Anda di halaman 1dari 2

Nur Fikri Ramdhani

Valentine dan Dampaknya Pada Generasi Muda


Valentines day merupakan perayaan yang dilakukan oleh umat kristiani guna
memperingati kematian salah seorang pendeta, St. Valentine. Valentine dijatuhi hukuman
mati oleh raja Claudius karena telah melanggar perintah raja. Claudius telah melarang para
pemuda dan prajurit di wilayahnya untuk menikah karena menurutnya ikatan pernikahan
hanya akan mengendurkan semangat prajurit dalam berperang. Mereka enggan untuk
berperang karena keterikatan mereka kepada keluarga mereka, akhirnya keputusan yang tidak
adil ini dilontarkan oleh Claudius.
Valentine selaku pendeta yang tugasnya adalah menikahkan manusia menentang
keputusan ini. Dia secara diam-diam tetap menikahkan pasangan yang mendatanginya. Lama-
kelamaan, tindakan Valentine diketahui oleh Claudius, hingga akhirnya dia ditangkap dan
dijatuhi hukuman mati. Guna mengenang jasa Valentine dalam menyatukan kasih sayang
antar dua insan manusia, maka ditetapkanlah tanggal 14 Februari, hari kematiannya, sebagai
hari kasih sayang atau biasa juga disebut Valentines day.
Bagi sebagian kalangan muda, tidak lengkap jika pada tanggal 14 Februari tidak pergi
jalan dengan pasangan. Berbagai rangkaian kegiatan menghiasi v day, mulai dari saling
bertukar kado, memberikan coklat, memberikan bungan mawar merah, sekedar jalan keluar,
atau pun makan di restoran. Bahkan tidak jarang v day diwarnai dengan kegiatan-kegiatan
yang seperti: ciuman, pelukan, atau bahkan freesex dengan mengatasnamakan cinta dan kasih
sayang. Orang tua juga bahkan membolehkan anak-anak mereka melampiaskan nafsu mereka
pada pasangan mereka.
Bahkan dimalam harinya peringatan hari valentine semakin meningkat dengan banyaknya
hotel yang penuh dengan sewa para pasangan remaja baik itu legal atau tidak legal. Penyakit
HIV/AIDS yang selama ini di perangi ternyata tumbuh subur akibat perihal pergaulan bebas
seperti hari valentine. Makna Valentine bergeser menjadi boomerang bagi para pejuang virus
mematikan HIV/AIDS yang belum di temukan obatnya. Valentine yang semestinya dirayakan
sebagai hari kasih sayang antar sesama manusia telah berubah menjadi hari bebas seks di
sebagian kalangan remaja yang membungkusnya dengan ungkapan cinta berbau kebebasan
seks.
Acara valentine akan menghilangkan budaya asli daerah kita, ini terlihat para remaja lebih
mengutamakan acara valentine dari pada memilih budaya daerah yang sangat menjunjungi
tinggi kehormatan manusia, sedangkan budaya valentine dengan konsep duduk berduaan,
ciuman, berpelukan yang bukan mukhrim, itu bukanlah ajaran agama dan budaya daerah kita
bahkan sangat bertentangan dengan ideologi pancasila, orang indonesia yang memiliki norma
dan menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila dan nilai budaya kesopanan. Derasnya arus
informasi dan telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah
terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya.
Tanggal 14 Februari juga memiliki arti yang penting dalam perjuangan kemerdekaan
Indonesia. Pada tanggal 14 februari 72 tahun yang lalu, terjadi pemberontakan PETA di Blitar
yang dipimpin oleh Supriyadi. Walaupun para pemberontakan berhasil dipadamkan,
Supriyadi dan kawan-kawan menunjukkan semangat untuk merdeka. Sangat disayangkan
apabila generasi muda melupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam proses
kemerdekaan.
Apabila generasi muda telah terjerumus pada hal-hal yang semacam ini, maka tidak butuh
waktu lama untuk kehancuran bangsa ini. Pemuda yang menjadi generasi penerus bangsa
tidak lagi tangguh, tidak lagi bertanggung jawab, bukan lagi generasi yang berkualitas,
melainkan menjadi generasi yang rusak yang sudah tidak dapat diandalkan lagi.

Valentine mempunyai lebih banyak dampak negatif. Oleh karena itu, sebagai generasi
penerus bangsa yang akan mengambil alih negara ini suatu hari nanti, marilah kita tidak
merayakan valentine. Jangan sampai valentine merusak diri kita.

Anda mungkin juga menyukai