Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN

Sarcoptes scabiei

KELOMPOK 23

CHANDRAWATI PRIMA DEWI G1A013115

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Skabies atau penyakit gudig (jawa) adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh
infestasi dan sensitisasi terhadap tungau Sarcoptes scabiei var.hominis dan
produknya. (Marufi I, 2007 dalam Saad 2008). Selain itu beberapa ahli juga
mendefiniskan skabies sebagai penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah
menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat
mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau
(kutu atau mite) Sarcoptes scabiei (Buchart, 1997; Rosendal 1997 dalam Isa
Marufi,2005).

Penyakit skabies ini sangat mudah sekali menular dan sangat gatal terutama pada
malam hari. Predileksi dari skabies ialah pada axilla, areola mammae, sekitar
umbilikus, genital, bokong, pergelangan tangan bagian volar, sela-sela jari tangan,
siku flexor, telapak tangan dan telapak kaki (Brouhard, 2008). Skabies yang terjadi
pada anak balita biasanya terdapat pada leher, kepala, telapak tangan dan telapak
kaki sehingga sering dikelirukan dengan gambaran eksema atopik. Karena sifatnya
yang sangat menular, maka skabies ini populer dikalangan masyarakat padat.

Distribusi epidemiologisnya kosmopolitan terutama pada penduduk dengan


keadaan sosial ekonomi rendah (SMF IKKK, 2007). Adapun empat tanda kardinal
gejala penyakit skabies yakni pruritus nokturna, menyerang manusia secara
berkelompok, adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi, dan
ditemukannya tungau. Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda
kardinal tersebut. Effluoresensinya berupa papula atau vesikel dimana 3 puncaknya
terdapat gambaran yang sebenarnya merupakan lorong-lorong rumah sarkoptes
yang biasanya disebut kunikulus (Brouhard, Springhouse, Buxton; 2008, 2003,
2003). Pada populasi yang memiliki imunitas yang rendah atau pada usia tua akan
lebih mudah terjadi bentuk yang lebih berat dari skabies yang disebut Norwegian
scabies atau skabies berkrusta yang lebih menular dan susah untuk diobati.

B. Tujuan Umum

Tujuan umum dari praktik lapangan untuk menemukan Sarcoptes scabiei pada
kasus pasien skabies

C. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui morfologi telur Sarcoptes scabiei

2. Untuk mengetahui morfologi Sarcoptes scabiei

3. Memberikan edukasi kepada pasien skabies


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes scabei,
yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran sangat kecil dan hanya
bisa dilihat dengan mikroskop. Penyakit skabies sering disebut kutu badan. Penyakit
ini mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia dan
sebaliknya. Skabies mudah menyebar baik secara kontak langsung atau tidak
langsung melalui kontak dengan baju, seprai, handuk, bantal, air, atau sisir
penderita jika masih terdapat tungau sarcoptesnya. Skabies akan menyebabkan
rasa gatal pada bagian kulit. Predileksi lesi biasanya terdapat pada sela-sela jari,
siku, selangkangan, ketiak, dan alat kelamin khususnya pada pria. Skabies
diidentikan dengan penyakit anak pondok pesantren. Hal ini disebabkan karena
tingginya tingkat penularan Sarcoptes scabei dari satu orang ke orang yang lain.
Selain itu kondisi kebersihan, sanitasi yang buruk, kurang gizi, kondisi ruangan
terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari bisa meningkatkan resiko
perkembangbiakan Sarcoptes scabei. (Tim Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 2010. Jakarta. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.)

B. Patogenesis

Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo Ackarina,


superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Secara
morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan
bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih, kotor, dan tidak
bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330 450 mikron x 250 350
mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 240 mikron x 150 200
mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai
alat alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan
rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut
dan keempat berakhir dengan alat perekat.

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut, setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi
di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam
terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi
menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2 -3 milimeter
sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai
jumlah 40 atau 50 . Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan
lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva
yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi
dapat juga keluar. Setelah 2 -3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2
bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai
dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8 12 hari. Telur
menetas menjadi larva dalam waktu 3 4 hari, kemudian larva meninggalkan
terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi
nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah
meninggalkan telur, sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi.

Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7
14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya
lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis,
maka seluruh badan dapat terserang.(Tim Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 2010. Jakarta. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.)

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan
sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada
pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret
dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi.
Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul,
vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta
dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari
lokasi tungau. (Tim Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. 2010. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.)
Skabies dewasa akan mencara pasangannya melalui terowongan pada malam hari,
sehingga pasien merasakan gatal pada malam hari. Bekas lorong dapat
menyebabkan hiperpigmentasi dan tidak berskuama (SMF IKKK, 2000).

C. Gambaran Klinis

1. Pruritus nokturna, yaitu rasa gatal malam hari pada kulit yang umumnya
timbul pada sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volair, lipat ketiak,
selangkangan, siku, lipat paha, pantat, dan genitalia externa.

