Anda di halaman 1dari 23

A.

Fraktur Femur
1. Definisi
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi
akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan
biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini
dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, dan dapat mengakibatkan
penderita jatuh dalam syok.
2. Epidemiologi
Fraktur femur biasanya disebabkan oleh trauma akibat tekanan yang
berlebihan pada tulang melebihi kapasitas tulang tersebut. Secara epidemiologi,
fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan
perbandingan 3:1. Insiden fraktur femur di USA diperkirakan 1 orang setiap
10.000 penduduk setiap tahunnya. Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh
unit pelaksana teknis terpadu Imunoendokrinologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia pada tahun 2006 di Indonesia dari 1690 kasus kecelakaan
lalu lintas, 249 kasus atau 14,7%-nya mengalami fraktur femur.
3. Anatomi dan Fisiologi
Femur adalah tulang terpanjang dan terkuat pada tubuh. Tulang femur
menghubungkan antara tubuh bagian panggul dan lutut. Kata “ femur”
merupakan bahasa latin untuk paha. Femur pada ujung bagian atasnya memiliki
caput, collum, trochanter major dan minor. Bagian caput merupakan lebih
kurang dua pertiga berbentuk seperti bola dan berartikulasi dengan acetabulum
dari tulang coxae membentuk articulation coxae. Pada pusat caput terdapat
lekukan kecil yang disebut fovea capitis, yaitu tempat perlekatan ligamentum
dari caput. Sebagian suplai darah untuk caput femoris dihantarkan sepanjang
ligamen ini dan memasuki tulang pada fovea
Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur, berjalan
ke bawah, belakang, lateral dan membentuk sudut lebih kurang 125 derajat,

1
pada wanita sedikit lebih kecil dengan sumbu panjang batang femur. Besarnya
sudut ini perlu diingat karena dapat berubah karena penyakit.
Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas leher dan
batang. Yang menghubungkan dua trochanter ini adalah linea intertrochanterica
di depan dan crista intertrochanterica yang mencolok di bagian belakang, dan
padanya terdapat tuberculum quadratum.
Bagian batang femur umumnya berbentuk cembung ke arah depan.
Berbentuk licin dan bulat pada permukaan anteriornya, pada bagian
belakangnya terdapat linea aspera, tepian linea aspera melebar ke atas dan ke
bawah. Tepian medial berlanjut ke bawah sebagai crista supracondylaris
medialis menuju tuberculum adductorum pada condylus medialis. Tepian
lateral menyatu ke bawah dengan crista supracondylaris lateralis. Pada
permukaan postertior batang femur, di bawah trochanter major terdapat
tuberositas glutealis, yang ke bawah berhubungan dengan linea aspera. Bagian
batang melebar kearah ujung distal dan membentuk daerah segitiga datar pada
permnukaan posteriornya, disebut fascia poplitea.

2
Gambar 1. Anatomi Tulang Femur
Ujung bawah femur memilki condylus medialis dan lateralis, yang di
bagian posterior dipisahkan oleh incisura intercondylaris. Permukaan anterior
condylus dihubungkan oleh permukaan sendi untuk patella. Kedua condylus
ikut membentuk articulation genu. Di atas condylus terdapat epicondylus
lateralis dan medialis. Tuberculum adductorium berhubungan langsung dengan
epicondylus medialis.
Vaskularisasi femur berasal dari arteri iliaka komunis kanan dan kiri. Saat
arteri ini memasuki daerah femur maka disebut sebagai arteri femoralis. Tiap-
tiap arteri femoralis kanan dan kiri akan bercabang menjadi arteri profunda
femoris, ramiarteria sirkumfleksia femoris lateralis asenden, rami arteria
sirkumfleksia femoris lateralis desenden, arteri sirkumfleksia femoris medialis
dan arteria perforantes. Perpanjangan dari arteri femoralis akan membentuk
arteri yang memperdarahi daerah genu dan ekstremitas inferior yang lebih

3
distal. Aliran balik darah menuju jantung dari bagian femur dibawa oleh vena
femoralis kanan dan kiri.

