Anda di halaman 1dari 44

BAB I

LAPORAN KASUS

STATUS KEPANITERAAN KLINIK


SMF ILMU PENYAKIT ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

Nama : Azman Hakim Hassanuddin Tanda tangan:

NIM : 030.08.270

Dokter Pembimbing : Dr. Mas Wisnu Wardhana Sp.A

I. IDENTITAS PASIEN

Data Pasien Ayah Ibu


Nama Bayi Ny Dewi (II) Tn. H Ny. D
Umur 3 hari 37 tahun 29 tahun
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki Perempuan
Alamat Ganda Agung RT 07/06 Karang Satria
Agama Islam Islam Islam
Suku Bangsa Jawa Jawa Jawa
Pendidikan - SMA SMA
Pekerjaan - - Ibu Rmh Tangga
Keterangan Hubungan dgn orangtua  anak kandung, kembar

II. ANAMNESIS

Berdasarkan rekam medis pasien

a. Keluhan Utama:

1
Tidak langsung menangis pada saat lahir

b. Riwayat penyakit sekarang :

Bayi laki-laki lahir spontan dengan letak songsang di ruang bersalin RSUD Bekasi
pada tanggal 12 Juni 2013 dengan persalinan normal di Ruang Dahlia. Bayi lahir dengan
berat 800g dan panjang badan 35cm dengan Apgar Score 2-3. Keluhan pada saat lahir
tanpa menangis dan belum cukup bulan. Bayi dirujuk ke bagian NICU dengan tangis
merintih, napas tidak adekuat, tampak retraksi dinding dada, terlihat biru pada bibir &
ekstremitas. Kejang (-), ikterik (-), muntah (-), demam (-). Refleks hisap tidak baik,
tonus otot tidak baik, BAB dan BAK normal.

c. Riwayat kehamilan ibu :

HIV (+)

d. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Kehamilan

Perawatan Antenatal :?

Penyakit Kehamilan : HIV (+)

Persalinan
Tempat kelahiran : Bidan

Penolong Persalinan : Bidan

Cara persalinan : Persalinan normal

Masa gestasi : Kurang bulan ( 32 minggu )

Keadaan Bayi : - Berat badan lahir : 800 gr

- Panjang badan lahir : 35 cm

- Lingkar kepala : 27cm

2
- Tidak Langsung menangis

- Nilai APGAR : 2/3

- Kelainan kongenital : tidak ada

Kesan : Riwayat selama kehamilan ibu dicurigai menderita HIV, saat kelahiran ketuban
jernih. Bayi lahir dengan kurang bulan, berat badan tidak sesuai usia kehamilan.

e. Data Keluarga

Perkawinan : Pertama

Umur saat menikah : Ibu ( 20 thn)

Konsanguitas : Tidak ada

Keadaan kesehatan/penyakit bila ada : HIV (+)

Riwayat penyakit pada anggota keluarga lain/orang lain serumah: ?

f. Data perumahan

Kepemilikan rumah : Milik pribadi

Keadaan rumah : Lantai keramik, ventilasi cukup, dinding


bertembok, kamar mandi didalam

Keadaan lingkungan : Perumahan padat

III. PEMERIKSAAN FISIK

 dilakukan pada tanggal 14 Juni 2013

 Status Generalis

3
Keadaan umum : Tampak sakit berat

Kesadaran : Soporocoma

Tanda Vital

Nadi : 140 x/menit

Suhu : 37,3 oC

Pernafasan : 54 x / menit

 Status Antropometri

Berat Badan : 800 gr

Panjang Badan : 35 cm

 Pemeriksaan Sistematis

Kepala

Bentuk dan ukuran :Simetris, bulat, normocephaly, UUB belum


menutup, Caput suksadenum (-)

Rambut &kulit kepala :Warna hitam, tebal biasa, pertumbuhan rambut


merata, lanugo (+)

Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik.

Hidung : Pernafasan cuping hidung (-)

Telinga : Daun telinga belum sempurna,

Bibir : Lembab, sianosis oral (+)

Mulut : Bentuk simetris

Leher : Trakea di tengah.

Thoraks

4
 Paru-paru

Inspeksi : Gerak napas kedua hemithoraks simetris,

Retraksi sela iga (+), areola & papilla mammae (+).

Puting Susu datar, < 1 mm.

Palpasi : Vocal fremitus tidak dilakukan

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi : Tidak dilakukan

 Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Tidak dilakukan

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi : S1-S2 regular, murmur (-), gallop (-).

Abdomen

Inspeksi : Datar.

Palpasi : Supel, hepar dan lien teraba tidak membesar

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Anus dan rektum : Dalam batas normal

5
Genitalia : Laki-laki, skrotum yang kecil dengan daerah
permukaan rugae yang kecil, testis belum turun.

Anggota gerak : Akral dingin, sianosis (+), capillary refill time < 3 detik

Tulang belakang : Kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-)

Kulit : Turgor cukup, kuning (-)

Reflek : Moro (-), Hisap (+), Rooting (-), Genggam (-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai normal

12 Juni 2013 GDS 84 60 – 140 mg/dl

09.00 WIB

14 Juni 2013 GDS 454 60 – 140 mg/dl

06.00 WIB

V. DIAGNOSA KERJA
Neonatus Kurang Bulan – Kecil untuk Masa Kehamilan dengan BBLASR,
RDS dan suspek HIV.

VI. RESUME
Pasien lahir pada tanggal 12 Juni 2013 pukul 06.30 WIB dengan
persalinan normal. Berat lahir pasien 800 gram dengan panjang badan 35 cm.
Pasien tidak memiliki kelainan bawaan, anus (+). APGAR Score 2/3. Sewaktu
lahir, pasien biru dan tidak langsung menangis, merintih, sesak (+) dan
terdapat retraksi minimal. Sianosis (+), pasien kejang (-) ikterik (-), muntah (-

6
), demam (-). Refleks hisap tidak baik, tonus otot tidak baik, BAB dan BAK
normal. Riwayat penyakit keluarga didapatkan ibu menderita HIV (+). Pada
pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit berat, soporocoma, gerakan
bayi tidak aktif, sianosis oral (+), retraksi sela iga (+), akral dingin, sianosis
anggota gerak (+) dan tanda prematuritas seperti lanugo (+), daun telinga
belum sempurna, puting susu datar, skrotum yang kecil dengan daerah
permukaan rugae yang kecil, testis belum turun.

VII. MASALAH
1. Respiratory Distress Syndrome
2. Neonatus preterm.
3. BBLASR
4. Curiga HIV (+)
5. Ibu HIV (+)

ANALISA MASALAH

1. Respiratory Distress Syndrome


Dari status pasien didapatkan usia kehamilan ibu saat melahirkan 32
minggu yang merupakan faktor resiko terjadinya RDS karena pada bayi
premature terjadi gangguan sintesis, penyimpanan dan pelepasan
surfaktan. Resiko RDS juga meningkat pada bayi lahir kembar seperti
pasien ini. Pada pemeriksaan fisik 24 – 72 jam pertama pada pasien ini
terdapat tanda gangguan pernafasan antara lain takipnue (+), retraksi
interkostal (+) dan sianosis (+). Dinilai dari Down score pada pasien ini 2-
3 yaitu moderate respiratory distress.

2. Neonatus preterm
Dari status pasien didapatkan riawayat kelahiran pasien pada usia
kehamilan 32 minggu, dimana usia kehamilan normal untuk melahirkan
adalah 38-42 minggu.

7
3. BBLASR
Dari status pasien didapatkan berat badan lahir pasien 800 gram, dimana
berat badan lahir normal antara 2500 gram – 4000 gram.

4. Curiga HIV (+)


Dari status pasien didapatkan riwayat penyakit keluarga yakni ibu pasien
menderita HIV (+), dan kemungkinan menularkan penyakitnya secara
transplasental.

5. Ibu HIV (+)


Dari status pasien didapatkan riwayat ibu pasien menderita HIV (+).

Penyebab kematian pada pasien

Ibu dengan HIV AIDS melahirkan anak dengan BBLASR, imunitas


menurun, imaturitas organ, Hyalin Membran Disesase dan sepsis. Sehingga terjadi
gagal napas yang akhirnya menyebabkan kematian pada pasien.

FOLLOW UP KOAS HARI 1

Nama Pasien : Bayi Ny.

Tanggal D(II)

Jam SOAP Umur : 1 hari

Nama No. CM : 03370567

Tanggal Masuk: 12 Juni 2013

13/6/ S : Bayi kurang aktif, Sianosis (+), Sesak (+)

8
2013 O :

09.10  Keadaan umum : tampak sakit berat


 Kesadaran : somnolen
 Tanda vital
- Tekanan darah : 147/90 mmHg

- Nadi : 136x/menit

- Pernapasan : 63x/menit

- Suhu : 36,9C

A:

1. Premature
2. BBLASR
3. Ibu HIV (+)

P:

Medikamentosa

- IVFD Dextrose 10 % GIR 6  3,0 cc / jam


- Cefotaxime 2 x 40 mg
- Amikasin 1 x 6 mg/24 jam
- Aminophylin 4,8 mg, 24 jam kemudian 2 x 2 mg
- Zidovudin 2 x 2 mg
- Minum LLM 4 x 2,5cc

FOLLOW UP KOAS HARI 2

9
Nama Pasien : Bayi Ny. D(1)
Tanggal
Umur : 2 hari
Jam SOAP
No. CM : 03370566
Nama
Tanggal Masuk: 12 Juni 2013

14/6/ S : Bayi kurang aktif, Sianosis (+), Sesak (+)


2013
O :
10.43
 Keadaan umum : tampak sakit berat
 Kesadaran : somnolen
 Tanda vital
- Tekanan darah : 142/93 mmHg

- Nadi : 138x/menit

- Pernapasan : 66x/menit

- Suhu : 36,3C

A:

1. Premature
2. BBLR
3. Ibu HIV (+)

P:

Medikamentosa

- IVFD Dextrose 10 % GIR 6  3 cc / jam


- Cefotaxime 2 x 45 mg

10
- Amikasin 1 x 6,75 mg
- Aminophylin 5,4 mg, 24 jam kemudian 2 x 2,75 mg
- Zidovudin 2 x 2 mg

FOLLOW UP KOAS HARI 3

Nama Pasien : Bayi Ny. D(1)


Tanggal
Umur : 3 hari
Jam SOAP
No. CM : 03370566
Nama
Tanggal Masuk: 12 Juni 2013

15/6/ Jam 16.30 WIB


2013
Telpon orang tua pasien 2 kali tidak ada jawaban

Jam 20.35 WIB

O2 terpasang nasal 1 liter per menit

Sesak berkurang, kesadaran CM, saturasi O2 90%, HR: 181 kali/menit

Jam 22.00 WIB

Saturasi O2 menurun menjadi 80-84%

O2 nasal ditambah menjadi 2 liter per menit

Jam 23.40 WIB

Saturasi O2 menurun menjadi 20%

Dirangsang nyeri (+), bayi biru, pupil midriasis, orang tua ditelpon
diangkat dan dijelaskan keadaan bayi.