2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok

3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat predileksi yang berwarna putih


keabu-abuan bisa garis lurus atau berkelok rata-rata panjang 1cm dan pada ujung
terowongan biasanya dijumpai papul atau vesikel.

4. Menemukan tungau. Cara mendapatkannya adalah dengan mencari


terowongan kemudian pada ujung yang terlihat papul atau vesikel dicongkel dengan
jarum dan diletakkan diatas kaca objek lalu ditutup kaca penutup dan dilihat
dibawah mikroskop.(Harahap M,2000 dalam Saad,2008)

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut.


(Handoko RP,2007 dalam Saad,2008.)

Penularan skabies dapat terjadi secara :


1. Kontak langsung dengan penderita

2. Secara langsung melalui pakaian, alat tidur, sprei, dan lain lain

3. Sarcoptes scabiei yang senang berpindah-pindah tempat

D. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan salah satu pengobatan berikut ini


(Djuanda, 2002):

1. Sulfur presipitatum 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Tidak boleh diberikan
kurang dari 3 hari. Dapat dipakai pada usia kurang dari 2 tahun.

2. Emulsi benzyl-benzoat 20-25%. Efektif pada semua stadium. Obat ini sering
membuat iritasi dan gatal-gatal setelah dipakai.

3. Gama benzena heksa klorida (Gameksan) 1% dalam bentuk krim. Tidak


dianjurkan untuk anak dibawah 6 tahun dan wanita hamil karena toksis terhadap
susunan syaraf pusat.

4. Krotamiton 10% krim. Memiliki antiskabies dan antigatal.

5. Permetrin 5% krim. Tidak terlalu toksik dibandingkan gameksan. Diaplikasikan 1


hari sekali dan dihapus setelah 10 jam. Tidak diberikan kepada bayi dibawah umur 2
bulan
E. Komplikasi

Komplikasi dari penyakit skabies adalah (Stone, 2003) :

1. Erupsi dalam bentuk limfangitis, impetigo, ektima, selulitis, folikulitis, furunkel


jika tidak diobati selama beberapa bulan

2. Glomerulonefritis

3. Dermatitis iritan untuk penggunaan obat berlebihan

4. Infeksi sekunder sistemik : pielonefritis, abses, pneumonia piogenik, dan


septikemia

F. Prognosis

Jika dilakukan penatalaksanaan dengan memilih obat yang sesuai, maka penyakit
skabies ini akan memiliki prognosis baik.

III. HASIL PEMERIKSAAN


A. Identitas Pasien

Nama : NNK

Umur : 16 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Cilacap

Tanggal periksa : 27 September 2016

B. Anamnesis dan Status Dermatologis

Anamnesis : pasien merasa gatal di malam hari, banyak teman-temannya yang


mengalami keluhan yang sama, serta saling berbagi tempat tidur dengan teman
lainya

Lokasi : lutut kaki kiri

Efflorosensi : plak eritema multipel, bentuk bulat, berbatas tegas

Pemeriksaan KOH : negatif (tidak ditemukan semua stadium Sarcoptes scabiei)


IV. PEMBAHASAN

Dari hasil anamnesis didapatkan 2 tanda kardinal, yaitu mngeluhkan rasa gatal
pada malam hari dan siswi pondok pesantren mayoritas memiliki keluhan yang
sama. Pasien dapat didiagnosis skabies karena memiliki 2 dari 4 tanda kardinal,
meskipun tidak ditemukan semua stadium Sarcoptes scabiei di pemeriksaan KOH.
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemerikasaan fisik diagnosis mengarah ke
penyakit skabies.

Pengobatan yang diberikan kepada pasien ini adalah Permetrin 5% krim yang
diberikan 1 kali sehari sebelum tidur dibiarkan selama 8jam dan dibilas pada pagi
harinya diberikan hanya 1kali perminggu boleh di ulang di minggu ke-2. . Perlu
diberikan edukasi juga mengenai pola hidup yang bersih dan sehat kepada pasien.

Prognosis dari skabies yang diderita pasien jika diobati dengan benar dan
menghindari faktor pencetus dan predisposisi maka memiliki prognosis yang baik.

V. KESIMPULAN

1. Sarcoptes scabiei mudah menular pada suatu kelompok dan tingkat kebersihan
yang buruk
2. Pada pasien NNKmemiliki 2 dari 4 tanda kardinal

3. Pemeriksaan KOH pada pasien NNK negatif

4. Penatalaksanaan skabies yang diberikan kepada pasien adalah permetrin 5%


krim

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 5. Jakarta : FK UI.

SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. 2007. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin.
Surabaya : FK Unair-RSU Dr. Soetomo.

SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi
Penyakit Kulit dan Kelamin. Denpasar : FK Udayana-RSUP Sanglah.

Stone, S. P. 2003. Scabies and Pedikulosis in Freedberg Fitzpatricks Dermatology in


General Medicine. McGraw-Hill Professional.

Tim Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
2010. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai