Anda di halaman 1dari 14

SAMPLING AUDIT

Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari seratus
persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan
untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi
tersebut. Auditor seringkali mengetahui dimana saldo-saldo akun dan transaksi
yang mungkin sekali mengandung salah saji. Auditor mempertimbangkan
pengetahuan ini dalam perencanaan prosedur auditnya, termasuk sampling
audit. Auditor biasanya tidak memiliki pengetahuan khusus tentang saldo-saldo
akun atau transaksi lainnya yang menurut pertimbangannya, perlu diuji untuk
memenuhi tujuan auditnya. Dalam hal terakhir ini, sampling audit sangat
berguna.

Sampling audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian pengendalian,


maupun pengujian substantif. Meskipun demikian, auditor biasanya tidak
menerapkan sampling audit dalam prosedur pengujian yang berupa pengajuan
pertanyaan atau tanya jawab, observasi, dan prosedur analitis. Sampling audit
banyak diterapkan auditor dalam prosedur pengujian yang berupa vouching,
tracing, dan konfirmasi. Sampling audit jika diterapkan dengan semestinya akan
dapat menghasilkan bukti audit yang cukup, sesuai dengan yang diinginkan
standar pekerjaan lapangan yang ketiga.

Tahapan Sampling Audit

Langkah-langkah sampling dibagi dalam enam tahap:

1. Menyusun Rencana Audit

Kegiatan sampling audit diawali dengan penyusunan rencana audit. Pada tahap
ini ditetapkan:

Jenis pengujian yang akan dilakukan, karena berpengaruh pada jenis


sampling yang akan digunakan. Pada pengujian pengendalian biasanya
digunakan sampling atribut, dan pada pengujian substantif digunakan
sampling variabel.

Tujuan pengujian, pada pengujian pengendalian untuk meneliti derajat


keandalan pengendalian, sedangkan pengujian substantif tujuannya
meneliti kewajaran nilai informasi kuantitatif yang diteliti.

Populasi yang akan diteliti, disesuaikan dengan jenis dan tujuan pengujian
yang akan dilakukan.

Asumsi-asumsi yang akan digunakan dalam penelitian, terutama yang


diperlukan untuk menentukan unit sampel dan membuat simpulan hasil
audit, seperti tingkat keandalan, toleransi kesalahan, dan sebagainya.
2. Menetapkan Jumlah/Unit Sampel

Tahap berikutnya adalah menetapkan unit sampel. Jika digunakan metode


sampling statistik, unit sampel ditetapkan dengan menggunakan rumus/formula
statistik sesuai dengan jenis sampling yang dilakukan. Pada tahap ini hasilnya
berupa pernyataan mengenai jumlah unit sampel yang harus diuji pada populasi
yang menjadi objek penelitian.

3. Memilih Sampel

Setelah diketahui jumlah sampel yang harus diuji, langkah selanjutnya adalah
memilih sampel dari populasi yang diteliti. Jika menggunakan sampling statistik,
pemilihan sampelnya harus dilakukan secara acak (random).

4. Menguji Sampel

Melalui tahap pemilihan sampel, peneliti mendapat sajian sampel yang harus
diteliti. Selanjutnya, auditor menerapkan prosedur audit atas sampel tersebut.
Hasilnya, auditor akan memperoleh informasi mengenai keadaan sampel
tersebut.

5. Mengestimasi Keadaan Populasi

Selanjutnya, berdasarkan keadaan sampel yang telah diuji, auditor melakukan


evaluasi hasil sampling untuk membuat estimasi mengenai keadaan populasi.
Misalnya berupa estimasi tingkat penyimpangan/kesalahan, estimasi nilai
interval populasi, dan sebagainya.

6. Membuat Simpulan Hasil Audit

Berdasarkan estimasi (perkiraan) keadaan populasi di atas, auditor membuat


simpulan hasil audit. Biasanya simpulan hasil audit ditetapkan dengan
memperhatikan/ membandingkan derajat kesalahan dalam populasi dengan
batas kesalahan yang dapat ditolerir oleh auditor. Jika kesalahan dalam populasi
masih dalam batas toleransi, berarti populasi dapat dipercaya. Sebaliknya, jika
kesalahan dalam populasi melebihi batas toleransi, populasi tidak dapat
dipercaya.

