Anda di halaman 1dari 132

PLAGIAT

PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

PENGARUH EKSTRAK ETANOLIK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA


(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.)
TERHADAP EFEK HIPOGLIKEMIK JAMU ANTIDIABETES AD
PADA TIKUS PUTIH JANTAN TERBEBANI GLUKOSA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :
Lusia Andika Kris Pratiwi
NIM : 048114054

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008

i
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

PENGARUH EKSTRAK ETANOLIK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA


(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.)
TERHADAP EFEK HIPOGLIKEMIK JAMU ANTIDIABETES AD
PADA TIKUS PUTIH JANTAN TERBEBANI GLUKOSA
HALAMAN JUDUL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :
Lusia Andika Kris Pratiwi
NIM : 048114054

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008

ii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

iii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

HALAMAN PENGESAHAN

iv
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Deep within each heart

There lies a magic spark

That lights the fire of our imagination

And since the dawn of man

The strenght of just "I can"

Has brought together people of all nations

there is nothing ordinary

In the living of each day

there is a special part

Every one of us will play

Feel the flame forever burn

Teaching lessons we must learn

To bring us closer to the power of the dream

As the world gives us its best

To stand apart from all the rest

It is the power of the dream that brings us here

(The Power of Dream _ Celine Dion)

Skripsi ini kupersembahkan untuk Yesus Kristus Juru Selamat dan Junjunganku

Bapak, Ibu, Bulek Uun, Mas Aan

Angkatan 2004

dan almamaterku

v
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN


PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Lusia Andika Kris Pratiwi

Nomor Mahasiswa : 048114054

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan


Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENGARUH EKSTRAK ETANOLIK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA


(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) TERHADAP EFEK HIPOGLIKEMIK
JAMU ANTIDIABETES AD PADA TIKUS PUTIH JANTAN TERBEBANI
GLUKOSA

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-
ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Tidak memberikan hak


untuk mempublikasikannya di Internet atau media lain

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 5 Agustus 2008

Yang menyatakan

Lusia Andika Kris Pratiwi


PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

PRAKATA

Sembah syukur penulis haturkan ke hadirat Yesus Kristus disurga karena

hanya dengan bimbingan, karunia, dan berkatNya yang tiada batas penyusunan

laporan skripsi dengan judul Pengaruh Ekstrak Etanolik Daging Buah Mahkota

dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) Terhadap Efek Hipoglikemik Jamu

antidiabetes AD Pada Tikus Putih Jantan Terbebani Glukosa ini dapat selesai

dengan baik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak

lepas dari dukungan berbagai pihak dari awal hingga dapat selesainya skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta

2. Ibu Christine Patramurti, S.Si., M.Si., Apt., selaku Ketua Program Studi

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

3. Ibu Yustina Sri Hartini, S.Si., Apt., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik

yang telah memberi nasehat dan masukan kepada penulis

4. Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang dengan

kesabarannya telah membimbing, memberi masukan, dan arahan kepada

penulis

5. Bapak Yosef Wijoyo, S.Si., Apt., yang telah bersedia meluangkan waktu

sebagai sekertaris panitia penguji dan dosen penguji

6. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK., yang telah bersedia meluangkan waktu sebagai

dosen penguji

vi
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

7. IOT. Sari Sehat PT. CIA Magelang yang telah bersedia menyediakan bahan

penelitian, dan bekerjasama dengan penulis

8. Romo Drs. Petrus Sunu Hardiyanta, S.J., S.Si., yang telah membantu penulis

dalam pengolahan statistik data

9. Mas Heru, Mas Parjiman, Mas Kayat selaku laboran dan karyawan Fakultas

Farmasi USD, atas bantuan dan canda yang hangatnya

10. Mas Ottok, Mas Wagiran, Mas Sarwanto, Mas Andre, Mas Sigit, Mas Parlan,

Mas Kunto, Mas Bimo selaku laboran dan karyawan Fakultas Farmasi USD

11. Staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang dengan sabar

telah membimbing penulis dalam menuntut ilmu dan pengetahuan

12. Keluarga tercinta, Stefanus Sudarto, S.E., Roberta Maria Widiyanti, serta Mas

Alloysius Andri Silawidarta yang secara tulus memberikan cinta, semangat,

dan dukungan sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan lancar

13. Petrus Kanisius Widiyanta, atas kasih dan kesabarannya, memberikan

semangat, dorongan, keceriaan serta penghiburan

14. Mas Alex atas bantuan Cermin Dunia Kedokteran dan bantuan analisis

statistiknya

15. Liza, Rizky, Feri, Chika, atas canda, keceriaan, dan kehangatan selama

perjuangan bersama di laboratorium

16. Nana, Keke, Angel yang telah menjadi teman setia selama kuliah, dan

memberikan semangat dan dorongan untuk segera menyelesaikan skripsi ini

vii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

17. Teman-teman KKN XXXIV kelompok 9, Lutfi, Nice, Astrid, Aily, Verty,

Wiwin, Yanu, Iwan, Patce atas pengalaman hidup bersama di Dusun Kepuh,

Bantul yang begitu indah dan berwarna

18. Teman-teman angkatan 2004, Heti, Dipta, Sindu, Nina, Duma, Sisil, Fila,

Lidia, Andrew, Avi, Asyen, Andri, Ari, Tiche, Siska, Yudi, Indah, Filie,

Meidina, Widia, Anggie, Indra, dan semuanya

19. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu

Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. Akhir

kata, penulis menyadari bahwa saran yang membangun akan bermanfaat untuk

perbaikan bagi penulis, terima kasih dan Tuhan Yesus memberkati.

Penulis

viii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

ix
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

INTISARI

Penelitian dilakukan untuk mengetahui seberapa besar efek hipoglikemik


jamu antidiabetes AD dengan penambahan ekstrak etanolik daging buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) dan mengetahui adanya pengaruh
ekstrak tersebut terhadap efek hipoglikemik jamu antidiabetes AD.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan
acak lengkap pola searah. Efek hipoglikemik jamu antidiabetes AD dengan
penambahan ekstrak etanolik mahkota dewa ditetapkan melalui uji toleransi glukosa
oral (UTGO). Tiga puluh ekor tikus dibagi menjadi enam kelompok perlakuan.
Kelompok I mendapat aquadest 12,5 ml/kgBB, kelompok II mendapat CMC 1% 12,5
ml/kgBB, keduanya sebagai kontrol negatif, kelompok III mendapat larutan
glibenklamid 0,45 mg/kgBB sebagai kontrol positif, dan kelompok IV sampai VI
mendapat perlakuan jamu antidiabetes AD 12,6 ml/kgBB dengan penambahan
ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa dengan peringkat dosis 63 mg/kgBB,
189 mg/kgBB, dan 567 mg/kgBB secara per-oral. Kadar glukosa darah ditetapkan
dengan metode enzimatik Glucose Oxidase Phenol Antipirin (GOD-PAP). Data
kadar glukosa darah pada tiap waktu sampling pada tiap kelompok dianalisis secara
statistik menggunakan metode GLM Repeated Measure, dan nilai LDDK0-300 glukosa
darah dianalisis menggunakan uji Kruskal Wallis dilanjutkan uji Mann Whitney
bertaraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jamu antidiabetes AD dengan
penambahan ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa dosis 63 mg/kgBB, 189
mg/kgBB, dan 567 mg/kgBB memberikan penurunan kadar glukosa darah sebesar
28,1% sampai 33,1% terhadap kontrol negatif aquadest, sebesar 11,5% sampai
17,6% terhadap kontrol negatif CMC 1%, dan sebesar 0,1 sampai 6,8 terhadap jamu
antidiabetes AD. Penambahan ekstrak etanolik mahkota dewa pada jamu
antidiabetes AD tidak mempengaruhi efek hipoglikemik jamu antidiabetes AD
tersebut.

Kata kunci : jamu antidiabetes AD, ekstrak etanolik mahkota dewa, efek
hipoglikemik, diabetes mellitus

x
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT

The aim of this research is to know the hypoglycemic effect of the


antidiabetes jamu AD with Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) fruit pericarp
ethanolic extract addition and the influence of the extract to the hypoglycemic effect
of the antidiabetic jamu AD.
This research was experimental with randomized controlled design. The
hypoglycemic effect on male rat induced glucose was tested through Oral Glucose
Tolerance Test (OGTT). Thirty mice were divided into six groups with six different
kinds of treatment for each group. Group I was treated with aquadest 12,5 ml/kg bw,
group II treated with CMC 1% 12,5 ml/kg bw, both of them as negative control,
group III was treated with glibenclamide 0,45 mg/kg bw as positive control, group
IV, V, and VI were treated antidiabetic jamu 12,6 ml/kg bw with Phaleria
macrocarpa (Scheff.) Boerl.) ethanolic extract addition which have equivalent dose
63 mg/kg bw, 189 mg/kg bw, and 567 mg/kg bw by oral administration. Blood
glucose level was determined by Glucose Oxidase Phenol Antipirin (GOD-PAP)
enzymatic method. The data of blood glucose level from each sampling time on each
group were statistically analyzed using GLM Repeated Measure. The AUC0-300 of
blood glucose were statistically analyzed using Kruskal Wallis test and then
continued with Mann Whitney test with 95% level of confidence.
The result showed that antidiabetic jamu AD with Phaleria macrocarpa
(Scheff.) Boerl.) ethanolic extract addition with 63 mg/kg bw, 189 mg/kg bw, and
567 mg/kg bw dose decreased blood glucose level 28.1% until 33.1% to aquadest
negative control, 11.5% until 17.6% to CMC 1% negative control, and 0.1 until 6.9
to antidiabetic jamu AD. There was no influence of the extract to the
hypoglycemic effect of the antidiabetic jamu AD.

Keyword : antidiabetic jamu AD, Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.),


hypoglycemic effect, diabetes mellitus

xi
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL.................................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................................................iii

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................. v

PRAKATA ............................................................................................................... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................................... ix

INTISARI ................................................................................................................ x

ABSTRACT ............................................................................................................... xi

DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL................................................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xix

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................. xx

BAB I. PENGANTAR ................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1

1. Permasalahan ................................................................................................... 3

2. Keaslian penelitian ........................................................................................... 3

3. Manfaat penelitian............................................................................................ 4

B. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 5

1. Tujuan umum ................................................................................................... 5

2. Tujuan khusus .................................................................................................. 5

xii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA.......................................................................... 6

A. Mahkota Dewa ..................................................................................................... 6

1. Sinonim ............................................................................................................ 6

2. Nama daerah..................................................................................................... 6

3. Sistematika ....................................................................................................... 6

4. Morfologi tanaman........................................................................................... 7

5. Kandungan kimia ............................................................................................. 7

B. Obat Tradisional................................................................................................... 8

C. Jamu Antidiabetes AD.................................................................................... 10

1. Cortex Phellodendri ....................................................................................... 10

2. Rhizoma Anemarrheanae .............................................................................. 11

3. Asparagi Radix............................................................................................... 11

4. Ophiopogonis Radix....................................................................................... 12

5. Trichosanthis Radix ....................................................................................... 12

6. Puerariae Radix ............................................................................................. 12

7. Glycyrrhizae Radix ........................................................................................ 13

8. Astragali Radix .............................................................................................. 14

D. Teknik Penyarian ............................................................................................... 14

1. Penyarian........................................................................................................ 14

2. Maserasi ......................................................................................................... 15

E. Transport Glukosa.............................................................................................. 16

F. Diabetes mellitus................................................................................................ 19

1. Definisi........................................................................................................... 19

xiii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

2. Gejala ............................................................................................................. 20

3. Klasifikasi ...................................................................................................... 21

4. Cara dan kriteria diagnosis............................................................................. 24

G. Obat Antidiabetik Oral....................................................................................... 26

1. Sulfonilurea.................................................................................................... 26

2. Biguanid ......................................................................................................... 27

3. Meglitinid....................................................................................................... 27

4. Thiazolidine ................................................................................................... 27

5. Inhibitor alfa glukosidase............................................................................... 27

H. Glibenklamid...................................................................................................... 29

I. Metode Penetapan Kadar Glukosa Darah .......................................................... 30

1. Metode kondensasi dengan gugus amina....................................................... 30

2. Metode enzimatik........................................................................................... 30

3. Metode oksidasi-reduksi ................................................................................ 31

J. Spektrofotometri ................................................................................................ 31

K. Landasan Teori................................................................................................... 33

L. Hipotesis............................................................................................................. 33

BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 34

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................................... 34

B. Variabel dan Definisi Operasional ..................................................................... 34

1. Variabel utama ............................................................................................... 34

2. Variabel pengacau.......................................................................................... 34

C. Bahan dan Alat Penelitian.................................................................................. 35

xiv
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

1. Bahan penelitian............................................................................................. 35

2. Alat penelitian ................................................................................................ 37

D. Jalannya Penelitian............................................................................................. 37

1. Penentuan dosis jamu antidiabetes AD ...................................................... 37

2. Penentuan dosis ekstrak Mahkota dewa......................................................... 38

3. Preparasi bahan .............................................................................................. 39

4. Percobaan pendahuluan.................................................................................. 41

5. Orientasi waktu pemberian ............................................................................ 42

6. Uji daya hipoglikemik.................................................................................... 43

E. Analisis Hasil ..................................................................................................... 46

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 47

A. Penentuan Dosis Jamu ....................................................................................... 47

B. Penentuan Dosis Ekstrak Mahkota dewa ........................................................... 47

C. Percobaan Pendahuluan ..................................................................................... 48

1. Penetapan operating time............................................................................... 48

2. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum ( maksimum)............... 50

3. Pembuatan kurva baku ................................................................................... 51

4. Penetapan selang waktu pemberian glibenklamid ......................................... 53

5. Penetapan selang waktu pemberian jamu antidiabetes AD ........................ 55

D. Efek Hipoglikemik Jamu antidiabetes AD dengan Penambahan Ekstrak

Etanolik Daging Buah Mahkota Dewa .............................................................. 56

xv
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 71

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 71

B. Saran................................................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 72

LAMPIRAN .............................................................................................................. 77

BIOGRAFI PENULIS ............................................................................................. 111

xvi
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel I. Diagnosis diabetes mellitus gestasional dengan pemberian glukosa oral

.............................................................................................................. 26

Tabel II. Nilai glukosa plasma puasa dan toleransi glukosa oral........................ 26

Tabel III. Kemampuan klinik dari terapi farmakologi obat antidiabetes oral pada

pemakaian tunggal ............................................................................... 28

Tabel IV. Isi pereaksi enzim Glucose GOD-PAP ................................................ 36

Tabel V. Keseragaman bobot tablet .................................................................... 40

Tabel VI. Volume pengukuran kadar glukosa darah............................................ 45

Tabel VII. Data hasil penetapan waktu resapan stabil larutan glukosa standar..... 49

Tabel VIII. Hubungan kadar dan resapan glukosa pada panjang gelombang

maksimum 502 nm............................................................................... 52

Tabel IX. Hasil UTGO dan perhitungan prosentase selisih LDDK0-300 larutan

glibenklamid dosis 0,45 mg/ kgBB...................................................... 54

Tabel X. Data kadar glukosa darah rata-rata dan LDDK0-300 setiap kelompok

perlakuan .............................................................................................. 57

Tabel XI. Hasil analisis GLM Repeated Measure kadar glukosa darah .............. 62

Tabel XII. Pengaruh praperlakuan jamu antidiabetes ditambah ekstrak etanolik

mahkota dewa terhadap LDDK0-300 kadar glukosa darah tikus putih

jantan dan prosentase perbedaan terhadap kelompok negatif dan positif

.............................................................................................................. 63

xvii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Tabel XIII. Pengaruh praperlakuan jamu antidiabetes ditambah ekstrak etanolik

mahkota dewa terhadap LDDK0-300 kadar glukosa darah tikus putih

jantan dan prosentase perbedaan terhadap kelompok perlakuan jamu

antidiabetes AD ................................................................................ 65

Tabel XIV. Hasil analisis homogenitas variansi menggunakan uji Anova One Way

.............................................................................................................. 67

Tabel XV. Test Mean LDDK0-300 keenam kelompok perlakuan dengan uji

Kruskal-Wallis ..................................................................................... 67

Tabel XVI. Hasil uji Mann-Whitney LDDK0-300 glukosa darah tikus putih jantan

terbebani glukosa ................................................................................. 69

xviii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 1. Sekresi insulin akibat peningkatan kadar glukosa dalam darah........... 18

Gambar 2. Insulin memperantarai transport glukosa ke dalam sel ........................ 19

Gambar 3. Mekanisme kerja obat diabetik oral ................................................... 28

Gambar 4. Struktur Glibenklamid.......................................................................... 30

Gambar 5. Reaksi enzimatik antara glukosa dan reagen GOD-PAP ( DiaSys, 2006)

.............................................................................................................. 49

Gambar 6. Grafik hubungan antara resapan dan waktu resapan stabil reaksi

glukosa standar pada 500 nm ............................................................ 50

Gambar 7. Kurva hubungan antara dan resapan maksimum glukosa selama

operating time ...................................................................................... 51

Gambar 8. Kurva baku glukosa pada panjang gelombang maksimum 502 nm..... 53

Gambar 9. Diagram pengaruh selang waktu pemberian glibenklamid terhadap %

selisih LDDK ....................................................................................... 55

Gambar 10. Kurva hubungan antara waktu sampling dan kadar rata-rata glukosa

darah akibat pemberian aquadest, CMC, glibenklamid, dan jamu

antidiabetes AD yang ditambah ekstrak mahkota dewa................... 58

Gambar 11. Kurva hubungan antara waktu sampling dan kadar rata-rata glukosa

darah akibat pemberian jamu, dan jamu antidiabetes AD dengan

penambahan ekstrak mahkota dewa..................................................... 61

Gambar 12. Diagram LDDK0-300 glukosa darah masing-masing perlakuan............ 66

xix
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1. Foto jamu antidiabetes AD dan foto ekstrak etanolik mahkota dewa

.............................................................................................................. 77

Lampiran 2. Foto hewan uji percobaan (tikus putih jantan)................................... 78

Lampiran 3. Foto alat-alat penelitian...................................................................... 79

Lampiran 4. Proses ekstraksi mahkota dewa.......................................................... 80

Lampiran 5. Preparasi bahan .................................................................................. 81

Lampiran 6. Data kadar glukosa darah darah pada tiap perlakuan dan waktu

sampling ............................................................................................. 87

Lampiran 7. Tabel dan kurva hasil penetapan waktu pemberian jamu antidiabetes

............................................................................................................ 90

Lampiran 8. Hasil Uji Distribusi Data dengan Tes Kolmogorov Smirnov ............. 91

Lampiran 9. Hasil Uji GLM Repeated Measure Kadar Glukosa Darah................. 92

Lampiran 10. Hasil uji Kruskal Wallis ..................................................................... 95

Lampiran 11. Hasil uji Mann Whitney...................................................................... 96

Lampiran 12. Leaflet GOD-PAP ............................................................................ 107

Lampiran 13. Proses pembuatan ekstrak Mahkota dewa........................................108

Lampiran 14. Surat pernyataan PT. Capung Indah Abadi.......................................109

xx
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

BAB I. PENGANTAR

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah

dilakukan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu, hal ini terbukti dari

adanya naskah lama pada daun lontar Husodo (Jawa), Usada (Bali), Lontarak pabura

(Sulawesi Selatan), dokumen Serat Primbon Jampi, Serat Racikan Boreh Wulang

nDalem dan relief candi Borobudur yang menggambarkan orang sedang meracik

obat (jamu) dengan tumbuhan sebagai bahan bakunya (Sukandar, 2004).