Gambar 2. Struktur Vaskularisasi Femur


4. Klasifikasi Fraktur Femur
Fraktur femur dapat dibagi dalam :
a. Fraktur Collum Femur :
Fraktur Collum femur dapat disebabkan oleh trauma langsung yaitu
misalnya penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter
mayor langsung terbentur dengan benda keras ataupun disebabkan oleh
trauma tidak langsung yaitu karena gerakan eksorotasi yang mendadak dari
tungkai bawah, dibagi dalam :
1) Fraktur Intrakapsuler (Fraktur Collum femur)
2) Fraktur Extrakapsuler (Fraktur Intertrochanter femur)
b. Fraktur Subtrochanter Femur
Adalah fraktur dimana garis patahnya berada 5 cm distal dari
trochanter minor, dibagi dalam beberapa klasifikasi tetapi yang lebih

4
sederhana dan mudah dipahami adalah klasifikasi Fielding dan Magliato,
yaitu:
1) Tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trochanter minor
2) Tipe 2 : garis patah berada 1-2 inch di bawah dari batas atas
trochanter minor
3) Tipe 3 : garis patah berada 2-3 inch di distal dari batas atas
trochanter.
Fraktur ini dapat terjadi pada setiap umur dan biasanya akibat trauma
yang hebat. Gambaran klinisnya berupa anggota gerak bawah dalam
keadaan rotasi eksterna, memendek, dan ditemukan pembengkakan pada
daerah proksimal femur disertai nyeri pada pergerakan. Pada pemeriksaan
radiologis dapat meninjukkan fraktur yang terjadi dibawah trokhanter
minor. Garis fraktur bisa bersifat transverse, oblik atau spiral, dan sering
bersifat kominutif. Fragmen proksimal dalam keadaan posisi fleksi
sedangkan distal dalam keadaan posisi abduksi dan bergeser ke proksimal.
Pengobatan dengan reduksi terbuka dan fiksasi interna dengan
menggunakan plate dan screw. Komplikasi yang sering timbul adalah
nonunion dan malunion. Komplikasi ini dapat dikoreksi dengan osteotomi
atau bone grafting.
c. Fraktur Batang (midshaft) Femur
Fraktur batang femur merupakan fraktur yang sering terjadi pada
orang dewasa muda. Jika terjadi pada pasien manula, fraktur ini harus
dianggap patologik sebelum terbukti sebaliknya. Fraktur spiral biasanya
disebabkan oleh jatuh dengan mekanisme terpuntir/ twisting injury.
Fraktur transverse dan oblik biasanya akibat angulasi atau benturan
langsung, oleh karena itu sering ditemukan pada kecelakaan sepeda motor.
Pada benturan keras, fraktur mungkin bersifat kominutif atau tulang dapat
patah lebih dari satu tempat.

5
Femur diliputi oleh otot yang kuat dan merupakan proteksi untuk
tulang femur, tetapi juga dapat berakibat jelek karena dapat menarik
fragmen fraktur sehingga bergeser. Femur dapat pula mengalami fraktur
patologis akibat metastasis tumor ganas. Fraktur femur sering disertai
dengan perdarahan masif yang harus selalu dipikirkan sebagai penyebab
syok. Klasifikasi fraktur femur dapat bersifat tertutup atau terbuka, simpel,
komunitif, fraktur Z atau segmental.
d. Fraktur Distal Femur Dibagi menjadi 2 :
1) Suprakondiler Femur
Daerah suprakondiler adalah daerah antara batas proksimal
kondilus femur dan batas metafisis dengan diafisis femur. Fraktur
terjadi karena tekanan varus atau valgus disertai kekuatan aksial dan
putaran. Klasifikasi fraktur suprakondiler femur terbagi atas : tidak
bergeser, impaksi, bergeser, impaksi, bergeser dan komunitif. Fragmen
bagian distal selalu terjadi dislokasi ke posterior, hasil ini biasanya
disebabkan karena adanya tarikan otot – otot gastrocnemius, biasanya
fraktur supracondylar ini disebabkan oleh trauma langsung karena
kecepatan tinggi sehingga terjadi gaya axial dan stress valgus atau varus
dan disertai gaya rotasi.
2) Interkondiler Femur
Fraktur intercondylar femur, adalah fraktur dimana, garis fraktur
diantara condylus medialis dan lateralis, umumnya terjadi bentuk T
fraktur atau Y fraktur.
Mekanisme terjadinya fraktur femur dapat disebabkan oleh
trauma langsung atau tidak langsung. Menurut Swiontkowski dan
Stovitz, trauma langsung, gaya atau energi trauma akan mengenai
sepanjang shaft femur atau di regio trokhanter, sedangkan trauma tidak