STATISTICAL DAN NONSTATISTICAL SAMPLING

Standar Profesional Akuntan Publik pada Standar Pekerjaan Lapangan ketiga


menyatakan bahwa:

Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,


pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.

Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit yang dapat dipilih auditor
untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup. Kedua pendekatan
tersebut adalah:
1. Sampling statistik (statistical sampling)

2. Sampling nonstatistik (nonstatistical sampling)

Kedua pendekatan tersebut apabila diterapkan sebagaimana mestinya akan


menghasilkan bukti audit yang cukup. Kedua pendekatan tersebut
mengharuskan auditor untuk menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam
melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian sampel, serta dalam
menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti audit lain
dalam penarikan kesimpulan atas saldo akun atau kelompok transaksi yang
berkaitan.

Cukup atau tidaknya bukti audit berkaitan dengan, antara lain desain dan ukuran
sampel audit. Ukuran sampel yang diperlukan untuk menghasilkan bukti audit
yang cukup tergantung pada tujuan dan egisiensi sampel. Untuk tujuan tertentu,
efisiensi sampel berhubungan dengan desainnya. Suatu sampel akan lebih
efisien daripada yang lain jika sampel tersebut dapat mencapai tujuan yang
sama dengan ukuran sampel yang lebih kecil. Secara umum, desain yang hati-
hati akan menghasilkan sampel yang lebih efisien.

Penilaian kompetensi bukti tidak ditentukan oleh rancangan dan penilaian atas
sampel audit. Penilaian kompetensi bukti audit semata-mata merupakan
pertimbangan audit. Penilaian sampel hanya berkaitan dengan kemungkinan
bahwa keberadaan salah saji, atau penyimpangan moneter dari kebijakan dan
prosedur struktur pengendalian intern yang ditetapkan adalah dimasukkan
dalam sampel secara proporsional. Oleh karena itu, pemilihan metode sampling
statistik atau sampling non statistik tidak secara langsung mempengaruhi
keputusan auditor mengenai:

a. Prosedur audit yang akan diterapkan atas sampel yang dipilih.

b. Kompetensi bukti audit yang diperoleh berkaitan dengan item sampel


individual.

c. Tanggapan auditor atas kesalahan yang ditemukan dalam item sampel.

Pemilihan antara kedua pendekatan tersebut didasarkan terutama pada


pertimbangan manfaat dan biaya. Auditor dapat menggunakan sampling statistik
atau sampling non statistik atau kedua-duanya dalam melaksanakan pengujian
audit.

SAMPLING DAN RISIKO AUDIT

Beberapa tingkat ketidakpastian secara implisit termasuk dalam konsep sebagai


dasar memadai untuk suatu pendapat yang diacu dalam standar pekerjaan
lapangan ketiga. Dasar untuk menerima beberapa ketidakpastian timbul dari
hubungan antara faktor-faktor seperti biaya dan waktu yang diperlukan untuk
memeriksa semua data dan konsekuensi negatif dari kemungkinan keputusan
yang salah yang didasarkan atas kesimpulan yang dihasilkan dari audit terhadap
data sampel saja. Jika faktor-faktor ini tidak memungkinkan penerimaan
ketidakpastian, maka alternatifnya hanyalah memeriksa semua data. Karena hal
ini jarang terjadi, maka konsep dasar sampling menjadi lazim dalam praktik
audit.

Ketidakpastian yang melekat dalam penerapan prosedur-prosedur audit disebut


risiko audit. Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa
disadarinya tidak memodifikasi sebagaimana mestinya pendapatnya atas suatu
laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Risiko audit terdiri dari:
(a) risiko [meliputi risiko bawaan (inherent risk) dan risiko pengendalian (control
risk)] bahwa saldo akun atau golongan transaksi mengandung salah saji
(disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan) yang dapat menjadi material
terhadap laporan keuangan apabila digabungkan dengan salah saji pada saldo
akun atau golongan transaksi lainnya, dan (b) risiko [risiko deteksi (detection
risk)] bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji tersebut. Pembahasan
berikut menjelaskan risiko audit dalam konteks tiga komponen risiko di atas.

a. Risiko Bawaan

Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi
terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
pengendalian yang terkait. Risiko salah saji demikian adalah lebih besar pada
saldo akun atau golongan transaksi tertentu dibandingkan dengan yang lain.
Sebagai contoh, perhitungan yang rumit lebih mungkin disajikan salah jika
dibandingkan dengan perhitungan yang sederhana.

