Anda di halaman 1dari 19

REPORTASE

Efrial Saleh Ritonga (180110120056)


Atalya Puspa (180110140001)
Dany Mushthafa Yahya (180110140021)
Ilma Pebriani (180110140063)

Latar Belakang
Di tengah majunya bidang teknologi, media massa dituntut untuk
serba cepat dalam menghadirkan berita pada publik. Di era
globalisasi, publik akan selalu membutuhkan berita yang aktual,
hangat, dan terpercaya. Oleh karena itu media harus berperan dalam
memperluas pengetauhan publik dengan menghadirkan berita terkini
dari segala penjuru negeri. Reportase merupakan sebuah kegiatan
jurnalistik yang dianggap penting dalam pencarian dan
penyebarluasan berita dalam masyarakat. Reportase merupakan
sebuah solusi bagi masyarakat untuk mendapatkan berita yang cepat
dan akurat. Berangkat dari permasalahn di atas, perlu kiranya kami
mengkaji reportase mulai dari definisi hingga teknik penulisan.

Definisi Reportase
Reportase merupakan kegiatan jurnalistik berupa meliput langsung ke
lapangan atau TKP (tempat kejadian perkara). Wartawan mendatangi
langsung tempat kejadian atau peristiwa, lalu mengumpulkan fakta
dan data seputar peristiwa tersebut. Reporter kemudian
menyampaikan laporan menyeluruh mengenai suatu peristiwa
dengan keterangan dan latar belakang, dapat juga dapat disertai
dengan kesimpulan-kesimpulan. Reportase dalam arti luas dapat
disamakan dengan menyampaikan sesuatu keterangan atau
penjelasan mengenai apa sesungguhnya yang terjadi di atas fakta
dan data yang benar serta pendapat yang benar terhadap suatu
peristiwa.

Jenis-jenis Reportase
Reportase Sederhana
Reportase Mendalam
- Reportase Interpretatif
- Reportase Partisipatif
- Reportase Investigatif

Reportase Sederhana
Merupakan laporan-laporan yang dibuat oleh wartawan yang disajikan
secara sederhana. Reportase sederhana bisa berupa laporan hasil
perjalanan. Reportase sederhana juga berupa laporan atau deskripsi
tentang suatu peristiwa atau kegiatan yang telah diperhitungkan nilai
beritanya. Reportase sederhana dapat disamakan dengan reportase
faktual yang dijelaskan oleh Jacob Oetama (1987;195) sebagai
reportase yang melihat suatu peristiwa hanya dari satu dimensi,
dimensi linier, kronologi kejadian, dan dilakukan secara sekilas.

Reportase Interpretatif
Pada umumnya, reportase interpretatif dilakukan oleh beberapa
wartawan. Reportase model ini, bertujuan untuk menjelaskan
permasalahan sosial yang terjadi dalam masyarakat. Misalnya,
banyaknya remaja yang bunuh diri, semakin merajalelanya pencopet
dan penodong, atau fenomena sosial lainnya. Permasalahan ini
disusun menjadi reportase dengan data-data yang dianalisis dari para
narasumber.

Reportase Partisipatif
Pada dasarnya, reportase ini merupakan reportase yang lebih banyak
ditentukan oleh permasalahan yang akan disajikan. Reportase
partisipatif dibuat untuk menyajikan kehidupan sosial yang
sebenarnya terjadi.

Reportase Investigatif
Reportase investigatif adalah reportase yang mengangkat kasuskasus kehidupan sosial yang ada. Kasus yang dipilih biasanya yang
benar-benar berbobot untuk disajkan. Awalnya, permasalahan ini
kelihatan samar-samar tapi benar-benar terjadi. Sebelum reportase ini
disusun, wartawan perlu mengumpulkan data dengan penelitian yang
berkesinambungan, sehingga tercipta laporan yang akurat, lengkap,
dan bisa dipertanggungjawabkan. Karena untuk pengumpulan data
harus dilakukan penelitian atau pelacakan, maka reportase ini disebut
reportase investigatif.