6
langsung oleh karena tarikan otot illiopsoas di trochanter minor dan otot
adductor di trochanter mayor.20

5. Approach Femur
Approach Femur dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Lateral Approach
Lateral approach adalah insisi yang sering digunakan untuk
memudahkan akses ke sepertiga atas femur. Insisi ini dapat diperpanjang
untuk melihat secara keseluruhan dari tulang femur. Penyebab kehilangan
banyak darah sewaktu operasi biasanya dikarenakan cedera dari pembuluh
darah kecil, baik vena ataupun areteri perforantes.
Insisi ini biasa digunakan untuk :
1) Open reduction and Internal Fixation (ORIF) pada fraktur
Intertrochanter
2) Internal Fiksasi pada pengobatan Slipped Capital Femoral
Epiphysis
3) Subtrochanter maupun Intertrochanter Osteotomy
4) Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) Femoral shaft
fraktur, maupun
5) supracondylar fraktur femur.
6) Pengobatan Osteomielitis kronis femur
7) Biopsi dan pengobatan tumor tulang

7
Pasien dengan Intertrochanter maupun Subtrochanter dioperasi dalam
posisi supine maupun lateral, bisa dengan menggunakan meja traksi
ataupun tidak.

Gambar 3. Lateral Approach Femur


Landmark pada lateral approach dimulai dari greater trochanter hingga
lateral epicondyle dari femur, luas insisi sesuai dengan kebutuhan dalam
operasi. Tidak ada internervous plane ataupun intermuscular plane, insisi
dilakukan dengan cara membelah otot vastus lateralis.
b. Posterolateral Approach
Insisi ini biasa digunakan untuk fraktur dari Mid shaft femur, insisi juga
dapat diperpanjang ke proksimal maupun ke distal sesuai dengan kebutuhan
operasi, perdarahan biasanya lebih minimal karena tidak membelah otot.
Insisi ini biasa digunakan untuk :
1) Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) terutama untuk
fraktur mid shaft, proksimal shaft ataupun distal shaft.
2) Open Intramedullary rod placement untuk femur shaft fraktur.
3) Pengobatan non union femur fraktur.
4) Osteotomi Femur.
5) Pengobatan dari kronis dan akut osteomyelitis.
6) Biopsi dan pengobatan tumor tulang.

8
Gambar 4. Posterolateral Approach Femur
Pasien dengan Intertrochanter maupun Subtrochanter dioperasi dalam
posisi supine maupun lateral, bisa dengan menggunakan meja traksi
ataupun tidak.
Insisi longitudinal pada posterolateral dari femur, dimulai dari Greater
Trochanter hingga lateral epicondyle dari femur, luas insisi sesuai dengan
kebutuhan dalam operasi. Internervous plane ataupun Intermuscular plane
melalui septum intermuscular otot vastus lateralis.

6. Penatalaksanaan Fraktur Femur


Pengobatan dapat berupa terapi konservatif, yaitu :
a. Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum dilakukan terapi
definitif untuk mengurangi spasme otot.
b. Traksi tulang pada bagian distal femur maupun proksimal tibia. Indikasi
traksi terutama fraktur yang bersifat komunitif dan segmental.
c. Menggunakan cast bracing yang dipasang setelah terjadi union fraktur
secara klinis.
Terapi operatif yang dilakukan :

9
a. Pemasangan plate dan screw terutama pada fraktur femur proksimal dan
distal.
b. Mempergunakan K-Nail atau jenis-jenis lain baik dengan operasi tertutup
ataupun terbuka. Indikasi K-Nail, terutama pada fraktur diaphysis/mid shaft

Gambar 5. Open Reduction Internal Fixation of Femoral Shaft

7. Komplikasi
Komplikasi dini yang dapat terjadi adalah berupa : syok, emboli lemak,
trauma pembuluh darah besar,csindroma kompartemen trauma saraf,
thromboemboli, penurunan kadar hemoglobin/anemia dan infeksi.
Komplikasi lanjut dapat berupa :
a. Delayed union, fraktur femur pada pada orang dewasa mengalami
union dalam 4 bulan.
b. Non union, apabila permukaan fraktur menjadi bulat dan sklerotik
dicurigai adanya non union dan diperlukan fiksasi interna dan bone
graft.

10
c. Malunion, adalah suatu keadaan tulang patah yang telah mengalami
penyatuan dengan fragmen fraktur berada dalam posisi tidak normal
(posisi buruk). Malunion terjadi karena reduksi yang tidak akurat, atau
imobilisasi yang tidak efektif dalam masa penyembuhan.
d. Kaku sendi lutut, setelah operasi femur biasanya terjadi kesulitan
pergerakan pada sendi lutut. Hal ini disebabkan oleh adanya adhesi
periarticular atau adhesi intramuscular. Hal ini dapat dihindari apabila
fisioterapi yang intensif dan sistematis dilakukan lebih awal.

11
B. Fraktur Clavicula
1. Definisi
Fraktur adalah hilangnya kontuinitas tulang, tulang rawan sendi dan
tulang rawan epifise yang bersifat total maupun parsial. Untuk mengetahui
mengapa dan bagaimana tulang mengalami kepatahan, harus diketahui
keadaan fisik tulang dan keadaaan trauma yang dapat menyebabkan tulang
patah. Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan
terutama tekanan membengkok, memutar dan tarikan. Fraktur klavikula
adalah kerusakan dari tulang klavikula (biasanya disebut dengan tulang
selangka). Tulang tersebut menghubungkan sternum ke bahu.
Fraktur klavikula dapat terjadi pada tiga tempat :

1. Pertengahan klavikula : merupakan tempat yang paling sering


terjadi.
2. Sepertiga distal : ujung dari klavikula yang menghubungkan
klavikula dengan bahu.
3. Sepertiga medial : ujung klavikula yang menghubungkan
klavikula dengan sternum

2. Anatomi
a. Osteologi
Pada potongan koronal, tulang klavikula merupakan tulang yang
kecil dan tipis, lebih lebar pada sisi medial dan terlihat jelas lebih tipis
pada sepertiga lateral. Pada potongan axial, struktur tiga dimensi tulang
klavikula semakin jelas telihat. Tulang klavikula berbentuk seperti
huruf S, pada ujung sisi medial berbentuk cembung dan ujung sisi
lateral berbentuk cekung. Pada proyeksi axial, tulang klavikula baik sisi
medial maupun lateral mempunyai permukaan yang datar, dihubungkan
oleh bagian tengah klavikula yang berbentuk seperti tabung dan tipis.
Area transisi pertengahan tulang klavikula menunjukkan struktur

12
penghubung yang lemah. Pertengahan klavikula, merupakan daerah
yang paling sering terjadi fraktur. Pada akhirnya, jika terlihat pada
potongan sagital, luas daerah transisi tulang klavikula dari anterior ke
posterior dapat terlihat dengan jelas.

Gambar 5. Osteologi Klavikula

Ligamen medial

Bulbus-bulbus pada ujung medial klavikula menyokong sendi


sternoclavicular. Terdapat beberapa lapis dari ligamen tersebut yang
mendukung sendi tersebut, yang sangat diperlukan secara anatomis
apabila terjadi fraktur dan pergeseran tulang.
Ligamen kapsul

Penebalan yang spesifik pada sendi sternoclavicular


menunjukkan suatu ligamen kapsul. Penebalan ini terdapat pada sisi
anterosuperior dan posterior dari kapsul. Ligamen- ligamen ini mungkin
merupakan persendian sternoclavicular yang paling kuat dan yang
menghambat pergeseran superior dari sisi medial klavikula, dan
pergeseran inferior pada sisi ujung lateral klavikula. Kapsul posterior
ditetapkan sebagai struktur yang paling penting dalam menahan
pergeseran/translasi ke arah anterior maupun posterior pada sendi
sternoclavicular.