b. Risiko Pengendalian

Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat
terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu
oleh pengendalian intern entitas. Risiko ini merupakan fungsi efektivitas desain
dan operasi pengendalian intern untuk mencapai tujuan entitas yang relevan
dengan penyusunan laporan keuangan entitas.

c. Risiko Deteksi

Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi merupakan fungsi
efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini timbul
sebagian karena ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa
100% saldo akun atau golongan transaksi, dan sebagian lagi karena
ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan transaksi
tersebut diperiksa 100%. Ketidakpastian lain semacam itu timbul karena auditor
mungkin memilih suatu prosedur audit yang tidak sesuai, menerapkan secara
keliru prosedur yang semestinya, atau menafsirkan secara keliru hasil audit.

Dengan menggunakan pertimbangan profesional, auditor menilai berbagai faktor


untuk menentukan risiko bawaan dan risiko pengendalian (penentuan risiko
pengendalian pada tingkat yang lebih rendah daripada tingkat maksimum akan
menuntut pelaksanaan pengujian atas pengendalian), dan melakukan pengujian
substantif (prosedur analitik dan pengujian atas rincian saldo-saldo akun atau
kelompok transaksi) untuk membatasi risiko deteksi.

Risiko audit meliputi ketidakpastian yang disebabkan oleh sampling dan


ketidakpastian yang disebabkan oleh faktor-faktor selain sampling. Aspek-aspek
risiko audit adalah risiko sampling dan risiko nonsampling.

Risiko sampling timbul dari kemungkinan bahwa, jika suatu pengujian


pengendalian atau pengujian substantif terbatas pada sampel, kesimpulan
auditor mungkin menjadi lain dari kesimpulan yang akan dicapainya jika
cara pengujian yang sama diterapkan terhadap semua unsur saldo akun
atas kelompok transaksi. Dengan pengertian, suatu sampel tertentu
mungkin mengandung salah saji moneter atau penyimpangan dari
pengendalian yang telah ditetapkan, yang secara proporsional lebih besar
atau kurang daripada yang sesungguhnya terkandung dalam saldo akun
atau kelompok transaksi secara keseluruhan. Untuk suatu desain sampel
tertentu, risiko sampling akan bervariasi secara berlawanan dengan
ukuran sampelnya: semakin kecil ukuran sampel, semakin tinggi risiko
samplingya.

Risiko nonsampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan
dengan sampling. Seorang auditor mungkin menerapkan prosedur audit
terhadap semua transaksi atau saldo dan tetap gagal mendeteksi salah
saji yang material. Risiko nonsampling meliputi kemungkinan pemilihan
prosedur audit yang tidak semestinya untuk mencapai tujuan audit
tertentu. Sebagai contoh, pengiriman surat konfirmasi atas piutang yang
tercatat tidak dapat diandalkan untuk menemukan piutang yang tidak
tercatat. Risiko nonsampling juga muncul karena auditor mungkin gagal
mengenali salah saji yang ada pada dokumen yang diperiksanya, hal yang
akan membuat prosedur audit menjadi tidak efektif walapun ia telah
memeriksa semua data.

Jenis Pengujian Audit yang Mungkin Memerlukan Sampling

1. Pengujian pengendalian

2. Pengujian substantif atas transaksi

3. Pengujian atas rincian saldo

Sebagian besar konsep sampling untuk pengujian pengendalian dan pengujian


substantif atas transaki dapat juga diterapkan bagi sampling pengujian atas
rincian saldo.

Dalam kedua kasus auditor ingin membuat kesimpulan mengenai populasi


secara keseluruhan berdasarkan sampel. Karena pengujian pengendalian,
pengujian substantif atas transaksi, dan pengujian atas rincian saldo. Untuk
mengatasi resiko sampling, auditor dapat menggunakan metode non statistik
atau statistik atas ketifa jenis pengujian tersebut. Perbedaan utama antara
pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi dan pengujian atas
rincian saldo terletak pada apa yang ingin diukur oleh auditor.

Jenis Statistical Sampling

Ada dua macam teknik sampling statistik, yaitu:

a. Attribute sampling

Teknik ini digunakan dalam pengujian pengendalian. Kegunaanya adalah untuk


memperkirakan tingkat deviasi atau penyimpangan dari pengendalian yang
ditentukan dalam populasi.

b. Variables sampling

Teknik ini digunakan dalam pengujian substantif. Kegunaan variables sampling


adalah untuk memperkirakan jumlah rupiah total dari populasi atau jumlah
rupiah kesalahan dalam populasi.