Jam 24.00 WIB

11
Saturasi 02 send off, diransang nyeri (-), bayi sudah membiru, pupil
midriasis.

Bayi dinyatakan meninggal dunia.

A:

1. Premature
2. BBLR
3. Ibu HIV (+)

P:

Medikamentosa

- IVFD Dextrose 10 % GIR 6  4 cc / jam


- Cefotaxime 2 x 45 mg
- Amikasin 1 x 6,75 mg
- Aminophylin 5,4 mg, 24 jam kemudian 2 x 2,75 mg
- Zidovudin 2 x 2 mg

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badan
lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr. Bertahun-tahun lamanya bayi baru
lahir berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut bayi premature.
Pembagian menurut berat badan ini sangat mudah tetapi tidak memuaskan. Lama
kelamaan ternyata bahwa morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya bergantung
pada berat badannya tetapi juga pada maturitas bayi itu. (2)

Gruenwald mengatakan bahwa bila digunakan definisi yang lama, 30% - 40% dari
bayi perempuan sebenarnya telah mempunyai masa gestasi 37 – 38 minggu. Selain itu
negeri yang masih berkembang batas 2.500 gram sebagai bayi premature mungkin terlalu
tinggi, karena berat badan lahir rata-rata yang lebih rendah. (2)

Untuk mendapat keseragaman pada Kongres European Perinatal Medicine ke II di


London (1970) telah diusulkan definisi yang berikut : (3)

 Bayi kurang bulan ialah bayi dengan maka kehamilan kurang dari 37 minggu
(259)
 Bayi cukup bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai 42
minggu (259 sampai 293)
 Bayi lebih bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih
(294 hari atau lebih)
Dengan pengertian seperti yang telah diterangkan di atas, bayi BBLR dapat dibagi
menjadi golongan, yaitu : (3)

1. Prematuritas murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat
badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai
untuk masa kehamilan.

2. Dismaturitas

13
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK).

Bayi lahir hidup yang dilahirkan sebelum 37 minggu dari hari pertama menstruasi
terakhir disebut premature oleh organisasi kesehatan sedunia (WHO). Premature juga
sering digunakan untuk menunjukan imaturitas. Bayi dengan berat badan lahir sangat
rendah (BBLSR) yaitu kurang dari 1000 gram juga disebut sebagai neonatus imatur.
Secara histories, premature didefinisikan dengan berat badan lahir 2500 gram atau kurang
tetapi sekarang bayi yang beratnya 2500 gram atau kurang pada saat lahir, bayi dengan
berat badan lahir rendah (BBLR) dianggap premature dengan masa kehamilan pendek
menurut umur kehamilannya mereka mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine
(disebut juga sebagai kecil untuk umur kehamilannya (SGA)) atau keduanya.
Prematuritas dan retaradasi pertumbuhan intrauterine (disebut juga sebagai kecil untuk
umur kehamilannya (SGA)) atau keduanya. Prematuritas dan retaradasi pertumbuhan
intrauteri (IUGR) dihubungkan dengan kenaikan morbiditas dan mortalitas neonatus.
Idealnya definisi berat badan lahir rendah untuk populasi individu harus didasarkan pada
data yang sehomogen mungkin, baik secara genetic maupun lingkungan. (1)

B. Epidemiologi
Masa gestasi bayi prematur ialah kurang dari 37 minggu atau 259 hari. Di negeri
maju angka kejadian kelahiran bayi prematur ialah sekitar 6-7%. Di negara sedang
berkembang, angka kematian ini lebih kurang 3 kali lipat. Di Indonesia kejadian bayi
prematur belum dapat dikemukakan disini, tetapi angka di RSCM jakarta berkisar antara
22-24% dari semua bayi yang dilahirkan pada 1 tahun. (2)

Selama tahun 1991 7,1% kelahiran hidup di Amerika Serikat yang beratnya
kurang dari 2500 gr, frekuensi untuk bayi kulit hitam dua kali lebih tinggi dari frekuensi
untuk bayi kulit putih. Sejak tahun 1981 frekuensi BBLR telah naik terutama karena
adanya kenaikan jumlah kelahiran preterm. Sekitar 30% bayi BBLR di Amerika Serikat
mengalami IUGR dan dilahirkan sesudah 37 minggu. Pada angka BBLR yang lebih
besar dari 10% kontribusi IUGR bertambah dan kontrfrekuensi BBLR telah naik
terutama karena adanya kenaikan jumlah kelahiran preterm. Sekitar 30% bayi BBLR di

14
Amerika Serikat mengalami IUGR dan dilahirkan sesudah 37 minggu. Pada angka
BBLR yang lebih besar dari 10% kontribusi IUGR bertambah dan kontribusi
prematuritas berkurang. Di Negara-negara yang sedang berkembang sekitar 70% bayi
BBLR adalah IUGR. Bayi dengan IUGR mempunyai morniditas dan mortalitas lebih
besar daripada bayi dengan pertumbuhan umur yang tepat. (2)

C. Etiologi
Salah satu cara yang efektif untuk menurunkan angka kematian perinatal ialah
mencegah terjadinya prematuritas. Sampai sekarang pengetahuan mengenai etiologi
prematuritas belum cukup memuaskan. Penyebab terjadinya kelahiran prematur biasanya
tidak diketahui.15% dari kelahiran prematur ditemukan pada kehamilan ganda (di dalam
rahim terdapat lebih dari 1 janin). (3)

Menurut besarnya penyebab kelahiran bayi prematur dapat dibagi : (3)

1. Faktor ibu
a. Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya
toksemia gravidarum, perdarahan ante partum, trauma fisis dan psikologis,
penyakit lainnya ialah nefritis akut, diabetes mellitus, infeksi akut atau
tindakan opertif dapat merupakan factor etiologi prematuritas.
b. Usia
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20
tahun dan pada multigravida yang jarak antar kelahirannya terlalu dekat.
Kejadian terendah ialah pada usia ibu antara 26-35 tahun.

c. Keadaan social ekonomi


Keadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian
tertinggi terdapat pada golongan social ekonomi yang rendah. Hal ini
disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal
yang kurang.

Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan
yang tidak sah ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang
lahir dari perkawinan yang sah.

15
2. Factor janin
Hidramnion, kehamilan ganda umumnya akan mengakibatkan lahirnya bayi
BBLR.

Tabel 1 kemungkinan etiologi kelahiran premature (1)

Amnionitis Polihidramnion
Cacat bawaan Preeklamsia
Eritroblastosis fetalis Ketuban pecah dini
iatrCacat bawaan Penyakit ibu yang berat
Eritroblastosis fetalis Kehamilan ganda
Iatrogen Infeksi saluran kemih
Inkompetensi serviks Tidak diketahui
Plasenta previa

Faktor resiko yang mungkin berperan dalam terjadinya persalinan prematur adalah: (4)
 Kehamilan usia muda (usia ibu kurang dari 18 tahun)
 Pemeriksaan kehamilan yang tidak teratur
 Golongan sosial-ekonomi rendah
 Keadaan gizi yang kurang
 Penyalahgunaan obat.