Teknik Reportase
Beat System
Sistem pencarian bahan berita yang mengacu pada beat (bidang
liputan). Yaitu, meliput peristiwa dengan mendatangi secara teratur
instansi pemerintah atau swasta, atau tempat-tempat yang
dimungkinkan memunculkan peristiwa, informasi, atau hal-hal yang bisa
menjadi bahan berita.
Follow Up System
Meliput bahan berita dengan cara menindaklanjuti (follow up) berita
yang sudah ditulis.

Yang Perlu Diperhatikan Saat


Reportase
Diksi atau pemlihan kata
Tempo
Isi berita
Gunakan jam, bukan pukul
Bahasa Indonesia yang baik
Durasi
Meminimalisir junkword

Bentuk Arus Informasi dalam


Reportase
Siaran Langsung / Live
Siaran Langsung adalah reportase yang dilakukan secara langsung di
lapangan serta penyiaran gambar secara langsung kepada publik. Apa
yang dilaporkan dan gambar apa yang diambil saat itu, langsung
ditransmisikan, dan secara langsung dapat didengar atau dilihat oleh
publik. Pada siaran langsung, kesalahan ucapan reporter dapat langsung
diketahui oleh khalayak. Oleh karena itu, reporter siaran langsung harus
hati-hati dalam melakukan reportase. Reporter yang melakukan
reportase dapat dibantu oleh reporter lain dalam mencari dan
mewancarai narasumber yang ada di tengah masyarakat atau di tengahtengah hadirin.

Siaran Tunda / Record


Pada siaran tunda, hasil reportase tidak disiarkan secara langsung
kepada khalayak, tetapi terlebih dahulu direkam. Materi ini akan
disiarkan sesuai waktu yang telah direncanakan. Jika sewaktu melakukan
reportase terjadi kesalahan, kesalahan tersebut masih dapat diperbaiki
atau dihilangkan di ruang pengeditan. Hal ini dimungkinkan karena
siaranya bersifat tunda. Materi dapat pula disunting kembali untuk
disesuaikan durasi waktunya dengan alokasi waktu yang tersedia. Masa
pengeditan ini disebut pascaproduksi. Materi siaran yang sudah siap siar
disebut materi siap siar.

Jenis Kelayakan Berita dalam Reportase


Penting
Baru terjadi
Unik
Asas keterkenalan
Asas keterdekatan
Magnitude (dampak suatu peristiwa)
Tren

Teknik Menulis Hasil Reportase


Dalam meliput dan menulis hasil laporan reportase, seorang reporter harus
memerhatikan hal-hal berikut:
Kode Etik Jurnalistik atau Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI)
Fainess Doctrine (Doktrin Kejujuran) yang mengajarkan, mendapatkan berita yang
benar lebih penting daripada menjadi wartawan pertama yang menyiarkan atau
menuliskannya.
Cover Both Side atau News Balance, yakni perlakuan adil terhadap semua pihak yang
menjadi objek berita, dengan meliput semua atau kedua belah pihak yang terlibat
dalam sebuah peristiwa.
Hasil laporan harus memenuhi unsur-unsur berita 5W+1H, What (peristiwa apa), Who
(siapa yang terlibat dalam peristiwa itu), Where (dimana kejadiannya), When (kapan
kejadiannya), Why (mengapa peistiwa itu terjadi), dan How (bagaimana proses
kejadiannya).

Proses Penulisan
Wartawan menetapkan materi atau pokok persoalan yang akan diselidikinya atau
dipelajarinya.
Membatasi topik atau pokok persoalannya dengan membuatkan formulasinya untuk
dijadikan pedoman dalam menggarap atau mengumpulkan fakta-faktanya di lapangan. Hal
ini penting untuk menghindarkan terjadinya kerancuan pengertian dan kekaburan wilayah
persoalan, lantaran beragamnya keadaan di lapangan yang satu sama lain seolah-olah
berkaitan.
Mengumpulkan data, fakta dan informasi sebelum turun lapangan. Mencari dan melengkapi
informasi, data, dan fakta di lapangan yang berkaitan erat dengan topik.
Seluruh informasi, data, dan fakta yang berhasil dikumpulkan, disaring dan dikelompokkan,
dianalisa dan diinterpretasikan. Kemudian didiskripsikan dalama bentuk reportase.
Menyusun dan menuliskan semuanya sesuai dengan kaidah penulisan laporan populer
dengan memperhatikan faktor-faktor yang paling menonjol dan menarik lebih dulu.