13
Gambar 6. Ligamen sternoclavicular yang kuat menopang klavikula pada posisi yang tepat.

Gambar 7. Ligamen Glenohumeral

14
Gambar 8. Ligamen Sternoclaviular

Ligamen interclavicula

Ligamen-ligamen yang kuat terbentang dari medial klavikula


sampai sisi superior sternum sampai kontralateral dari klavikula.
Ligamen tersebut merenggang pada saat bahu diangkat tetapi
menghambat pergeseran yang menurun dari ujung lateral klavikula.
Ligamen costoclavicula

Ligamen costoclavicula merupakan ligamen yang kuat yang


berjalan dari bagian atas dari iga pertama dan bagian yang berdekatan
dari sternum sampai bagian inferior dari klavikula. Kadang-kadang,
ligamen tersebut keluar dari bagian medial klavikula yang menjadi
tempat perlengketan fossa rhomboid. Untuk tujuan studi tentang
anatomi, serat-serat ligamen costoclavicular menstabilkan medial
klavikula melawan rotasi keatas dan kebawah.
Ligamen coracoclavicular

Ligamen trapezoid dan conoid merupakan ligamen yang tebal,


dan kuat yang berjalan dari dasar dari processus coracoid dari scapula
sampai bagian inferior dari lateral klavikula. Ligamen trapezoid
menempel pada tonjolan tulang yang spesifik, sedangkan ligamen

15
conoid yang lebih medial berinsersi pada conoid tubercle. Ligamen-
ligamen ini memberikan fungsi yang penting sebagai suspensi dari
korset bahu pada klavikula.6
Ligamen Acromioclavicular

apsul dari sendi acromioclavicular membentuk ligamen-


ligamen acromioclavicular. Pada bagian superior, dan pada bagian
posterosuperior, ligamen tersebut menahan pergeseran anteroposterior
dari distal klavikula. Studi biomekanis yang terbaru menyebutkan
bahwa kapsul acromioclavicular menahan translasi anterior-posterior
b. Anatomi otot

Beberapa otot yang penting mempunyai origo dan insersi di


klavikula. Pada bagian medial, terdapat origo dari pectoralis mayor
dan sternohyoid. Sudut dari fraktur klavikula yang paling penting,
yaitu pada superomedial klavikula dengan origo pada
sternocleidomastoid. Pada fraktur pertengahan klavikula, origo
tersebut di konversikan kepada insersi, sternocleidomastoid menjadi
elevator medial klavikula. Pada permukaan bawah pertengahan
klavikula merupakan titik insersi dari otot subclavius. Pada bagian
lateral, anterior klavikula merupakan tempat dari origo deltoid bagian
anterior dengan klavikula bagian posterosuperior juag menjadi insersi
tambahan dari otot trapezius. Otot lain yang penting yang
berhubungan dengan anatomi klavikula yaitu platysma. Otot platysma
berlokasi pada jaringan subcutan pada fascia cervical, platysma
mempunyai origo diatas deltoid dan pectoralis mayor dan menyilang
pada permukaan anterior superfisial klavikula sebelum berinsersi
pada mandibula, kulit, dan otot mulut.

16
c. Anatomi Neurovaskular

Dari segi sudut pandang untuk kepentingan bedah, anatomi


neurovaskular dibagi menjadi anterior dan posterior. Pada bagian
anterior, struktur yang paling utama yaitu saraf supraclavicular.
Percabangan dari pleksus cervical, saraf tersebut berorigo sebagai
trunkus pada batas posterior dari sternocleidomastoid. Trunkus
tersebut dibagi menjadi anterior, pertengahan, dan saraf posterior
yang melintasi permukaan superfisial dari bagian dalam klavikula
sampai platysma. Jupiter dan Ring merekomendasikan lokasi dan
preservasi saraf supraclavicular selama pendekatan bedah pada
pertengahan klavikula.

Tulang klavikula mempunyai fungsi yang penting sebagai


tulang pelindung pleksus brakhialis, vena jugular dan subclavia.
Secara spesifik, permukaan superior dari pertengahan klavikula
membentuk batas inferior dari segitiga posterior leher. Isi dari sgitiga
tersebut yang penting adalah pleksus brachialis dan arteri subclavia.

Gambar 9. Pleksus brachialis.

