Valentines day merupakan perayaan yang dilakukan oleh umat kristiani guna memperingati kematian salah seorang pendeta, St. Valentine. Valentine dijatuhi hukuman mati oleh raja Claudius karena telah melanggar perintah raja. Claudius telah melarang para pemuda dan prajurit di wilayahnya untuk menikah karena menurutnya ikatan pernikahan hanya akan mengendurkan semangat prajurit dalam berperang. Mereka enggan untuk berperang karena keterikatan mereka kepada keluarga mereka, akhirnya keputusan yang tidak adil ini dilontarkan oleh Claudius. Valentine selaku pendeta yang tugasnya adalah menikahkan manusia menentang keputusan ini. Dia secara diam-diam tetap menikahkan pasangan yang mendatanginya. Lama- kelamaan, tindakan Valentine diketahui oleh Claudius, hingga akhirnya dia ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Guna mengenang jasa Valentine dalam menyatukan kasih sayang antar dua insan manusia, maka ditetapkanlah tanggal 14 Februari, hari kematiannya, sebagai hari kasih sayang atau biasa juga disebut Valentines day. Bagi sebagian kalangan muda, tidak lengkap jika pada tanggal 14 Februari tidak pergi jalan dengan pasangan. Berbagai rangkaian kegiatan menghiasi v day, mulai dari saling bertukar kado, memberikan coklat, memberikan bungan mawar merah, sekedar jalan keluar, atau pun makan di restoran. Bahkan tidak jarang v day diwarnai dengan kegiatan-kegiatan yang seperti: ciuman, pelukan, atau bahkan freesex dengan mengatasnamakan cinta dan kasih sayang. Orang tua juga bahkan membolehkan anak-anak mereka melampiaskan nafsu mereka pada pasangan mereka. Bahkan dimalam harinya peringatan hari valentine semakin meningkat dengan banyaknya hotel yang penuh dengan sewa para pasangan remaja baik itu legal atau tidak legal. Penyakit HIV/AIDS yang selama ini di perangi ternyata tumbuh subur akibat perihal pergaulan bebas seperti hari valentine. Makna Valentine bergeser menjadi boomerang bagi para pejuang virus mematikan HIV/AIDS yang belum di temukan obatnya. Valentine yang semestinya dirayakan sebagai hari kasih sayang antar sesama manusia telah berubah menjadi hari bebas seks di sebagian kalangan remaja yang membungkusnya dengan ungkapan cinta berbau kebebasan seks. Acara valentine akan menghilangkan budaya asli daerah kita, ini terlihat para remaja lebih mengutamakan acara valentine dari pada memilih budaya daerah yang sangat menjunjungi tinggi kehormatan manusia, sedangkan budaya valentine dengan konsep duduk berduaan, ciuman, berpelukan yang bukan mukhrim, itu bukanlah ajaran agama dan budaya daerah kita bahkan sangat bertentangan dengan ideologi pancasila, orang indonesia yang memiliki norma dan menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila dan nilai budaya kesopanan. Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya. Tanggal 14 Februari juga memiliki arti yang penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 14 februari 72 tahun yang lalu, terjadi pemberontakan PETA di Blitar yang dipimpin oleh Supriyadi. Walaupun para pemberontakan berhasil dipadamkan, Supriyadi dan kawan-kawan menunjukkan semangat untuk merdeka. Sangat disayangkan apabila generasi muda melupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam proses kemerdekaan. Apabila generasi muda telah terjerumus pada hal-hal yang semacam ini, maka tidak butuh waktu lama untuk kehancuran bangsa ini. Pemuda yang menjadi generasi penerus bangsa tidak lagi tangguh, tidak lagi bertanggung jawab, bukan lagi generasi yang berkualitas, melainkan menjadi generasi yang rusak yang sudah tidak dapat diandalkan lagi.
Valentine mempunyai lebih banyak dampak negatif. Oleh karena itu, sebagai generasi penerus bangsa yang akan mengambil alih negara ini suatu hari nanti, marilah kita tidak merayakan valentine. Jangan sampai valentine merusak diri kita.