D. Factor yang berhubungan dengan prematuritas dan berat lahir rendah


Sangat sulit memisahkan factor yang berhubungan dengan KMK dan SMK secara
sempurna. Kira-kira 1/3 diantara bayi berat lahir rendah termasuk KMK yang masa
gestasinya dihitung dari hari pertama haid terakhir. Dengan demikian bayi yang kecil
terutama disebabkan oleh retardasi pertumbuhan intrterutama disebabkan oleh retardasi
pertumbuhan intrauterine sedangkan yang lainnya termasuk SMK. Pada umumnya bayi
premature (SMK) disebabkan oleh tidak sanggupnya uterus menahan janin, gangguan
selama hamil, lepasnya plasenta lebih cepat dari waktunya atau rangsangan yang
memudahkan terjadinya kontraksi hamil, lepasnya plasenta lebih cepat dari waktunya

16
atau rangsangan yang memudahkan terjadinya kontraksi uterus sebelum cukup bulan.
Retardasi pertumbuhan intrauterine berhubungan dengan keadaan yang mengganggu
sirkulasi dan efisiensi plasenta, dengan pertumbuhan dan perkembangan janin, atau
dengan keadaan umum dan gizi ibu. (2)

Hubungan yang jelas tampak antara KMK dengan SMK adalah keadaan social
ekonomi yang rendah. Dalam kelompok keluarga ini kejadian ibu yang menderita
kekurangan gizi, anemia, komplikasi kehamilan, dan riwayat reproduksi yang tidak
memuaskan (ketidaksuburan yang relative, keguguran, lahir mati, prematuritas dan berat
lahir rendah) relative tinggi. Factor yang kurang jelas hubungannya adalah perkawinan
yang tidak sah, kehamilan remaja, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, dan ibu yang
sebelumnya telah melahirkan 4 anak.(3)

Walaupun telah diterangkan perbedaan sistematik tentang pertumbuhan janin


dalam hubungan dengan ukuran/besarnya ibu, kelahiran, berat badan saudaranya,
keadaan social ekonomi dan ibu yang perokok akan tetapi berapa besar variasi berat lahir
antara subkelompok yang disebabkan oleh perbedaan diluar janin dan factor genetic
dalam pertumbuhan tidak diketahui. (3)

E. Gejala klinis
Berat badan kurang dari 2500 gr, panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm,
lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkaran kepala kurang dari 33 cm. Masa gestasi
kurang dari 37 minggu. Tampak luar sangat bergantung pada maturitas atau lamanya
masa gestasi itu. Kalau bayi lapar, biasanya menangis, gelisah, aktifitas bertambah. Bila
dalam waktu 3 hari tanda kelaparan ini tidak terdapat, kemungkinan besar bayi menderita
infeksi atau perdarahan intracranial. Seringkali terdapat edema pada anggota gerak, yang
menjadi lebih nyata sesudah 24-48 jam. Kulitnya tampak mengkilat dan licin serta
terdapat pitting edema. Edema ini dapat berubah sesuai dengan perubahan posisi.
Edema ini seringkali berhubungan dengan perdarahan antepartum, diabetes mellitus dan
toksemia gravidarum. Frekuensi pernapasan bervariasi sangat luas terutama pada hari-
hari pertama. Walaupun demikian bila frekuensi pernafasan terus meningkat atau selalu
di atas 60/menit, harus waspada akan kemungkinan terjadinya penyakit membrane hialin

17
(sindrom gangguan pernafasan idiopati) atau gangguan pernafasan karena sebab lain.
Dalam hal ini penting sekali melakukan pemeriksaan radiologis thoraks. (3)

Gambaran fisik bayi prematur: (2,5,6)


 Ukuran kecil
 Berat badan lahir rendah (kurang dari 2,5 kg)
 Kulitnya tipis, terang dan berwarna pink (tembus cahaya)
 Vena di bawah kulit terlihat (kulitnya transparan)
 Lemak bawah kulitnya sedikit sehingga kulitnya tampak keriput
 Rambut yang jarang
 Telinga tipis dan lembek
 Tangisannya lemah
 Kepala relatif besar
 Jaringan payudara belum berkembang
 Otot lemah dan aktivitas fisiknya sedikit (seorang bayi prematur cenderung belum
memiliki garis tangan atau kaki seperti pada bayi cukup bulan)
 Refleks menghisap dan refleks menelan yang buruk
 Pernafasan yang tidak teratur
 Kantung zakar kecil dan lipatannya sedikit ( anak laki - laki )
 Labia mayora belum menutupi labia minora ( pada anak perempuan).

E. Diagnosa
Untuk menentukan status BBLR digunakan kurva pertumbuhan janin Lubchenko,
1966 Pediatrix, 2001. Kurva ini menggunakan patikan berat badan yang seharusnya pada
umur kehailan tertentu. Kriteria yang digunakan adalah BMK (Besar Masa Kehamilan),
SMK (Sesuai Masa Kehamilan), dan KMK (Kecil Masa Kehamilan). Berat badan kurang
dari presentil ke 10 memiliki makna KMK (Kecil Masa Kehamilan) atau PJT
(Pertumbuhan Janin Terhambat).9

18
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam
jangka waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan anamesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.8
A. Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan
mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR
(3):
1. Umur ibu
2. Riwayat hari pertama haid terakir
3. Riwayat persalinan sebelumnya
4. Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
5. Kenaikan berat badan selama hamil
6. Aktivitas
7. Penyakit yang diderita selama hamil
8. Obat-obatan yang diminum selama hamil

19
B. Pemeriksaan Fisik.
C. Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain3:
1. Berat badan > 2500 gram
2. Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
3. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan).
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain 3:
1. Pemeriksaan Skor Ballard

2. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan


3. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.

20
Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi
sindrom gawat nafas

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran fisik dan usia kehamilan.


Pemeriksaan yang biasa dilakukan pada bayi prematur: (5,6)
 Rontgen dada untuk melihat kematangan paru-paru
 Analisa gas darah
 Kadar gula darah
 Kadar kalsium darah
 Kadar bilirubin.

F. Penyakit bayi prematur


Semua penyakit pada neonatus dapat mengenai bayi prematur, tetapi ada beberapa
penyakit tertentu yang terutama terdapat pada bayi prematur. Hal ini disebabkan oleh
factor pembekuan, misalnya belum cukup surfaktan terbentuk pada penyakit membrane
hialin. Demikian pula kejadian hiperbilirubinemia pada bayi premature lebih tinggi
dibandingkan dengan neonatus cukup bulan karena factor kematangan hati. (1)

Sebab utama kematian premature dan bayi cukup bulan adalah asfiksia, trauma
lahir (terutama di otak) cacat bawaan, penyakit membrane hialin, septikimia dan
perdarahan intraventrikuler. Prematuritas sendiri tidak menyebabkan kematian.
Kejadian tertentu resiko neonatus berbeda menurut berat badan , masa kehamilan dan
berat untuk kehamilan. (3)

Masalah klinis yang sering dijumpai pada bayi prematur adalah sindrom gawat
nafas (penyakit membran hialin, perdarahan paru, sindrom aspirasi, pneumonia
kongenital, pneumothoraks), apnea berulang, hipoglikemia, hipokalsemia,
hiperbilirubinemia, anemia, edema, gejala neurologik yang berhubungan dengan anoksia
otak, instabilitas sirkulasi, hipotermia, sepsis yang disebabkan oleh bakteri dan koagulasi
intravascular diseminata. Keadaan lain yang memperburuk bayi premature adalah malas

21
minum, berat badan tidak bertambah untuk waktu yang cukup lama, sering menderita
apnea, anemia, perdarahan, dan asidosis metabolic. (4)

Dibawah ini akan diuraikan secara singkat beberapa penyakit yang ada hubungannya
dengan prematuritas. (2,3,5)

a. Enterokolitis nekrotikans neonatal


Enterokolotis nekrotikan merupkan penyakit salurann cerna yang serius pada
bayi yang baru lahir dan ditandai dengan bercak nekrosis atau nekrosis difus pada
mukosa tau submukosa usus serta vaskularisasi usus. Insidensi terjadinya
dihubungkan denga umur kehamilan yang kurang, dan merupakan komplikasi yang
penting yang terjadi pada kelahiran premature. Terhitung 7,5 % kasus EKN sebagai
penyebab kematian neonatal.

Ileum bagian distal dan kolon proksimal sangat sering terlibat. Beberapa stress
perinatal , terutam asfiksia dan hipotermia dianggap sebagai factor predisposisi
terjadinya EKN. Permulaan penyakit biasanya pada 2 minggu pertama tetapi dapat
terlam bat sampai umur 2 bulan.

Dapat menimbulkan gejala seperti apneu, bradikardi, dan distensi abdominal.


Mekonium keluar secara normal dan sebagai tanda pertama ialah distensi perut
dengan retensi lambung. Timbulnya penyakit ini nsering tidak jelas, dan dapat terjadi
sepsis sebelum dicurigai terjadi lesi pada usus. Sekali terkena kondisi anak biasanya
buruk, dengan cepat menjadi lemah dan asidosis serta dapat berkembang kearah syok
dan DIC.

b. Hipotermia
Perbedaan suhu di dalam kandungan dan lingkungan akan memberi pengaruh
pada kehilangan panas tubuh bayi, selain itu hipotermia dapat terjadi karena
kemampuan untuk untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah
produksi panas sangat terbatas, karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup
matang, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu
tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding dengan berat badan
sehingga mudah kehilangan panas.

22
Tanda klinis hipotermia:

 Suhu tubuh dibawah normal


 Kulit dingin
 Akral dingin
 Sianosis

c. Sindrom Gawat Nafas


Sampai saat ini penyakit membrane hyaline dianggap terjadi karena defisiensi
pembentukan surfaktan pada paru bayi yang belum matang. Surfaktan adalah zat yang
penting dalam pangembangan paru dan merupakan suatu kompleks yang terdiri dari
protein, karbohidrat dan lemak. Senyawa utama zat tersebut adalah lesitin dan mulai
terbentuk pada kehamilan 22 – 24 minggu dan berjumlah lengkap dan mulai berfungsi
normal pada minggu ke-35 kehamilan.

Defisiensi Surfaktan menyebabkan gangguan kemampuan paru untuk


mempertahankan stabilitasnya, alveolus akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi
sehingga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan tekanan negatif intratoraks yang lebih
besar yang disertai usaha inspirasi yang kuat.

Pada aspirasi mekonium terjadi hipoksia intrauterin akan mengakibatkan janin


mengalami gasping dalam uterus, selain itu mekonium akan dilepaskan dan bercampur
dengan cairan amnion, cairan amnion yang mengandung mekonium tersebut akan masuk
ke dalam paru janin karena inhalasi. Ketika bayi lahir akan menderita gangguan
pernafasan karena melekatnya mekonium dalam saluran pernafasan.

