Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dany Mushthafa Yahya

Npm : 180110140021

Fakultas : Ilmu Budaya

Jika Aku Menjadi Seorang Budayawan di Desa Tambakreja

Desa Tambbakreja adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Lakbok,


kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Desa Tambakreja terdiri atas dua Dusun,
tujuh belas rukun tetangga, dan empat rukun warga. Saat ini saya berkesempatan
untuk melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di desa Tambakreja, sebuah desa yang masih
melakukan dan melestarikan kebudayaan Indonesia seperti pencak silat dan kuda
lumping. Kedua hal tersebut merupakan kebanggaan bagi kami karena di desa seperti
ini masih kental akan kegiatan yang bisa dikatakan warisan budaya Indonesia.
Kegiatan pencak silat di Tambakreja sendiri dilaksanakan dua kali dalam seminggu
dan mayoritas pengikutnya adalah anak-anak. Mengingat pada zaman sekarang anak-
anak di kota sudah lekat dengan gawai mereka, disini justru giat melaksanakan
pencak silat yang merupakan salah satu warisan budaya Indonesia.
Selo Soemardjan serta Soelaeman Soenardi, pada bukunya Setangkai Bunga
Sosiologi (Jakarta : Yayasan Tubuh Penerbit Fakultas Ekonomi Kampus Indonesia,
1964), hal 113, merumuskan kebudayaan sebagai segala hasil karya, cipta, serta rasa
masyarakat. Karya masyarakat membuahkan teknologi serta kebudayaan kebendaan
atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang dibutuhkan oleh manusia untuk
kuasai alam sekitarnya supaya kemampuan dan akhirnya bisa diabdikan untuk
kepentingan orang-orang.. Setelah mengikuti berbagai kegiatan dalam KKN ini,
sedikit banyak saya mengetahui kebudayaan masyarakat desa Tambakreja.
Jika saya menjadi pelestari budaya saya ingin mencari tahu asal mula budaya
ini muncul, saya juga ingin menumbuhkan kecintaan generasi muda terhadap budaya,
mengajak lebih banyak generasi muda untuk mempelajari budaya asalnya,
membudayakan budaya yang baik dan benar, serta ingin menampilkan budaya yang
dapat ditampilkan ke masyarakat yang lebih luas lagi, masyarakat internasional. Saya
ingin menunjukkan bahwa bangsa ini kaya akan budaya dan bangga atas budaya yang
dimilikinya. Karena bangsa yang hebat adalah bangsa yang mencintai budaya dan
menghargai sejarahnya.
Selain kuda lumping dan pencak silat, budaya gotong royong dan
kekeluargaan di desa ini pun yang saya rasakan cukup kuat. Misalnya pada saat ada
kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW di desa ini. Sebelum dilaksanakan kegiatan
tersebut warga sekitar berbondong-bondong membersihkan tempat yang akan
digunakan untuk dilaksanakannya acara tersebut. Bahkan di spanjang jalan menuju
tempat acara, rumput-rumput di pinggir jalan dipotong habis. Didirikannya umbul-
umbul berupa bendera juga menambah keseriusan penduduk untuk acara Maulid Nabi
Muhammad SAW yang memang dihadiri oleh Bupati ciamis ini.
Pada saat persiapan dan pembersihan lahan menuju acara tersebut ana-anak
dari KKNM Unpad ikut andil didalamnya. Pagi sebelum dilaksanakannya Maulid
Nabi di desa Tambakreja, mahasiswa iut membantu pembersihan jalan secara gotong
royong bersama warga setempat. Memang saya sangat merasakan kebersamaan
gotong royong yang kental di desa ini. Setelahnya, kami juga membantu dalam
kepanitiaan acara Malid Nabi Muhammad SAW. Saya sendiri membantu sebagai
doumentasi. Acara sederhana yang dilaksanakan di desa ini sangat berbeda rasanya.
Acara yang biasanya diikuti begitu saja, tetapi karena ada unsur gotong royong
didalamnya, acara ini menjadi spesial. Memiliki kesan tersendiri di diri saya.

Ada satu lagi budaya kebersamaan yang sangat terasa di desa Tambakreja.
Sebelum dilaksanakan acara Maulid Nabi Muhammad SAW yang direncanakan pada
malam hari, siangnya masyarakat desa Tambakreja melakukan acara panjat pinang.
Sudah seperti yang saya duga. Acara di desa seperti ini akan berlangsung ramai.
Panjat pinang yang dilaksanakan disini sangat menarik. Setiap warga yang mengikuti
panjat pinang tidak hanya dari kalangan remaja saja, melainkan anak-anak yang
masih terbilang kecil juga senang mengikutinya. Warga sekitar memanfaatkan
momen ini untuk berjualan. Ada yang berjualan bakso, jajanan yang mudah kita
temui di SD, hingga minuman dingin.

Sebenarnya masih banyak budaya yang menarik di desa Tambakreja ini. Rasa
gotong royong, saling tolong, budaya lain seperti pencak silat dan kuda lumping pun
masih dipertahankan dan dilestarikan. Jika saya menjadi seorang budayawan di desa
Tambakreja, saya ingin tahu lebih lanjut apa saja yang menarik di desa ini tentang
budayanya, mempelajarinya, hingga menyebarkannya kedunia luar dengan rasa
bangga.

Anda mungkin juga menyukai