17
3. Klasifikasi
Fraktur klavikula dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi, termasuk
lokasi fraktur, pergeseran, angulasi, pola fraktur (greenstick, oblik, transverse)
dan kominutif.
Klasifikasi berdasarkan Allman:
a. Grup I : Fraktur pada pertengahan klavikula (80%). Merupakan
tipe yang paling sering terjadi baik pada anak-anak maupun orang
dewasa.
b. Grup II : Fraktur pada sepertiga distal (15%).
c. Grup III : Fraktur pada sepertiga proximal (5%). Pergeseran
minimal terjadi jika ligamen-ligamen costoclavicular tetap utuh.
Walaupun membantu dalam pembagian tempat trauma, sistem tersebut
tidak membagi berdasarkan pergeseran, kominutif, atau pemendekan, dimana
semua variabel tersebut sangat potensial dalam menentukan prognosa dan
penanganan.
Neer membagi klasifikasi berdasarkan Allman tipe 2 menjadi tiga tipe2,6 :
a. Tipe I : Ligamen coracoclavicular utuh.
b. Tipe II : Ligamencoracoclavicular lepas dari segmen medial tetapi
ligamen trapezoid utuh sampai ke segmen distal.
1) Tipe IIA :Conoid dan trapezoid menempel sampai ke
segmen distal.
2) Tipe IIB : Ligamen Conoid sobek, trapezoid menempel
sampai ke segmen distal.
c. Tipe III : Intra-articular meluas sampai ke sendi
acromioclavicular.
Subgrup tipe III yaitu:
Type I: Pergeseran minimal.
Type II: Bergeser .
Type III:Intraarticular.

18
Type IV: Terpisah pada epifisis.
Type V: Komunitif.
Klasifikasi menurut Craig:
a. Grup I : Fraktur pertengahan klavikula.
b. Grup II: Fraktur sepertiga distal klavikula.

1) Tipe 1 : pergeseran minimal (antar ligamen).

2) Tipe 2: pergeseran sekunder garis fraktur medial sampai


ligamen coracoclavicular.

A : Ligamen conoid dan trapezoid tetap utuh.

B : Ligamen conoid robek, trapezoid tetap utuh.

3) Tipe 3: Fraktur Intra artikular.

4) Tipe 4: Ligamen-ligamen menempel pada periosteum dengan


pergeseran pada fragmen proximal.

5) Tipe 5: Fraktur komunitif dengan ligamen-ligamen tetap


menempel dengan fragmen komunitif bagian inferior.
c. Grup III Fraktur sepertiga proksimal.

1) Tipe1: Pergeseran minimal.

2) Tipe 2: Pergeseran yang signifikan (ligament-ligamen


ruptur).

3) Tipe 3: Fraktur intraartikular.

4) Tipe 4: Separasi dari epifisis.

4. Gambaran Klinis
Gambaran klinis pada fraktur klavikula biasanya penderita datang
dengan keluhan jatuh atau trauma. Pasien merasakan sakit bahu dan diperparah
dengan setiap gerakan lengan. Fraktur klavikula sangat mudah didiagnosa
dengan pemeriksaan fisik karena jaringan subkutis yang sangat tipis. Pada

19
pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri tekan pada daerah fraktur dan
kadang-kadang terdengar krepitasi pada setiap gerakan. Dapat juga terlihat kulit
yang menonjol akibat desakan dari fragmen fraktur. Pembengkakan lokal akan
terlihat disertai perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan
gangguan sirkulasi yang mengikuti fraktur. Trauma pada pleksus brakhial yang
berhubungan dengan fraktur klavikula
dapat terjadi. Kerusakan vaskular walaupun jarang tetapi dapat terjadi terutama
pada arteri subklavia.

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologis
Diagnosis fraktur klavikula biasanya terlihat dari radiografi proyeksi AP.
Pada keadaan emergensi, ahli bedah dapat hanya menggunakan foto dada
dengan proyeksi AP untuk mendiagnosis fraktur klavikula. Untuk visualisasi
yang lebih baik, radiografi dengan proyeksi oblik dapat membantu. Untuk
mendapatkan visualisasi tersebut, arah sinar datang dari sudut 20 derajat
dari arah cephalad, dengan posisi lengan abduksi 135 derajat.