Tanda klinis sindrom gawat nafas :

 Pernafasan cepat
 Sianosis perioral
 Merintih sewaktu ekspirasi
 Retraksi substernal dan interkostal

23
d. Hipoglikemia.
Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukkan bahwa
hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50% pada bayi matur. Kecepatan glukosa yang
diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya hubungan plasenta
dan janin yang menyebabkan terhentinya pemberian glukosa.

Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dL selama 72 jam
pertama, sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40 mg/dL. Hal ini
disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi. Hipoglikemia terjadi bila kadar
gula darah  20 mg/dL.

Tanda klinis hipoglikemia :


 Gemetar  Kelumpuhan atau letargi
 Sianosis  Kesulitan minum
 Apatis  Terdapat gerakan putar mata
 Kejang  Keringat dingin
 Apnea Intermiten  Hipotermia
 Tangisan lemah atau melengking  Gagal jantung dan henti jantung

Hipoglikemia pada neonatus terjadi bila gula darah < 47 mg/dl, Pada hipoglikemia
berat didapatkan hasil gula darah < 25 mg/dl, dan hipoglikemia ringan/sedang jika kadar
gula darah >25 - <47 mg/dl.

e. Perdarahan Intrakranial
Pembuluh darah pada bayi prematur masih sangat rapuh dan mudah pecah, sehingga
perdarahan intrakranial dapat terjadi karena trauma lahir, diseminated intravascular
coagulopathy atau trombositopenia idiopatik. Matriks germinal epidimal yang kaya
pembuluh darah merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap perdarahan selama
minggu pertama kehidupan.

Tanda klinis perdarahan intrakranial :

24
 Kegagalan umum untuk bergerak normal
 Refleks moro menurun atau tidak ada
 Letargi
 Pucat dan sianosis
 Apnea
 Kegagalan menetek dengan baik
 Muntah yang kuat
 Tonus otot menurun
 Tangisan bernada tinggi dan tajam
 Kejang
 Fontanela mayor tegang dan cembung

f. Hiperbilirubinemia
Terjadi karena belum maturnya fungsi hepar, dimana terjadi kekurangan enzim
glukoronil transferase sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum
sempurna, dan kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi bilirubin dari jaringan
ke hepar berkurang. Kadar bilirubin normal pada bayi prematur 10 mg/dL. Jika terjadi
hiperbilirubinemia pada bayi prematur, bila tidak segera diatasi dapat menjadi kern ikterus
yang akan menimbulkan gejala yang permanen.

Tanda klinis hiperbilirubinemia :

 Sklera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstremitas berwarna kuning
 Letargi
 Kemampuan mengisap menurun
 Kejang
Ikterus yang kemungkinan menjadi patologi atau dapat dianggap sebagai
hiperbilirubinemia adalah :

- Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran.


- Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam.
- Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus kurang bulan dan 12,5 mg%
pada neonatus cukup bulan.

25
- Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim G6PD
dan sepsis).
- Ikterus yang disertai berat lahir kurang dari 2000 gram, masa gestasi kurang dari 36
minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi hipoglikemia,
hiperkapnia, hiperosmolalitas darah.
-
g. Lebih rentan terhadap infeksi :
Bayi prematur mudah menderita infeksi karena imunitas humoral dan seluller masih
kurang, sehingga bayi mudah menderita infeksi. Selain itu pada kulit dan selaput lendir
membran tidak memiliki perlindungan seperti pada bayi cukup bulan. Sensitivitas yang
kurang akan memudahkan terjadinya kerusakan integritas kulit, terutama pada daerah yang
sering tertekan dalam waktu yang lama.

Defisit in uteri mengakibatkan gawat janin, dan dalam arti luas gawat janin dibagi
menjadi 3 golongan, yaitu :

1. Gawat Janin Akut, defisit mengakibatkan gawat perinatal tetapi tidak mengakibatkan
retardasi pertumbuhan dan pelisutan (wasting).
2. Gawat Janin Subakut, bila defisit tersebut menunjukkan tanda pelisutan (wasting) tetapi
tidak mengakibatkan retardasi pertumbuhan.
3. Gawat Janin Kronik, bila bayi jelas menunjukkan retardasi pertumbuhan.

G Perawatan
Tindakan yang dilakukan pada bayi imatur saat lahir sama dengan pada bayi cukup
bulan yang normal, seperti membersihkan jalan nafas, mengusahakan pernafasan pertama,
dan terus menerus, perawatan tali pusat, perawatan mata dan sebagainya. Perawatan khusus
diperlukan untuk menjaga agar aliran udara dapat dengan lancar keluar masuk paru serta
mencegah terjadinya aspirasi cairan lambung. Disamping itu supaya dipikirkan pula
terhadap : (1)

1. Perlunya pemantauan dan perawatan bayi imatur dalam incubator


2. Perlunya pemberian oksigen
3. Perhatian terhadap perincian minuman bayi

26
4. Pencegahan infeksi
Pemeriksaan fisik dan laboratorium hanya dilakukan kalau dianggap perlu sekali agar bayi
tidak menderita hipoksia. Ikut sertanya orang tua merawat bayinya secara teratur da aktif
sangat dianjurkan. Selama bayi dirawat, ibu diberi petunjuk bagaimana memandikan bayi,
merawat tali pusat, cara menyusui bayi, serta manfaat pemberian air susu ibu bagi anak
maupun untuk ibu sendiri, dan petunjuk lain sehingga di rumah ibu tidak mendapat
kesukaran merawat bayinya. Dijelaskan pula agar ibu membawa bayi ke
posyandu/puskesmas/ rumah sakit/ fasilitas pelayanan lain untuk menilai pertumbuhan dan
perkembangan bayinya. Hubungan antara ibu dan anak menjadi kurang baik bila bayi
dipisahkan dari ibunya sejak neonatus, misalnya akan berpengaruh terhadap tingkah laku dan
kelainan fisik seperti pertumbuhan terhambat, anak diabaikan ,anak terlantar dan sindrom
deprivasi. (3)

Perawatan bayi dalam incubator

Inkubator yang canggih dilengkapi oleh alat pengatur suhu dan kelembapan agar bayi
dapat mempertahankan suhu tubuhnya yang normal, alat oksigen yang dapat diatur, serta
kelengkapan lain untuk mengurangi kontaminasi bila incubator dibersihkan. Kemampuan
bayi berat lahir rendah dan bayi sakit untuk hidup lebih besar bila mereka dirawat pada atau
mendekati suhu lingkungan yang netral. Suhu ini ditetapkan dengan mangatur suhu
permukaan yang terpapar radiasi, kelembapan yang relative, dan aliran udara sehingga
produksi panas (yang diukur dengan konsumsi oksigen) sesedikit mungkin dan suhu tubuh
bayi dapat dipertahankan dalam batas normal. Bayi yang besar dan lebih tua memerlukan
suhu lingkungan yang lebih rendah dari bayi yang kecil dan lebih muda. Suhu incubator
yang optimum diperlukan agar panas yang hilang dan konsumsi oksigen terjadi minimal
sehingga bayi telanjang pun dapat mempertahankan suhu tubuhnya sekitar 36,5º C – 37 º C.
Tingginya suhu lingkungan ini tergantung dari besar dan kematangan bayi. Dalam keadaan
tertentu bayi yang sangat premature tidak hanya memerlukan incubator untuk mengatur suhu
tubuhnya tetapi juga memerlukan pleksigrtidak hanya memerlukan incubator untuk mengatur
suhu tubuhnya tetapi juga memerlukan pleksigrtidak hanya memerlukan incubator untuk
mengatur suhu tubuhnya tetapi juga memerlukan pleksigrtidak hanya memerlukan incubator
untuk mengatur suhu tubuhnya tetapi juga memerlukan pleksiglas penahan panas atau topi

27
maupun pakaian. Mempertahankan kelembapan nisbi 40-60% diperlukan dalam membantu
stabilisasi suhu tubuh yaitu dengan cara sebagai berikut : (3, 6,7)

1. Mengurangi kehilangan panas pada suhu lingkungan yang rendah


2. Mencegah kekeringan dan iritasi pada selaput lendir jalan nafas terutama pada
pemberian oksigen dan selama pemasangan intubasi endotrakea atau nasotrakea
3. Mengencerkan sekresi yang kental serta mengurangi kehilangan cairan insensible dari
paru
Pemberian oksigen untuk mengurangi bahaya hipoksia dan sirkulasi yang tidak
memuaskan harus berhati-hati agar tidak terjadi hiperoksia yang dapat menyebabkan
fibroplasias retrolental dan fibroplasias paru. Bila mungkin pemberian oksigen dilakukan
melalui tudung kepala, dengan alat CPAP (continous positive airway pressure) atau dengan
pipa endotrakeal untuk pemberian konsentrasi oksigen yang aman dan stabil. Pemantauan
tekanan oksigen (pO2) arteri pada bayi yang mendapat oksigen harus dilakukan terus
menerus agar porsi oksigen dapat diatur dan disesuaikan sehingga bayi terhindar dari bahaya
hipoksia maupun hiperoksia. Dalam pemantauan oksigen yang efektif dapat pula digunakan
elektroda oksigen melalui kulit secara rutin diklinik. Analisis gas darah kapiler tidak cukup
untuk menetapkan kadar oksigen dalam pembuluh darah arteri. Seandainya tidak ada
incubator, pengaturan suhu dan kelembapan dapat diatur dengan memberikan diatur dengan
memberikan diatur dengan memberikan diatur dengan memberikan sinar panas, selimut,
lampu panas, bantalan panas, dan botdan botol air hangat, disertai dengan pengaturan suhu
dan kelembapan ruangan. Mungkin pula diperlukan pemberian oksigen melalui t melalui
topeng atau pipa intubasi. (3, 4)

Bayi yang berumur beberapa hari/minggu harus dikeluarkan dari incubator apabila
keadaan bayi dalam ruangan biasa tidak mengalami perubahan suhu, warna kulit, aktifitas
atau akibat buruknya. (1)

