Anda di halaman 1dari 10

Kiprah Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura Dalam

Pengembangan Kesehatan Maritim Maluku

Oleh: Leonardo Stevano Liesay (2015-83-022)


Fakultas Kedokteran
Universitas Pattimura
Ambon

Provinsi Maluku biasanya disebut daerah seribu pulau yang


memiliki luas lautan sekitar sembilan puluh persen dan luas daratan hanya
sepuluh persen, dengan penduduk yang tersebar pada pulau-pulau yang
besar dan kecil serta sumberdaya alam dengan jumlah yang tidak banyak
namun tersebar pada pulau-pulau yang banyak. Kondisi geografis
demikian merupakan salah satu faktor yang menjadikan provinsi Maluku
dengan seluruh kabupatennya menjadi daerah tertinggal dibandingkan
dengan daerah daratan yang mudah terjangkau. 1

Provinsi Maluku terletak di sebelah timur Indonesia dengan ibukota


yaitu Ambon. Maluku memiliki 2 kota dan 9 kabupaten dengan jumlah
penduduk sebanyak 1.440.014 jiwa yang tersebar di 599 pulau besar dan
kecil dengan laju pertumbuhan penduduk 0,37% dan luas wilayah 581.376
km2 yang terdiri dari 527.121 km 2 luas lautan dan 54.185 km 2 luas daratan.
Potensi sumber daya yang sangat menonjol di provinsi ini adalah sektor
perikanan yang menghasilkan antara lain ikan cakalang, tuna, pelagis,
udang, teripang, lobster dan cumi. Disamping itu juga provinsi ini sangat
kaya dengan hasil tanaman perkebunan seperti kelapa, cengkeh, pala,
kakao, kopi dan jambu mete, serta memiliki wisata alam bahari, sejarah
dan budaya.1,2

Kondisi ini menyebabkan sarana transportasi laut sangat diperlukan


sebagai sarana pemberdayaan potensi daerah, distribusi bahan pokok
dan hasil-hasil pertanian serta pemerataan hasil- hasil pembangunan.
Penjangkauan dari berbagai bidang pun, seperti bidang kesehatan,

1
menjadi sulit ke berbagai daerah. Hal ini menyebabkan kesenjangan
kualitas kesehatan antara masyarakat di daerah ibukota provinsi dan di
daerah kepulauan lainnya.1,2

Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura yang didirikan sejak


tahun 2008 dalam hal ini dapat berperan sebagai pusat pengembangan
kesehatan laut-pulau, melalui beberapa hal yang dapat dilakukan terkait
pendidikan dokter yang berorientasi laut-pulau serta pengembangan
penelitian untuk pemanfaatan sumber daya yang terdapat pada daerah
laut pulau Maluku yang sesuai dengan visi Fakultas Kedokteran
Universitas Pattimura yaitu menjadi pusat pengembangan pendidikan
dokter yang berorientasi pada lingkungan laut-pulau dengan misinya
yaitu; menyelenggarakan pendidikan dokter, melaksanakan kegiatan
penilaian, dan menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada
masyarakat.3

Beberapa upaya dan peran Fakultas Kedokteran Universitas


Pattimura dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat maritim
pada daerah laut-pulau Maluku, yaitu:

1. Kesehatan terkait sarana transportasi lintas laut-pulau. 1,4,5


Untuk pendistribusian ke berbagai daerah, saat ini Provinsi
Maluku memiliki 7 kapal yang dioperasikan oleh PT. Pelni, 8 kapal
perintis, 10 kapal penyeberangan dan 1 kapal subsidi pemerintah
daerah. Untuk kelancaran kapal-kapal tersebut, provinsi ini juga
memiliki 1 pelabuhan kelas II, 7 pelabuhan kelas IV, 5 pelabuhan
kelas V dan 14 pelabuhan tidak berkelas serta 6 dermaga feri.
Banyak masyarakat yang menggunakan transportasi laut tersebut
sebagai transportasi utama antar pulau. Oleh karena itu tentu
diperlukan tenaga medis terkhususnya dokter untuk terus
membantu terjaganya kualitas kesehatan selama masyarakat
menggunakan sarana transportasi tersebut, karena dapat beresiko
terjadinya kecelakaan ataupun penyakit. Sehingga pendidikan