Menurut WHO, Negara - negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin

menggunakan obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima.

Bahkan di Afrika, sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal untuk

pengobatan primer. Faktor pendorong terjadinya peningkatan penggunaan obat

herbal di negara maju salah satunya adalah usia harapan hidup yang lebih panjang

pada saat prevalensi penyakit kronik meningkat (Sukandar, 2004). Salah satu di

antara penyakit kronis yang berkaitan erat dengan penyakit metabolisme dan

cenderung akan mengalami peningkatan sebagai akibat dari adanya perubahan

perilaku pola konsumsi gizi makanan adalah diabetes mellitus (Suharmiati, 2003).

Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit yang disertai dengan

sekumpulan gejala seperti poliuria, polidipsia, polifagi dan ditandai dengan kadar

glukosa yang melebihi nilai normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin

baik absolut maupun relatif. Indonesia menduduki peringkat ke-4 terbesar

1
2
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

di dunia dalam jumlah penderita diabetes mellitus. Pada tahun 2000, terdapat sekitar

5,6 juta penduduk Indonesia yang menderita penyakit diabetes mellitus, dan

diperkirakan pada tahun 2006 jumlah penderita meningkat tajam menjadi 14 juta

penduduk (Soegondo, 2007).

Kasus diabetes mellitus terbanyak adalah diabetes mellitus tipe-2 dan

prevalensinya dari tahun ke tahun semakin meningkat. Diabetes mellitus tipe-2

umumnya disebabkan karena resistensi insulin. Resistensi insulin berarti bahwa ada

ketidaksanggupan insulin memberikan efek biologis yang normal pada kadar glukosa

darah, sehingga diperlukan kadar insulin yang lebih banyak untuk mencapai kadar

glukosa yang normal (Merentek, 2006), maka akan menjadi suatu berita yang sangat

berarti bagi pasien diabetes mellitus tipe-2 bila muncul suatu produk herbal yang

dapat membantu dalam memperbaiki kondisi akibat resistensi insulin tersebut.

IOT. Sari Sehat-PT. Capung Indah Abadi merupakan suatu industri obat

tradisional yang akan mengeluarkan produk baru jamu antidiabetes. Industri ini

bekerja sama dengan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma untuk meneliti

khasiat dari formula jamu antidiabetes AD dalam bentuk tunggal dan dalam bentuk

kombinasi dengan ekstrak etanolik mahkota dewa untuk mendapatkan formulasi

jamu antidiabetes AD yang paling optimal. Penelitian ini sebagai bagian dari uji

praklinik untuk membuktikan kebenaran khasiat jamu antidiabetes AD, sehingga

dapat meningkatkan kepercayaan konsumen dan masyarakat terhadap produk jamu

antidiabetes AD.

Penelitian yang dilakukan oleh Nursalim (2008) menunjukkan hasil bahwa

jamu antidiabetes AD mampu menurunkan kadar glukosa darah pada hewan uji,
3
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

yaitu dengan dosis efektif 12,6 ml/ kgBB, namun belum begitu optimal, maka

penelitian ini menjadi penting karena diharapkan kombinasi antara jamu antidiabetes

AD dengan ekstrak etanolik mahkota dewa mampu memberikan efek penurunan

kadar glukosa darah yang lebih optimal dibandingkan jamu antidiabetes AD.

1. Permasalahan

a. Seberapa besar efek hipoglikemik jamu antidiabetes AD dengan penambahan

ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.)

Boerl.) ?

b. Adakah pengaruh ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa (Phaleria

macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada efek hipoglikemik jamu antidiabetes AD ?

2. Keaslian penelitian

Penelitian yang menggunakan mahkota dewa sudah banyak dilakukan di

antaranya :

a. Widowati (2003) meneliti daya hipoglikemik ekstrak mahkota dewa (Phaleria

macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada tikus diabetes mellitus tidak tergantung

insulin (DMTI). Hasilnya penelitian yaitu pada dosis 110 mg/200g BB ekstrak

mahkota dewa mampu menurunkan kadar glukosa darah (Anonim, 2007).

b. Saragih (2001) meneliti daya hipoglikemik rebusan daging buah mahkota dewa

(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada tikus diabetes mellitus tergantung

insulin (DMTI). Hasilnya penelitian yaitu terjadi penurunan glukosa darah tikus

DMTI dengan dosis efektif 27,649 g/kgBB.

c. Bestari (2001) meneliti efek hipoglikemik perasan daging buah mahkota dewa

(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada tikus diabetes mellitus tidak


4
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

tergantung insulin (DMTTI). Hasil penelitian adalah dengan dosis sebesar 52,63;

5,263; dan 0,5263 g/kgBB perasan daging buah mahkota dewa dapat

menurunkan kadar glukosa darah dengan kemampuan yang hampir sama dengan

tolbutamid.

d. Sisilia (2001) meneliti efek hepatoprotektif air perasan buah mahkota dewa

(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada mencit jantan terinduksi

parasetamol. Dosis efektif air perasan buah mahkota dewa adalah 0,67 ml/kgBB.

e. Yustriwani (2005) meneliti toksisitas akut-oral ekstrak etanolik daging buah

mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.). Dosis letal median (LD50)

yang diperoleh berupa LD50 semu yaitu > 16,670 g/kgBB. Potensi toksik akut

dari ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa tergolong praktis tidak toksik.

Penelitian mengenai pengaruh penambahan ekstrak etanolik daging buah

mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) terhadap daya hipoglikemik

campuran jamu antidiabetes AD pada tikus putih jantan terbebani glukosa

sepanjang pengetahuan penulis belum pernah ada yang melakukan. Perbedaan

dengan penelitian tentang mahkota dewa sebelumnya terletak pada mahkota dewa

yang dikombinasikan dengan jamu antidiabetes AD.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan mengenai

manfaat tanaman dalam bidang kefarmasian khususnya bidang farmakologi , dan

bukti pentingnya uji praklinik pada jamu.


5
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran,

informasi, bukti dan masukan kepada IOT. Sari Sehat - PT.Capung Indah Abadi, dan

masyarakat mengenai daya antidiabetes mahkota dewa, dan jamu antidiabetes AD,

serta mendapatkan formula kombinasi optimum dari jamu antidiabetes AD

sehingga dalam penggunaannya jamu ini dapat memberikan efek sesuai dengan

klaim khasiatnya.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini dilakukan untuk membantu IOT. Sari Sehat-PT. Capung Indah

Abadi dalam melakukan uji praklinik terhadap jamu antidiabetes AD sehingga

memberikan bukti kebenaran khasiat dari jamu antidiabetes tersebut.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui seberapa besar efek hipoglikemik jamu antidiabetes AD dengan

penambahan ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa

(Scheff.) Boerl.).

b. Mengetahui adakah pengaruh ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa

(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) terhadap efek hipoglikemik jamu

antidiabetes AD.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Mahkota Dewa

1. Sinonim

Phaleria papuana Warb. var. Wichnannii (Val.) Back. (Seputra, 2008)

2. Nama daerah

Di Indonesia, tanaman ini memiliki berbagai nama seperti Makuto dewo

(Jawa), Makuto rojo (Jawa), Makuto ratu (Jawa), Raja obat (Banten), Simalakama

(Jawa), Mahkota dewa (Indonesia) atau Simalakama (Sumatera/Melayu. Dalam

bahasa Cina disebut Pau, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut the crown of god

(Winarto, 2005).

3. Sistematika

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super divisio : Spermatophyta

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Rosidae

Ordo : Myrtales

Familia : Thymelaeaceae

Genus : Phaleria

Spesies : Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. (Harmanto, 2008)

6
7
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

4. Morfologi tanaman

Asal tanaman mahkota dewa masih belum diketahui. Mahkota dewa

memiliki nama botaninya Phaleria papuana, banyak orang yang memperkirakan

tanaman ini populasi aslinya dari tanah Papua, Irian Jaya, karena disana memang

dapat ditemukan tanaman ini. Mahkota dewa tumbuh subur di tanah yang gembur

dan subur pada ketinggian 10-1.200 m dari permukaan laut. Perdu menahun ini

tumbuh tegak dengan tinggi 1-2,5 m. Batangnya bulat, permukaannya kasar,

warnanya cokelat, berkayu dan bergetah, percabangan simpodial. Daun tunggal,

letaknya berhadapan, bertangkai pendek, bentuknya lanset atau jorong, ujung dan

pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan licin, warnanya hijau

tua, panjang 7-10 cm dan lebar 2-5 cm. Bunga keluar sepanjang tahun, letaknya

tersebar di batang atau ketiak daun, bentuk tabung, berukuran kecil, berwarna putih

dan harum. Buah bentuknya bulat, diameter 3-5 cm, permukaan licin, beralur, ketika

muda warnanya hijau dan merah setelah masak. Daging buah berwarna putih,

berserat, dan berair. Biji bulat, keras dan berwarna cokelat. Berakar tunggang dan

berwarna kuning kecokelatan (Seputra, 2008).

5. Kandungan kimia

Zat aktif yang terkandung antara lain icariside C3, phalerin, dan mengiferine

(Morita, 2007). Aktivitas hipoglikemik yang dihasilkan oleh Phaleria macrocarpa

(Scheff.) Boerl.) adalah dengan cara menghambat enzim -gukosidase (Sugiwati

dkk, 2006).
8
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

B. Obat Tradisional

Obat bahan alam Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu jamu

yang merupakan ramuan tradisional yang belum teruji secara klinis, obat herbal yang

merupakan obat bahan alam yang sudah melewati tahap uji praklinis, yang ketiga

adalah fitofarmaka yaitu obat bahan alam yang sudah melewati uji praklinis dan

klinis (Winarto dan Karyasari, 2006).

Obat tradisional menurut Undang-undang Kesehatan No. 23 tahun 1992

adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan

mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara

turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Anonim,

1992).

Keunggulan obat bahan alam antara lain :

1. Efek samping obat tradisional relatif lebih kecil bila digunakan secara benar dan

tepat, baik tepat takaran, waktu penggunaan, cara penggunaan, ketepatan

pemilihan bahan, dan ketepatan pemilihan obat tradisional atau ramuan tanaman

obat untuk indikasi tertentu.

2. Adanya efek komplementer dan atau sinergisme dalam ramuan obat/ komponen

bioaktif tanaman obat. Suatu ramuan obat tradisional umumnya terdiri dari

beberapa jenis tanaman obat yang memiliki efek saling mendukung satu sama

lain untuk mencapai efektivitas pengobatan.

3. Pada satu tanaman bisa memiliki lebih dari satu efek farmakologi. Zat aktif pada

tanaman obat umumnya dalam bentuk metabolit sekunder, sedangkan satu


9
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

tanaman bisa menghasilkan beberapa metabolit sekunder, sehingga

memungkinkan tanaman tersebut memiliki lebih dari satu efek farmakologi.

4. Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeratif.

Contoh penyakit metabolik antara lain diabetes (kencing manis), hiperlipidemia

(kolesterol tinggi), asam urat, batu ginjal, dan hepatitis. Penyakit yang termasuk

penyakit degeneratif antara lain rematik (radang persendian), asma (sesak nafas),

ulser (tukak lambung). Untuk mengobati penyakit-penyakit tersebut diperlukan

waktu lama sehingga penggunaan obat alam lebih tepat karena efek sampingnya

relatif lebih kecil.

(Winarto dan Karyasari, 2006)

Di samping keunggulannya, obat bahan alam juga memiliki beberapa

kelemahan yang juga merupakan kendala dalam pengembangan obat tradisional

antara lain: efek farmakologisnya lemah, bahan baku belum terstandar dan bersifat

higroskopis serta volumines, belum dilakukan uji klinik dan mudah tercemar

berbagai mikroorganisme (Winarto dan Karyasari, 2006).

Upaya-upaya pengembangan obat tradisional dapat ditempuh dengan

berbagai cara dengan pendekatan-pendekatan tertentu, sehingga ditemukan bentuk

obat tradisional yang telah teruji khasiat dan keamanannya, bisa

dipertanggungjawabkan secara ilmiah serta memenuhi indikasi medis, yaitu

kelompok obat fitoterapi atau fitofarmaka. Untuk mendapatkan produk fitofarmaka

harus melalui beberapa tahap (uji farmakologi, toksisitas, dan uji klinik) hingga bisa

menjawab dan mengatasi kelemahan tersebut (Winarto dan Karyasari, 2006).


10
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

C. Jamu Antidiabetes AD

Jamu antidiabetes AD merupakan formula suatu jamu antidiabetes dari

IOT. Sari Sehat-PT.Capung Indah Abadi yang sedang dalam proses optimasi khasiat

dari jamu tersebut. Bentuk sediaan jamu antidiabetes AD berupa serbuk.

Komposisi dari jamu antidiabetes AD adalah sebagai berikut: Phellodendri Cortex;

Rhizome Anemarrheanae; Asparagi Radix; Ophiopogonis Radix; Trichosanthis

Radix; Puerariae Radix; Glycyrrhizae Radix; dan Astragali Radix.

1. Cortex Phellodendri

Phellodendri cortex berasal dari tumbuhan Phellodendron amunense Rupr.

var. japonicum. Phellodendron amunense termasuk dalam famili Rutaceae dan genus

Phellodendron. Tumbuhan ini memiliki nama lain Phellodendron chinensis Schneid

dan lebih dikenal dengan nama Huang bo (Anonim, 1997).

Komponen utama dari Phellodendri cortex meliputi: berberine, palmatine,

jatrorrhizine, phellodendrine, menisperine, candicine, obacunone, lactones

obakulactone dan obakunone (Chang and But, 1987; Anonim, 1997). Berberin

merupakan komponen yang mempunyai aktivitas biologi seperti anti bakteri

(Thomson, 2007). Dalam artikel Xie Min-hua dan Wu Hong yang berjudul The

Treatment of 32 Cases of Diabetic Peripheral Neuropathy with Jia Wei Er Miao San

(Added Flavors Two Wonders Powder) Combined with Externally Applied Chinese

Medicinals." disebutkan bahwa kombinasi antara Cortex Phellodendri (Huang Bai)

and Rhizome Atractylodis (Cang Zhu) dapat digunakan dalam memperbaiki kondisi

diabetes peripheral neuropathy (Anonim, 1997).


11
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Phellodendri cortex panjang dan lebarnya bervariasi, tebal antara 3-6 mm .

permukaan luarnya coklat kekuning-kuningan, permukaan bagian dalam kuning

gelap atau coklat muda. Teksturnya terang dan keras, berserabut. Baunya ringan;

rasanya sangat pahit, dan kenyal bila dikunyah (Anonim, 2006).

2. Rhizoma Anemarrheanae

Rhizoma Anemarrheanae merupakan rhizoma dari tanaman Anemarrhena

asphodeloides Bunge, genus Anemarrhena dan famili Asphodelaceae. Nama lain dari

Rhizoma Anemarrheanae adalah Zhi mu. Tanaman ini berasal dari Cina dan Jepang

(Fern, 1996).

Rhizoma Anemarrheanae mengandung sekitar saponin, markogenin,

neogitogenin, chimonin (mangiferin) dan isomangiferin. Ekstrak dari Rhizoma

Anemarrheanae dapat menurunkan level glukosa darah, dengan meningkatkan

uptake glukosa di diafragma dan jaringan adipose (Chang and But, 1987).

Kandungan mangiferin pada simplisia ini dapat meningkatkan sensitifitas insulin

(Thomson, 2007).

Simplisia Rhizoma Anemarrheanae ini memiliki panjang antara 3-15 cm,

dan diameter antara 0,8-1,5 cm. Warnanya coklat kekuning-kuningan hingga coklat.

Tekstur dari Rhizoma Anemarrheanae keras, mudah patah. Baunya ringan, rasanya

sedikit manis, sedikit pahit dan kenyal bila dikunyah (Anonim, 2006).

3. Asparagi Radix

Asparagi radix merupakan akar dari tumbuhan Asparagus cochinchinensis

(Lour.) Merr. Tumbuhan ini termasuk dalam genus Asparagus dan famili
12
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Noctuoidea. Nama lain dari Asparagi radix adalah Tian Dong dan Ming Tian Dong

(Anonim, 2008).

4. Ophiopogonis Radix

Ophiopogonis Radix merupakan akar dari tanaman Ophiopogon japonicus

(Thunb.) Ker-Gawl., Liriope spicata, famili Liliaceae. Nama lain dari simplisia ini

adalah Mai Dong, Cun Dong, Cun Mai Dong, dan Sheng Mai Dong (Anonim, 1997)

Dwarf Lilyturf Tuber (Inggris).

Ophiopogonis Radix merupakan herbal yang memiliki efek hipoglikemik

(Choate, 1999). Bentuknya fusi dengan dua tepi akhir lonjong. Panjang dari

Ophiopogonis Radix antara 1,5-3 cm, dan diameter antara 3-6 cm. Bagian luarnya

berwarna putih kekuning-kuningan. Tekstur dari simplisia ini adalah keras. Rasa dari

simplisia ini adalah manis, sedikit pahit dan sedikit dingin (Anonim, 2006).

5. Trichosanthis Radix

Trichosanthin Radix berasal dari tanaman Trichosanthes kirilowii Maxim.

var. japonica (Miq.). Tanaman ini memiliki sinonim Trichosanthes japonica Regel.

Simplisia juga dikenal dengan nama Tian Hua Fen (Anonim, 1997).

Simplisia ini mengandung Trichosanthin yang mempunyai berbagai efek

seperti antitumor, dan asam bryonolik yang dapat menghambat proliferasi sel kanker

(Thomson, 2007).

6. Puerariae Radix

Puerariae Radix merupakan akar dari Pueraria lobata (Willd.), atau

Pueraria thomsonii Benth. Tanaman ini termasuk dalam famili Leguminosae.


13
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Simplisia ini juga dikenal dengan nama Kudzuvine Root (Inggris), Tiange, Fenge,

dan Gegen (Chang and But, 1987).

Puerariae Radix mengandung senyawa flavonoid diadzin, diadzein,

puerarin, daidzein-4, 7-diglukosida, puerarin-7-xylosida dan 46-o-diasetilpuerarin

(Chang and But, 1987).

Puerariae Radix pada Pueraria lobata (Willd.), bentuknya panjang segi

empat, atau segi empat kecil, panjangnya 5-15 cm, dan diameter 0,5-1 cm. Bagian

luar dari kulit kayu berwarna coklat dengan kerutan yang memanjang, kasar,

permukaan potongan berwarna kuning keputihan. Teksturnya lunak, namun kuat,

berbau menyengat dan rasanya sedikit manis (Anonim, 2006).

7. Glycyrrhizae Radix

Glycyrrhizae radix merupakan simplisia dari tanaman Glycyrrhiza glabra L,

dan disebut juga dengan nama Gan cao. Tanaman ini termasuk dalam famili

Leguminosae, dan genus Glycyrrhiza. Glycyrrhizae radix sudah popular sejak selama

5.000 tahun di Cina, dan kadang disebut dengan kakek dari herbal. Gan Cao ini

dipercaya dapat mengeluarkan racun dan zat toksin dari sistem dan mengeliminasi

efek samping herbal yang dikonbinasikan dengannya (Anonim, 1999).

Dalam Glycyrrhizae radix terkandung beberapa senyawa aktif seperti: 2-

15% triterpenoid saponin; ammonium dan garam kalsium dari asam Glycyrrhizinic;

dan 24-hydroxyglycyrrhizin. Sterol: beta amirin; onocerin; stigmasterol. Lebih dari

30 flavonoid dan isoflavonoid, termasuk liquiritigenon, yaitu 4-o-glukosida (=

liquiritin) dan 4-o-apiosyl-1-2-glucoside, dan lain-lain (Csygon, Frohne, Hotzel,

Nagell, Pfanders, Willuhn, and Buff, 2001). Tanaman ini tumbuh di bagian utara
14
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Cina, dan senyawa aktif utamanya adalah glycyrrhizin. Pada uji pharmaceutical

ditemukan bahwa glycyrrhizin memiliki fungsi yang sama dengan hormon adrenal

cortical, dan hampir identik dengan adrenal steroid (Anonim, 2008).

Tekstur akar atau rhizome dari Glycyrrhiza glabra relatif rapat, beberapa

bercabang, bagian luar dari kulit kayu kasar, sebagian besar unggu kecoklatan,

lenticels kecil dan tidak terang (Anonim, 2006).

8. Astragali Radix

Astragali Radix merupakan akar dari tumbuhan Astragalus membranaceus

(Fisch.) Bge., atau Astragalus membranaceus Bge. Var. Mongholicus (Bge.) Hsiao.

Nama lain dari simplisia ini adalah Sheng Huang Qi, Sheng Huang Qi, Sheng Jian

Qi,dan Huang Qi (Be) (Chang and But, 1987).

Beta sitosterol, copper, isoliquiritigenin, manganese yang terkandung

dalam Astragali radix menghasilkan efek hipoglikemik (Duke, 2007).

Bentuk dari simplisia ini silindris, kadang bercabang, permukaan bagian

relatif padat, panjangnya antara 30-90 cm, diameternya sekitar 1-3,5 cm. Batas luar

cokelat kekuningan atau cokelat, dengan galur yang tidak rata. Teksturnya keras dan

kuat, tidak mudah rusak, kayu berwarna kuning, bau lemah, rasanya sedikit manis

dan sedikit segar bila dikunyah (Anonim, 2006).

D. Teknik Penyarian

1. Penyarian

Penyarian merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

dengan pelarut cair sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut. Struktur
15
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

kimia yang berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa aktif

terhadap pemanasan, udara, cahaya, logam berat dan derajat keasaman. Bila senyawa

aktif yang dikandung telah diketahui maka akan mempermudah pemilihan pelarut

dan cara ekstraksi yang tepat (Anonim, 2000).

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, ekstrak adalah sediaan kental yang

diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia

hewani atau pelikan menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua pelarut

diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga

memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, 1995).

Cairan penyari menggunakan air, eter atau campuran etanolik dan air

(Anonim, 1979). Etanolik dipertimbangkan sebagai penyari karena lebih selektif,

kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanolik 20 % keatas, tidak beracun, netral,

absorbsinya baik dan dapat bercampur dengan air (Anonim, 1986).

2. Maserasi

Beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan antara lain : metode

ekstraksi dengan menggunakan pelarut, destilasi uap dan metode ekstraksi lainnya.

Maserasi merupakan proses ekstraksi simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar.

Secara teknologi, maserasi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian

konsentrasi pada kesetimbangan (Anonim, 2000). Bahan yang umumnya telah

terpotong-potong atau diserbuk kasarkan (sesuai dengan syarat farmakope) disatukan

dengan bahan ekstraksi. Deposisi tersebut disimpan (terlindungi dari cahaya


16
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

langsung untuk mencegah terjadinya reaksi dikatalis cahaya atau perubahan warna),

dan dikocok kembali (Voigt, 1994).

Dalam maserasi dapat dilakukan modifikasi untuk meningkatkan efektifitas

penyarian, seperti pelarut, biaya produksi dan waktu. Bentuk modifikasi yang

dilakukan antara lain adalah digesti. Digesti adalah cara maserasi menggunakan

pemanasan lemah, yaitu pada suhu 400C-500C. Keuntungan dari metode digesti yaitu

kekentalan pelarut akan berkurang dan kemampuan cairan penyari dalam melarutkan

zat aktif akan meningkat (Anonim, 1986).

E. Transport Glukosa

Karbohidrat glukosa adalah karbohidrat terpenting dalam kaitannya dengan

penyediaan energi di dalam tubuh, hal ini dikarenakan semua jenis karbohidrat baik

monosakarida, disakarida, maupun polisakarida yang dikonsumsi manusia akan

terkonversi menjadi glukosa di dalam tubuh. Glukosa ini akan berperan sebagai salah

satu molekul utama bagi pembentukan energi di dalam tubuh. Glukosa yang telah

diserap (diabsorpsi) oleh usus halus kemudian akan terdistribusi ke dalam semua sel

tubuh melalui aliran darah (Irawan, 2007).

Glukosa di dalam tubuh selain tersimpan dalam bentuk glikogen di dalam

otot dan hati, juga tersimpan pada plasma darah dalam bentuk glukosa darah (blood

glucose). Di dalam tubuh glukosa berperan sebagai bahan bakar bagi proses

metabolisme, dan sumber energi utama bagi kerja otak. Glukosa digunakan untuk

mensintesis molekul ATP (adenosine triphosphate) melalui proses oksidasi. ATP

merupakan molekul-molekul dasar penghasil energi di dalam tubuh. Dalam


17
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

kebutuhan seharian, glukosa menyediakan hampir 50-75% dari total kebutuhan

energi tubuh (Irawan, 2007).

Sekresi insulin oleh sel beta tergantung oleh 3 faktor utama yaitu kadar

glukosa darah, ATP-sensitive K channels dan Voltage-sensitive Calsium Channels

sel beta pankreas. Mekanisme kerja faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

pada keadaan puasa, kadar glukosa darah turun, ATP-sensitive K channels pada

membrane sel beta akan terbuka sehingga ion kalium akan meninggalkan sel beta,

dan Ca-channels tertutup, akibatnya kalsium tidak dapat masuk ke dalam sel beta,

dan perangsangan sel beta untuk mensekresi insulin menurun (Merentek, 2006).

Pada saat keadaan setelah makan, kadar glukosa darah akan meningkat dan

akan ditangkap oleh sel beta melalui glucose transporter 2 (GLUT2) dan dibawa ke

dalam sel. Di dalam sel, glukosa akan mengalami fosforilase menjadi glukosa-6-

fosfat (G6P) dengan bantuan enzim glukokinase. Glukosa-6-fosfat akan mengalami

glikolisis menjadi asam piruvat. Proses glikolisis juga menghasilkan produk 6-8

ATP. Penambahan ATP ini akan meningkatkan rasio ATP/ADP dan menutup

terowongan kalium. Penumpukan kalium dalam sel mengakibatkan depolarisasi

membran sel sehingga membuka terowongan kalsium dan kalsium akan masuk

kedalam sel dan insulin akan dilepaskan ke dalam sel (Merentek, 2006).
18
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Gambar 1. Sekresi insulin akibat peningkatan kadar glukosa dalam darah (Cartailler, 2004)

Sekresi insulin pada orang non diabetes meliputi 2 fase, yaitu early peak

(fase 1) yang terjadi dalam 310 menit pertama setelah makan. Insulin yang disekresi

pada fase ini adalah insulin yang disimpan dalam sel beta (siap pakai). Fase 2 atau

disebut juga fase lanjut adalah sekresi insulin yang dimulai 20 menit setelah

stimulasi glukosa. Pada fase 1 pemberian glukosa meningkatkan sekresi insulin

untuk mencegah kenaikan kadar glukosa darah, dan kenaikan glukosa darah

selanjutnya akan merangsang fase 2 untuk meningkatkan produksi insulin. Pada

diabetes mellitus tipe-2, sekresi insulin pada fase 1 tidak mampu menurunkan

glukosa darah sehingga merangsang fase 2 untuk menghasilkan insulin lebih banyak,

tetapi sudah tidak mampu meningkatkan sekresi insulin sebagaimana pada orang non

diabetes (Merentek, 2006).


19
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Gambar 2. Insulin memperantarai transport glukosa ke dalam sel


Insulin berikatan dengan reseptor insulin, dan meningkatkan sinyal transduksi. Sinyal ini kemudian akan
merangsang glucose transporter 4 (GLUT4) untuk membawa glukosa kedalam sel (Cartailler, 2004)

F. Diabetes mellitus

1. Definisi

Diabetes mellitus merupakan suatu kondisi akibat gangguan metabolit yang

disebabkan karena adanya resistensi sel terhadap aksi insulin, ketidak mampuan

mensekresi insulin, atau keduanya. Defisiensi insulin dan/atau resistensi insulin juga

berhubungan dengan gangguan pada metabolisme lemak dan protein (Reasner and

DeFronzo, 2006).

Dalam tulisannya yang berjudul Klasifikasi dan Kriteria Diagnosis Diabetes

mellitus yang Baru, Adam (2000) menyatakan bahwa penyerta diabetes mellitus

adalah gangguan metabolisme hidrat arang, protein dan lemak. Walaupun pada

diabetes mellitus ditemukan gangguan metabolisme semua sumber makanan tubuh

kita, kelainan metabolisme yang paling utama ialah kelainan metabolisme hidrat
20
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

arang, oleh karena itu diagnosis diabetes mellitus selalu berdasarkan meningginya

kadar glukosa dalam darah (hipoglikemia).

Hipoglikemia pada penderita diabetes mellitus timbul karena terhambatnya

penyerapan glukosa ke dalam sel, serta terganggunya metabolisme karbohidrat. Pada

keadaan yang normal kira-kira 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme

sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40%

diubah menjadi lemak, sedangkan pada diabetes mellitus semua proses metabolisme

tersebut terganggu, dan glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel (Handoko dan

Suharto, 1995).

2. Gejala

Poliuria, polidipsi, dan polifagia yang disebut juga dengan istilah trio-P

gejala klasik dari penyakit diabetes mellitus.

a. Poliuria

Pada manusia normal kadar glukosa normal jarang melampaui 120 mg/dl,

namun kadar yang lebih tinggi selalu dijumpai pada pasien dengan defisiensi insulin.

Setelah kadar tertentu glukosa plasma dicapai dimana pada manusia umumnya > 180

mg/dl, taraf maksimal reabsorbsi glukosa pada tubulus renalis akan dilampaui, dan

glukosa akan diekskresikan ke dalam urin (glikosuria). Glukosa bersifat diuresis

osmotik, sehingga diuresis sangat meningkat (poliuria) disertai dengan hilangnya

elektrolit.

b. Polidipsi

Banyaknya elektrolit yang hilang bersamaan dengan urin menyebabkan

terjadinya dehidrasi dan kekurangan elektrolit pada penderita diabetes mellitus.


21
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Terjadinya dehidrasi (hiperosmolaritas), menimbulkan rasa haus pada penderita

diabetes mellitus, dan badan berusaha untuk mengatasinya dengan banyak minum air

(polidipsi).

c. Polifagia

Pada keadaan diabetes mellitus, sel tubuh kekurangan glukosa karena

glukosa tidak dapat masuk ke dalam tubuh, walaupun kadar glukosa dalam darah

tinggi. Tubuh menerima sinyal dari sel tubuh dan timbul rasa lapar akibat

berkurangnya cadangan glukosa dalam tubuh tersebut, hal inilah yang menyebabkan

pada diabetes mellitus cenderung timbul rasa lapar (polifagia). Badan kehilangan 4

kalori untuk setiap g glukosa yang diekskresi.

(Syahputra, 2003; Handoko dan Suharto, 1995)

3. Klasifikasi

Pada akhir tahun 1997 American Diabetes Association (ADA)

mempublikasikan suatu klasifikasi dan kriteria diagnosis yang baru. Klasifikasi yang

baru ini membagi Diabetes mellitus atas empat kelompok yaitu Diabetes mellitus

Tipe-1, Diabetes mellitus Tipe-2, Diabetes mellitus Bentuk Khusus, dan Diabetes

mellitus Gestasional (Adam, 2000).

a. Diabetes mellitus tipe-1

Diabetes ini terdiri dari dua bentuk yaitu otoimun dan idiopatik, dan

disebabkan karena terjadi kerusakan pada sel -pankreas yang mengakibatkan

defisiensi insulin absolut. Walaupun bentuk diabetes ini kebanyakan terjadi pada

anak-anak dan remaja, namun tipe ini dapat terjadi juga pada semua umur. Pada

bentuk otoimun dapat ditemukan beberapa penanda imun yang menunjukkan


22
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

pengrusakan sel beta pankreas untuk mendeteksi kerusakan sel beta, contohnya islet

cell autoantibodies (ICAs). Sebagian penderita diabetes mellitus tipe-1 memiliki

penyebab yang tidak jelas (idiopatik), pada mereka ini jelas ditemukan insulinopeni

tanpa petanda imun, dan mudah sekali mengalami ketoasidosis (Adam, 2000;

Reasner and DeFronzo, 2006).

b. Diabetes mellitus tipe-2

Disebut juga dengan diabetes tidak tergantung insulin. Bentuk ini bervariasi,

mulai yang dominan resistensi insulin defisiensi insulin relatif, sampai yang terutama

defek sekresi insulin disertai resistensi insulin. Diabetes mellitus tipe-2 merupakan

jenis diabetes mellitus yang paling sering ditemukan, diperkirakan sekitar 90% dari

semua penderita diabetes mellitus di Indonesia. Sebagian besar diabetes mellitus

tipe-2 diderita oleh orang gemuk (di negara barat sekitar 85%, di Indonesia 60%),

disertai dengan resistensi insulin, dan tidak membutuhkan insulin untuk pengobatan.

Sekitar 50% penderita sering tidak terdiagnosis karena hiperglikemi meningkat

secara perlahan-lahan sehingga tidak memberikan keluhan (Adam, 2000).

c. Diabetes mellitus gestasional

Diartikan sebagai intoleransi glukosa yang ditemukan pada saat hamil dan

diperkirakan insidens sebesar 1-3%. Pada umumnya mulai ditemukan pada

kehamilan trimester kedua atau ketiga. Pada saat itu terjadi keadaan resistensi

insulin. Keadaan ini dapat mengakibatkan kalainan bahkan kematian dari janin, oleh

karena itu dianjurkan dilakukan skrining diabetes mellitus gestasi pada semua wanita

hamil. Pada wanita yang memiliki sejarah keluarga positif diabetes mellitus,

mengalami kegemukan atau memiliki sejarah diabetes mellitus gestasi dianjurkan


23
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

untuk menjalani skrining pada minggu 24-48 usia kehamilannya. Deteksi awal ini

sangat penting karena dapat mengurangi angka kelahiran bayi yang abnormal, dan

kematian bayi (Adam, 2000; Reasner and DeFronzo, 2006; Triplitt, Reasner, and

Isley, 2005).

d. Diabetes mellitus bentuk khusus

Pada tahun 1997, The American Diabetes Association mempublikasikan

klasifikasi baru dari diabetes mellitus non tipe-1 dan non tipe-2 yaitu :

1) Defek genetik fungsi sel beta

a) Chromosom 20, HNF-4alpha (formerly MODY1)

b) Chromosom 7, glucokinase (formerly MODY2)

c) Dan lain-lain

2) Defek genetik insulin

a) Leprechaunism

b) Sindrom Rabson-Mendelhall

c) Dan lain-lain

3) Lipoatrophic diabetes

a) Penyakit eksokrin pankreas

b) Pancreatitis

c) Dan lain-lain

4) Endokrinopati

a) Acromegaly

b) Pheochomocytoma

c) Dan lain-lain
24
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

5) Karena obat atau zat kimia

a) Glukokortikoid

b) Diuretik Thiazid

c) Dan lain-lain

6) Infeksi

a) Congential rubella

b) Cytomegalovirus

c) Dan lain-lain

7) Sebab imunologi yang jarang

a) Sindrom Stiff-man

b) Antibodi reseptor anti-insulin

8) Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan diabetes

a) Down's syndrome

b) Turner's syndrome

( Reasner and DeFronzo, 2006; Rushakoff and Goldfine, 2006)

4. Cara dan kriteria diagnosis

a. Berdasarkan glukosa plasma vena sewaktu

Dengan keluhan klinis yang jelas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu

sudah dapat menegakkan diagnosis diabetes mellitus. Keluhan-keluhan klinis

tersebut misalnya haus dan banyak kencing, berat badan menurun, glukosuria,

bahkan kesadaran menurun sampai koma. Seseorang dikatakan masuk kriteria

diabetes mellitus apabila kadar glukosa darah sewaktu 200 mg% (plasma vena).
25
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

b. Berdasarkan glukosa plasma vena puasa

Glukosa plasma dalam keadaan puasa dibagi atas tiga nilai, yaitu <110

mg/dl, antara >110 mg/dl sampai <126 mg/dl, dan 126 mg/dl. Kadar glukosa

plasma puasa <110 mg/dl dinyatakan normal, 126 mg/dl adalah diabetes mellitus,

sedangkan antara 110-126 mg/dl disebut glukosa darah puasa terganggu (GDPT).

Sehingga pada mereka dengan kadar glukosa plasma vena setelah puasa sedikitnya

10 jam > 126 mg/dl sudah cukup untuk membuat diagnosis diabetes mellitus.

c. Dengan menggunakan tes toleransi glukosa oral

Apabila pada pemeriksaan glukosa darah sewaktu kadar glukosa plasma

tidak normal, yaitu antara 140-200 mg/dl, maka harus dilakukan pemeriksaan tes

toleransi glukosa oral untuk meyakinkan apakah diabetes mellitus atau bukan. Sesuai

dengan kesepakatan WHO maka tes toleransi glukosa oral harus dilakukan dengan

beban glukosa 75 g setelah berpuasa minimal 10 jam. Penilaiannya adalah sebagai

berikut, toleransi glukosa normal apabila < 140 mg/dl, toleransi glukosa terganggu

(TGT) apabila kadar glukosa >140 mg/dl , dan diabetes mellitus jika > 200mg/dl.

(Adam, 2000)
26
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Tabel I. Diagnosis diabetes mellitus gestasional dengan pemberian glukosa oral (Triplitt et al, 2005)

Pemberian glukosa oral 100 g


Puasa 95 mg/dl (5,3 mmol/L)
1 jam 180 mg/dl (10,0 mmol/L)
2 jam 155 mg/dl (8,6 mmol/L)
3 jam 140 mg/dl (7,8 mmol/L)
Pemberian glukosa oral 75 g
Puasa 95 mg/dl (5,3 mmol/L)
1 jam 180mg/dl (10,0 mmol/L)
2 jam 155 mg/dl (8,6 mmol/L)

Tabel II. Nilai glukosa plasma puasa dan toleransi glukosa oral (Triplitt et al, 2005)

Glukosa plasma puasa


Normal < 100 mg/dl (5,6 mmol/L)
Glukosa plasma puasa terganggu 100 - 125 mg/dl (5,6 6,9 mmol/L)
Diabetes mellitus 126 mg/dl (7,0 mmol/L)
Glukosa plasma 2 jam (tes toleransi glukosa oral)
Normal < 140 mg/dl (7,8 mmol/L)
Toleransi glukosa terganggu 140 200 mg/dl (7,8 11,1 mmol/L)
Diabetes mellitus 200 mg/dl (11,1 mmol/L)

G. Obat Antidiabetik Oral

Evans dan Rushakoff (2007) menyatakan bahwa ada 5 golongan obat

antidiabetik oral yaitu :

1. Sulfonilurea

Mekanisme kerja dari golongan ini adalah dengan perangsangan sekresi

insulin di pankreas yaitu pada sel beta pankreas. Merupakan derivat dari asam

sulfonik dan urea. Contohnya adalah : tolbutamid (generasi pertama) dan

glibenklamid (generasi kedua).


27
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

2. Biguanid

Mekanisme kerja dari golongan ini adalah menekan produksi dari glukosa

hepar, sehingga menurunkan glukosa plasma puasa. Contohnya adalah : metformin.

3. Meglitinid

Mekanismenya sama dengan golongan sulfonilurea yaitu dengan

merangsang sekresi insulin pada sel beta pankreas. Contohnya : repaglinid.

4. Thiazolidine

Efek utama dari thiazolidine adalah mereduksi resistensi insulin dan

meningkatkan sensitivitas insulin. Contohnya : rosiglitazone.

5. Inhibitor alfa glukosidase

Cara kerja dari golongan ini adalah menghambat degradasi enzimatik dari

kompleks karbohidrat di usus halus. Penghambatan ini akan memperlambat

pemecahan polisakarida menjadi monosakarida, sehingga memperlambat absorpsi

komponen glukosa ke dalam peredaran darah. Akibatnya peningkatan kadar glukosa

plasma setelah makan menjadi kecil. Contoh obat: acarbose (Dollery, 1999).
28
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Gambar 3. Mekanisme kerja obat diabetik oral (Evans and Rushakoff, 2007)

Tabel III. Kemampuan klinik dari terapi farmakologi obat antidiabetes oral pada pemakaian tunggal
(Evans and Rushakoff, 2007)

Glukosa plasma

Agen Puasa
HbA1C Insulin Lemak Berat badan
(%)
(mg/dl) (mmol/L)

Tidak
Sulfonilurea 60-70 3.3-3.9 0.8-2.0 Bertambah Bertambah
berpengaruh
Tidak
Meglitinid 65-75 3.6-4.2 0.5-2.0 Bertambah Bertambah
berpengaruh
Biguanid TGLDL
50-70 2.8-3.9 1.5-2.0 Berkurang Berkurang
(Metformin) HDL
Thiazolidinediones TG, -LDL
Pioglitazone
60-80 3.3-4.3 1.4 -2.6 Berkurang Bertambah
HDL; -TG,
Rosiglitazone LDL,HDL
-Glukosidase Tidak Tidak Tidak
25-30 1.9-2.2 0.7-1.0
inhibitors berpengaruh berpengaruh berpengaruh

Masing-masing golongan obat antidiabetes oral memiliki mekanisme kerja

sendiri-sendiri dalam menurunkan kadar glukosa plasma. Golongan -glukosidase

inhibitor memiliki kemampuan menurunkan kadar glukosa plasma puasa yang paling
29
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

rendah dibandingkan dengan golongan-golongan lainnya, hal ini dikarenakan -

glukosidase inhibitor bekerja menghambat absorpsi glukosa dari usus masuk ke

peredaran darah, sehingga lebih berefek menurunkan kadar glukosa darah

postprandial dibanding menurunkan kadar glukosa plasma puasa. Efek samping

utama dari golongan sulfonilurea, dan meglitinid adalah hipoglikemik. Efek samping

golongan biguanid dan -glukosidase inhibitor adalah gangguan pada saluran

gastrointestinal, sedangkan efek samping dari golongan tiazolidin adalah retensi

cairan dan menurunkan jumlah hemoglobin (Evans and Rushakoff, 2007; Trevor,

Katzung, and Masters, 2002).

H. Glibenklamid

Glibenklamid merupakan obat hipoglikemik oral yang digunakan secara

luas di dalam pengobatan diabetes mellitus tipe-2, merupakan sulfonilurea paling

poten dan dikenal sebagai sulfonilurea generasi kedua (Dollery, 1999). Mekanisme

kerja glibenklamid sama dengan obat antidiabetik golongan sulfonilurea lainnya

yaitu dengan merangsang sekresi insulin pada sel beta pankreas (Handoko dan

Suharto, 2003). Efek utama dari glibenklamid adalah menstimulasi pelepasan insulin

dengan meningkatkan fungsi sel-sel islet beta pankreas. Pada pemakaian jangka

pendek, glibenklamid menyebabkan degranulasi sel beta pada pankreas (Dollery,

1999).

Pada subyek normal puasa, peningkatan konsentrasi insulin dalam plasma

dan penurunan kadar glukosa plasma terjadi 15-60 menit setelah pemberian

glibenklamid oral dan mencapai maksimum setelah 1-2 jam sebelum kembali ke nilai
30
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

dasar setelah 3 jam. Obat ini 200 kali lebih kuat daripada tolbutamid. Glibenklamid

dimetabolisme dalam hati menjadi produk dengan aktifitas yang sangat rendah,

hanya 25% metabolit diekskresi melalui urin dan sisanya diekskresi melalui empedu

dan tinja. Obat ini efektif dalam penggunaan tunggal (Handoko dan Suharto, 2003).

Dosis awal pemberian adalah sebesar 2,5 mg/hari yang diberikan sebagai

dosis tunggal pada pagi hari, dan tidak dianjurkan untuk memberikan dosis

pemeliharaan lebih dari 20 mg/hari (Nolte dan Karam, 2002).

Cl

O2
CO NH CH2 CH2 S NH CO2 NH

OCH3

Gambar 4. Struktur Glibenklamid (Evans dan Rushakoff, 2007)

I. Metode Penetapan Kadar Glukosa Darah

Secara umum menurut Widowati, Dzulkarnain dan Saroni (1997) metode

penentuan glukosa darah dapat ditentukan dengan beberapa cara yaitu: metode

kondensasi dengan gugus amina, metode enzimatik, atau metode oksidasi-reduksi.

1. Metode kondensasi dengan gugus amina

Prinsip dari metode ini adalah aldosa dikondensasikan dengan orto-toluidin

dalam suasana asam dan setelah dipanaskan akan menghasilkan larutan yang

berwarna hijau. Kadar glukosa darah dapat ditentukan sesuai dengan intensitas warna

yang dihasilkan, yang diukur dengan spektofotometer.

2. Metode enzimatik

Glukosa dapat ditentukan secara enzimatik, dengan menggunakan enzim

glukosa oksidase (GOD), dengan adanya glukosa oksidase ini, maka glukosa
31
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

dioksidasi oleh udara (O2) menjadi asam glukuronat disertai pembentukan hidrogen

peroksida. Adanya enzim peroksidase (POD), H2O2 akan membebaskan O2 yang

mengoksidasi akseptor kromogen yang sesuai serta memberikan warna merah.

Akseptor kromogennya dapat berupa senyawa aminoantipirin dan fenol atau

orthodianisidin, kadar glukosa darah ditentukan berdasarkan intensitas warna yang

terjadi, dan diukur secara spektrofotometri.

3. Metode oksidasi-reduksi

Penentuan kadar glukosa darah dilakukan dengan cara dioksidasi dengan

menggunakan suatu oksidan ferrisianida. Oksida ini direduksi menjadi ferrosianida

oleh glukosa dalam suasana basa dengan pemanasan, kemudian kelebihan ferri

dititrasi secara iodometri.

J. Spektrofotometri

Menurut Mulja dan Suharman (1995) spektrofotometri UV-Vis adalah salah

satu teknik analisis fisika-kimia yang mengamati tentang interaksi atom atau molekul

dengan radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang 190 380 nm (UV) dan

380 780 nm (Vis) dengan memakai instrumen spektrofotometer .

Prinsip kerja spektrofotometer adalah berdasarkan atas interaksi antara

radiasi elektromagnetik dengan materi. Materi dapat berupa atom, ion, atau molekul,

sedang radiasi elektromagnetik merupakan salah satu jenis energi yang

ditransmisikan dalam ruang dengan kecepatan tinggi (Khopkar, 1990). Panjang

gelombang dimana terjadi eksitasi elektronik yang memberikan serapan maksimum


32
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

disebut sebagai panjang gelombang serapan maksimum (Mulja dan Suharman,

1995).

Prinsip spektroskopi didasarkan adanya interaksi dari energi radiasi

elektromagnetik dengan zat kimia, dengan mengetahui interaksi yang terjadi, maka

dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat-sifat dari

interaksi tersebut. Hasil interaksi tersebut bisa menimbulkan satu atau lebih peristiwa

seperti: pemantulan, pembiasan, penyerapan (absorpsi) dan lain-lain (Sudarmadji,

Haryono, dan Suhardi, 1989).

Dalam suatu analisis kuantitatif, pengukuran serapan dilakukan pada

panjang gelombang saat serapan maksimum, hal ini disebabkan karena sensitivitas

maksimum diperoleh dengan mengerjakan pada pita maksimum, karena untuk

konsentrasi yang diberikan panjang gelombang tersebut memberikan respon yang

paling kuat. Pada pita maksimum, perubahan yang kecil pada panjang gelombang

akan memberikan perubahan serapan yang minimal (kecuali bila pita absorpsi sangat

tajam), dengan demikian kesalahan kecil dalam meletakkan tanda pemilih panjang

gelombang pada instrumen tidak akan mengakibatkan kesalahan besar pada

pengukuran serapan (Fatah, 1989).


33
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

K. Landasan Teori

Jamu antidiabetes AD merupakan suatu formula jamu antidiabetes IOT.

Sari Sehat - PT.Capung Indah Abadi. Pada penelitian mengenai efek hipoglikemik

jamu antidiabetes AD, jamu tersebut telah terbukti mampu menurunkan kadar

glukosa darah pada tikus jantan galur wistar, dengan dosis efektif 12,6 ml/kgBB

sebesar 28,146% terhadap kontrol aquadest (Nursalim, 2008).

Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff. ) Boerl.) merupakan salah

satu tumbuhan yang memiliki daya hipoglikemik. Pada dosis 110 mg/200gBB,

mahkota dewa sudah mampu menurunkan kadar glukosa darah (Anonim, 2007).

Mekanisme utama penurunan kadar glukosa darah oleh mahkota dewa adalah secara

intra pankreatik dan ekstra pankreatik. Mekanisme intra pankreatik yaitu dengan

cara memperbaiki (regenerasi) sel pankreas dan merangsang pelepasan insulin.

Mekanisme ekstra pankreatik dengan cara menghambat absorpsi glukosa di usus,

meningkatkan transportasi glukosa di dalam darah, merangsang sintesis glikogen dan

menghambat sintesis glukosa dengan cara menghambat enzim glukosa-6-fosfatase

dan fruktosa1,6-bifosfatase (Santoso dan Saryono, 2005).

L. Hipotesis

Penambahan ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa (Phaleria

macrocarpa (Scheff. ) Boerl.) pada jamu antidiabetes AD mampu meningkatkan

daya penurunan kadar glukosa darah jamu antidiabetes AD tersebut.


34
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan termasuk dalam jenis penelitian eksperimental

murni yang dikerjakan mengikuti rancangan acak lengkap pola searah.

B. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel utama

a. Variabel bebas : Dosis ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa

yang ditambahkan pada jamu antidiabetes AD.

Dosis ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa yang ditambahkan pada jamu

antidiabetes AD adalah jumlah gram (g) serbuk ekstrak etanolik daging buah

mahkota dewa yang ditambahkan pada jamu antidiabetes AD tiap satuan

kilogram (kg) berat badan subyek uji yang bersangkutan.

b. Variabel tergantung : LDDK0-300 kadar glukosa dalam darah.

LDDK0-300 kadar glukosa dalam darah adalah besaran yang menggambarkan

berapa jumlah kadar glukosa dalam darah pada tiap rentang waktu mulai dari

menit ke-0 sampai dengan menit ke-300 yang dihitung dengan menggunakan

metode trapezoid.

2. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali

1. Hewan uji : Tikus putih


35
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

2. Jenis kelamin : Jantan

3. Galur spesies hewan uji : Galur Wistar

4. Berat badan subjek uji : Antara 175 g 225 g

5. Umur subyek uji : Antara 2 bulan 3 bulan

6. Cara pemberian : per oral (p.o)

b. Variabel pengacau tak terkendali

Variabel pengacau tak terkendali dari penelitian ini adalah keadaan patologi

hewan uji yang digunakan, sifat fisika kimia dari sediaan jamu serta kandungan

dalam ekstrak mahkota dewa.

C. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan penelitian

a. Hewan uji

Tikus putih jantan galur Wistar, umur 2 - 3 bulan, berat badan 175-225 g, dari

Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

b. Bahan uji

Bahan yang digunakan adalah jamu antidiabetes AD dan ekstrak etanolik

daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) yang

diperoleh dari IOT. Sari Sehat - PT.Capung Indah Abadi.


36
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

c. Senyawa pembanding

Yang digunakan berupa kaplet generik glibenklamid yang diproduksi oleh PT.

Indofarma.

d. Pereaksi untuk pengukuran kadar glukosa darah

Pereaksi yang digunakan adalah enzim Glucose GOD FS* dari DiaSys

(Diagnostic System), International, Holzheim Germany yang terdiri atas :

Tabel IV. Isi pereaksi enzim Glucose GOD-PAP

Reagen :
Phosphat buffer pH 7,5 250 mmol/l
Phenol 5 mmol/l
4-aminoantipyrine 0,5 mmol/l
Glukosa oksidase (GOD) 10 kU/l
Phenol AminoAntipirin Peroksidase (PAP) 1 kU/l
Glukosa standar 100mg/dl (5,5 mmol/dl)

e. Natrium oksalat sebagai antikoagulan (Cooper and McDaniel, 1966).

f. Glukosa monohidrat p.a (Merck) dengan dosis 1,75 g/kgBB (Anonim, 1991)

sebagai larutan untuk pembuatan kurva baku dan untuk uji toleransi glukosa oral

yang diperoleh dari LPPT Universitas Gadjah Mada .

g. Larutan asam benzoat 0,1% b/v, sebagai pelarut glukosa monohidrat (Cooper and

McDaniel, 1966) yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

h. Carboxymethylcellulose-natrium (Dai-Ichi Seiyaku Co., Ltd.) sebagai

pensuspensi ekstrak etanolik Mahkota dewa yang diperoleh dari Laboratorium

Farmakologi dan Toksikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

i. Aquadest yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


37
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

j. Parafin cair sebagai pelancar aliran darah dalam pengambilan sampel darah dari

hewan uji, yang diperoleh dari Laboratorium Biofarmasetika dan Bioanalisis

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Alat penelitian

a. Seperangkat alat gelas ( Beaker glass, labu takar, gelas ukur, pengaduk) merk

pyrex

b. Jarum suntik (injeksi peroral) yaitu jarum suntik yang ujungnya diberi bulatan

kecil dengan lubang ditengahnya agar tidak melukai hewan uji

c. Mikropipet

d. Sentrifuge (Hettich WBA SS, Germany) ,yellow tipe, microtube, surgical blande

e. Spektrometer Ultraviolet Visibel (Optima SP300, Japan) dan kuvet

f. Alat neraca elektrik (Mettler Toledo AB 204, Switzerland)

g. Vortex (Janke-Kankel IKA - Labortechnik)

h. Holder

D. Jalannya Penelitian

1. Penentuan dosis jamu antidiabetes AD

Penggunaan pada manusia adalah 15 g serbuk jamu antidiabetes AD

diseduh dengan 200 ml air panas, dengan asumsi manusia dewasa Indonesia adalah

50 kg, maka untuk manusia 70 kg adalah sebesar 21 g . Perhitungan dosis untuk tikus

adalah sebagai berikut :

21 g 140 ml
=
200 ml 200 ml
38
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Dari penyeduhan 21 g serbuk jamu antidiabetes AD dalam 200 ml air diperoleh

larutan jamu sebanyak 140 ml. Jadi untuk takaran orang dewasa 70 kg adalah sebesar

140 ml, maka untuk tikus 200 g adalah sebesar :

140 ml 2,52 ml
x 0,018 = = 12,6 ml / kgBB
70 kg 200 g

2. Penentuan dosis ekstrak Mahkota dewa

Ekstrak etanolik Mahkota dewa diperoleh dengan menyari daging buah

mahkota dewa dengan pelarut etanolik. Ekstrak yang digunakan dalam penelitian ini

diperoleh dan disediakan oleh IOT. Sari Sehat-PT. Capung Indah Abadi. Proses

pembuatan ekstrak etanolik mahkota dewa adalah sebagai berikut :

Daging buah mahkota dewa digiling kasar, kemudian dimaserasi dengan 12 liter

etanolik 30% selama jam, setelah itu diinfusa selama 1 jam, kemudian disaring.

Hasil ekstraksi kemudian dipekatkan dan selanjutnya ditambah corn starch (tepung

jagung) 200 g sebagai bahan pengisi (filler), dicampur merata kemudian dioven pada

suhu 75-800 C. Hasil ekstrak powder adalah 399,25 g.

Dosis mahkota dewa dari IOT. Sari Sehat-PT. Capung Indah Abadi adalah

1.500 mg untuk manusia 50 kg. Dosis ini kemudian dikonversikan pada pemberian

terhadap tikus seberat 200 g.

dosis untuk manusia 70 kg x faktor konversi



dosis untuk manusia 70 kg x 0,018

1.500 mg 2.100 mg 2.100 mg


= x 0,018 = 37,8 mg 200 gram
50 kg 70 kg 70 kg
= 189 mg kg BB tikus
39
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Besarnya dosis pada hewan uji tikus hasil perhitungan yaitu 189 mg/kgBB,

selanjutnya dibuat peringkat dosisnya, yaitu 1/3 dosis penggunaan dan 3 kali dosis

penggunaan ekstrak mahkota dewa yaitu 63 mg/kgBB dan 567 mg/kgBB.

Perhitungan volume pemberian ekstrak berdasarkan rumus :

Volume (V ) Konsentrasi (C ) = Berat badan (BB ) Dosis (D )

Karena keterbatasan volume pemberian maksimal pada tikus untuk

pemberian secara peroral adalah 5 ml (Ritschel,1974), maka 3 larutan yang akan

diperlakukan kepada tikus secara peroral, yaitu glibenklamid, larutan jamu dengan

ekstrak mahkota dewa, dan larutan glukosa harus disesuaikan agar tidak melebihi

voleme pemberian maksimal.

3. Preparasi bahan

a. Pembuatan larutan asam benzoat 0,1% b/v

Serbuk asam benzoat p.a. ditimbang sebanyak 0,5 g dan dilarutkan dengan

aquadest panas dalam labu takar 500 ml sampai tanda.

b. Pembuatan larutan stok glukosa 1% b/v

Glukosa monohidrat p.a. ditimbang sebanyak 1 g dan dilarutkan dengan

larutan asam benzoat 0,1% b/v dalam labu takar 100 ml sampai tanda.

c. Pembuatan Natrium oksalat 2% b/v

Natrium oksalat p.a. ditimbang sebanyak 1 mg dan dilarutkan dengan

aquadest dalam labu takar 50 ml sampai tanda.


40
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

d. Pembuatan CMC-Na 1 %

Timbang 1 g CMC-Na, disuspensikan sampai 100 ml dengan aquadest

hangat, kemudian aduk sampai diperoleh larutan yang homogen.

e. Penentuan keseragaman bobot kaplet glibenklamid

Penentuan keseragaman bobot kaplet glibenklamid mengacu pada Anonim

(1979). Timbang 20 tablet, kemudian hitung bobot tablet. Jika ditimbang satu-satu,

tidak boleh lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari

bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu

tabletpun menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan

kolom B. Nilai penyimpangan bobot rata-rata kolom A dan B dapat dilihat pada tabel

V.

Tabel V. Keseragaman bobot tablet

Penyimpangan bobot rata-rata dalam %


Bobot rata-rata
A B
25 mg atau kurang 15 % 30 %
26 mg sampai dengan 150 mg 10 % 20 %
151 mg sampai dengan 300 mg 7.5 % 15 %
Lebih dari 300 mg 5% 10 %

f. Penetapan dosis pemberian glibenklamid

Dosis glibenklamid yaitu 5 mg pada manusia dengan berat badan 70 kg,

dikonversikan ke tikus 200 g dengan faktor konversi 0,018.

5 mg glibenklamid 0,018 = 0,09 mg glibenklamid / 200 g


= 0,45 mg glibenklamid / kg BB tikus

Berdasarkan perhitungan maka besarnya dosis glibenklamid pada hewan uji tikus

yaitu 0,45 mg/ kgBB.


41
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

g. Penetapan konsentrasi pemberian larutan glibenklamid pada hewan uji

Volume pemberian glibenklamid ditetapkan sebesar 0,8 ml sehingga

diperoleh konsentrasi sebagai berikut :

Dosis BeratBadan 0,45mg / kgBB 0,200kgBB


volume = 0,8ml =
Konsentrasi (C ) C
C = 0,09 mg/0,8 ml C = 0,1125 mg/ml

h. Pembuatan larutan glibenklamid 0,1125 mg/ml

Timbang serbuk glibenklamid setara dengan 25 mg glibenklamid murni,

larutkan dengan CMC dalam labu takar 10 ml sampai tanda sebagai larutan induk

glibenklamid. Buat dengan konsentrasi 0,1125 mg/ml dalam labu ukur 10 ml dari

larutan induk glibenklamid tersebut.

i. Penetapan konsentrasi larutan glukosa monohidrat 1,75 g/kgBB

Volume pemberian glukosa dibuat seminimal mungkin,yaitu sebesar 1,5 ml,

dengan demikian konsentrasi yang ditetapkan untuk tikus 200 g adalah :

Dosis ( D ) BeratBadan ( BB )
Konsentras i (C ) =
Volume (V )

1,75 g / kgBB 0,200kgBB


Konsentras i =
1,5 ml
0,350 g 350 mg
Konsentras i = = = 233,333 mg ml
1,5 ml 1,5 ml

Konsentrasi = 23,333 g 100 ml = 23% b v


4. Percobaan pendahuluan

a. Penetapan waktu resapan stabil glukosa standar (operating time)

Sebanyak 25,00 l larutan glukosa standar direaksikan dengan 2,5 ml

pereaksi GOD-PAP. Campuran larutan tersebut kemudian divortex dan segera diukur
42
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

resapannya pada panjang gelombang 500 nm (sesuai dengan yang tertulis dalam

leaflet Glucose GOD FS*) dengan selang waktu 5 menit selama 60 menit. Waktu

resapan stabil yang digunakan adalah waktu inkubasi yang memberikan resapan

stabil.

b. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum ( maksimal)

Sebanyak 25,00 l larutan glukosa standar direaksikan dengan 2,5 ml

pereaksi GOD-PAP. Campuran larutan tersebut kemudian divortex dan diinkubasi

pada suhu kamar. Setelah mencapai operating time dilakukan pengukuran pada

rentang panjang gelombang 400 - 600 nm dengan selang waktu 10 nm. Panjang

gelombang yang menunjukkan serapan yang paling tinggi adalah panjang gelombang

serapan maksimum ( maksimal).

c. Pembuatan kurva baku

Larutan glukosa monohidrat 1% b/v dipipet sebanyak 0,75 ml ; 1 ml ; 1,5 ml

; 2 ml dan 2,25 ml. Penetapan kadar glukosa dilakukan seperti pada penetapan kadar

glukosa darah dengan metode GOD-PAP. Serapan diukur secara spektrofotometri

visibel pada panjang gelombang serapan maksimum ( maksimal).

5. Orientasi waktu pemberian

a. Penetapan waktu pemberian glibenklamid

Orientasi menggunakan 6 ekor tikus yang terbagi dalam 3 kelompok dimana

masing-masing kelompok mendapat perlakuan kontrol positif dan kontrol negatif.

Perlakuan tersebut dilakukan terhadap masing-masing kelompok yaitu pada menit

ke-15 sebelum UTGO untuk kelompok kesatu, menit ke-30 sebelum UTGO untuk

kelompok kedua, dan menit ke-45 sebelum UTGO untuk kelompok ketiga.
43
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Semua pemberian dilakukan secara peroral, selanjutnya dilakukan UTGO

dengan perlakuan larutan glukosa monohidrat 15% b/v; 1,75 g/kgBB. Pengambilan

cuplikan darah dilakukan sesaat sebelum perlakuan sebagai menit ke-0 dan pada

menit ke-15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, 240, dan 300 setelah UTGO. Pengukuran

kadar glukosa darah dilakukan dengan menggunakan metode GOD-PAP, selanjutnya

dibuat kurva UTGO dan perhitungan harga LDDK0-300. Penentuan waktu pemberian

glibenklamid didasarkan pada harga selisih LDDK0-300 kontrol positif dan negatif

terbesar.

b. Penetapan waktu pemberian jamu antidiabetes AD.

Orientasi ini menggunakan 6 ekor tikus yang dibagi menjadi 3 kelompok,

tiap kelompok terdiri dari 2 ekor tikus, masing-masing mendapat perlakuan jamu

antidiabetes AD pada menit ke-15, 30, dan 45 sebelum UTGO.

Semua pemberian dilakukan secara peroral, selanjutnya dilakukan UTGO

dengan pemberian larutan glukosa monohidrat 15% b/v; 1,75 g/kgBB. Pengambilan

cuplikan darah dilakukan sesaat sebelum perlakuan sebagai menit ke-0 dan pada

menit ke-15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, 240, dan 300 setelah UTGO. Pengukuran

kadar glukosa darah dilakukan dengan menggunakan metode GOD-PAP. Selanjutnya

dibuat kurva UTGO dan perhitungan harga LDDK0-300. Penentuan waktu pemberian

jamu antidiabetes AD didasarkan pada harga LDDK0-300 terendah.

6. Uji daya hipoglikemik

a. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji

Penelitian dilaksanakan mengikuti rancangan acak pola searah dimana 30

ekor tikus jantan dibagi secara acak menjadi 6 kelompok. Tiap hewan uji
44
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

diadaptasikan dengan kondisi yang sama, jauh dari kebisingan dan dihindarkan dari

stress. Sebelum mendapat perlakuan, masing-masing kelompok dipuasakan selama

18 jam dengan tetap diberi minum ad libitum, Masing-masing kelompok terdiri atas

5 ekor tikus. Kelompok I yaitu kontrol negatif dengan perlakuan 12,5 ml/kgBB

aquadest. Kelompok II yaitu kontrol negatif dengan perlakuan 12,5 ml/kgBB CMC

1%. Kelompok III yaitu kontrol positif glibenklamid dengan dosis 0,45 mg/kgBB.

Kelompok IV, V, dan VI memperoleh perlakuan jamu antidiabetes dengan dosis 12,6

ml/ kgBB dan ditambah ekstrak etanolik mahkota dewa dengan dosis 63 mg/kgBB

untuk kelompok IV, 189 mg/kgBB untuk kelompok V, dan 567 mg/kgBB ekstrak

mahkota dewa untuk kelompok VI. Semua pemberian dilakukan secara peroral,

selanjutnya dilakukan UTGO dengan perlakuan larutan glukosa monohidrat 23% b/v;

1,75 g/kgBB.

b. Penetapan kadar glukosa darah

Kadar glukosa darah ditetapkan secara spektrofotometri visibel dengan

metode GOD-PAP. Pada tiap kelompok dilakukan pengambilan cuplikan darah

sebanyak 0,5 ml melalui vena lateralis ekor sesaat sebelum perlakuan sebagai menit

ke-0 dan pada menit ke-15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, 240, dan 300 setelah UTGO,

dan ditampung dalam microtube yang berisi 50,00 l Natrium oksalat 2% b/v,

kemudian disentrifuge pada 3000 rpm selama 10 menit, selanjutnya diambil 25,00 l

plasma darah, dan dimasukkan ke dalam masing-masing tabung untuk diukur kadar

glukosanya. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan seperti berikut :


45
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Tabel VI. Volume pengukuran kadar glukosa darah

No Bahan Sampel (ml) Standar (ml) Blangko (ml)


1 Supernatan 0,025 - -
2 Larutan baku glukosa - 0,025 -
3 Asam benzoat 1% b/v - - 0,025
4 Pereaksi GOD-PAP 2,5 2,5 2,5

Bahan-bahan tersebut dicampur dan diinkubasikan pada suhu kamar selama

waktu operating time, kemudian kadar glukosa darah ditetapkan secara

spektrofotometri visibel menggunakan metode GOD-PAP. Resapan diukur pada

panjang gelombang maksimum, kemudian kadar glukosa darah dihitung dengan

rumus :

A
Kadar glukosa = S x 100 mg %
ASt

Keterangan : As = resapan sampel


Ast = resapan standar

Kadar glukosa darah yang diperoleh selanjutnya dibuat kurva UTGO yang

menggambarkan hubungan nilai kadar glukosa darah lawan waktu sampling darah.

Dari kurva UTGO kemudian dihitung luas di bawah kurva dalam rentang waktu

tertentu dengan menggunakan metode trapezoid (LDDK0-300) dan rumus yang

digunakan adalah sebagai berikut:

t1 t 0 t t
LDDK t 0tn = x (C 0 + C1 ) + 2 1 x (C1 + C 2 )
2 2
+ t 3 t 2 x (C 2 + C 3 ) + t n t n 1 x (C n C n 1 )

Keterangan:
t = waktu (jam-1/menit-1)
C = konsentrasi zat dalam darah (mg/dl)
LDDKto-tn = luas daerah di bawah kurva dari waktu ke-0 sampai ke-n
46
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

E. Analisis Hasil

Data kadar glukosa darah pada setiap kelompok perlakuan dianalisis secara

statistik dengan menggunakan uji General-Linier Model Repeated Measured. Harga

LDDK0-300 glukosa darah diuji menggunakan uji Kolmogorov Smirnov untuk

menguji distribusinya, jika distribusinya normal dilanjutkan dengan analisa Anova

One Way dan Posh Hoc test Tukey dengan tingkat kepercayaan 95%. Jika nilai

LDDK0-300 glukosa darah mempunyai variansi yang berbeda maka dilakukan uji

Kruskal Wallis dan dilanjutkan uji Mann Whitney dengan tingkat kepercayaan 95%

untuk mengetahui perbedaan masing-masing kelompok.


PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penentuan Dosis Jamu

Penentuan ini berdasarkan pada penggunaan pada manusia, yaitu diseduh

dengan air panas. Dosis yang digunakan adalah dosis efektif hasil penelitian yang

telah dilaksanakan sebelumnya oleh Nursalim (2008) yaitu 12,6 ml/ kgBB hasil

penyeduhan 21 gram serbuk jamu antidiabetes AD dalam 200 ml air panas.

Gambar serbuk jamu dan larutan jamu dapat dilihat pada lampiran 1. Preparasi bahan

sesuai dengan tata cara yang tertera pada halaman 39 sampai 41, dan untuk lebih

lengkapnya preparasi bahan dapat dilihat pada lampiran 5 dan data nilai LDDK0-300

penelitian Nursalim (2008) pada lampiran 6.

B. Penentuan Dosis Ekstrak Mahkota dewa

Ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa dibuat oleh IOT. Sari Sehat-

PT. Capung Indah Abadi dengan tata cara yang tertera pada lampiran 4. Proses

pembuatan ekstrak etanolik mahkota dewa meliputi proses maserasi, infusa,

kemudian dipekatkan dan ditambah dengan bahan pengisi tepung jagung dan terakhir

dioven. Perhitungan pembuatan dosis ekstrak etanolik mahkota dewa tercantum pada

lampiran 5 dan gambar ekstrak mahkota dewa dapat dilihat pada lampiran 1.

47
48
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

C. Percobaan Pendahuluan

1. Penetapan operating time

Pengukuran kadar glukosa darah ini menggunakan pereaksi GOD-PAP.

Reaksi yang terjadi antara glukosa dengan pereaksi GOD-PAP merupakan reaksi

enzimatis yang menghasilkan senyawa berwarna, sehingga perlu dilakukan suatu uji

untuk mengetahui operating time (OT) dari reaksi tersebut.

Tujuan penentuan operating time ini adalah mengetahui kapan waktu

resapan senyawa berwarna kuinonimin hasil reaksi GOD-PAP dengan glukosa yang

memberikan resapan yang stabil saat dilakukan pengukuran dengan menggunakan

spektrofotometer visibel. Sesuai dengan informasi pada leaflet GOD-PAP, maka

pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 500 nm selama 60 menit.

Prinsip kerja dari reagen GOD-PAP adalah GOD (Glucose oxidase) akan

mengkatalisis oksidasi glukosa menjadi asam glukonat dan hidrogen peroksida,

kemudian hidrogen peroksida dengan 4-amino-antipirin dan fenol akan membentuk

senyawa kuinonimin dengan bantuan enzim peroksidase. Senyawa kuinonimin ini

berwarna merah muda, dan intensitas warnanya akan meningkat sebanding dengan

konsentrasi glukosa. Semakin tinggi konsentrasi glukosa yang terdapat dalam plasma

darah, maka warna yang dihasilkan dari reaksi ini akan semakin pekat (tinggi).
49
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

CH2OH
O CH2OH O
H H
H GOD H OH
OH H H
+ O2 OH H C + H2O2
OH OH
OH OH
H OH
H OH
glukosa hidrogen
asam glukonat
peroksida

PAP
H2O2 + H2N CH3 + O N CH3
+ H2O
N CH3 N CH3
hidrogen
O N O N
peroksida

OH

fenol

kuinonimin
4 amino-antipirin (berwarna merah muda)

Gambar 5. Reaksi enzimatik antara glukosa dan reagen GOD-PAP ( DiaSys, 2006)

Data penetapan waktu resapan stabil larutan glukosa standar 100 mg/dl

ditunjukkan pada tabel VII.

Tabel VII. Data hasil penetapan waktu resapan stabil larutan glukosa standar

Waktu (menit) Resapan Waktu (menit) Resapan


5 0,336 35 0,363

10 0,361 40 0,362

15 0,365 45 0,361

20 0,365 50 0,361

25 0,364 55 0,361

30 0,364 60 0,360
50
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Grafik Waktu Resapan Stabil Glukosa standar

0.450

0.400
Resapan

0.350

0.300

0.250

0.200
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65
Waktu (menit)

Gambar 6. Grafik hubungan antara resapan dan waktu resapan stabil reaksi glukosa standar
pada 500 nm

Hubungan antara resapan glukosa standar dengan waktu inkubasi dapat

dilihat pada gambar 6. Berdasarkan grafik dapat diketahui bahwa dari menit ke-15

sampai menit ke-30 memberikan grafik yang relatif datar, sehingga diperkirakan

pada menit ke-15 sampai menit ke-30 terjadi reaksi yang stabil antara glukosa

standar dengan pereaksi GOD-PAP. Berdasarkan hasil uji penetapan operating time,

maka penetapan kadar glukosa darah dengan spektrofotometer visibel dapat

dilakukan pada menit ke-15 sampai menit ke-30 setelah pemberian pereaksi GOD-

PAP.

2. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum ( maksimum)

Penetapan ini bertujuan untuk menentukan panjang gelombang dimana

terjadi serapan maksimum senyawa kuinonimin. Pengujian menggunakan rentang

panjang gelombang 400-600 nm, yaitu 100 nm di bawah sampai 100 nm di atas

panjang gelombang yang tertera pada leaflet Dyasis. Dalam penetapan panjang

gelombang maksimum ini digunakan dua konsentrasi yang berbeda yaitu 100 mg/dl
51
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

dan 50 mg/dl dengan tujuan untuk memastikan panjang gelombang serapan

maksimum larutan glukosa standar.

Panjang Gelombang Maksimum Glukosa Standar


0.4

0.35

0.3

0.25
Absorbansi

0.2 100mg/dl
50mg/dl
0.15

0.1

0.05

0
400 420 440 460 470 480 490 496 498 500 502 504 506 508 510 520 530 550 570 590 600
PanjangGelombang

Gambar 7. Kurva hubungan antara dan resapan maksimum glukosa selama operating time

Pada leaflet Dyasis tertera bahwa panjang gelombang yang memberikan

resapan maksimum terjadi pada panjang gelombang 500 nm, sedangkan berdasarkan

gambar di atas dapat dilihat bahwa resapan maksimum terjadi pada panjang

gelombang 502 nm. Perbedaan panjang gelombang ini dapat disebabkan perbedaan

instrumen yang digunakan.

3. Pembuatan kurva baku

Penetapan kadar glukosa yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan

secara spektrofotometri, sedangkan dalam penelitian yang menggunakan metode

spektrofotometri harus memenuhi persyaratan hukum Lambert-Beer. Hukum ini


52
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

menjelaskan bahwa seiring dengan meningkatnya kadar, maka resapan yang

diberikan juga akan meningkat. Pembuatan kurva baku bertujuan untuk mengetahui

linearitas dari alat yang digunakan.

Glukosa yang digunakan dalam pembuatan kurva baku adalah larutan

glukosa monohidrat dengan konsentrasi 10 mg/ml, dan berlaku sebagai larutan stok

glukosa. Glukosa merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme,

sehingga aquadest yang digunakan sebagai pelarut ditambah dengan asam benzoat

dengan tujuan untuk mengawetkan glukosa selama disimpan dalam kurun waktu

tertentu. Jika larutan glukosa standar yang digunakan menjadi tempat pertumbuhan

mikroorganisme, maka dapat mengganggu penetapan kadar glukosa darah.

Kurva baku yang digunakan dibuat dengan kadar 75 mg/dl, 100 mg/dl, 150

mg/dl, 200 mg/dl dan 250 mg/dl. Penetapan kadar glukosa ini dilakukan pada

rentang waktu menit ke-15 hingga menit ke-30 setelah pemberian reagen GOD-PAP,

dan panjang gelombang 502 nm. Data hasil penetapan kadar glukosa kurva baku

ditunjukkan pada tabel VIII.

Tabel VIII. Hubungan kadar dan resapan glukosa pada panjang gelombang maksimum 502 nm

Kadar (mg/dl) Resapan


A = 0,032169
75, 3705 0,266
B = 0,00306639 x 10-3
100,4940 0,343 r = 0,99762
150,7410 0,478

200,9880 0,668 Persamaan Regresi Linear

226,1115 0,717 Y = 0,003066 X + 0,032169

Pada tabel VIII diketahui bahwa koefisien regresi (r) hubungan kadar dan

resapan glukosa pada panjang gelombang 502 nm mendekati 1 yaitu 0,99762.


53
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Harga r tabel dengan taraf kepercayaan 95% dengan df3 (df; degree of freedom)

adalah 0,878. Harga r hasil percobaan lebih besar bila dibandingkan dengan harga r

tabel, hal ini berarti bahwa persamaan kurva baku memiliki linearitas yang baik.

Pada persamaan kurva baku, sudut yang dibentuk oleh kurva hubungan

konsentrasi dan serapan sangat kecil (hampir datar) sehingga dari segi sensitifitas,

kurva ini tidak dapat disajikan. Diperlukan suatu manipulasi (faktor koreksi) agar

kurva dapat disajikan, yaitu dikalikan 300 agar menjadi lebih besar. Setelah dikalikan

300 maka persamaan kurva baku menjadi y = 0,9199 X + 9,6508. Gambar kurva

baku glukosa setelah dikalikan faktor koreksi ditunjukkan pada gambar 8.