Makanan bayi premature

Yang harus dicegah pada pemberian minum adalah kelelahan, regurgitasi, dan
aspirasi. Biasanya keadaan tersebut dapat dicegah bila pemberian minum dilakukan oleh
perawat yang sudah terlatih dan berpengalaman. Makanan melalui mulut harus dihentikan

28
pada bayi dengan gawat nafas, hipoksia, sirkulasi yang tidak memuaskan, sekresi yang
berlebihan, sepsis, depresi susunan saraf pusat, imaturitas atau bayi dengan tanda penyakit
berat. Bayi demikian memerlukan pengobatan parenteral untuk mendapatkan kalori, cairan,
dan elektrolit. (3)

Bayi premature yang besar sering diberi susu botol atau air susu ibu. Pada umumnya
bayi tersebut lebih senang dengan susu botol. Dalam keadaan khusus bila perlu ASI
dimasukkan dalam botol susu. Dengan susu botau air susu ibu. Pada umumnya bayi tersebut
lebih senang dengan susu botol. Dalam keadaan khusus bila perlu ASI dimasukkan dalam
botol susu. Dengan susu botol, usaha bayi untuk menghisap berkurang karena sifat dot yang
kecil lunak dengan lubang yang besar akan mempermudah pengisapan. Proses pemberian
makanan melalui mulut memerlukan pengisapan yang kuat, kerjasama antara menelan
dengan penutupan epiglottis dan uvula dari laring maupun dengan saluran hidung serta gerak
esofagus yang normal. Proses yang sinkron inn ini biasanya baru timbul pada bayi dengan
masa gestasi lebih dari 34 minggu. (2,3)

Bayi yang lebih kecil dan lemah harus diberi minum melalui pipa lambung, biasanya
dipakai pipa plastic lunak no 5 French dengan ukuran luarnya dan diameter dalamnya kira-
kira 0,05 cm dengan ujung yang bulat dan tidak menyebabkan luka, disertai dengan 2 lubang
pada kedua sisinya. Pipa dimasukkan melalui hidung atau mulut sehingga ujung pipa yang
panjangnya 2,5 cm ada dilambung. Ujung pipa yang bebas kemudian diletakkan dalam air.
Apabila timbul gelembung pada setiap ekspirasi berarti pipa ada ditrakea dan harus
diperbaiki, kemudian dimasukkan kembali ketempat yang sebenarnya. Ujung pipa yang
bebas dihubungkan dengan tabung suntik kemudian susu yang telah ditentukan banyaknya
dimasukkan ke dalam tabung suntik tersebut dan dibiarkan turun perlahan menurut gaya
berat. Pipa tersebut diganti setiap 2-4 hari dengan pipa steril lainnya melalui lubang hidung
sebelahnya atau melalui mulut. Kadang-kadang pipa yang menetap dilambung dapat
menimbulkan iritasi dan pipa lambung hanya boleh dimasukkan melalui mulut dan pipa
tersebut harus dikeluarkan segera sesudah bayi minum. (3)

Perubahan minum dengan botol atau ASI dilakukan bertahap, selanjutnya diberikan
sepenuhnya susu botol atau ASI bila bayi cukup kuat mengisap dan tidak tampak lelah.
Pemberian makanan melalui pipa ke lambung atau ke jejunum hanya dianjurkan pada bayi

29
berat lahir rendah bila kebutuhan kalori melalui botol/ASI tidak terpenuhi karena daya isap
lemah, tidak ada koordinasi antara mengisap dengan menelan, dan lambatmelalui botol/ASI
tidak terpenuhi karena daya isap lemah, tidak ada koordinasi antara mengisap dengan
menelan, dan lambatnya pengosongan lambung. Komplikasi pemberian makanan dengan
pipa ke jejunum adalah perforasi usus. (1)

Pemberian makanan dengan gastrostomi pada bayi premature tidak dianjurkan oleh
karena sering menimbulkan kematian. Gastrostomi hanya dilakukan untuk mengatur
tindakan bedah pada kelainan gastrointestinal tertentu. Pemberian makanan yang penuh atau
sebagian melalui pembuluh darah hanya diberikan bila ada kontr Pemberian makanan yang
penuh atau sebagian melalui pembuluh darah hanya diberikan bila ada kontr Pemberian
makanan yang penuh atau sebagian melalui pembuluh darah hanya diberikan bila ada kontr
Pemberian makanan yang penuh atau sebagian melalui pembuluh darah hanya diberikan bila
ada kontr Pemberian makanan yang penuh atau sebagian melalui pembuluh darah hanya
diberikan bila ada kontraindikasi terhadap pemberian melalui mulut atau pipa. (1)

Makanan pertama

Prinsip utama pemberian makanan bayi premature adalah sedikit demi sedikit,secara
perlahan dan hati-hati. Pemberian makanan dini berupa glukosa, ASI atau PASI akan
mengurangi resiko hipoglikemia, dehidrasi, dan hiperbilirubinemia. Bayi dengan sindrom
gawat nafas atau penyakit berat lainnya harus mendapat kalori dari pemberian makanan,
elektrolit dan cairan melalui pembuluh darah karena pada keadaan demikian makanan
melalui mulut memudahkan terjadinya aspirasi. Bayi yang daya isapnya kuat dan tanpa sakit
berat dapat dicoba minum melalui mulut. Umumnya bayi dengan berat kurang dari 1500
gram dan kebanyakan juga yang lebih besar memerlukan minum pertama dengan pipa
lambung karena belum adanya koordinasi antara gerakan mengisap dan menelan. (1)

Dianjurkan untuk memberikan minum pertama sebanyak 1 ml larutan glukosa 5%


yang steril untuk bayi dengan berat kuarang dari 1000 gram, 2-4 ml untuk bayi dengan berat
antara 1000-1500 gram, dan 5-10 ml untuk bayi dengan berat lebih dari 1500 gram. Bila
pemberian pertama dimulai dengan 1 ml maka pemberian berikutnya adalah setiap jam
terutama dalam 8 jam pertama. Kemudian jumlahnya dinaikkan sebanyak 1 ml pada setiap

30
pemberian minum. Selanjutnya makanan diberikan setiap 2 jam dengan kenaikan 2 ml setiap
2 kali pemberian sampai mencapai 12 ml per kali minum. Apabila dengan pemberian
makanan pertama bayi tidak mengalami kesukaran, pemberian ASI/PASI dapat dilanjutkan
dalam waktu 12-48 jam. Jumlah kalori yang telah dibakukan dalam susu formula yang
diperdagangkan adalah sebanyak 700 kkal/L. Jumlah ini cukup memuaskan untuk
pertumbuhan sebagian besar bayi premature. Kemudian banyaknya formula yang diberikan
ditambah sedikit demi sedikit sehingga pada umur lebih dari 2 minggu mencapai 150
ml/kg/hari. Apabila bayi masih tampak lapar atau berat badan bayi tidak bertambah, maka
jumlahnya harus dinaikkan. (2,3)

Bagi bayi tertentu dengan kapasitas lambung yang kecil, tidak mungkin menaikkan
berat badannya dengan formula yang mengandung 700 kkal/L. Pada keadaan ini perlu
diberikan makanan yang lebih sering untuk meningkatkan jumlah kebutuhan sehari-hari atau
dengan menggunakan susu formula yang mengandung lebih kurang 1000 kkal/L. Akan
tetapi cara memberikannya harus berhati-hati oleh karena susu formula yang kental dan
hiperkalorik dapat menyebabkan diare dan dehidrasi. (3)

Jarak waktu pemberian ASI/PASI mungkin 1,2,3 jam tergantung dari besar kecilnya
bayi dan kapasitas lambung. Aliran susu ke lambung harus menurut gaya berat, karena bila
disemprotkan akan menyebabkan perut bayi membuncit, regurgitasi, aspirasi, atau muntah.
Pada hari-hari pertama pengosongan lambung bayi premature lebih lambat, pengosongan
lambung akan lebih cepat pada hari ke 3 dan seterusnya. Cairan lambung harus dikeluarkan
setiap kali akan memberikan minum berikutnya. Seandainya yang keluar hanya udara dan
sedikit lendir, jumlah pemberian minum yang direncanakan dapat diteruskan. Apabila yang
keluar melebihi 10% dari jumlah cairan yang diberikan sebelumnya, maka jumlah yang akan
diberikan dikurangi dengan yang dikeluarkan. Selanjutnya jumlah ASI/PASI yang diberikan
dinaikkan sedikit demi sedikit. Berat bayi premature ini mungkin tidak akan bertambah
dalam 7-10 hari. Dalam hal ini untuk menaikkan berat badannya mungkin diperlukan
masukan yang mungkin mencapai 130-150 kkal/kg atau lebih. Sebaliknya bayi yang minum
kuat memerlukan volume dan kalori yang lebih tinggi sehingga beratnya akan cepat naik
dalam beberapa hari. (3)

31
System enzim pencernaan bayi dengan masa gestasi lebih dari 28 minggu sudah
cukup matur untuk mencernakan dan mengabsorpsi protein dan karbohidrat. Lemak kurang
dapat diabsorpsi karena kurangnya garam empedu. Lemak dari ASI dan lemak tidak jenuh
lebih mudah diabsorbsi dibandingkan dengan lemak susu sapi. Kenaikan berat badan bayi
yang berat lahirnya kurang dari 2100 gram harus cukup baik bila diberikan ASI atau susu
yang mendekati komposisi ASI yang mengandung 40% kasein dan 60% whey dengan
masukan protein sebanyak 2,25-2,75 g/kg/24 jam. Di dalamnya harus tercakup semua asam
amino yang diperlukan bayi premature seperti tirosin,sistin, dan histidin. Bayi yang lebih tua
dan bayi dengan pertumbuhan yang cepat dapat menerima jumlah protein yang tinggi dan
umumnya cukup aman. Walaupun demikian pemberian protein sebanyak 4,5 g/kgBB/24 jam
mungkin berbahaya, walaupun pertumbuhan liniernya lebih baik. Hal ini disebabkan karena
susu formula dengan kadar protein tinggi dapat menyebabkan : (1)