2
dokter Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura harus
menghasilkan dokter yang dapat dengan tenang dan cepat bisa
mengatasi kasus penyakit yang terjadi pada suasana dan tempat
seperti di atas laut.
Misalnya seorang pasien trauma yang memerlukan intubasi
mendesak. Seorang dokter biasa mungkin mengetahui prosedur
pemasangan intubasi dasar, tetapi selama ini dia bekerja di
lingkungan yang menyediakan peralatan medis sesuai dan dengan
suasana yang mendukung. Ketika bekerja di tempat yang jauh
berbeda dari lingkungan medis biasanya, seperti pada kapal di
tengah laut, seorang dokter pulau harus tetap tenang dan sigap
dalam mengatasi kasus tersebut dengan alat-alat seadanya yang
tersedia pada saat itu. Terlebih lagi jika tidak ada alat medis, dokter
tersebut diharapkan bisa menggunakan benda-benda yang tersedia
sebagai pengganti dalam melakukan prosedur intubasi. 5

2. Melatih dokter dalam penanganan Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan


Perawatan Luka.6-13
Pada daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan (DTPK)
di Maluku, kasus medis bahkan yang sepele bisa berkembang
menjadi kondisi yang mengancam jiwa tanpa ketersediaan ruang
lingkup lengkap alat-alat medis dan keahlian. 6
Sebagai contoh, perdarahan saluran cerna atas akut (acute
upper gastrointestinal bleeding) adalah salah satu keadaan darurat
gastrointestinal yang paling umum dengan angka kematian yang
berfluktuasi antara 5% dan 14%, mengakibatkan pendarahan dubur
persisten.7-10 Meskipun kondisi ini dapat berhenti secara spontan
dalam 80% kasus, terapi utamanya yaitu endoskopi lambung
darurat.8,10-12 Terapi seperti itu untuk sekarang belum bisa
didapatkan pada daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan
sehingga seorang dokter pulau sebaiknya harus mengetahui
penanganan sederhana dengan menggunakan obat-obat yang
tersedia.

3
Untuk kasus ini, penanganan sederhananya yaitu
menggunakan asam traneksamat untuk mencegah degradasi fibrin
oleh plasmin dan menstabilkan sumbat trombosit dengan
mengurangi konversi plasminogen di plasmin, yang bertanggung
jawab untuk fibrinolisis selama pembekuan darah. 11 Meskipun asam
traneksamat tidak dianjurkan untuk perdarahan saluran cerna atas,
penanganan tersebut dapat menurunkan angka kematian tanpa
secara signifikan meningkatkan risiko tromboemboli. 13 Dalam kasus
ini, penanganan awal tersebut dapat mengulur waktu bagi pasien
tersebut untuk dirujuk ke pusat kesehatan terdekat untuk penangan
lanjut yang bisa dilakukan.
Berbagai contoh lain seperti latihan resusitasi, pengetahuan
untuk menggunakan urin sebagai alternatif terapi sengatan ubur-
ubur, penanganan decompression sickness dengan menggunakan
terapi basah (penyelaman kembali ke kedalaman tertentu,
kemudian naik lagi secara perlahan-lahan sesuai standar
penyelaman), dan sebagainya.
Sebagai kesimpulan dokter pulau atau kedokteran maritim
membutuhkan keterampilan medis yang luas dan terapi yang
disesuaikan dengan lingkungan laut-pulau. Dokter pulau harus
sering dilatih untuk bekerja pada orientasi laut-pulau.

3. Pengembangan penelitian berdasarkan sumber daya daerah


kepulauan Maluku untuk pemanfaatan dalam bidang medis. 14-21
Seperti yang telah dijelaskan di awal, potensi sumberdaya
laut Maluku merupakan salah satu sumber daya alam (SDA) yang
tergolong sangat melimpah dan perlu dimanfaatkan secara
berkelanjutan. Di Indonesia sendiri tercatat keragaman hayati laut
yang tinggi terdapat 354 jenis ikan karang, 14.000 jenis terumbu
karang dengan luas 60.000 km 2, terdapat berbagai jenis lamun
dan 38 jenis mangrove. Selain itu, Indonesia juga merupakan
negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.466 pulau,