Kurva Baku Gukosa


250
y = 0.9199x + 9.6508
200
Resapan x 300

150

100

50

0
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250
Konsentrasi (mg/dl)

Gambar 8. Kurva baku glukosa pada panjang gelombang maksimum 502 nm

4. Penetapan selang waktu pemberian glibenklamid

Tujuan dari penetapan pemberian glibenklamid adalah untuk melihat

pengaruh selang waktu pemberian terhadap daya hipoglikemik glibenklamid, agar

pada saat uji toleransi glukosa oral (UTGO) yaitu pemberian perlakuan larutan

glukosa monohidrat, glibenklamid sudah memberikan efek penurunan kadar glukosa

darah yang optimal. Waktu pemberian glibenklamid pada hewan uji, didasarkan pada
54
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

penurunan harga luas daerah di bawah kurva dari menit ke-0 hingga menit ke-300

(LDDK0-300), yaitu waktu pemberian yang memberikan prosentase selisih LDDK

terbesar antara kontrol negatif (CMC 1%) dengan glibenklamid dosis 0,45 mg/kgBB.

Hasil UTGO dan perhitungan prosentase selisih LDDK0-300 glibenklamid dengan

kontrol negatif CMC 1% dapat dilihat pada tabel IX.

Tabel IX. Hasil UTGO dan perhitungan prosentase selisih LDDK0-300 larutan glibenklamid
dosis 0,45 mg/ kgBB
Selang Waktu LDDK0-300 (mg.menit/dL)
pemberian larutan Selisih
% Selisih
glibenklamid LDDK0-300
Kontrol Perlakuan LDDK0-300
sebelum UTGO (mg.menit/dL)
Negatif (CMC) (glibenklamid)
(menit ke- )

15 40.435,517 25.659,985 14.775,532 36,541

30 46.982,475 19.380,681 27.601,794 58,749

45 45.915,025 31.039,283 14.875,742 32,398

Tabel menunjukkan bahwa glibenklamid pada menit ke-30 sebelum UTGO

(Uji Toleransi Glukosa Oral) memberikan nilai prosentase selisih LDDK0-300 terbesar

bila dibandingkan dengan menit ke-15 dan menit ke-45, sehingga ditetapkan

pemberian glibenklamid yang digunakan adalah 30 menit sebelum UTGO.


55
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Diagram Pengaruh Selang Waktu Pemberian Glibenklamid


58.749

60.000
36.541

% selisih LDDK
32.398
40.000

20.000

0.000
15 30 45
Selang Waktu (menit)

Gambar 9. Diagram pengaruh selang waktu pemberian glibenklamid terhadap % selisih LDDK

Pada gambar 9 dapat dilihat dengan jelas bahwa pada pemberian menit ke-

30 sebelum UTGO memberikan persen selisih tertinggi terhadap kontrol negatif

CMC 1% dibandingkan dua menit yang lain yaitu dengan nilai sebesar 58,749%.

Glibenklamid pada menit ke-30 diperkirakan telah mencapai onsetnya sehingga

memiliki kemampuan menurunkan kadar glukosa darah tertinggi.

5. Penetapan selang waktu pemberian jamu antidiabetes AD

Penetapan waktu pemberian jamu antidiabetes AD digunakan untuk

melihat pengaruh selang waktu pemberian terhadap efek penurunan kadar glukosa

darah, agar pada saat dilakukan UTGO, jamu antidiabetes AD sudah memberikan

efek dalam menurunkan kadar glukosa darah. Dalam penelitian ini, pemberian jamu

antidiabetes AD dengan penambahan ekstrak mahkota dewa didasarkan pada hasil

penetapan selang waktu pemberian jamu antidiabetes AD, yaitu 30 menit sebelum

UTGO seperti hasil penetapan waktu pemberian jamu antidiabetes AD yang paling

optimal yang telah dilakukan oleh Nursalim (2008), untuk lebih lengkapnya dapat

dilihat pada lampiran 7. Tujuan dari penambahan ekstrak mahkota dewa pada jamu
56
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

antidiabetes AD adalah untuk mengetahui apakah penambahan ekstrak etanolik

mahkota dewa akan memberikan peningkatan efek hipoglikemik jamu antidiabetes

AD, sehingga waktu pemberian campuran jamu antidiabetes AD dengan ekstrak

mahkota dewa ini mengikuti waktu pemberian optimal dari jamu antidiabetes AD

tersebut.

D. Efek Hipoglikemik Jamu antidiabetes AD dengan Penambahan Ekstrak


Etanolik Daging Buah Mahkota Dewa

Dalam penelitian ini dilakukan penetapan kadar glukosa darah dengan

kelompok I sebagai kontrol negatif dengan perlakuan 12,5 ml/kgBB aquadest,

kelompok II sebagai kontrol negatif dengan perlakuan 12,5 ml/kgBB CMC 1%,

kelompok III sebagai kontrol positif dengan perlakuan glibenklamid dosis 0,45 mg/

kgBB. Kelompok IV menerima perlakuan jamu antidiabetes AD dosis 12,6 ml/

kgBB dengan penambahan 63 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa, kelompok V

menerima perlakuan jamu antidiabetes AD dosis 12,6 ml/ kgBB dengan

penambahan 189 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa, dan kelompok VI menerima

perlakuan jamu antidiabetes AD dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan 567

mg/kgBB ekstrak mahkota dewa. Pada penelitian ini digunakan aquadest untuk

melarutkan jamu antidiabetes AD, dan CMC-Na 1% digunakan sebagai

pensuspensi glibenklamid dan ekstrak etanolik mahkota dewa. Pengukuran kadar

glukosa darah menggunakan instrumen spektrofotometer visibel, dengan metode

enzimatik GOD-PAP. Data kadar glukosa darah pada tiap perlakuan dan waktu

sampling dapat dilihat pada tabel X.


57
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Tabel X. Data kadar glukosa darah rata-rata dan LDDK0-300 setiap kelompok perlakuan

Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok

Perlakuan I II III IV V IV jamu

0
128,581 122,674 98,990 118,453 115,095 99,064 104,002

15
Kadar glukosa darah rata-rata (mg/dl) tikus putih jantan

159,251 160,288 127,354 135,715 131,141 120,577 134,905

30
195,821 164,160 129,357 145,265 130,943 116,842 128,830

45
189,402 138,408 105,815 141,102 122,821 114,269 119,783

60
176,109 129,128 73,570 127,635 125,991 110,831 114,303

90
142,975 112,656 45,770 109,638 111,794 108,609 109,416

120
147,385 113,517 40,761 107,495 116,020 100,996 102,219

180
138,955 111,120 49,464 97,762 101,162 96,347 96,078

240
132,212 108,907 46,959 79,948 87,031 83,473 102,681

300
129,359 113,824 58,167 78,846 80,626 82,096 94,097

LDDK 0-300

(mg.menit/d
44.166,250 35.872,583 18.573,372 31.245,771 31.756,653 29.567,124 31.735,357
l)

Keterangan :
Kelompok I : Aquadest 12,5 ml/kgBB
Kelompok II : CMC 1% 12,5 ml/kgBB
Kelompok III : Glibenklamid dengan dosis 0,45 mg/kgBB
Kelompok IV : Perlakuan jamu antidiabetes AD dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan
63 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa.
Kelompok V : Perlakuan jamu antidiabetes AD dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan
189 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa.
Kelompok VI : Perlakuan jamu antidiabetes AD dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan
567 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa.
Kelompok jamu : Perlakuan jamu antidiabetes AD dosis 12,6 ml/ kgBB
58
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Grafik hubungan antara kadar glukosa darah dan waktu sampling tiap-tiap

kelompok perlakuan yaitu aquadest, CMC, glibenklamid, dan jamu antidiabetes

AD dengan penambahan ekstrak mahkota dewa dapat dilihat pada gambar 10.

Kurva Hubungan Antara Waktu Sampling dan Kadar Glukosa Darah


200

180

160

140
Kadar (mg/dL)

120

100

80

60

40

20

0
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300
Waktu Sampling (menit)

Kelompok I Kelompok II Kelompok III


Kelompok IV Kelompok V Kelompok IV

Gambar 10. Kurva hubungan antara waktu sampling dan kadar rata-rata glukosa darah akibat
pemberian aquadest, CMC, glibenklamid, dan jamu antidiabetes AD yang
ditambah ekstrak mahkota dewa

Keterangan :
Kelompok I : Aquadest 12,5 ml/kgBB
Kelompok II : CMC 1% 12,5 ml/kgBB
Kelompok III : Glibenklamid dengan dosis 0,45 mg/kgBB
Kelompok IV : Perlakuan jamu antidiabetes AD dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan
63 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa.
Kelompok V : Perlakuan jamu antidiabetes AD dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan
189 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa.
Kelompok VI : Perlakuan jamu antidiabetes AD dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan
567 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa.

Gambar 10 menunjukkan respon kadar glukosa darah dari hewan uji akibat

pembebanan glukosa saat UTGO dari berbagai perlakuan. Kelompok kontrol

aquadest menunjukkan kadar glukosa paling tinggi dibandingkan perlakuan yang


59
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

lain. Kelompok kontrol CMC menunjukkan kadar glukosa tertinggi kedua setelah

kontrol aquadest. Kadar glukosa yang tinggi ini disebabkan pada kontrol negatif

tikus hanya diberi aquadest atau CMC saja yang tidak memiliki efek terapetik,

sehingga kadar glukosa darah ditentukan oleh kemampuan tubuh tikus itu sendiri

untuk mampu menurunkan kadar glukosa.

Kontrol positif yaitu glibenklamid memberikan rata-rata kadar glukosa yang

paling rendah dibandingkan perlakuan-perlakuan lainnya. Kelompok kontrol positif

mendapatkan perlakuan larutan glibenklamid yang merupakan obat antidiabetik oral

golongan sulfonilurea yang memiliki efek terapetik menurunkan kadar glukosa darah

dengan mekanisme kerja merangsang sekresi insulin pada sel beta pankreas. Bila

sekresi insulin meningkat maka glukosa dalam darah yang meningkat akibat

pembebanan glukosa dapat masuk ke dalam sel dengan perantara insulin tersebut,

sehingga kelompok yang mendapatkan perlakuan glibenklamid ini memiliki kadar

glukosa darah yang paling rendah dibandingkan kelompok perlakuan yang lain.

Pada kelompok-kelompok perlakuan jamu antidiabetes AD yang ditambah

ekstrak mahkota dewa, kelompok VI yang menerima perlakuan jamu antidiabetes

AD dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan 567 mg/kgBB ekstrak mahkota

dewa memberikan efek penurunan kadar glukosa darah yang paling besar dibanding

kedua kelompok lainnya, hal ini dapat dilihat dari harga LDDK0-300 dari kelompok

VI yang paling kecil dibandingkan kelompok IV dan V.

Urutan penurunan kadar glukosa darah dari yang paling baik adalah

kelompok VI (perlakuan jamu antidiabetes AD dosis 12,6 ml/ kgBB dengan

penambahan 567 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa), kelompok IV (perlakuan jamu


60
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

antidiabetes AD dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan 63 mg/kgBB ekstrak

mahkota dewa), dan kelompok campuran V (perlakuan jamu antidiabetes AD dosis

12,6 ml/ kgBB dengan penambahan 189 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa).

Gambar 10 menunjukkan bahwa kurva perlakuan jamu yang ditambah

ekstrak mahkota dewa menurun secara perlahan-lahan sedangkan kurva glibenklamid

menurun secara drastis mulai menit ke-30. Penurunan kadar glukosa darah kelompok

glibenklamid yang drastis ini bisa disebabkan oleh sekresi insulin sel beta pankreas

yang meningkat karena perlakuan glibenklamid, sehingga dengan cepat mampu

membawa glukosa masuk ke dalam sel, akibatnya kadar glukosa plasma menurun

secara drastis.

Kurva hubungan antara waktu sampling dan kadar rata-rata glukosa darah

jamu antidiabetes AD dan jamu antidiabetes AD yang ditambah ekstrak mahkota

dewa, ditunjukkan pada gambar 11. Baik kurva jamu antidiabetes AD, maupun

kurva jamu antidiabetes AD dengan penambahan ekstrak mahkota dewa memiliki

tipe yang relatif sama, yaitu menurun secara perlahan. Data kadar rata-rata glukosa

darah jamu antidiabetes AD untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6.
61
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Kurva Hubungan Antara Waktu Sampling dan Kadar Glukosa Darah

200

180

160

140
Kadar (mg/dL)

120

100

80

60

40

20

0
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300
Waktu sampling (menit)

Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV

Gambar 11. Kurva hubungan antara waktu sampling dan kadar rata-rata glukosa darah akibat
pemberian jamu, dan jamu antidiabetes AD dengan penambahan ekstrak
mahkota dewa

Keterangan:
(*) kelompok I :
Perlakuan jamu antidiabetes AD dosis 12,6 ml/ kgBB
Kelompok II :
Perlakuan jamu antidiabetes AD dosis 12,6 ml/ kgBB ditambah 63
mg/kgBB ekstrak mahkota dewa.
Kelompok III : Perlakuan jamu antidiabetes AD dosis 12,6 ml/ kgBB ditambah 189
mg/kgBB ekstrak mahkota dewa.
Kelompok IV : Perlakuan jamu antidiabetes AD dosis 12,6 ml/ kgBB ditambah 567
mg/kgBB ekstrak mahkota dewa.
(*) merupakan hasil penelitian Nursalim (2008)

Data kadar glukosa darah dianalisis menggunakan rancangan GLM

Repeated Measure untuk melihat perbedaan harga kadar glukosa darah pada setiap

waktu cuplikan akibat berbagai perlakuan. Hasil analisis statistik secara GLM

Repeated Measure menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna apabila

probability (p) < 0,05 dan perbedaan yang tidak bermakna apabila p > 0,05.

Ringkasan hasil analisis secara GLM Repeated Measure ditunjukkan pada tabel XI.
62
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Tabel XI. Hasil analisis GLM Repeated Measure kadar glukosa darah

Rata-rata
Subjek variasi Jumlah kuadran Db F P
kuadran

Tes antar Periode (waktu) 11.3915,183 9 12.657,243 67,643 0,000BB

subyek
Periode (perlakuan) 3.5189,750 45 781,994 4,179 0,000BB

Di antara
Perlakuan (dosis) 16.0931,662 5 32.186,332 71,378 0,000BB
Subyek

Keterangan:
BB = berbeda bermakna (p<0,05)
TB = berbeda tidak bermakna (p>0,05)

Pada tabel XI dapat diketahui adanya perbedaan yang bermakna (p < 0,05)

antara purata kadar glukosa darah hewan uji yang dipengaruhi oleh periode waktu

(p = 0,000). Secara statistik terjadi perbedaan kadar glukosa darah yang bermakna

(signifikan) dari setiap waktu sampling darah (menit ke-0 sampai menit ke-300) pada

taraf kepercayaan 95%. Perbedaan yang bermakna (p<0,05) juga terlihat antara

purata kadar plasma hewan uji yang dipengaruhi oleh perlakuan (dosis), sehingga

perlakuan antar kelompok terbukti memberi pengaruh signifikan terhadap perbedaan

kadar glukosa darah pada menit ke-0 hingga menit ke-300 dengan taraf kepercayaan

95%.

Kemampuan jamu antidiabetes AD dengan penambahan ekstrak etanolik

mahkota dewa dalam menurunkan kadar glukosa darah dapat diperjelas dengan

membandingkan nilai LDDK0-300 (Luas Daerah Di bawah Kurva) glukosa darah dari

masing-masing kelompok. LDDK0-300 merupakan besaran yang menggambarkan

jumlah glukosa darah yang diamati pada menit ke-0 sampai menit ke-300 pada setiap

kelompok perlakuan. jamu antidiabetes AD yang ditambah ekstrak etanolik


63
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

mahkota dewa dibandingkan dengan kontrol negatif aquadest sebagai kontrol pelarut

jamu antidiabetes AD dan dibandingkan dengan kontrol CMC karena CMC ini

digunakan sebagai pensuspensi ekstrak mahkota dewa. Jamu antidiabetes AD yang

ditambah ekstrak etanolik mahkota dewa juga dibandingkan dengan kontrol positif

yaitu glibenklamid untuk melihat seberapa besar efek hipoglikemik yang ditimbulkan

oleh jamu ini, bila dibandingkan dengan obat antidiabetik oral.

Tabel XII. Pengaruh praperlakuan jamu antidiabetes ditambah ekstrak etanolik mahkota dewa terhadap
LDDK0-300 kadar glukosa darah tikus putih jantan dan prosentase perbedaan terhadap
kelompok negatif dan positif

Prosentase (%) perbedaan terhadap


Kelompok Mean LDDK0-300 SE
N Kelompok Kelompok Kelompok
perlakuan (mg.menit/dL)
I II III

Kelompok I 5 44.166,250 1198,945 0 23,120BB 137,793BB

Kelompok II 5 35.872,583 392,180 -18,778BB 0 93,140BB

Kelompok III 5 18.573,372 328,880 -57,947BB -48,224BB 0

Kelompok IV 5 31.245,771 1266,038 -29,254BB -12,898BB 68,229BB

Kelompok V 5 31.756,653 731,460 -28,097BB -11,474BB 70,979BB

Kelompok VI 5 29.567,124 541,118 -33,055BB -17,577BB 59,191BB

Jamu antidiabetes
5 31.735,357 1293,827 -28,146BB -11,533BB 70,865BB
AD

Keterangan :
Kelompok I : Aquadest 12,5 ml/kgBB
Kelompok II : CMC 1% 12,5 ml/kgBB
Kelompok III : Glibenklamid dengan dosis 0,45 mg/kgBB
Kelompok IV : Perlakuan jamu antidiabetes AD dosis 12,6 ml/ kgBB dengan
penambahan 63 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa.
Kelompok V : Perlakuan jamu antidiabetes AD dosis 12,6 ml/ kgBB dengan
penambahan 189 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa.
Kelompok VI : Perlakuan jamu antidiabetes AD dosis 12,6 ml/ kgBB dengan
penambahan 567 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa.
Jamu antidiabetes AD : Perlakuan jamu antidiabetes AD dosis 12,6 ml/ kgBB
BB : Beda Bermakna
TB : Beda Tidak Bermakna
64
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Tabel XII menunjukkan adanya perbedaan antara kelompok kontrol

glibenklamid, kelompok IV (perlakuan jamu antidiabetes AD dosis 12,6 ml/ kgBB

ditambah 63 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa), kelompok V (perlakuan jamu

antidiabetes AD dosis 12,6 ml/ kgBB ditambah 189 mg/kgBB ekstrak mahkota

dewa), dan kelompok VI (perlakuan jamu antidiabetes AD dosis 12,6 ml/ kgBB

ditambah 567 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa), terhadap kontrol CMC, dengan

perbedaan nilai LDDK0-300 berturut-turut sebesar 48,2%; 12,9%; 11,5%; dan 17,6%.

Perbedaan nilai LDDK0-300 yang paling besar terlihat pada kontrol positif yang

mendapat perlakuan glibenklamid. Pada kelompok perlakuan jamu antidiabetes

AD, kelompok VI dengan penambahan dosis ekstrak mahkota dewa sebesar 567

mg/kgBB memberikan perbedaan nilai LDDK0-300 yang paling besar yaitu 17,6%.

Perbedaan harga LDDK0-300 kelompok IV, V, dan VI, terhadap kontrol

negatif aquadest, berturut-turut adalah sebesar 29,3%; 28,1%; dan 33,1%. Perbedaan

nilai LDDK0-300yang paling besar terlihat pada kelompok VI yaitu kelompok yang

memperoleh perlakuan campuran jamu antidiabetes AD dengan dosis 12,6 ml/

kgBB dan 567 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa. Jamu antidiabetes AD dalam

memiliki perbedaan harga LDDK0-300 terhadap kontrol negatif aquadest sebesar

28,1%.

Perbedaan harga LDDK0-300 antara kelompok kontrol negatif aquadest,

kontrol negatif CMC, kelompok IV, V, VI, dan kelompok jamu antidiabetes AD

terhadap kontrol positif glibenklamid, berturut-turut sebesar 137,8%; 93,1%; 68,2%;

71,0%; 59,2%; dan 70,9. Perbedaan yang paling kecil terdapat pada kelompok
65
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

perlakuan jamu antidiabetes AD dengan penambahan ekstrak mahkota dewa

dengan dosis 567 mg/kgBB, yaitu kelompok VI.

Pada tabel XIII dapat dilihat bahwa kelompok perlakuan dengan dosis

penambahan ekstrak mahkota dewa tertinggi yaitu kelompok VI, memiliki

prosentase perbedaan nilai LDDK0-300 terbesar terhadap jamu antidiabetes AD

dibanding 2 kelompok yang lain yaitu sebesar 6,8%, namun nilai LDDK0-300 ketiga

jamu antidiabetes AD yang mendapat penambahan ekstrak mahkota dewa dengan

dosis yang berbeda tersebut memiliki perbedaan yang tidak bermakna terhadap nilai

LDDK0-300 jamu antidiabetes AD dalam bentuk tunggal.

Tabel XIII. Pengaruh praperlakuan jamu antidiabetes ditambah ekstrak etanolik mahkota dewa terhadap
LDDK0-300 kadar glukosa darah tikus putih jantan dan prosentase perbedaan terhadap
kelompok perlakuan jamu antidiabetes AD

Prosentase (%) Makna


0-300
Mean LDDK SE perbedaan terhadap Perbedaan terhadap
Kelompok perlakuan N
(mg.menit/dL) Jamu antidiabetes jamu antidiabetes
AD AD

Jamu antidiabetes AD 5 31.735,357 1293,827 0 -

Kelompok IV 5 31.245,771 1266,038 -1,543 TB

Kelompok V 5 31.756,653 731,460 0,067 TB

Kelompok VI 5 29.567,124 541,118 -6,832 TB

Keterangan:
Jamu antidiabetes AD : Perlakuan jamu antidiabetes AD dosis 12,6 ml/ kgBB
Kelompok IV : Perlakuan jamu antidiabetes AD dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan
63 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa.
Kelompok V : Perlakuan jamu antidiabetes AD dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan
189 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa.
Kelompok VI : Perlakuan jamu antidiabetes AD dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan
567 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa.
TB : Beda tidak bermakna
BB : Beda bermakna
66
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

0-300
Diagram LDDK Glukosa Darah Masing-Masing Perlakuan
60000

(mg.menit/dL) 44166.250
45000 35872.583
31245.771 31756.653 29567.124

30000
18573.372
0-300

15000
LDDK

0
Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI
Perlakuan

Gambar 12. Diagram LDDK0-300 glukosa darah masing-masing perlakuan


Keterangan :
Kelompok I : Aquadest 12,5 ml/kgBB
Kelompok II : CMC 1% 12,5 ml/kgBB
Kelompok III : Glibenklamid dengan dosis 0,45 mg/kgBB
Kelompok IV : Perlakuan campuran jamu antidiabetes AD dengan dosis 12,6 ml/ kgBB dan 63
mg/kgBB ekstrak mahkota dewa.
Kelompok V : Perlakuan campuran jamu antidiabetes AD dengan dosis 12,6 ml/ kgBB dan 189
mg/kgBB ekstrak mahkota dewa.
Kelompok VI : Perlakuan campuran jamu antidiabetes AD dengan dosis 12,6 ml/ kgBB dan 567
mg/kgBB ekstrak mahkota dewa.

Data LDDK0-300 dari keenam kelompok perlakuan termasuk nilai LDDK0-300

dosis efektif dari jamu antidiabetes AD kemudian dianalisis menggunakan uji

Kolmogorov Smirnov untuk menguji distribusi datanya, karena distribusinya normal

maka dilanjutkan dengan uji Anova One Way untuk terlebih dahulu mengetahui

homogenitas variansi data LDDK0-300. Data penelitian jamu antidiabetes yang

dilakukan oleh Nursalim (2008) disertakan dalam analisis statistik karena uji statistik

ini juga bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan yang bermakna pada efek

penurunan kadar glukosa darah terhadap hewan uji antara jamu antidiabetes AD

dengan jamu antidiabetes AD yang mendapat penambahan ekstrak etanolik

mahkota dewa.
67
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Hasil uji menunjukkan bahwa variansi data LDDK0-300 berbeda, sehingga

uji Anova One Way tidak dapat dilanjutkan. Syarat yang harus dipenuhi dalam uji

Anova One Way, antara lain data mempunyai distribusi normal, variansi data sama,

dan masing-masing data berdiri sendiri. Perbedaan variansi data LDDK0-300 dapat

dilihat dari tabel XIV yang menunjukkan nilai p < 0,05 yaitu 0,002.

Tabel XIV. Hasil analisis homogenitas variansi menggunakan uji Anova One Way

Levene Statistic Df1 Df2 Sig.

4,833 6 28 0,002

Data LDDK0-300 kemudian dianalisis menggunakan uji Kruskal-Wallis untuk

mengetahui apakah ada perbedaan nilai LDDK0-300 yang bermakna dari kelompok-

kelompok perlakuan. Berdasarkan pada tabel XV dapat diketahui bahwa semua

kelompok perlakuan memiliki rata-rata LDDK0-300 (Mean) yang memang berbeda,

hal ini berdasarkan pada nilai probabilitas data LDDK0-300 tersebut yang

menunjukkan nilai sebesar 0,000 atau p < 0,05.

Tabel XV. Test Mean LDDK0-300 keenam kelompok perlakuan dengan uji Kruskal-Wallis

LDDK

Chi-Square 28,084

Df 6

Asymp. Sig. 0,000


68
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Ada perbedaan LDDK0-300 yang signifikan di antara keenam kelompok

perlakuan. Analisis Kruskal-Wallis kemudian dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney

untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda dan tidak berbeda, juga untuk

mengetahui pengaruh peringkat dosis ekstrak etanolik mahkota dewa yang

ditambahkan pada jamu antidiabetes AD pada masing-masing kelompok. Hasil uji

dinyatakan berbeda bermakna antar kelompok perlakuan bila nilai p < 0,05. Hasil ini

dapat dilihat pada lampiran 11 dan secara ringkas dapat dilihat pada tabel XVI.

Hasil uji Mann-Whitney LDDK0-300 glukosa darah pada tabel XVI

menunjukkan bahwa kelompok perlakuan glibenklamid (kelompok III) dan

kelompok perlakuan jamu antidiabetes AD dengan penambahan ekstrak etanolik

mahkota dewa (kelompok IV, V, dan VI) bila dibandingkan dengan kedua kontrol

negatif yaitu aquadest dan CMC, menunjukkan nilai LDDK0-300 yang berbeda

bermakna. Kontrol positif glibenklamid dan tiga kelompok perlakuan jamu

antidiabetes AD dengan penambahan ekstrak mahkota dewa dapat menurunkan

kadar glukosa darah bila dibandingkan dengan kontrol negatif aquadest dan CMC.

Jamu antidiabetes AD dengan penambahan ekstrak etanolik mahkota dewa

memiliki efek menurunkan kadar glukosa darah yang lebih kecil bila dibandingkan

glibenklamid, hal ini ditunjukkan dari nilai LDDK0-300 yang berbeda bermakna dengan

kontrol positif glibenklamid.


69
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Tabel XVI. Hasil uji Mann-Whitney LDDK0-300 glukosa darah tikus putih jantan terbebani glukosa

Kelompok 1 2 3 4 5 6 7

1 _ BB BB BB BB BB BB

2 BB _ BB BB BB BB BB

3 BB BB _ BB BB BB BB

4 BB BB BB _ TB TB TB

5 BB BB BB TB _ TB TB

6 BB BB BB TB TB _ TB

7 BB BB BB TB TB TB _

Keterangan:
Kelompok I : Aquadest 12,5 ml/kgBB
Kelompok II : CMC 1% 12,5 ml/kgBB
Kelompok III : Glibenklamid dosis 0,45 mg/kgBB
(*) Kelompok IV : Perlakuan jamu antidiabetes AD dosis 12,6 ml/ kgBB
Kelompok V : Perlakuan jamu antidiabetes AD dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan
63 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa.
Kelompok VI : Perlakuan jamu antidiabetes AD dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan
189 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa.
Kelompok VII : Perlakuan jamu antidiabetes AD dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan
567 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa.
BB : Berbeda bermakna (p<0,05)
TB : Berbeda tidak bermakna (p>0,05)
(*)merupakan hasil penelitian Nursalim (2008)

Kelompok perlakuan jamu antidiabetes AD dengan penambahan ekstrak

mahkota dewa, menunjukkan perbedaan nilai LDDK0-300 yang tidak bermakna dengan

jamu antidiabetes AD. Perbedaan yang tidak bermakna ini disebabkan karena

peningkatan daya penurunan kadar glukosa darah yang dihasilkan oleh ekstrak

etanolik mahkota dewa tidak besar, yaitu sebesar 1,543%, 0,067%, dan 6,832%, dan

secara statistik perbedaan tersebut tidak bermakna. Hal ini dapat disebabkan karena

kandungan tanin pada komposisi jamu antidiabetes AD yang dimungkinkan telah

mengikat senyawa aktif dalam ekstrak etanolik mahkota dewa, sehingga mengurangi
70
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

aktivitasnya dalam menurunkan kadar glukosa darah. Tanin memiliki kemampuan

untuk membentuk kompleks senyawa dengan senyawa lain (Anonim, 2005).


PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Jamu antidiabetes AD dengan penambahan ekstrak etanolik daging buah

mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) dengan dosis 63

mg/kgBB, 189 mg/kgBB, dan 567 mg/kgBB memberikan penurunan kadar

glukosa darah sebesar 28,1% sampai 33,1% terhadap kontrol negatif aquadest,

sebesar 11,5% sampai 17,6% terhadap kontrol negatif CMC, dan sebesar 0,1

sampai 6,9 terhadap jamu antidiabetes AD.

2. Penambahan ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa

(Scheff.) Boerl.) pada jamu antidiabetes AD tidak memberikan pengaruh

terhadap efek hipoglikemik jamu antidiabetes AD.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan frekuensi pemberian kombinasi

jamu antidiabetes AD dengan ekstrak etanolik mahkota dewa(Phaleria

macrocarpa (Scheff.) Boerl.) yang lebih sering (pemakaian berulang).

71
72
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Adam, M.F., 2000, Klasifikasi dan Kriteria Diagnosis Diabetes mellitus yang Baru,
Majalah Cermin Dunia Kedokteran, No.127, 37 39, Jakarta

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, ed III, 9, 32, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta

Anonim, 1986, Sediaan Galenik, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
departemen Kesehatan Republik Indonesia, 16-19, Jakarta

Anonim, 1991, Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik


(Pedoman Pengujian dan Pengembangan Fitofarmaka) 233-240, Balai
Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam, Jakarta

Anonim, 1992, Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Fitofarmaka, dalam


kumpulan Undang-undang Farmasi, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi V, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta

Anonim, 1997, Pure Herbal Extract Procesing & Formulator,


http://www.mdidea.com/idea/ diakses tanggal 28 Mei 2008

Anonim, 1999, Licoride Root, http://www.healthymagnets.com/licorideroot.htm,


diakses tanggal 28 Mei 2008

Anonim, 2005, Tannins, http://www.ansci.cornell.edu.plants/toxicagents/tannin/,


diakses tanggal 15 Juni 2005

Anonim, 2006, Herbasin Chinese Herb Database,


http://www.herbasin.com/database, diakses tanggal 28 Mei 2008

Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, cetakan pertama,
hal 6, 13-38, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Anonim, 2008, Zipcodezoo: Taxonomy, http://www.w3.org/TR/xhtml1/DTD


/xhtml1-transitional.dtd, diakses tanggal 28 Mei 2008

Bestari, T., 2001, Efek Hipoglikemi Perasan Daging Buah Makuto Dewo (Phaleria
macrocarpa (Scheff.) Boerl.) Pada Tikus Diabetes mellitus Tidak Tergantung
Insulin (DMTTI), Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta
73
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Cartailler, J.P., 2004, Insulin - from secretion to action, www.betacell.org/content/


articles/print.php?aid=1, diakses tanggal 30 April 2008

Chang, H.M., and But, P.P.H., 1987, Pharmacology and Applications of Chinese
Materia Medica, translated by Yeung, S.C.S., Yao, S.C., and Wang, L.L., Vol
2, hal 802, 1163,1041, World Scientific, Singapore

Choate, C.J., 1999, Modern Medicine And Traditional Chinese Medicine Diabetes
Mellitus, The Journal of Chinese Medicine No 60, 5

Cooper, G.R., and McDaniel, V., 1966, Workshop Manual of Methods For The
Determination of Glucose, 24, 29-31, US Departement of Health, Education,
and Welfare, Geoegia

Czygon, F.C., Frohne, F., Hotzel, C., Nagell, A., Pfander, H.J., Willuhn, G., Buff,
W., 2001, Herbal Grugs & Phytopharmaceutical 2nd Ed, hal 302, Medpharm,
Germany

Dollery, S.C., 1999, Therapeutic Drugs, 2th Edition, Vol I, G 64 69, Churchill
Livingstone, London

Duke, 2007, Dr. Duke's Phytochemical and Ethnobotanical Databases. http://


www.ars-grin.gov, diakses tanggal 30 Oktober 2007

Evans, J.L., and Rushakoff, R.J., Diabetes and Carbohydrate Metabolism: Oral
Pharmacological Agents for Type 2 Diabetes: Sulfonilureas, Meglitinides,
Metformin, Thiazolidinediones, -Glucosidase Inhibitors and emerging
approaches,http://www.endotext.org/diabetes/diabetes16/diabetesframe16,
diakses tanggal 21 April 2008

Fatah,A.M., 1989, Spektroskopi, 45-46, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada,


Yogyakarta

Fern, K., 1997, Plants For A Future : Sophora japonica-L, http://www.pfaf.org/


database/plants.php?. Diakses tanggal 28 Mei 2008

Handoko, T., dan Suharto, B., 1995, Insulin, Glukagon dan antidiabetik Oral dalam
Ganiswara, (Ed), Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, 469, 471, 476,477,
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Harmanto, N., 2008, Plantamor Situs Dunia Kedokteran : Mahkota Dewa (Phaleria
macrocarpa(Scheff) Boerl), http://www.plantamor.com/spcdtail.php. diakses
tanggal 21 April 2008
74
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Irawan,M.A., 2007, Glukosa dan Metabolisme Energi, http://www.pssplab.com/


journal/06.pdf, diakses tanggal 25 April 2008

Khopkar, 1990, Basic Concepts of Analytical Chemistry diterjemahkan oleh


Saptoraharjo, A., 193, 204, Universitas Indonesia Press, Jakarta

Merentek, E., 2006, Resistensi Insulin Pada Diabetes mellitus Tipe 2, Majalah
Cermin Dunia Kedokteran, No 150,38, 39, Jakarta

Morita, H., 2007, Studies on the constituents from the fruits of Phaleria macrocarpa
Journal of Natural Medicines Vol 62, http://www.springerlink.com
/favicon.ico"><title>SpringerLink - Journal Article</title> <link
type="text/css, diakses tanggal 22 Mei 2008

Mulja, M dan Suharman, 1995, Analisis Instrumenal, 1 - 59, 238, Airlangga


Universitas Press, Surabaya

Nursalim, 2008, Daya Hipoglikemik Produk Jamu Antidiabetes AD Dibandingkan


Dengan Glibenklamid Pada Tifus Putih Jantan Terbebani Glukosa, Skripsi,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Nolte, M.S., and Karam, J.H., 2002, Hormon Pankreas dan Obat antidiabetes, dalam
Katzung, B.G., (Ed), Farmakologi Dasar dan Klinik, diterjemahkan oleh
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Buku 2,
Edisi 8, 699, Salemba Medika, Jakarta

Reasner, C., and DeFronzo, R.A., 2006, Diabetes and Carbohydrate Metabolism :
Classification And Diagnosis Of Diabetes Mellitus , http://www.endotext.org/
diabetes/diabetes1/diabetesframe1.htm, diakses tanggal 21 April 2008

Ritschell, W.A., 1974. Laboratory Manual of Biopharmaceutics and


Pharmacokinetics, 17, Drug Intelligenz Publication : Hamilton

Rushakoff, R., and Goldfine, I., 2006, Diabetes and Carbohydrate Metabolism : Non
Type 1 - Non Type 2 Diabetes Mellitus, http://www.endotext.org/
diabetes/diabetes7/diabetesframe7.htm, diakses tanggal 21 April 2008

Santoso, J., dan Saryono, 2005, Penggunaan Rebusan Daging Buah Mahkota Dewa
(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) Pada Tikus Putih jantan Yang
Diinduksi Aloksan, http://www.info.stikesgombong.ac.id/edisi2saryono.doc,
diakses tanggal 23 April 2008

Saragih, H.E., 2001, Daya Hipoglikemik Rebusan Daging Buah Makuto Dewo
(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) Pada Tikus Diabetes mellitus
Tergantung Insulin(DMTI), Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
75
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Seputra, E.A., Artikel-Alternatif : Manfaat Mahkota dewa, http://www.artikel-


alternatif.blogspot.com/2008.php, diakses tanggal 21 April 2008

Sisilia, 2001, Efek Hepatoprotektif Air Perasan Buah Makuto Dewo (Phaleria
macrocarpa (Scheff.) Boerl.) Pada Mencit Jantan Terinduksi Parasetamol,
Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Soegondo, S., 2007, Diabetes the Sillent Killer, http://www.medicastore.com/


diabetes/. diakses tanggal 14 April 2008

Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi, 1989, Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian, 14 Penerbit Liberty, Yogyakarta

Suharmiati, 2003, Pola Komplikasi Kronik Diabetes mellitus Tipe II pada Lansia di
RSUP Manado, Majalah Cermin Dunia Kedokteran, No 140, 8, Jakarta

Sukandar E.Y., 2004, Tren dan Paradigma Dunia Farmasi, Industri-Klinik-


Teknologi Kesehatan, disampaikan dalam orasi ilmiah Dies Natalis ITB,
http://itb.ac.id/focus/focus_file/orasi-ilmiah-dies-45.pdf, diakses tanggal 14
Januari 2006

Syahputra, MHD,. 2003, Diabetik Ketoacidosis, http://library.usu.ac.id /download/fk


/biokimia-syahputra2.pdf, diakses tanggal 25 April 2008

Thomson, G.E., 2007, The Health Benefits of Traditional Chinese Plant Medicines:
Weighing the scientific evidence, 20, 99, 124-125, Rural Industries Research
and Development Corporation, Knoxfield

Trevor, A.J., Katzung, B.G., and Masters, S.B., 2002, Pancreatic Hormones,
Antidiabetic, Agents, & Hyperglycemic Drugs, dalam Katzung & Trevors
Pharmacology Examination & Board Review sixth edition, 363, The
McGraw-Hill Companies, USA

Triplitt, C.L., Reasner, C.A., and Isley, W.L., 2005, Endocrinologic Disorder, in
Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey,
L.M., (Eds), dalam Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 6th
Edition, 1337, McGraw-Hill Companies, USA

Voigt, R,1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, 566, Gajah Mada University
Press: Yogyakarta

Widowati, L., Dzulkarnain, B., dan Saroni, 1997, Tanaman Obat untuk Diabetes
mellitus, Majalah Cermin Dunia Kedokteran, No.116, 53-60, Jakarta
76
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Winarto, W.P., 2005, Mahkota Dewa: Budi Daya & Pemanfaatan untuk Obat, 1-11,
Penebar Swadaya, Jakarta

Winarto, W., dan Karyasari, T., 2006, Agronomi, http://e-course.ucu.ac. id/content/


budidaya/agronomi/texbook/pdf, diakses tanggal 15 Mei 2008

Yustriwani, 2005, Toksisitas Akut-Oral Ekstrak Etanolik Daging Buah Mahkota


Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.), Skripsi, Fakultas Farmasi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
77
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto jamu antidiabetes AD dan foto ekstrak etanolik mahkota dewa

Serbuk jamu antidiabetes AD Larutan jamu antidiabetes AD

Suspensi ekstrak etanolik mahkota


Ekstrak powder mahkota dewa
dewa
78
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Lampiran 2. Foto hewan uji percobaan (tikus putih jantan)

Foto hewan uji tikus galur Wistar

Foto hewan uji tikus galur Wistar


79
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Lampiran 3. Foto alat-alat penelitian

Neraca elektrik Vortex


(Mettler Toledo AB 204, Switzerland) (Janke-Kankel IKA - Labortechnik)

Sentrifuge Spektrofotometri visible


(Hettich WBA SS, Germany) (Optima SP300, Japan)
80
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Magnetik Stirer (IKA KMD) Holder

Lampiran 4. Proses ekstraksi mahkota dewa

Proses ekstraksi daun buah mahkota dewa yang dilakukan oleh IOT. Sari

Sehat PT. CIA Magelang adalah seperti berikut :

Kulit buah mahkota dewa kering digiling kasar, kemudian dimaserasi dengan 12 liter

etanolik 30% selama jam, diinfusa selama 1 jam, kemudian disaring. Hasil

ekstrak dipekatkan, selanjutnya ditambahkan corn starch (tepung jagung) 200 g

sebagai bahan pengisi (filler), dicampur merata kemudian dioven pada 75-80 C.

