. SYARAT SHAMPOO
1. Mudah larut dalam air, walapun air sadah tanpa mengalami pengendapan
2. Memiliki daya bersih yang baik tanpa terlalu banyak menghilangkan minyak dari
kulit kepala
Shampoo, bila dicampur dengan air, dapat melarutkan minyak alami yang
dikeluarkan oleh tubuh untuk melindungi rambut. Setelah mencuci rambut
dengan shampoo, biasanya digunakan produk conditioner agar rambut mudah
ditata kembali.
Shampoo untuk bayi dibuat sedemikian rupa sehingga tidak perih di mata.
Shampoo untuk binatang juga dapat mengandung insektisida untuk membunuh
kutu. Beberapa shampoo manusia tidak dapat digunakan untuk binatang karena
mengandung seng (misalnya shampoo anti ketombe). Logam ini tidak beracun
bagi manusia, namun berbahaya bagi binatang.
Pada awalnya shampoo dibuat dari berbagai jenis bahan yang diperoleh
dari sumber alam, seperti sari biji rerak, sari daging kelapa, sari abu merang
( sekam padi). Shampoo yang menggunakan bahan alam sudah banyak
ditinggalkan, dan diganti dengan shampo yang dibuat dari detergen.
1. Shampoo harus dapat membentuk busa yang berlebih, yang terbentuk dengan
cepat, lembut dan mudah dihilangkan dengan membilas dengan air.
2. Shampoo harus mempunyai sifat detergensi yang baik tetapi tidak berlebihan,
karena jika tidak kulit kepala menjadi kering.
3. Shampoo harus dapat menghilangkan segala kotoran pada rambut, tetapi dapat
mengganti lemak natural yang ikut tercuci dengan zat lipid yang ada didalam
komposisi shampo. Kotoran rambut yang dimaksud tentunya sangat kompleks
yaitu : sekret dari kulit, sel kulit yang rusak, kotoran yang disebabkan oleh
lingkungan dan sisa sediaan kosmetik.
5. Shampoo harus tetap stabil. Shampo yang dibuat transparan tidak boleh
menjadi keruh dalam penyimpanan. Viskositas dan pHnya juga harus tetap
konstan, shampo harus tidak terpengaruh oleh wadahnya ataupun jasadrenik
dan dapat mempertahankan bau parfum yang ditambahkan kedalamnya.
Detergen alkilsulfat dengan alkohol lemak dengan rantai karbon kurang dari
10 seperti C8 ( kaprilil ) dan C10 ( kapril ) lebih condong menunjukkan sifat
iritasi.
1. Harus bebas reaksi iritasi dan toksik, terutama pada kulit dan mata atau mukosa
tertentu.
2. Tidak boleh memberikan bau tidak enak, atau bau yang tidak mungkin ditutupi
dengan baik.
2. Shampo emulsi
Sebagai bahan dasar digunakan natrium alkilsulfat dari jenis alkohol rantai
sedang yang dapat memberikan konsistensi kuat. Untuk membuat shampo
pasta dapat digunakan malam seperti setilalkohol sebagai pengental. Dan
sebagai pemantap busa dapat digunakan dietanolamida minyak kelapa atau
isopropanolamida laurat.
Detergen dipanaskan dengan air pada suhu pada lebih kurang 800 dalam panci
dinding rangkap, sambil terus diaduk. Tambahkan zat malam, terus diaduk lebih
kurang 15 menit. Biarkan campuran ini pada suhu lebih kurang 40-500C.
Tambahkan parfum, aduk terus hingga homogen; lanjutkan pengadukan untuk
menghilangkan udara. Wadahkan selagi panas.
b. Shampoo larutan
Jika digunakan alkilolamida, mula-mula zat ini dilarutkan dalam setengah bagian
detergen yang digunakan dengan pemanasan hati-hati. Kemudian tambahkan
sisa detergen sedikit demi sedikit, sambil terus diaduk; tambahkan zat warna
yang telah dilarutkan dalam air secukupnya; jika masih terdapat sisa air
tambahkan sedikit demi sedikit, sambil terus diaduk untuk mencegah terjadinya
busa.
V. BAHAN UTAMA
Bahan utama pada shampoo adalah surfaktan (sabun dan detergent). Sabun
adalah garam dan asam lemak. Hasil reaksi antara lemak dan minyak hewan dan
tumbuhan dengan alkali (cth. NaOH, KOH)
Kekurangan : tidak membentuk busa oleh air sadah, diatasi dengan penambahan
chelating agent.
a. Anionik
Gol. Sarcosine
3. Asam amino
a. Foam Builder
Bahan yang meningkatkan kualitas, volume, dan stabilitas busa. Membantu
meningkatkan stabilitas dan efek kondisioner. Contoh : dodecyl benzene
sulfonate, lauroyl monoethanolomide.
b. Conditioning agent
Merupakan bahan berlemak yang memudahkan rambut untuk disisir.
conditioning agent melapisi helai rambul halus dan mengkilap. Harus mudah
dibilas, tidak meninggalkan rasa berminyak (lengket) di rambut. Contoh lanolin,
minyak mineral, telur, polipeptida
c. Opacifying agent
Bahan yang memberikan warna buram pada shampoo. Penting pada pembuatan
shampoo jenis krim & losio. Contoh : Cetyl alcohol, stearyl alcohol, spermaceti,
glycol monodistearate, Mg stearate
d. Clarifying agent
Bahan yang digunakan untuk mencegah kekeruhan pada shampoo terutama
untuk shampoo dengan bahan utama sabun. Penting pada pembuatan shampoo
cair (likuid shampoo). Contoh : butil alkohol, isopropil alkohol etil alkohol, metilen
glikol, EDTA
e. Cleating agen Sequestering agent
Bahan yang mencegah terbentuknya sabun Ca atau Mg karena air sadah. Contoh
: asam sitrat, EDTA. Dapat digantikan oleh surfaktan non-ionik
f. Thickening agent
Bahan yang meningkatkan viskositas shampoo. Contoh : gom akasia, tragakan,
CMC, Methocel. Kekurangan : dapat membentuk lapisan film pada helai rambut
g. Preservatif
Bahan yang berguna melindungi sampo dari mikroba yang dapat menyebabkan
rusaknya sampo, Harus dipilih. Contoh : formadehid, etil alkohol, ester
parahidroksibenzoat
h. Antidandruff agent
Antidandruff agent umumnya bersifat antimikroba, ditambahkan ke dalam
shampoo dalam jumlah kecil. Contoh : Sulfur, Asam Salisilat, Resorsinol,
Selenium Sulfida, Zink Piriton
i. Penunjang Stabilitas
Bahan-bahan tertentu dapat ditambahkan ke dalam sampo dengan tujuan
menunjang stabilitas shampoo (stability additive)
Antioxidant
Mencegah perubahan warna dan bau sediaan akibat oksidosi,
Sunsreen
Melindungi sediaan dari sinar matahari, Contoh : Benzophenon
Suspending agent
Contoh : veegum, bentonit
pH control agen (larutan dapar)
Mencegah perubahan worna dan bau sediaan akibat perubahan pH
j. Cosmetics additive
Bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sampo dengan tujuan memperbaiki
tampilan shampoo (cosmetics additive)
Perfume
campuran minyak atsiri atau sintetik
Pewarna (dye)
Pewarna yang digunakan harus terdaftar pada Federal Food, Drug, and
Cosmetics Act
Pearlescent pigements