Struktur Penulisan
Judul
Pendahuluan (pembukaan, dikenal juga dengan sebutan intro atau
lead).
Tubuh (body) yang memuat detail atau uraian:
a.Permasalahan
b.

Pemecahannya atau alternatif-alternatif pemecahan

c.Alat-alat atau sarana yang dipakai.


4. Penutup; biasanya berisi pertimbangan, saran dan harapan atau
ringkasan isi penulisan.

Menuliskan Tubuh Repotase


Susunlah fakta, data, dan informasi itu sedemikian rupa dengan menggunakan alinea (paragraf) demi alinea dengan
merincinya satu per satu. Setiap paragraf harus ada hubungan dengan paragraf sebelumnya atau menguraikan lebih
rinci lagi pokok-pokok informasi pada paragraf yang mendahuluinya.
Rata-rata panjang kalimat yang mempunyai daya baca yang baik adalah terdiri dari 20 kata. Ini bukan berarti setiap
kalimat panjangnya sedemikian, tetapi berkisar diantara itu. Bisa diselang-selingi antara panjang dan pendek, tetapi
maksimal 45 kata.
Jika ternyata ada satu paragraf terlalu panjang segera saja dipotong atau dijadikan paragraf baru, demi lancarnya
penyajian laporan. Sekalipun guru penulisan ilmiah menganjurkan agar dalam satu paragraf hanya memuat satu
gagasan atau idea, demi mempertahankan sifat komunikatif laporan, pemenggalan paragraf biasa dilakukan wartawan.
Dalam menyusun paragraf demi paragraf tersebut, baru diingat faktor yang menyebabkan kebosanan pembaca karena
muatan bacaannya terlalu sarat. Untuk menghindarinya jangan terlalu banyak menggunakan angka-angka atau istilahistilah yang belum populer.
Penggunaan istilah (jargon) yang belum populer atau tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia harus dituliskan
dengan tanda petik ... dan penjelasannya dituliskan dalam tanda kurung (...).
Tetaplah mengacu ke pokok permasalahan atau topik, sepanjang menjalin dan menyusun data di setiap paragraf.
Sebarkanlah informasi sepanjang cerita di setiap paragraf itu. Jangan terlalu banyak menyusun detail fakta pada
sebagian saja, apalagi dalam satu paragraf. Sebaiknya hilangkan pelukisan detail yang tidak terlalu mengikat.

Menghilangkan Subjektifitas
Seorang wartawan yang mengumpulkan bahan laporannya adalah
seorang yang mewakili khalayak pembacanya, ia berperan sebagai
mata, telinga dan hidung khalayak. Harus disadari oleh seorang
wartawan bahwa ia akan dituntut oleh khalayak tentang ketepatan
(akurasinya) dalam menangkap gejala fakta berita. Tuntutan khalayak
pembaca itu bisanya tanpa toleransi, terhadap setiap kekurangan dan
kekhilafan laporan yang telah disiarkan.

Simpulan
Reportase merupakan kegiatan dari dunia jurnalistik yang berupa
pencarian data dan fakta secara mendalam sehingga dapat
mengantarkan masyarakat kepada satu kesimpulan pendapat melalui
berbagai media elektronik maupun media cetak. Reportase mendalam
akan lebih mampu mengungkapkan dari pada sekedar laporan
faktual. Suatu reportase dicari asal mula dan kelanjutannya. Dikaji
latar belakang perisiwa, diperkirakan arah kecenderungan
perkembangan paristiwa. Dihubungkan dengan peristiwaperistiwa lain
yang akan memberi kelengkapan dan memperluas makna dari
perstiwa pokok yang dijadikan berita (reportase).
Koesworo dkk membagi reportase menjadi dua yaitu reportase
sederhana dan reportase mendalam. Dan reportase mendalam
terbagi menjadi tiga yakni, reportase interpretatif, reportase
partisipatif dan reportase investigatif.

Anda mungkin juga menyukai