Resiko Sampling

Auditor harus menerapkan pertimbangan profesional dalam menentukan risiko


sampling. Dalam menyelenggarakan pengujian substantif atas rincian, auditor
memperhatikan dua aspek dari risiko sampling: Risiko keliru menerima (risk of
incorrect acceptance), yaitu risiko mengambil kesimpulan, berdasarkan basil
sampel, bahwa saldo akun tidak berisi salah saji secara material, padahal
kenyataannya saldo akun telah salah saji secara material. Risiko keliru menolak (
risk of incorrect reject ion) , yaitu risiko mengambil kesimpulan, berdasarkan
hasil sampel, bahwa saldo akun berisi salah saji secara material, padahal
kenyataannya saldo akun tidak berisi salah saji secara material. Auditor juga
memperhatikan dua aspek risiko sampling dalam menyelenggarakan pengujian

pengendalian jika ia menggunakan sampling:

Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of


assessing control risk too low), yaitu risiko menentukan tingkat risiko
pengendalian, berdasarkan hasil sample, terlalu rendah dibandingkan
dengan efektivitas operasi pengendalian yang sesungguhnya.

Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of


assessing control risk too high), yaitu risiko menentukan tingkat risiko
pengendalian, berdasarkan hasil sample, yang terlalu t inggi dibandingkan
dengan efekt ivitas operasi pengendalian yang sesungguhnya.
Risiko keliru menolak dan risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang
terlalu tinggi, berkaitan dengan efisiensi audit. Sebagai contoh, jika penilaian
auditor atas sampel audit menuntunnya pada kesimpulan awal yang keliru
bahwa suatu saldo telah salah saji secara material, padahal kenyataannya tidak
demikian, penerapan prosedur tambahan dan pertimbangan atas bukti-bukti
audit yang lain biasanya akan menuntun auditor ke kesimpulan yang benar.
Sama halnya, jika penilaian auditor atas sampel menuntunnya pada penentuan
tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi, maka biasanya auditor akan
memperluas lingkup pengujian substantif untuk mengkompensasi anggapannya
atas ketidakefektivan pengendalian Walaupun audit dilaksanakan kurang efisien
dalam kondisi tersebut, namun tetap efektif.

Risiko keliru menerima dan risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang
terlalu rendah, berkaitan dengan efektivitas audit dalam pendeteksian terhadap
ada atau tidaknya salah saji yang material. Risiko-risiko ini akan dibahas pada
paragraf-paragraf selanjutnya.

STATISTICAL DAN NON STATISTICAL SAMPLING DALAM PENGUJIAN


PENGENDALIAN

Sampling Statistik

Untuk tujuan pertama biasanya digunakan sampling penemuan (discovery


sampling), sedangkan untuk tujuan kedua biasanya digunakan sampling
penerimaan (acceptance sampling). Berikut disajikan uraian mengenai ketiga
metode sampling tersebut, yaitu sampling atribut, sampling penemuan, dan
sampling penerimaan.

a. Sampling Atribut

Metode sampling statistik yang lazim digunakan pada pengujian pengendalian


adalah sampling atribut, yaitu metode sampling yang meneliti sifat non angka
dari data, karena pada pengujian pengendalian fokus perhatian auditor adalah
pada jejak-jejak pengendalian yang terdapat pada data/dokumen yang diuji,
seperti paraf, tanda tangan, nomor urut pracetak, bentuk formulir, dan
sebagainya, yang juga bersifat non angka, seperti unsur-unsur yang menjadi
perhatian pada sampling atribut.

Sampling atribut bertujuan untuk membuat estimasi (perkiraan) mengenai


keadaan populasi. Namun demikian, dalam audit kadang-kadang pengujian
pengendalian tidak dimaksudkan untuk memperkirakan keadaan populasi,
melainkan misalnya untuk mengetahui:

- apakah ada hal tertentu yang perlu mendapat perhatian pada populasi yang
diteliti, atau

- menetapkan akan menerima/menolak populasi yang diteliti.