1. Aminogram plasma yang tidak normal


2. Konsentrasi nitrogen urea, amonia, dan natrium dalam darah meningkat
3. Asidosis metabolik (formula susu sapi)
4. Perkembangan saraf yang tidak baik
Walaupun jumlah susu formula telah cukup mengandung semua vitamin yang
diperlukan untuk pertumbuhan, akan tetapi volume susu yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan belum tentu dapat memenuhi kebutuhan vitamin dalam beberapa minggu. Oleh
sebab itu bayi berat lahir rendah harus diberi tambahan vitamin. Selain itu b harus diberi
tambahan vitamin. Selain itu beberapa bayi memerlukan jenis vitamin tertentu dan sebagian
metabolisme fenilalanin atau tirosin memerlukan vitamin c. (1)

Pada bayi premature absorbsi lemak berkurang dan banyak lemak yang hilang
melalui tinja. Agaknya hal ini berhubungan dengan berkurangnya absorbsi vitamin D,
vitamin yang larut dalam lemak lainnya, serta kalsium. Bayi dengan berat lahir yang sangat
rendah cenderung untuk menderita rakitis. Jumlah vitamin D yang diberikan tidak boleh
lebih dari 1500 IU/24 jam. Pemberian folat perlu untuk pembentukan DNA dan produksi sel
baru. Jumlah eritrosit dan serum berkurang pada minggu pertama dan tetap rendah sampai 2-
3 bulan. Oleh sebab itu tambahan asam folat diperlukan, walaupun tidak akan memperbaiki
pertumbuhan atau menaikan konsentrasi haemoglobin. Defisiensi vitamin E akan

32
mengakibatkan meningkatnya hemolisis dan timbulnya anemia bila hemolisisnya berat.
Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan dan mencegah peroksidasi asam lemak tak jenuh
ganda (poly-unsaturated) dalam membrane sel darah merah. Kebutuhan vitamin E yang
mungkin disebabkan karena kadar asam lemak ini dalam membran meninggi. (1)

Anemia fisiologik pada bayi berat lahir rendah disebabkan oleh supresi eritropoesis
pasca lahir, persediaan besi janin yang sedikit, serta bertambah besarnya volume darah
sebagai akibat pertumbuhan yang relative lebih cepat. Oleh karena itu anemia pada bayi
berat lahir rendah terjadi lebih dini. Kehilangan darah pada janin atau neonatus akan
memperberat anemianya. Persediaan zat besi pada neonatus termasuk bayi dengan berat
lahir sangat rendah biasanya mencukupi sampai berat badannya menjadi 2 kali berat lahir.
Pemberian tambahan zat besi pada bayi dengan resiko terhadap defisiensi vitamin E
(umumnya bayi dengan masa gestasi kurang dari 34 minggu) akan memperberat hemolisis
dan mengurangi absorbsi vitamin E. Oleh karena itu vitamin E diberikan terlebih dahulu
pada saat bayi mencapai berat badan dua kali lipat dari berat lahir, kemudian dimulai
pemberian zat besi sebanyak 2 mg/kg/24 jam. Bayi premature yang mendapat makanan
cukup akan berhajat dengan konsistensi semisolid sebanyak 1-6 kali sehari, jika jumlahnya
bertambah banyak dan berbentuk air, harus dicari penyebabnya dan diawasi. Seharusnya
bayi premature tidak boleh muntah maupun regurgitasi. Bayi yang baru selesai minum
tampaknya tenang. Namun beberapa saat sebelum minum bayi akan melakukan gerakan
tertentu yang menandakan ia lapar. (2,3)

Kebutuhan cairan

Cairan yang diperlukan tergantung dari masa gestasi, keadaan lingkungan dan
penyakit bayi. Diduga kehilangan cairan melalui tinja dari janin yang tidak mendapat
makanan melalui mulut, sangat sedikit. Kebutuhan akan cairan sesuai dengan kehilangan
cairan insensible, cairan yang dikeluarkan ginjal, dan pengeluaran cairan yang disebabkan
keadaan lainnya. Kehilangan cairan insensible berhubungan tidak langsung dengan masa
gestasi. Bayi premature yang sangat imatur (berat lahir kurang dari 1000 gr mendapat
makanan melalui mulut, sangat sedikit. Kebutuhan akan cairan sesuai dengan kehilangan
cairan insensible, cairan yang dikeluarkan ginjal, dan pengeluaran cairan yang disebabkan
keadaan lainnya. Kehilangan cairan insensible berhubungan tidak langsung dengan masa

33
gestasi. Bayi premature yang sangat imatur (berat lahir kurang dari 1000 gram) memerlukan
sebanyak 2-3 ml/kg/jam yang sebvam) memerlukan sebanyak 2-3 ml/kg/jam yang sebagian
disebabkan oleh kulit yang tipis,kekurangan jaringan subkutan, dan oleh luasnya permukaan
tubuh. Kehilangan air insensible meningkat ditempat udara panas, selama terapi sinar, dan
pada kenaikan suhu tubuh. Kehilangan air tersebut akan berkurang bila bayi diberi pakaian,
incubator sebelah dalam ditutupi pleksiglas, bernafas dengan udara lembab, atau pada bayi
yang mendekati cukup bulan. Bayi premature yang besar (2000-2500 gram) akan kehilangan
air insensible ini sebanyak 0,6-0,7 ml/kg/jam bila dirawat dalam incubator. (1)

Pemberian cairan juga diperlukan agar zat yang larut dalam air kemih seperti urea,
elektrolit dan fosfat dapat dikeluarkan. Jumlahnya berbeda-beda menurut makanan yang
diberikan, tingkat anabolik dan katabolik nutr dapat dikeluarkan. Jumlahnya berbeda-beda
menurut makanan yang diberikan, tingkat anabolik dan katabolik nutrisinya. Formula yang
pekat, alimentasi yang seluruhnya melalui pembuluh darah akan memerlukan air yang lebih
banyak agar hasil katabolisme yang meningkat dapat dikeluarkan melalui air kemih. Beban
zat yang terlarut dalam ginjal (renal solute loads) berkisar antara 7,5-30 mOsm/kg. Bayi baru
lahir, terutama BBLSR, kurang mampu memekatkan air kemih oleh sebab itu perlu ditambah
cairan agar bayi dapat mengeluarkan zat yang tidak diperlukan tubuhnya. (1)

Jumlah cairan yang dianjurkan untuk neonatus yang memerlukan susu botol atau
cairan melalui pembuluh darah adalah 60-70 ml/kgBB pada hari pertama, dinaikkan menjadi
100-120 ml/kgBB pada hari k 2-3, pada hari ke 4-5 mencapai 150 ml/kgBB dan selanjutnya
dapat mencapai 160-180 ml/kgBB/hari. Volume cairan yang diberikan harus disesuaikan
dengan kebutuhan setiap bayi. Yang perlu selalu dipantau pada bayi premature adalah berat
badan yang harus ditimbang setiap hari, pengeluaran air kemih dan berat jenisnya serta kadar
nitrogen urea serum dengan elektrolit. Dengan pemantauan ini dapat diketahui secara dini
kelainan hidrasinya. Pemeriksaan tersebut diperlukan oleh karena pengamatan klinis dan
pemeriksaan fisis saja sukar menentukan derajat hidrasi premature. Kehilangan cairan yang
meningkat seperti pada glikosuria, poliuria pada nekrosis tubular akut dan diare akan
menyebabkan bayi menjadi dehidrasi karena ginjal tidak sanggup menahan air dan elektrolit
yang keluar. Sebaliknya jumlah cairan yang berlebihan memudahkan terjadinya edema,
gagal jantung kongestif dan duktus arteriosus paten. (1)

34
Nutrisi parenteral total

Apabila makanan melalui mulut tidak mungkin diberikan dalam waktu lama,
alimentasi intravena total akan cukup memberikan cairan, kalori, elektrolit dan vitamin untuk
membantu partumbuhan bayi. Cara ini bermanfaat untuk menyelamatkan bayi dengan
sindrom diare tak terkendali atau reseksi usus yang luas. Cairan diberikan melalui kateter
yang dimasukkan kedalam pembuluh darah vena pusat atau perifer. (1)