4
dengan wilayah perairan yang luas hingga > 6 juta km 2 dengan
populasi > 237 juta jiwa.14
Salah satu artikel penelitian yang pernah dibuat oleh
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura, yaitu Imas
Fatimah Rahadita Sekarlita, mengenai pemanfaatan salah satu
hasil alam yang melimpah dari Maluku yaitu spons laut sebagai
obat antimalaria.15
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
tahun 2013, Insiden dan prevalensi tertinggi penyakit malaria terjadi
di Kawasan Timur Indonesia yaitu provinsi Papua (9,8% dan
23,3%), Nusa Tenggara Timur (6,8% dan 19,4%), Papua Barat
(6,7% dan 28,6%), Sulawesi tengah (5,1% dan 12,5%) dan Maluku
(3,8% dan 10,7%).16 Dari data ini ditemukan bahwa Maluku
termasuk daerah endemis penyakit malaria.
Hal ini sangat ironis mengingat bahwa Maluku memiliki
begitu banyak hasil laut, salah satunya spons laut, yang
sebenarnya dapat digunakan sebagai obat antimalaria. Hanya saja
selama ini hal tersebut tidak dimanfaatkan karena lembaga
penelitian yang sepertinya kurang menggali lebih dalam potensi
sumber daya alam Maluku. Oleh karena itu Fakultas Kedokteran
Universitas Pattimura dapat berperan menjadi pusat
pengembangan penelitian berdasarkan sumber daya daerah
kepulauan Maluku untuk pemanfaatan dalam bidang medis.
Untuk penjelasan mengenai artikel tersebut, spons memiliki
sifat yang ideal yaitu dapat mengakumulasi logam berdasarkan
pola makan (filter feeder) dan juga memiliki kemampuan menyaring
80% kandungan partikel terlarut diperairan.15,17
Berdasarkan review riset diversitas biota laut dari perairan
Indonesia, mengindikasikan bahwa potensi biota laut Indonesia
sebagai penghasil senyawa antimalaria dan senyawa bioaktif lain
yang penting untuk pengembangan obat, sangatlah besar. Studi
tentang potensi Spons Xestospongia asal papua, atau spons
Haliclona dari ordo Haplosclenda dan famili Chalinidae telah

5
diperoleh senyawa alkaloid manzamine yang memiliki aktivitas
antimalaria paling baik.15,17,18

Gambar 3.1. Spons Haliclona

Senyawa manzamine dapat meningkatkan sistem kekebalan


tubuh, selain itu senyawa tersebut juga mengandung bioaktivitas
antitumor, antimikroba dan antiparasit. Fakta membuktikan, dari
berbagai penelitian yang telah dilakukan bahwa beberapa spesies
dari Spons laut telah teruji secara klinis memiliki senyawa
bioaktifitas sebagai antiparasit yang baik, sehingga sangat efektif
digunakan sebagai obat antimalaria dalam upaya peningkatan
kesehatan masyarakat pesisir dan pulau kecil di Indonesia. 15,17-20
Di Maluku, hewan ini hidupnya diterumbu karang sehingga di
Perairan teluk Ambon (Halong) sehingga tempat tersebut dapat
juga dimanfaatkan sebagai tempat usaha budidaya Spons laut,
karena selain memiliki senyawa bioaktifitas, Spons laut mampu
mengakumulasi siklus logam berat sebagai salah satu pedoman
dalam menetapkan status pencemaran di suatu perairan,
mengingat Teluk Ambon saat ini telah terjadi pencemaran akibat
berbagai aktivitas dalam Teluk. Untuk dapat melakukan budidaya
tersebut, perlu ada peningkatan kesadaran masyarakat dalam
menjaga lingkungan, juga partisipasi dan pengawasan ketat dari
Pemerintah Kota Ambon.15,21

6
Demikian beberapa peran yang dapat dilakukan oleh Fakultas
Kedokteran Universitas Pattimura berdasarkan visi dan misinya dalam
mengembangkan kesehatan maritim, baik secara langsung dengan
pendidikan dokter dalam melakukan tindakan medis atau pelayanan
kesehatan bagi masyarakat maritim Maluku yang berorientasi laut-pulau,
ataupun melalui penelitian dengan menggali potensi sumber daya laut
Maluku yang dikenal berlimpah untuk dimanfaatkan dalam bidang medis,
ilmu kedokteran, atau bidang kesehatan secara umum.