Sampling atribut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan rumus
statistik dan menggunakan tabel. Namun yang lebih sering digunakan adalah
dengan menggunakan tabel. Tahapan dan proses pelaksanaan sampling atribut
yang menggunakan tabel dilaksanakan sebagai berikut:

a) Menyusun Rencana Audit

Pada tahap ini ditetapkan tujuan audit dan unsur-unsur yang diperlukan untuk
menentukan unit sampel, membuat hasil sampling dan simpulan hasil audit.
Tujuan umum pengujian pengendalian adalah untuk menentukan sikap mengenai
keandalan pengendalian intern auditi. Yang ditetapkan di sini adalah tujuan
spesifik. Unsur-unsur yang perlu ditetapkan terlebih dahulu untuk menentukan
unit sampel sesuai dengan tabel penetapan unit sampel yaitu:

1) Risiko sampling/ARO

2) Toleransi penyimpangan/TDR

3) Perkiraan kesalahan dalam populasi/EPDR

b) Menetapkan Jumlah (Unit) Sampel

Berdasarkan perencanaan audit, auditor turun ke lapangan. Hal pertama yang


dilakukan adalah mendapatkan populasi, kemudian memastikan unitnya. Jika
populasi sedikit lakukan pengujian 100% (sensus). Jika banyak, dapat dilakukan
pengujian secara sampling.

c) Memilih Sampel

Setelah diketahui jumlah sampel yang harus diuji, langkah selanjutnya adalah
memilih sampel dari populasi yang diteliti. Karena metode sampling yang
digunakan adalah sampling statistik, maka pemilihan sampel harus dilakukan
secara acak (random).

d) Menguji Sampel

Sampel yang telah diperoleh melalui pemilihan sampel, kemudian diuji dengan
menerapkan prosedur audit.

e) Mengestimasi Keadaan Populasi

Berdasarkan keadaan sampel yang diuji, dibuat perkiraan banyaknya


penyimpangan dalam populasi.

f) Membuat Simpulan Hasil Audit


Setelah keadaan populasi diperkirakan, dapatlah dibuat simpulan hasil audit,
yaitu berdasarkan perbandingan antara: toleransi penyimpangan (TDR)
dengan hasil sampling, yaitu perkiraan penyimpangan dalam populasi (CUDR).

b. Metode Sampling Statistik Lainnya

Berikut ini diuraikan dua metode sampling statistik lain yang dapat digunakan
untuk pengujian pengendalian.

a. Sampling Penemuan (Discovery/Exploratory Sampling)

Sampling Penemuan adalah teknik sampling yang bertujuan untuk menemukan


suatu kejadian serius atau penyimpangan yang perlu mendapat perhatian dalam
populasi yang diuji. Sampling penemuan hendaknya diterapkan untuk menguji
ketaatan terhadap ketentuan yang tidak ada toleransi atas satu penyimpangan
pun.

b. Sampling Penerimaan (Acceptance Sampling)

Sampling Penerimaan adalah teknik sampling yang bertujuan untuk menentukan


sikap, menerima (accept) atau menolak (reject) populasi. Unit sampelnya
ditetapkan dari Tabel Ukuran Sampel untuk Sampling Penerimaan. Hal yang
harus ditetapkan lebih dahulu, sehingga tabel itu dapat dipakai, adalah: unit
populasi (N), probabilitas penerimaan, dan estimasi penyimpangan dalam
populasi (EPDR). Sikap auditor ditetapkan dengan membandingkan acceptance
number dengan jumlah penyimpangan yang ditemukan dalam sampel:

- Jika kesalahan dalam populasi tidak melebihi acceptance number, populasi


diterima

- Jika kesalahan dalam populasi melebihi acceptance number, populasi ditolak

Dalam audit, menerima populasi berarti menyatakan pengendalian intern


handal, sebaliknya menolak populasi, berarti menyatakan pengendalian intern
lemah.

Sampling Non Statistik

Pada sampling non statistik, unit sampel dan evaluasi hasil samplingnya
dilakukan berdasarkan judgement, tanpa menggunakan formula/rumus yang
baku. Pemilihan sampelnya boleh dilakukan secara acak dan non acak.
Contohnya:

(1) Menyusun Rencana Audit.

Yang paling utama ditetapkan pada tahap ini adalah:

- Tujuan audit, misalnya menilai ketaatan pengadaan barang dan jasa terhadap
pagu anggaran.
- Toleransi penyimpangan (TDR), sebagai bahan pertimbangan untuk membuat
simpulan hasil audit, misalnya ditetapkan TDR = 2%.

(2) Menetapkan Unit Sampel

Unit sampel (n) ditetapkan berdasarkan judgement, tanpa menggunakan rumus


atau formula tertentu, misalnya: n = 30 unit.

(3) Memilih Sampel

Pemilihan sampel boleh acak boleh pula tidak acak.

(4) Menguji Sampel dan Mengestimasi Keadaan Populasi

Pengujian sampel bertujuan untuk mengetahui keadaan sampel, misalnya dari


sampel sebanyak 30 diatas ditemukan ada satu kegiatan pengadaan yang
melebihi pagu anggaran.

Tingkat penyimpangan dalam sampel (sampling deviation rate/SDR) adalah 1/30


= 3,3%. Kondisi ini dianggap sama dengan populasi.

(5) Membuat Simpulan Hasil Audit

Simpulan dibuat berdasarkan perbandingan SDR dan TDR. Dalam hal ini SDR >
TDR, berarti pengendalian pagu anggaran pengadaan lemah.

RISIKO SAMPLING DALAM PENGUJIAN SUBSTANTIF

Untuk sample yang dipilih secara random, resiko sampling ini dapat ditentukan
secara pasti. Untuk sample yang dipilih secara non random resiko sampling tidak
dapat ditentukan secara pasti. Risiko sampling berkaitan dengan pengambilan
simpulan atas populasi (keseluruhan data) yang hanya didasarkan atas
pengujian terhadap sampel. Risiko sampling terjadi jika sampel tidak
representatif terhadap populasinya. Untuk mengatasi hal ini, auditor harus
merencanakan sampling auditnya sedemikian rupa agar sampel menjadi
representatif. Auditor harus menerapkan pertimbangan profesional dalam
menentukan risiko sampling.

Risiko sampling pada pengujian substantif ada dua, yaitu: risiko keliru menolak
dan risiko keliru menerima. Risiko sampling tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:

Populasi
Sample Salah Saji TS Salah Saji > TS

Salah Saji TS
(populasi
disimpulkan tidak Kesimpulan salah salah tipe
mengandung I (risiko keliru menerima)
Kesimpulan benar
salah saji)

Salah Saji > TS


(populasi
disimpulkan
mengandung Kesimpulan salah salah Kesimpulan benar
salah saji) tipe II (risiko keliru
menolak)

TS = Toleransi Salah saji

SAMPLING PPS (PROBABILITY PROPORTIONAL TO SIZE)


Menentukan Tujuan Rencana Sampling
Tujuan rencana sampling PPS pada umumnya adalah untuk memperoleh bukti
bahwa saldo akun yang dicatat tidak salah saji secara material. Auditor perlu
melaksanakan pengujian lain pada sampel atau item-item dalam populasi
sebelum menyimpulkan bahwa seluruh asersi yang berkaitan dengan akun
tersebut telah bebas dari salah saji yang material.

Menetapkan Populasi dan Unit Sampling


Populasi terdiri dari kelompok transaksi atau saldo akun yang diuji. Untuk setiap
populasi, auditor harus memutuskan apakah seluruh item tersebut akan
diikutkan. Unit sampling dalam sampling PPS adalah rupiah itu sendiri, dan
populasinya adalah jumlah rupiah yang sama dengan jumlah total rupiah pada
populasi tersebut. Meskipun setiap rupiah tersebut merupakan dasar pemilihan
sampel, namun yang diuji auditor adalah akun, transaksi, dokumen, atau item-
item sejenis yang berkaitan dengan rupiah yang dipilih.

Menentukan Ukuran Sampel


Rumus untuk menentukan ukuran sampel dalam sampling PPS adalah :
n = BV X RF
TM (AM X EF)
BV = nilai buku populasi yang diuji
RF = faktor reliabilitas untuk resiko kesalahan penerimaan
TM = salah saji yang dapat ditoleransi
AM = salah saji yang diantisipasi
EF = faktor ekspansi untuk salah saji yang diantisipasi

Menentukan Metode Pemilihan Sampel


Metode pemilihan sampel yang paling banyak digunakan dalam sampling PPS
adalah pemilihan sistematis. Metode ini memisahkan total populasi dalam rupiah
ke interval yang sebanding dengan rupiah. Dengan demikian, interval sampling
harus dihitung sebagai berikut : SI = BV -nY

Melaksanakan Rencana Sampling


Dalam fase perencanaan, auditor memakai prosedur auditing yang sesuai untuk
menentukan nilai audit setiap unit logis yang ada dalam sampel. Ketika terjadi
perbedaan, auditor mencatat nilai buku dan nilai auditnya dalam kertas kerja.
Informasi ini kemudian digunakan untuk memproyeksikan salah saji total dalam
populasi.

Mengevaluasi Hasil Sampel


Dalam mengevaluasi hasil sampel, auditor memperhitungkan batas atas salah
saji (upper misstatement limit UML) dari data sampel dan membandingkannya
dengan salah saji yang dapat ditoleransi tertentu dalam perancangan sampel.
Juka UML lebih kecil atau sama dengan salah saji yang dapat ditoleransi, hasil
sampel mendukung kesimpulan bahwa nilai buku populasi tidak dicatat melebihi
TM pada risiko kesalahan penerimaan yang ditetapkan. UML dihitung sebagai
berikut :
UML = PM + ASR
PM = salah saji total yang diproyeksikan dalam populasi
ASR = cadangan risiko sampling

Sampling Variabel Klasik


Dalam pendekatan ini, teori distribusi normal digunakan dalam pengevaluasian
karakteristik populasi berdasarkan hasil sampel yang digambarkan dari
populasinya. Sampling variabel klasik bermanfaat bagi auditor pada saat tujuan
audit berkaitan dengan kemungkinan kurang saji atau lebih saji dari saldo akun,
dan keadaan lain ketika sampling PPS tidak tepat atau tidak efektif..

Estimasi Mean Per Unit (MPU)


Sampling estimasi MPU mencakup penentuan nilai audit untuk setiap item dalam
sampel. Rata-rata nilai audit ini kemudian dihitung dan dikalikan dengan jumlah
unit dalam populasi yang ditemukan pada estimasi total nilai populasi. Cadangan
risiko sampling yang berkaitan dengan estimasi ini juga dihitung untuk
digunakan dalam mengevaluasi hasil-hasil sampel tersebut.

Estimasi Diferensiasi
Dalam sampling estimasi diferensiasi perbedaan dihitung untuk setiap item
sampel dari nilai audit item tersebut dikurangi nilai bukunya. Rata-rata
perbedaan ini kemudian digunakan untuk memperoleh estimasi nilai total
populasi, dan variabilitas perbedaan digunakan untuk menentukan cadangan
resiko sampling yang dicapai. Tiga kondisi berikut diperlukan dalam penggunaan
estimasi diferensiasi :
a. Nilai buku setiap item populasi harus diketahui
b. Total nilai buku populasi harus diketahui dan sesuai dengan jumlah nilai buku
item-item secaar individual
c. Terdapat perbedaan yang besar antara nilai audit dan nilai buku yang
diperkirakan

Estimasi Rasio
Dalam sampling estimasi rasio, pertama auditor menentukan nilai audit untuk
setiap item dalam sampel. Berikutnya, rasio dihitung dengan membagi jumlah
nilai audit dengan jumlah nilai buku untuk item sampel tersebut. Rasio ini
dikalikan dengan total nilai buku untuk mendapatkan estimasi nilai populasi
total. Cadangan risiko sampling kemudian dihitung berdasarkan variabilitas rasio
nilai audit dan nilai buku item sampel secara individual.

Kelebihan dan Kekurangan Sampling Variabel Klasik


Kelebihan utama sampel variabel klasik adalah :
a. Sampel-sampelnya lebih mudah untuk diperluas daripada sampel PPS, jika
diperlukan
b. Saldo nol dan saldo yang bertanda berbeda tidak memerlukan pertimbangan
perancangan khusus
c. Jika ada perbedaan yang besar antara nilai audit dan nilai buku, tujuan auditor
dapat terpenuhihanya dengan ukuran sampel yang lebih kecil dibandingkan
sampling PPS
Sedangkan kekurangan utamanya adalah :
a. Sampling variabel klasik lebih rumit dibanding sampling PPS, umumnya,
auditor memerlukan bantuan program komputer untuk merancang sampel yang
efisien dan mengevaluasi hasil sample
b. Untuk menentukan ukuran sampel, auditor harus mempunyai estimasi
penyimpangan standar karakteristik yang populasi

Kelebihan dan Kekurangan Sampling PPS


Kelebihan sampling PPS adalah :
a. Sampling PPS umumnya lebih mudah digunakan daripada sampling variabel
klasik karena auditor dapat menghitung ukuran sampel dan mengevaluasi hasil
sampel secara langsung atau dengan bantuan tabel
b. Ukuran sampel PPS tidak didasarkan pada beberapa ukuran penyimpangan
yang diestimasi pada nilai audit
c. Sampling PPS secara otomatis menghasilkan sampel yang sudah distratifikasi
karena item-itemnya dipilih dalam proporsi pada nilai rupiahnya
d. Pemilihan sampel sistematis PPS secara otomatis menujukkan beberapa item
yang secara individual signifikan jika nilai-nilainya melebihi pisah batas atas
moneter
e. Jika auditor memperkirakan tidak ada salah saji, sampling PPS biasanya akan
menghasilkan ukuran sampel yang lebih kecil daripada hasil dari sampling
variabel klasik
f. Sampel PPS lebih mudah dirancang, dan pemilihan sampel dapat dimulai
sebelum tersedia populasi yang lengkap

Sebaliknya, sampling PPS mempunyai kekurangan sebagai berikut :


a. Sampling PPS mengandung asumsi bahwa nilai audit unit sampling harus tidak
kurang dari nol atau lebih besar dari nilai bukti.
b. Jika kekurangsajian ditunjukkan dalam sampel tersebut, evaluasi atas sampel
tersebut memerlukan pertimbangan khusus
c. Pemilihan saldo nol atau saldo dengan tanda yang berbeda memerlukan
pertimbangan khusus
d. Evaluasi PPS dapat melebihi ASR jika salah saji ditemukan dalam sample

Sumber: Berbagai Sumber

Anda mungkin juga menyukai

  • Tugas Case 4
    Tugas Case 4
    Dokumen9 halaman
    Tugas Case 4
    vera
    Belum ada peringkat
  • SOAL Ujian Mid
    SOAL Ujian Mid
    Dokumen2 halaman
    SOAL Ujian Mid
    vera
    Belum ada peringkat
  • Perencanaan Audit
    Perencanaan Audit
    Dokumen8 halaman
    Perencanaan Audit
    Yoga Kasaria Basri
    Belum ada peringkat
  • Case 7
    Case 7
    Dokumen6 halaman
    Case 7
    Dwi Cahyo Firdaus
    Belum ada peringkat
  • Tanggungjawab Auditor
    Tanggungjawab Auditor
    Dokumen3 halaman
    Tanggungjawab Auditor
    vera
    Belum ada peringkat
  • Case 2
    Case 2
    Dokumen5 halaman
    Case 2
    vera
    100% (1)
  • Analitik Audit
    Analitik Audit
    Dokumen7 halaman
    Analitik Audit
    dwi
    Belum ada peringkat
  • Jbptunikompp GDL Hdeddysupa 23577 8 Bab8p K
    Jbptunikompp GDL Hdeddysupa 23577 8 Bab8p K
    Dokumen9 halaman
    Jbptunikompp GDL Hdeddysupa 23577 8 Bab8p K
    Risetia Anggraito
    Belum ada peringkat
  • Penugasan Audit
    Penugasan Audit
    Dokumen6 halaman
    Penugasan Audit
    vera
    Belum ada peringkat
  • Case 4
    Case 4
    Dokumen6 halaman
    Case 4
    vera
    Belum ada peringkat
  • Case 3
    Case 3
    Dokumen9 halaman
    Case 3
    vera
    Belum ada peringkat
  • Case 8
    Case 8
    Dokumen9 halaman
    Case 8
    vera
    Belum ada peringkat
  • Case 6
    Case 6
    Dokumen9 halaman
    Case 6
    vera
    Belum ada peringkat
  • Case 7
    Case 7
    Dokumen6 halaman
    Case 7
    Dwi Cahyo Firdaus
    Belum ada peringkat
  • Case 6
    Case 6
    Dokumen9 halaman
    Case 6
    vera
    Belum ada peringkat
  • Case 8
    Case 8
    Dokumen9 halaman
    Case 8
    vera
    Belum ada peringkat
  • Case 2
    Case 2
    Dokumen5 halaman
    Case 2
    vera
    100% (1)
  • Case 4
    Case 4
    Dokumen6 halaman
    Case 4
    vera
    Belum ada peringkat
  • Case 3
    Case 3
    Dokumen9 halaman
    Case 3
    vera
    Belum ada peringkat