Tujuan alimentasi parenteral adalah untuk memberikan cukup kalori yang bukan
protein (nonprotein calories) agar bayi berkesempatan menggunakan sebagian besar protein
untuk pertumbuhan. Cairan yang diberikan harus mengandung bahan yang setara dan senilai
protein (hidrolisat kasein, fibrin daging sapid an asam amino sintetik) sebanyak 2,5 g/dl
glukosa hipertonik 10-25 g/dl, elektrolit, elemen bio-inorganik dan vitamin dalam jumlah
yang diperlukan. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya asidosis dianjurkan memakai
campuran asam amino yang berbentuk kristal. Untuk memenuhi kebutuhan nonprotein
sebanyak 100-120 kkal/kgBB/24 jam diperlukan pemberian glukosa saja pada hari pertama
sebanyak 10-15 g/kgBB/24 jam dan dinaikkan sedikit demi sedikit sampai mencapai 25-30
g/kgBB/24 jam. Apabila yang digunakan vena perifer sebaiknya diberikan larutan dengan
konsentrasi glukosa kurang dari 12,5 g/dl. Emulsi lemak seperti intrasi glukosa kurang dari
12,5 g/dl. Emulsi lemak seperti intralipid (11 kkal/g) dapat dipakai untuk memenuhi
kebutuhan kalori tanpa menilai tekanan osmotiknya. Dengan demikian pemberian glukosa
konsentrasi tinggi melalui vena sentral atau perifer dapat dikurangi dan biasanya dapat
mencegah timbulnya kekurangan asam lemak esensial. Elektrolit, elemen bio-inorganik dan
vitamin yang diperlukan ditambahkan kedalam cairan intravena rumatan. Pemeriksaan klinis
dan biokimia harus dilakukan setiap hari agar isi cairan intravena dapat diatur dengan
seksama. Pemberian cairan dilakukan perlahan-lahan dan terus menerus. Semua cairan
harus dicampur oleh seorang ahli farmasi yang berpengalaman dengan memakai laminar
flow hood. Pemberian nutrisi parenteral total intravena lebih dari 100 kkal/kg/24 jam akan
menaikkan berat bayi sebanyak 15 g/kg/24 jam dengan balans nitrogen positif sebesar 150-
200 mg/kg/24 jam. Bila berat badan tidak naik dengan cara diatas harus dipikirkan
kemungkinan sepsis atau penyakit berat lainnya. Kenaikan berat badan dapat pula dicapai

35
dengan pemberian cairan yang mengandung campuran asam amino 2,5 g/kg/24 jam, glukosa
10 g/dl dan intralipid 2-3 g/kg/24 jam. (1,2)

Komplikasi alimentasi intravena yang paling sering menimbulkan masalah adalah


sepsis, kejadian ini dapat dikurangi dengan perawatan kateter yang sangat teliti serta
mempersiapkan cairan infus secara aseptic. Kuman penyebab yang paling sering ditemukan
dibangsal neonatus. Rumah sakit Cipto Mangunkusumo adalah kuman gram negatif.
Mikroorganisme lainnya adalah Staphylococcus aureus dan candida albican. Saat bayi
diketahui menderita infeksi, kateter beserta cairan harus diangkat dan diganti dengan yang
baru dan steril kemudian diberi pengobatan yang kalau mungkin sesuai dengan penyebabnya.
Komplikasi lain adalah trombosis, ekstravasasi cairan dan kadang-kadang salah posisi
kateter (tidak terletak dalam vena). Pemberian cairan melaui vena perifer sering
menimbulkan flebitis, kulit terkelupas dan infeksi superficial. Komplikasi metabolic
meliputi : (1)

1. hiperglikemia karena pemberian glukosa konsentrasi tinggi yang dapat


mengakibatkan terjadinya diuresis osmotic, dehidrasi dan azotemia.
2. hipoglikemia oleh karena penghentian cairan glukosa yang mendadak
3. hiperlipidemia dan mungkin pula hipoksemia akibat pemberian cairan lipid
4. hiperamonemia yang mungkin disebabkan oleh tingginya kadar amonia dalam
hidrolisat fibrin daging sapi atau kekurangan arginin dalam hidrolisat kasein
5. kelainan kimia hati
6. asidosis hiperkloremik terjadi pada bayi yang mendapat asam amino sintetik kecuali
kalau susunan asam anionik, asam amino kationik dan berbagai garam lainnya
berimbang.
Meningkatnya kadar asam amino darah yang tidak normal mungkin menambah berat
keadaan bayi. Kekurangan asam lemak mungkin terjadi apabila dalam cairan intravena tidak
dipakai emulsi lemak. Pemantauan kimiawi dan fisiologik secara menerus terhadap bayi
yang mendapat alimentasi intravena harus dilakukan secara teratur karena sering menderita
komplikasi yang berat. (2)

Suplementasi intravena pada pemberian makanan peroral

36
Glukosa, campuran asam amino, atau emulsi lemak dapat diberikan melalui vena
perifer secara tersendiri atau terkombinasi apabila bayi berat lahir rendah tidak cukup
mendapat kalori kalau hanya diberikan makanan per oral. Bayi dengan berat kurang dari
1500 gram dan mendapat suplementasi cairan intravena yang mengandung nitrogen akan
menaikkan beratnya kembali dan serangan apnea pun berkurang. Tambahan berat, panjang
dan lingkaran kepala seperti yang terjadi dalam kandungan dapat dicapai dengan
memberikan campuran hidrolisat protein, glukosa, dan intralipid secara intravena. Kejadian
aspirasi dapat dikurangi dengan memberikan campuran makanan seperti diatas, disertai
pemberian makanan dengan volume kecil peroral. Komplikasi lain yang mungkin terjadi
adalah hiperglikemia, azotemia, hipermetioninemia dan hiperglisinemia. (1)

Bayi dengan BBLR sering mengalami masalah pada nutrisi karena fungsi saluran
pencernaan yang belum sempurna, seperti reflex hisap yang kurang, motilitas usus lambat
sehingga bayi mudah kembung, volume gaster yang kecil sehingga bayi mudah muntah, dan
defisiensi enzim. Penyakit lain seperti asfiksia, infeksi, dan sesak nafas juga sering
menyertai. Hal ini membuat masukan oral menjadi sulit dan tertunda.

Pemberian nutrisi pada bayi BBLR yang sehat sebaiknya dilakukan sesegera mungkin
dengan cara IMD (Inisiasi Menyusu Dini). Sedangkan pada bayi BBLR yang sakit, sebagian
besar dapat mengatasi penyakitnya sendiri dengan cepat, sehingga hanya memerlukan cairan,
elektrolit, dan glukosa. Pemberian kolostrum sebagai minum pertama sangat dianjurkan.

Keperluan Cairan dan Elektrolit BBLR Berat 1500-2500 g


Jumlah cairan Sodium Potassium Kalsium
(cc/kg/hari) (mEq/kg/hari) (mEq/kg/hari) elemental
(mg/kg/hari)
Hari ke 1 60 D10 W 0 0 45
Hari ke 2 90-110 D10W 2-3 1-2 45
Hari ke 3-14 120-150 D10W 2-4 2-4 45

Cara menilai kecukupan cairan dan elektrolit:


1. Secara klinis: edematous atau dehidrasi
37
2. Berat badan
3. Jumlah urin (2-3 ml/kg/hari), warna urin, berat jenis (1.005-1.010)
4. Elektrolit Na 135-145 mEq/l, K: 3.5-5 mEq/l
5. Bila mendapat fototerapi, jumlah cairan + 20%
Pemberian nutrisi parenteral dipertimbangkan bila sampai hari ketiga bayi masih
memerlukan puasa. Garis besar program nutrisi parenteral adalah:
1. Keperluan cairan dan elektrolit. Keperluan cairan setelah hari ketiga: 120-150 cc/kg.
2. Keperluan kalori dan glukosa. Kalori: 90-100 kkal/kg.
3. Keperluan protein dan lemak.
4. Tambahan vitamin/ mineral/ trace element.
Bayi dapat mulai diberikan minum bila keadaannya sudah stabil, yaitu:
1. Kontrol suhu baik
2. Sesak nafas/ retraksi berkurang
3. Keperluan O2 berkurang
4. Frekuensi denyut jantung baik, ekstremitas hangat
5. Bising usus cukup
6. Menunjukkan tanda-tanda lapar

Masalah ASI pada BBLR Kurang Bulan


Masalah yang sering muncul dikarenakan reflex hisap dan menelan yang belum kuat,
sehingga rangsangan pada puting lemah. Hal ini berakibat pada pengosongan payudara yang
terhambat, produksi ASI menjadi menurun dan lama-kelamaan menjadi habis.
Masalah ini dapat diatasi dengan pemberian Penguat ASI (HMF: Human Milk
Fortifier). HMF berisi protein, elektrolit, dan mineral. HMF dapat ditambahkan pada ASI
peras pada bayi < 1500 g setelah bisa minum > 100 ml/kg. HMF diberikan sampai dengan
berat 1800-2000 g. Bila tidak terdapat HMR atau ASI peras ibu kurang, dapat diberikan susu
formula yang dimulai dengan pengenceran setengah.
Komposisi Berbagai Susu
Susu Sapi ASI Matur ASI ASI Formula Formula
Prematur Prematur + BBLR Biasa
Fortifier

38
Energy / 67 70 67 74 80 66
100 ml
Karbohidrat 4.6 7 6 - 8.5 6.9
Lemak 3.9 4.2 4 4 4.4 3.6
Protein 3.4 1.3 1.8-2.4 3.7 2.2 1.5
Natrium 22 7 22 31 13-20 8
Kalium 39 15 18 - 18 17
Calcium 30 9 6 27 18-27 12-20
Phosphor 30 5 5 38 11-17 12-18

Pencegahan infeksi

Bayi premature sangat rentan terhadap innfeksi. Prosedur pencegahan infeksi adalah
sebagai berikut : (1)

1. mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun dan air mengalir selama 2 menit
sebelum masuk ke tempat rawat bayi
2. mencuci tangan dengan zat antiseptic/sabun setiap sebelum dan sesudah memegang
seorang bayi
3. melakukan tindakan untuk mengurangi kontaminasi pada makanan bayi dan semua
benda yang berhubungan langsung dengan bayi
4. mencegah kontaminasi udara disekitar bayi
5. mencegah jumlah bayi yang terlalu banyak dalam satu ruangan
6. membatasi kontak langsung dan tidak langsung dengan petugas ruangan dan bayi
lainnya
7. melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke tempat bayi dirawat.
Hubungan antara bayi dan keluarga harus tetap dilaksanakan agar perkembangan bayi tidak
terganggu. Sedangkan bahaya infeksi dapat dikurangi dengan cara mematuhi peraturan
pencegahan infeksi. (1)