Gambar 10.. Gambaran radiologis fraktur klavikula

Keterangan :

A. Proyeksi AP.
B. Proyeksi oblik. 2,7,9

20
6. Tatalaksana
Pada prinsipnya penangan patah tulang klavikula adalah untuk mencapai
penyembuhantulang dengan minimum tingkat morbiditas, hilangnya fungsi,
dan sisa kelainan bentuk.Kebanyakan patah tulang klavikula telah berhasil
ditangani dengan metode tanpa operasi.Perawatan nonoperative dengan cara
mengurangi gerakan di daerah patah tulang. Tujuan penanganan adalah
menjaga bahu tetap dalam posisi normalnya dengan cara reduksi tertutup dan
imobilisasi. Modifikasi spika bahu (gips klavikula) atau balutan berbentuk
angka delapan atau strap klavikula dapat digunakan untuk mereduksi fraktur
ini, menarik bahu ke belakang, dan mempertahankan dalam posisi ini. Bila
dipergunakan strap klavikula, ketiak harus diberi bantalan yang memadai
untuk mencegah cedera kompresi terhadap pleksus brakhialis dan arteri
aksilaris. Peredaran darah dan saraf kedua lengan harus dipantau. Fraktur 1/3
distal klavikula tanpa pergeseran dan terpotongnya ligamentcoracoclavicular
atau acromioclavicular dapat ditangani dengan sling dan pembatasan gerakan
lengan. Bila fraktur 1/3 distal disertai dengan terputusnya ligamen
coracoclavicular, akan terjadi pergeseran, yang harus ditangani dengan
reduksi terbuka dan fiksasi interna. Selama imobilisasi pasien diperkenankan
melakukan latihan gerakan tapi harus menghindari aktivitas yang
berat.Tindak lanjut perawatan dilakukan dengan pemantauan yang
dijadwalkan 1 hingga 2 minggu setelah cedera untuk menilai gejala klinis dan
kemudian setiap 2 hingga 3 minggu sampai pasien tanpa gejala klinis.
Pemeriksaan foto rontgen tidak perlu selama proses perawatan, tetapi akan
lebih baik dilakukan pada saat proses penyatuan tulang yang biasanya dapat
dilihat pada minggu ke 4 sampai minggu ke 6 (pada saat fase remodeling pada
proses penyembuhan tulang). Tanda klinis penyatuan tulang adalah
berkurangnya rasa sakit atau rasa sakit hilang, dapat melakukan gerakan bahu
secara penuh, dan kekuatan kembali normal

21
Tidakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :
a. Fraktur terbuka.
b. Terdapat cedera neurovaskuler.
c. Fraktur komunitif.
d. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
e. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
f. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak
semestinya (malunion).

Pemberian obat pada kasus patah tulang dapat dilakukan untuk


mengurangi rasa nyeri. Obatobat yang dapat digunakan adalah obat kategori
analgesik antiinflamasi sepertiacetaminophen dan codeine dapat juga obat
golongan NSAIDs seperti ibuprofen.

Gambar 11. Reduksi terbuka dengan fiksasi internal pada fraktur klavikula.

7. Komplikasi
a. Komplikasi dini :

1) Cedera pembuluh darah


Hal ini jarang terjadi , biasanya terjadi karena trauma awal atau
tekanan sekunder dari kallus atau deformitas yang tersisa.
2) Pneumouthorax
3) Haemothorax
4) Cedera pleksus Brachialis5
b. Komplikasi lanjut :

22
1) Malunion:
Proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam
waktu semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau
abnormal. Biasanya berupa pemendekan dengan adanya
angulasi. Sebagian besar merupakan masalah kosmetik,
dimana fungsi dari bahu masih normal. Eskola melaporkan
bahwa pemendekan yang lebih dari 15 mm dapat
menimbulkan nyeri oleh karena adanya penonjolan dari
fragmen tulang. Diperlukan osteotomy, cangkok tulang, dan
fiksasi untuk memperbaiki deformitas tersebut.
2) Nonunion:
Didiagnosa dari jika tidak ada penyambungan tulang secara
radiografi selama 4 sampai 6 bulan. Daerah yang paling sering
terkena yaitu pada pertengahan klavikula karena hanya sedikit
jaringan lunak yang menempel. Insidensi sekitar 0,9 % sampai
4 %. Faktor predisposisinya yaitu karena immobilisasi yang
tidak adekuat, fragment fraktur yang terlalu bergeser, lokasi
daerah fraktur, fraktur terbuka, dan adanya refaktrur.5

23

Anda mungkin juga menyukai