Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari seratus
persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan
untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi
tersebut. Auditor seringkali mengetahui dimana saldo-saldo akun dan transaksi
yang mungkin sekali mengandung salah saji. Auditor mempertimbangkan
pengetahuan ini dalam perencanaan prosedur auditnya, termasuk sampling
audit. Auditor biasanya tidak memiliki pengetahuan khusus tentang saldo-saldo
akun atau transaksi lainnya yang menurut pertimbangannya, perlu diuji untuk
memenuhi tujuan auditnya. Dalam hal terakhir ini, sampling audit sangat
berguna.
Kegiatan sampling audit diawali dengan penyusunan rencana audit. Pada tahap
ini ditetapkan:
Populasi yang akan diteliti, disesuaikan dengan jenis dan tujuan pengujian
yang akan dilakukan.
3. Memilih Sampel
Setelah diketahui jumlah sampel yang harus diuji, langkah selanjutnya adalah
memilih sampel dari populasi yang diteliti. Jika menggunakan sampling statistik,
pemilihan sampelnya harus dilakukan secara acak (random).
4. Menguji Sampel
Melalui tahap pemilihan sampel, peneliti mendapat sajian sampel yang harus
diteliti. Selanjutnya, auditor menerapkan prosedur audit atas sampel tersebut.
Hasilnya, auditor akan memperoleh informasi mengenai keadaan sampel
tersebut.
Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit yang dapat dipilih auditor
untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup. Kedua pendekatan
tersebut adalah:
1. Sampling statistik (statistical sampling)
Cukup atau tidaknya bukti audit berkaitan dengan, antara lain desain dan ukuran
sampel audit. Ukuran sampel yang diperlukan untuk menghasilkan bukti audit
yang cukup tergantung pada tujuan dan egisiensi sampel. Untuk tujuan tertentu,
efisiensi sampel berhubungan dengan desainnya. Suatu sampel akan lebih
efisien daripada yang lain jika sampel tersebut dapat mencapai tujuan yang
sama dengan ukuran sampel yang lebih kecil. Secara umum, desain yang hati-
hati akan menghasilkan sampel yang lebih efisien.
Penilaian kompetensi bukti tidak ditentukan oleh rancangan dan penilaian atas
sampel audit. Penilaian kompetensi bukti audit semata-mata merupakan
pertimbangan audit. Penilaian sampel hanya berkaitan dengan kemungkinan
bahwa keberadaan salah saji, atau penyimpangan moneter dari kebijakan dan
prosedur struktur pengendalian intern yang ditetapkan adalah dimasukkan
dalam sampel secara proporsional. Oleh karena itu, pemilihan metode sampling
statistik atau sampling non statistik tidak secara langsung mempengaruhi
keputusan auditor mengenai:
a. Risiko Bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi
terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
pengendalian yang terkait. Risiko salah saji demikian adalah lebih besar pada
saldo akun atau golongan transaksi tertentu dibandingkan dengan yang lain.
Sebagai contoh, perhitungan yang rumit lebih mungkin disajikan salah jika
dibandingkan dengan perhitungan yang sederhana.
b. Risiko Pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat
terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu
oleh pengendalian intern entitas. Risiko ini merupakan fungsi efektivitas desain
dan operasi pengendalian intern untuk mencapai tujuan entitas yang relevan
dengan penyusunan laporan keuangan entitas.
c. Risiko Deteksi
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi merupakan fungsi
efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini timbul
sebagian karena ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa
100% saldo akun atau golongan transaksi, dan sebagian lagi karena
ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan transaksi
tersebut diperiksa 100%. Ketidakpastian lain semacam itu timbul karena auditor
mungkin memilih suatu prosedur audit yang tidak sesuai, menerapkan secara
keliru prosedur yang semestinya, atau menafsirkan secara keliru hasil audit.
Risiko nonsampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan
dengan sampling. Seorang auditor mungkin menerapkan prosedur audit
terhadap semua transaksi atau saldo dan tetap gagal mendeteksi salah
saji yang material. Risiko nonsampling meliputi kemungkinan pemilihan
prosedur audit yang tidak semestinya untuk mencapai tujuan audit
tertentu. Sebagai contoh, pengiriman surat konfirmasi atas piutang yang
tercatat tidak dapat diandalkan untuk menemukan piutang yang tidak
tercatat. Risiko nonsampling juga muncul karena auditor mungkin gagal
mengenali salah saji yang ada pada dokumen yang diperiksanya, hal yang
akan membuat prosedur audit menjadi tidak efektif walapun ia telah
memeriksa semua data.
1. Pengujian pengendalian
a. Attribute sampling
b. Variables sampling
Resiko Sampling
Risiko keliru menerima dan risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang
terlalu rendah, berkaitan dengan efektivitas audit dalam pendeteksian terhadap
ada atau tidaknya salah saji yang material. Risiko-risiko ini akan dibahas pada
paragraf-paragraf selanjutnya.
Sampling Statistik
a. Sampling Atribut
- apakah ada hal tertentu yang perlu mendapat perhatian pada populasi yang
diteliti, atau
Pada tahap ini ditetapkan tujuan audit dan unsur-unsur yang diperlukan untuk
menentukan unit sampel, membuat hasil sampling dan simpulan hasil audit.
Tujuan umum pengujian pengendalian adalah untuk menentukan sikap mengenai
keandalan pengendalian intern auditi. Yang ditetapkan di sini adalah tujuan
spesifik. Unsur-unsur yang perlu ditetapkan terlebih dahulu untuk menentukan
unit sampel sesuai dengan tabel penetapan unit sampel yaitu:
1) Risiko sampling/ARO
2) Toleransi penyimpangan/TDR
c) Memilih Sampel
Setelah diketahui jumlah sampel yang harus diuji, langkah selanjutnya adalah
memilih sampel dari populasi yang diteliti. Karena metode sampling yang
digunakan adalah sampling statistik, maka pemilihan sampel harus dilakukan
secara acak (random).
d) Menguji Sampel
Sampel yang telah diperoleh melalui pemilihan sampel, kemudian diuji dengan
menerapkan prosedur audit.
Berikut ini diuraikan dua metode sampling statistik lain yang dapat digunakan
untuk pengujian pengendalian.
Pada sampling non statistik, unit sampel dan evaluasi hasil samplingnya
dilakukan berdasarkan judgement, tanpa menggunakan formula/rumus yang
baku. Pemilihan sampelnya boleh dilakukan secara acak dan non acak.
Contohnya:
- Tujuan audit, misalnya menilai ketaatan pengadaan barang dan jasa terhadap
pagu anggaran.
- Toleransi penyimpangan (TDR), sebagai bahan pertimbangan untuk membuat
simpulan hasil audit, misalnya ditetapkan TDR = 2%.
Simpulan dibuat berdasarkan perbandingan SDR dan TDR. Dalam hal ini SDR >
TDR, berarti pengendalian pagu anggaran pengadaan lemah.
Untuk sample yang dipilih secara random, resiko sampling ini dapat ditentukan
secara pasti. Untuk sample yang dipilih secara non random resiko sampling tidak
dapat ditentukan secara pasti. Risiko sampling berkaitan dengan pengambilan
simpulan atas populasi (keseluruhan data) yang hanya didasarkan atas
pengujian terhadap sampel. Risiko sampling terjadi jika sampel tidak
representatif terhadap populasinya. Untuk mengatasi hal ini, auditor harus
merencanakan sampling auditnya sedemikian rupa agar sampel menjadi
representatif. Auditor harus menerapkan pertimbangan profesional dalam
menentukan risiko sampling.
Risiko sampling pada pengujian substantif ada dua, yaitu: risiko keliru menolak
dan risiko keliru menerima. Risiko sampling tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
Populasi
Sample Salah Saji TS Salah Saji > TS
Salah Saji TS
(populasi
disimpulkan tidak Kesimpulan salah salah tipe
mengandung I (risiko keliru menerima)
Kesimpulan benar
salah saji)
Estimasi Diferensiasi
Dalam sampling estimasi diferensiasi perbedaan dihitung untuk setiap item
sampel dari nilai audit item tersebut dikurangi nilai bukunya. Rata-rata
perbedaan ini kemudian digunakan untuk memperoleh estimasi nilai total
populasi, dan variabilitas perbedaan digunakan untuk menentukan cadangan
resiko sampling yang dicapai. Tiga kondisi berikut diperlukan dalam penggunaan
estimasi diferensiasi :
a. Nilai buku setiap item populasi harus diketahui
b. Total nilai buku populasi harus diketahui dan sesuai dengan jumlah nilai buku
item-item secaar individual
c. Terdapat perbedaan yang besar antara nilai audit dan nilai buku yang
diperkirakan
Estimasi Rasio
Dalam sampling estimasi rasio, pertama auditor menentukan nilai audit untuk
setiap item dalam sampel. Berikutnya, rasio dihitung dengan membagi jumlah
nilai audit dengan jumlah nilai buku untuk item sampel tersebut. Rasio ini
dikalikan dengan total nilai buku untuk mendapatkan estimasi nilai populasi
total. Cadangan risiko sampling kemudian dihitung berdasarkan variabilitas rasio
nilai audit dan nilai buku item sampel secara individual.