Pencegahan transmisi infeksi dari satu bayi ke bayi lainnya sukar dilakukan karena
pada bayi cukup bulan maupun bayi premature sering tidak tampak manifestasi klinis infeksi

39
dini. Terhadap bayi yang dirawat namun lahir di luar Rumah Sakit, dugaan terhadap infeksi
harus selalu ada. Untuk membuktikannya bayi tersebut diawasi dengan teliti selama tiga
hari. Kalau terjadi epidemic diruang rawat bayi sejumlah perawat tertentu dan ruangan
isolasi harus digunakan serta tindakan aseptic dan antiseptic yang sudah dilaksanakan setiap
hari lebih ditingkatkan lagi. (2)

Keberhasilan dalam merawat bayi baru lahir umumnya dan bayi premature khususnya
dapat dicapai dengan memuaskan apabila tersedia tenaga perawat yang cekatan, terlatih,
berpengalaman dalam jumlah yang memadai, serta tersedia fasilitas lainnya seperti
laboratorium, alat radiology,EKG,USG, alat resuscitator.(1)

Obat

Bersihan ginjal untuk sebagian besar bahan yang dikeluarkan air kemih kurang pada
bayi beru lahir, lebih-lebih pada bayi prematur. Untuk mencapai hasil yang memuaskan dan
tidak merugikan bayi, pemberian obat yang mudah diekskresi ginjal seperti penisilin,
gentamisin dan kanamisin waktu antara 2 pemberian dibuat lebih lama misalnya 12 jam.
Obat yang didetoksikasi dihati atau yang memerlukan konjungasi kimia sebelum diekskresi
ginjal, harus pula diberikan dengan hati-hati dan dalam jumlah dan cara pemberian obat
antibiotic kepada neonatus yang menderita infeksi harus dipertimbangkan untuk setiap bayi,
oleh karena dapat menimbulkan bahaya seperti (1) infeksi yang disebabkan oleh organisme
yang resisten terhadap obat yang diberikan, (2) merusak atau menghambat kerja bakteri yang
menghasilkan sejumlah vitamin yang diperlukan bayi seperti vitamin K dan tiamin, (3)
merusak/mengganggu proses metabolic yang bermanfaat misalnya peranan sulfisoksazol
dalam hiperbilirubinemia. Walaupun obat dipasaran dikatakan aman untuk dipakai akan
tetapi penggunaannya terhadap penyakit neonatus harus sangat berhati-hati terutama untuk
premature. Dalam jumlah tertentu obat seperti oksigen, sulfisoksazol, kloramfenikol,
novobiosin, cukup aman diberikan kepada bayi cukup bulan akan tetapi berbahaya untuk
bayi premature. (1,2)

Kadar beberapa immunoglobulin bayi premature pada waktu lahir berbeda bermakna
dengan ibu saat bersalin atau bayi cukup bulan, kadar ini akan terus merendah selama bulan

40
pertama. Pemberian rutin gamaglobulin profilaktik belum memberikan hasil yang
memuaskan. (1,2)

Memulangkan bayi

Sebelum pulang bayi sudah harus mampu minum sendiri, baik dengan botol maupun
dengan putting susu ibu. Selain itu kenaikan berat badan berkisar antara 10-30 g/hr dan suhu
tubuh tetap normal diruang biasa. Bayi harus tidak menderita apnea atau bradikardia dan
tidak memerlukan oksigen atau obat yang diberikan melaui pembuluh darah. Mata bayi yang
mendapat oksigen harus diperiksa untuk melihat ada tidaknya fibroplasia retrolental dan
tekanan darah bayi yang dimasukkan kateter ke dalam tali pusatnya harus diperiksa untuk
mengetahui ada tidaknya hipertensi vascular ginjal. Bila ada dugaan bayi menderita anemia,
kadar haemoglobin dan hematokrit harus diperiksa. Biasanya bayi premature dipulangkan
dengan berat badan lebih dari 2000 gram dan semua masalah yang berat sudah diatasi.
Selanjutnya bayi harus dipantau secara teratur untuk melihat pertumbuhan dan
perkembangannya serta menemukan kelainan yang mungkin baru timbul kemudian dan kalau
mungkin mengobati/mencegah berlanjutnya proses penyakit yang dideritanya. (1)

Perawatan dirumah

Sebelum pulang ketika ibu masih dirawat di rumah sakit, sudah harus diajarkan cara
merawat bayi baru lahir seperti cara memandikan, merawat tali pusat, mengganti popok,
memberi ASI/PASI. Kalau mungkin petugas social yang berpengalaman dalam merawat
bayi mengunjungi rumah bayi tersebut sekurang-kurangnya 1 kali untuk melihat dari dekat
bagaimana si ibu merawat bayinya dan kalau perlu memberi nasehat mengenai kesalahan
atau kekurangannya. (1,3)

H. Prognosis
Pada saat ini harapan hidup bayi dengan berat 1501-2500 gram adalah 95% tetapi
bayi berat kurang dari 1500 gram masih mempunyai angka kematian lebih tinggi. Perawatan
bayi dengan berat badan yang sangat rendah di ruang gawat darurat neonatus telah dapat
memperpanjang umurnya, kematiannya diduga karena diplasia bronkopulmonal, enterokolitis
nekrotikans atau infeksi sekunder. Angka kematian bayi berat lahir rendah yang berhasil
dipulangkan dari rumah sakit selama 2 tahun pertama lebih tinggi dari bayi cukup bulan.

41
Kebanyakan sebab kematiannya diduga karena infeksi yang pada hakekatnya dapat dicega.
Selain itu terdapat peninggian kejadian gagal tumbuh, sindrom kematian bayi mendadak,
anak terlantar, ikatan antara ibu bayi (terutama bayi premature) yang tidak memuaskan. (1,6)

Kelainan anatomic bawaan yang didapat pada bayi BBLR kira-kira 3-7%. Bayi berat
lahir rendah yang tidak mempunyai cacat bawaan, kerusakan susunan saraf pusat, berat lahir
yang sangat rendah atau retardasi pertumbuhan intrauterine, selama tahun kedua akan
mengalami pertumbuhan fisis yang mendekati pertumbuhan bayi cukup bulan dengan berat
sesuai dengan masa gestasi. Keadaan inirine, selama tahun kedua akan mengalami
pertumbuhan fisis yang mendekati pertumbuhan bayi cukup bulan dengan berat sesuai
dengan masa gestasi. Keadaan ini terjadi lebih dahulu pada bayi premature dengan ukuran
yang lebih besar. (1,3)

Selama tahun kedua bayi BBLSR tidak akan mampu mencapai pertumbuhan seperti
bayi dengan berat badan yang mendekati bayi cukup bulan, terutama yang menderita
penyakir kronis berat, jumlah makanan yang diberikan tidak mencukupi, atau bila
perawatannya tidak memadai. Pada umumnya makin imatur dan makin rendah berat lahir
bayi, makin besar kemungkinan terjadinya kecerdasan yang kurang dan gangguan
neurologik. Lingkaran kepala yang kecil waktu lahir mungkin berhubungan dengan ciri
neurologik yang buruk. Kejadian retardasi perkembangan neurologik dan mental pada bayi
dengan berat lahir yang sangat rendah berkisar antara 10-20% termasuk serebral palsi 3-5%
cacat pendengaran dan penglihatan yang sedang sampai berat 1-4% dan kesukaran belajar
20% IQ global rata-rata sebesar 90-97 dan 76% di antaranya dapat mengikuti sekolah
normal. (1)

42
DAFTAR PUSTAKA

1. Current : Pediatric Diagnosis and Treatment: Neonatal Intensive Care, page 22-30.
Edition 15 Th 2001 Mc Graw Hill Companies.
2. Avery Gordon B : Neonatologi, Pathology and Management Of The New Born, Page
182-200. Second Edition.JB Lippincott Company Philadelphia1981.
3. Rudolf’s Fundamental Of Pediatric, Page 161-164 Mc Graw Hill Companies 2002.
4. eMedicine-Neonatal Resuscitation 2001 : Articel by Robin L Bissinger,MSN,RNC,NNP
5. Lara Mother Health Care Center : Asphyxia Neonatorum
6. Behrman, Kliegman : Nelson Essential Of Pediatric-Delivery Room Care, Page 160-166,
204-206. W.B Saunders Company 1990.
7. CorbertAnthony,M.D : Disorders Of The Respiratory Tract In Children, Page 268-273.
W.B Saunders Company1983
8. Wood David and Malan Atties : Notes On The Newborn Infant Fifth Edition.1996.
9. Markum A.H. Prematuritas dan Retardasi Pertumbuhan Intrauterine. Dalam: Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Anak, jilid I, cet.3, Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 1996; 221-36
10. Surasmi A., Handayani S., Nurkusuma H. Perawatan Bayi Berat Badan Lahir
Rendah. Dalam: Perawatan Bayi Resiko Tinggi, cet. 1. Jakarta: EGC, 2003; 30-56
11. Nelson. Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak, Ed. 15,
Vol. 1, Jakarta: EGC, 1996; 562-72
12. Budjang R.F. Bayi Dengan Berat Lahir Rendah. Dalam: Ilmu Kebidanan, Ed. 3, cet. 5,
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 1999; 771-84
13. Ananth C.V., Kramer M.S., Demissie K. Small-for-Gestasional Age Birth Among
Balck and White Women: Temporal Trends in the United States. In: Research and
Practice, Vol. 93. No. 4, American Public Health Association, April 2003; Journal on 13
January 2005http://www.ajph.org/cgi/content/full/93/4/577
14. I.D.A.I. Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah, artikel tanggal 13 Januari 2005. Dalam:
http://www.idai.or.id/web/topik/detil.asp?IDTopics=71

43
44

Anda mungkin juga menyukai