7
Daftar Pustaka

1. Kalalimbong A. Kajian Infrastruktur Di Provinsi Maluku. Teknologi.


2010;7(1):751 -758.
2. Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku. Provinsi Maluku Dalam
Angka 2016. Editor: Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi
Statistik. Ambon: BPS Provinsi Maluku; 2016. Available from:
http://maluku.bps.go.id/index.php/publikasi/104
3. Universitas Pattimura. Tentang fakultas kedokteran [Internet]. 8 Jul
2015 [Cited 29 Mar 2017]. Available from:
http://unpatti.ac.id/akademik/fakultas/fakultas-kedokteran/
4. Pusat Riset Teknologi Kelautan DKP. Metode Perencanaan
Kebutuhan Transportasi Laut Penghubung Pulau-pulau Kecil.
Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan; 2002.
5. Renouf T, Pollard M. Emergency Medicine in Remote Regions.
Cureus. 9 Sep 2016;8(9):e774. DOI 10.7759/cureus.774
6. Carron M, Globokar P, Sicard BA. Acute gastrointestinal
haemorrhage on board a cruise ship in the Antarctic Peninsula. Int
Marit Health. 2016;67(4):2236.
7. Laine L, Peterson WL. Bleeding peptic ulcer. N Engl J Med.
1994;331:71727.
8. Rotondano G. Epidemiology and diagnosis of acute nonvariceal
upper gastrointestinal bleeding. Gastroenterol Clin North Am.
2014;43:64363.
9. Hearnshaw SA, Logan RF, Lowe D, Travis SP, Murphy MF, Palmer
KR. Acute upper gastrointestinal bleeding in the UK: patient
characteristics, diagnoses and outcomes in the 2007 UK audit. Gut.
2011;60:132735.
10. Barkun AN, Bardou M, Kuipers EJ, Sung J, Hunt RH, Martel M, et
al. International consensus recommendations on the management
of patients with nonvariceal upper gastrointestinal bleeding. Ann
Intern Med. 2010;152:10113.
11. Bennett C, Klingenberg SL, Langholz E, Gluud LL. Tranexamic acid
for upper gastrointestinal bleeding. Cochrane Database Syst Rev.
2014;11:CD 006640.

8
12. Masjedizadeh AR, Hajiani E, Alavinejad P, Hashemi SJ, Shayesteh
AA, Jamshidian N. High dose versus low dose intravenous
pantoprazole in bleeding peptic ulcer: a randomized clinical trial.
Middle East J Dig Dis. 2014;6:13743.
13. Gluud LL, Klingenberg SL, Langholz SE. Systematic review:
tranexamic acid for upper gastrointestinal bleeding. Aliment
Pharmacol Ther. 2008;27:75258.
14. Balitbang KP. Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan
2013. Jakarta: Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan
Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan;
2013.
15. Sekarlita IFR. Membangun Peradaban Maritim Melalui Biotalautria:
Budidaya Spons Laut Sebagai Obat Antimalaria. Ambon: Fakultas
Kedokteran Universitas Pattimura; 2017.
16. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Hasil Riset
Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013.
17. Murtihapsari CE. Potensi Penemuan Obat Antimalaria Baru Dari
Laut Indonesia. Squalen. 2010;5(3).
18. Murtihapsari, Apriani SP, Bertha M, Wiwied E, Puji BA, Ayu IL.
Isolation and Presence Of Antimalarial Activities Of Marine Sponge
Xestospongia sp. 2013. Indo.J. Chem, 2013;13(3):199-204.
19. Ang KKH, Holmes MJ, Higa T, Hammann MT, Kara UAK. In Vivo
Antimalarial Activity of the Beta-Carboline Alkaloid Manzamine A.
Antimicrob Agents Chemother. 2000;44(6):1645-9.
20. Sakai HT, Jefford CW, Bernardineli G. Manzamine A, a novel
antitumor alkaloid from sponge. J. Am. Chem. Soc. 1986;108:6404-
5.
21. Dahuri R. Optimalisasi Pengelolaan Sumberdaya Laut, Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil secara berkelanjutan. Batam: Konferensi
Nasional V Pesisir dan Pulau-Pulau kecil; 2006.

9
BLOK IKK MARET 2017

Kiprah Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura Dalam


Pengembangan Kesehatan Maritim Maluku

Oleh:
Leonardo Stevano Liesay
2015-83-022

Dosen Pengajar:
dr. Jacob Manuputty, MPH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2017

10

Anda mungkin juga menyukai