Hasil ekstrak powder 399.25 g.


81
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Lampiran 5. Preparasi bahan

a. Pembuatan larutan asam benzoat 0,1%

Berat kertas = 0,43958 g

Berat kertas +zat = 2,44779 g

Berat kertas + sisa = 0,44346 g

Berat zat = 2,00433 g

Sebanyak 2,00433 g serbuk asam benzoat p.a dilarutkan dengan aquadest hangat

dalam labu takar 2 L sampai tanda.

b. Pembuatan larutan stok glukosa 10 mg/ml

Penimbangan :
Berat kertas = 0,3959 g
Berat kertas +zat = 5,4269 g
Berat kertas + sisa = 0,4022 g
Berat zat = 5,0247 g
Sebanyak 5, 0247 g glukosa monohidrat dilarutkan dengan asam benzoat p.a 0,1 b/v
dalam labu takar 500 ml hingga tanda.

c. Pembuatan larutan natrium oksalat 2% b/v

Berat kertas = 0,4383 g

Berat kertas +zat = 5,4819 g

Berat kertas + sisa = 0,4458 g

Berat zat = 5,0361 g


82
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Natrium oksalat p.a sebanyak 5,0361 g dilarutkan dengan aquadest dalam labu takar

250 ml sampai tanda.

d. Keseragaman bobot tablet

Berat rata-rata tablet glibenklamid

Ditimbang 20 kaplet glibenklamid yaitu:

1 199,8 mg 11 202,9 mg

2 200,5 mg 12 201,0 mg

3 203,8 mg 13 202,8 mg

4 206,2 mg 14 196,9 mg

5 203,5 mg 15 202,7 mg

6 198,9 mg 16 200,1 mg

7 205,3 mg 17 202,7 mg

8 200,2 mg 18 202,4 mg

9 199,6 mg 19 197,6 mg

10 202,1 mg 20 204,5 mg

4033,5 mg
Berat rata-rata = = 201,675 mg
20

Berat rata-rata glibenklamid = 201,675 mg. berdasarkan Anonim (1979)

tablet dengan bobot 151-300 mg memiliki penyimpangan rata-rata tabler pada kolom

A = 7,5% dan kolom B = 15%.

Kolom A: 7,5% x 201,675 mg = 210,675 mg 15,126 mg. Berdasarkan

penombangan dua puluh tablet, tidak ada tablet yang menyimpang dari range

186,549 mg 216,801 mg. kolom B: 15% x 210,675 = 210,675 mg 30,251.


83
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Berdasarkan penimbangan dua puluh tablet, tidak ada tablet yang menyimpang dari

range 171,424 mg 231,926 mg.

e. Pembuatan larutan glubenklamid 0,1125 mg/ml

Berat rata-rata tablet adalah 201,675 mg. Tiap tablet mengandung 5 mg zat aktif

glibenklamid sehingga serbuk yang harus ditimbang untuk mendapatkan 25 mg zat

aktif yaitu (25 mg : 5 mg) x 201,675 mg = 1,008375 g

Ambil acak 8 kaplet glibenklamid kemudian digerus, kemudian menimbang gerusan

glibenklamid agar memenuhi 1,008375 g

Berat kertas = 0,4210 g

Berat kertas +zat = 1,4314 g

Berat kertas + sisa = 0,4240 g

Berat zat = 1,0074 g

Sejumlah 1,00874 g dilarutkan dalam labu ukur 10 ml sebagai larutan induk dengan

konsentrasi 0,25 mg/ml. Untuk mendapatkan larutan glibenklamid dengan

konsentrasi 0,1125 mg/ml dengan volume 10 ml, maka

C1 V1 = C 2 V2

25 mg / 10 mL X = 0,1125 mg / mL 10,0 mL

X = 0,45 mL

Sebanyak 0,45 ml larutan induk dilarutkan dalam labu ukur 10 ml dengan aquadest

hingga tanda.
84
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

f. Pembuatan Jamu antidiabetes AD

15.000 mg/50 kg manusia = 21.000 mg/70 kg manusia

Penggunaan pada manusia adalah sebanyak 21.000 mg jamu antidiabetes AD

diseduh dengan 200 ml air panas. Larutan dibuat sebanyak 25 ml sehingga

banyaknya serbuk jamu yang diseduh adalah :

21000 mg
x 25 ml = 2.625 mg
200 ml

Penyeduhan ini menghasilkan larutan jamu sebanyak 17,5 ml, sehingga perhitungan

dosis jamu antidiabetes AD untuk tikus 200 mg adalah :

17,5 ml/25 ml = 140 ml/200ml, jadi dosis pada manusia 70 kg dari 21.000 mg dalam

200 ml adalah sebesar 140 ml.

Dosis pada 200 g tikus = 140 ml/ 70 kg x 0,018 = 2,52 ml/200 g BB

= 12,6 ml/kgBB tikus.

g. Perhitungan dosis pada tikus 200 g

1) Dosis 1

500 mg/50 kg = 700 mg/70 kg

700 mg/70 kg x 0,018 = 12,6 mg/200 g = 63 mg/kgBB

2) Dosis 2

1.500 mg/50 kg = 2.100 mg/70 kg

2.100 mg/70 kg x 0,018 = 37,8 mg/200 g = 189 mg/kgBB

3) Dosis 3

4.500 mg/50 kg = 6.300 mg/70 kg

6.300 mg/70 kg x 0,018 = 113,4 mg/200 g

= 567 mg/kgBB
85
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

h. Perhitungan volume penyuntikan

1) Glibenklamid

Dosis = 0,45 mg/kgBB

C = 0,1125 mg/ml

BB = 190,5 gram = 0,1905 kg

( D x BB )
V=
C
0,45 mg / kgBB x 0,1905 kg
V= = 0,762 mL = 0,76 mL
0,1125 mg mL

2) Jamu antidiabetes AD

Dosis = 12,6 ml/kgBB

BB = 182 g = 0,1820 kg

V = 12,6 ml / kgBB x 0,1820 kg = 2,293 ml

3) Ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa dosis 189 mg/kgBB

Dosis = 189 mg/kgBB

C = 37,8 mg/ml

BB = 199,3 gram = 0,1993 kg

( D x BB )
V=
C
189 mg / ml x 0,1993 kg
V= = 0,997 mL
37,8 mg mL
86
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

4) Glukosa

D = 1,75 g/kgBB

C = 23,334 g/100 ml

BB = 206,2 gram = 0,2062 kg

( D x BB )
V=
C
1750 mg x 0,2062 kg
V= = 1,546 mL
233,34 mg mL

i. Perhitungan LDDK0-300

menit 0 15 30 45 60 90 120 180 240 300

Resapan
0.312 0.433 0.436 0.411 0.425 0.391 0.334 0.292 0.283 0.299
Kadar
86,55 120,11 120,95 114,01 117,89 108,46 92,65 81,00 78,50 82,94

Standar glukosa 100,7 mg/dl = 0,363


Kadar glukosa menit ke-0 = (0,312 : 0,363) x 100,7 mg/dl = 86,55 mg/dl

15 0 30 15
LDDK 0 300 = x (86,55 + 120,11) + x (120,11 + 120,95)
2 2
45 30 60 45
+ x (120,95 + 114,01) + x (114,01 + 117,89)
2 2

90 60 120 90
+ x (117,89 + 108,46) + x (108,46 + 92,65)
2 2

180 120 240 180


+ x (92,65 + 81,00) + x (81,00 + 78,50)
2 2

300 240
+ x (78,50 + 82,94) = 28110,69 mg.menit/dL
2
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI 87

Lampiran 6. Data kadar glukosa darah darah pada tiap perlakuan dan waktu sampling

Tabel I Kontrol negatif (CMC 1%)


0 15 30 45 60 90 120 180 240 300 LDDK
1 119.5399 127.8371 145.9678 130.6028 132.1393 102.3311 121.3837 118.6180 99.2581 108.1698 34785.6612
2 127.8371 167.7861 169.9372 142.2802 131.8320 118.3107 127.2225 104.4822 103.8676 104.1749 36025.6192
3 118.6180 176.0833 169.0153 130.6028 131.5247 102.9457 96.4924 124.1494 122.3056 124.4567 36935.9972
4 113.7012 150.2700 172.3956 141.6656 98.0289 120.7691 128.1444 107.2479 114.9304 122.3056 36412.8179
5 133.6758 179.4636 163.4839 146.8897 152.1138 118.9253 94.3413 101.1019 104.1749 110.0136 35202.8218
x 122.6744 160.2880 164.1600 138.4082 129.1277 112.6564 113.5168 111.1199 108.9073 113.8241 35872.5835

Tabel II Kontrol negatif (aquadest)


0 15 30 45 60 90 120 180 240 300 LDDK
1 154.3226 166.6425 226.2966 191.6064 183.8254 148.4869 152.0531 150.1079 143.2995 145.8932 47339.9131
2 138.1122 188.0401 229.2144 194.8485 161.1309 144.2722 139.7333 127.4134 114.1209 108.6094 42209.3354
3 98.8832 124.8197 148.1627 153.6742 153.9984 131.3039 136.8154 138.1122 154.9710 141.3543 42527.8689
4 138.4364 140.7059 196.4695 208.7894 206.8441 144.2722 164.0488 157.5647 132.9249 127.0892 46834.1500
5 113.1483 176.0445 178.9623 198.0906 174.7476 146.5416 144.2722 121.5777 115.7419 123.8471 41919.9806
x 128.5805 159.2505 195.8211 189.4018 176.1093 142.9753 147.3846 138.9552 132.2117 129.3586 44166.2496

Tabel III Kontrol positif (Glibenklamid)


0 15 30 45 60 90 120 180 240 300 LDDK
1 100.8061 141.8173 133.6777 93.6057 54.7859 39.7589 36.3153 53.5337 55.0990 50.7161 18391.6392
2 115.8331 130.8601 138.6867 106.7543 76.0742 62.9256 66.3693 44.1418 38.8198 44.7679 19420.0495
3 98.6147 122.4074 121.4683 102.3714 90.1620 42.8896 24.4189 36.6283 48.8378 75.7611 17748.2958
4 86.0922 125.2250 132.1124 112.7025 69.4999 34.1238 30.6801 50.7161 49.4639 62.6125 18053.5317
5 93.6057 116.4593 120.8421 113.6417 77.3264 49.1508 46.0202 62.2994 42.5765 56.9774 19253.3438
x 98.9904 127.3538 129.3574 105.8151 73.5697 45.7697 40.7607 49.4639 46.9594 58.1670 18573.3720
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI 88

Tabel IV Jamu antidiabetes AD (dosis 12,6 ml/ kgBB ) ditambah ekstrak etanolik mahkota dewa ( dosis 63 mg/kgBB )
NO 0 15 30 45 60 90 120 180 240 300 LDDK
1 126.1046 119.6769 115.3918 123.3498 104.6790 112.0249 95.4967 102.2304 77.1319 87.2325 29714.1520
2 119.3708 131.0018 134.9809 137.4295 126.4106 105.5973 112.9432 110.8006 111.1067 78.0502 33697.0053
3 131.6140 148.7544 141.7146 130.6957 143.5511 122.1255 139.8781 109.8824 82.9474 81.7231 34514.2363
4 112.6371 162.2219 202.0122 188.2386 142.6328 101.0061 90.2933 79.2745 65.1948 83.5596 30609.4331
5 102.5365 116.9222 132.2261 125.7985 120.9012 107.4337 98.8635 86.6204 63.3584 63.6644 27694.0304
x 118.4526 135.7154 145.2651 141.1024 127.6350 109.6375 107.4950 97.7616 79.9478 78.8460 31245.7714

Tabel V Jamu antidiabetes AD (dosis 12,6 ml/ kgBB ) ditambah ekstrak etanolik mahkota dewa ( dosis 189 mg/kgBB )
no 0 15 30 45 60 90 120 180 240 300 LDDK
1 114.8970 137.3482 152.2056 129.4243 117.8685 119.5193 122.1607 74.2869 82.8711 81.5505 30757.2467
2 109.6144 127.1131 124.4718 137.3482 128.4338 114.2367 116.2177 103.0111 103.6715 100.0397 33604.9107
3 105.3223 133.7164 133.7164 104.6620 115.2272 108.6239 121.8305 114.5669 59.4295 46.5531 29541.4180
4 127.1131 130.0846 122.4908 120.1797 141.6403 97.7285 109.6144 102.6810 94.0967 85.5125 31968.1230
5 118.5289 127.4433 121.8305 122.4908 126.7830 118.8590 110.2748 111.2652 95.0872 89.4744 32911.5664
x 115.0951 131.1411 130.9430 122.8210 125.9906 111.7935 116.0196 101.1622 87.0312 80.6260 31756.6530

Tabel VI Jamu antidiabetes AD (dosis 12,6 ml/ kgBB ) ditambah ekstrak etanolik mahkota dewa ( dosis 567 mg/kgBB )
no 0 15 30 45 60 90 120 180 240 300 LDDK
1 86.5521 120.1187 120.9510 114.0157 117.8994 108.4675 92.6551 81.0039 78.5072 82.9457 28110.6963
2 107.9127 123.4477 113.1835 106.5256 107.9127 108.4675 111.5190 98.7581 91.8229 83.2231 30588.6653
3 94.0421 112.0738 109.0223 113.7383 118.7317 109.8545 99.3129 108.1901 77.6749 77.9523 29654.4855
4 105.1386 122.0606 120.9510 128.7185 114.2931 110.1320 104.5837 105.1386 87.3843 79.6168 30886.1880
5 101.6732 125.1851 120.1015 108.3455 95.3186 106.1214 96.9073 88.6463 81.9740 86.7399 28595.5836
x 99.0637 120.5772 116.8418 114.2687 110.8311 108.6086 100.9956 96.3474 83.4727 82.0956 29567.1237
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI 89

Tabel VII Jamu antidiabetes AD dosis 12,6 ml/ kgBB


no 0 15 30 45 60 90 120 180 240 300 LDDK
1 67.3534 115.5574 111.9256 131.7354 122.8210 85.8426 89.8046 81.5505 92.7761 85.1823 28288.4459
2 115.8875 159.1390 135.0370 140.3197 122.1607 119.5193 118.1987 108.9541 101.3603 107.9636 34897.5025
3 103.3413 140.3197 157.4882 103.3413 101.6905 116.5479 105.6525 104.9921 125.7925 107.3033 34397.3041
4 132.7259 134.7069 134.7069 123.8115 114.5669 120.5098 113.2462 88.4839 96.4079 72.9662 31465.4484
5 100.7000 124.8020 104.9921 99.7095 110.2748 104.6620 84.1918 96.4079 97.0682 97.0682 29628.0861
x 104.0016 134.9050 128.8300 119.7835 114.3028 109.4163 102.2188 96.0777 102.6810 94.0967 31735.3574

(*) Data hasil penelitian Nursalim (2008)


90
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Lampiran 7. Tabel dan kurva hasil penetapan waktu pemberian jamu antidiabetes
AD
Lampiran 7. Tabel dan kurva hasil penetapan waktu pemberian jamu antidiabetes AD

Tabel. Hasil UTGO dan LDDK0-300 jamu antidiabetes

Waktu pemberian jamu antidiabetes


LDDK0-300 (mg.menit/dL)
Sebelum UTGO (menit ke-)

15 35797,005
30 28893,977
45 33674,949

Diagram pengaruh waktu pemberian jamu antidiabetes AD

Diagram Pengaruh Waktu Pemberian Jamu Antidiabetes

35797.005 33674.949
40000
LDDK (mg.menit/dL)

28893.977

30000

20000

10000

0
15 30 45

Waktu (menit)
91
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Lampiran 8. Hasil Uji Distribusi Data dengan Tes Kolmogorov Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

LDDK
N 35
Mean 31845.3
Normal 0149
Parameters(a,b) Std. Deviation 7405.82
8597
Most Extreme Absolute .145
Differences Positive .103
Negative -.145
Kolmogorov-Smirnov Z .856
Asymp. Sig. (2-tailed) .456

a Test distribution is Normal.

b Calculated from data.


92
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Lampiran 9. Hasil Uji GLM Repeated Measure Kadar Glukosa Darah

Within-Subjects Factors

Measure: kadar

Dependent
menit Variable
1 Kadar0
2 Kadar15
3 Kadar30
4 Kadar45
5 Kadar60
6 Kadar90
7 Kadar120
8 Kadar180
9 Kadar240
10 Kadar300

Between-Subjects Factors

Value Label N
Perlakuan 1
Kontrol Negatif AQUADEST 5
2
Kontrol negatif CMC 5

3
Kontrol positif GLIBENKLAMID 5

4
Perlakuan jamu antidiabetes +
5
1/3x dosis ekstrak MaDe

5
Perlakuan jamu antidiabetes +1x
5
dosis ekstrak MaDe
6
Perlakuan jamu antidiabetes +
5
3x dosis ekstrak MaDe
93
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Mauchly's Test of Sphericityb

Measure: kadar

a
Epsilon
Approx. Greenhous
Within Subjects Effect Mauchly's W Chi-Square df Sig. e-Geisser Huynh-Feldt Lower-bound
menit .017 101.034 44 .000 .509 .752 .111
Tests the null hypothesis that the error covariance matrix of the orthonormalized transformed dependent variables is
proportional to an identity matrix.
a. May be used to adjust the degrees of freedom for the averaged tests of significance. Corrected tests are displayed in
the Tests of Within-Subjects Effects table.
b.

Design: Intercept+Perlakuan
Within Subjects Design: menit

Multivariate Testsc

Partial Eta
Effect Value F Hypothesis df Error df Sig. Squared
menit Pillai's Trace .900 15.934a 9.000 16.000 .000 .900
Wilks' Lambda .100 15.934a 9.000 16.000 .000 .900
Hotelling's Trace 8.963 15.934a 9.000 16.000 .000 .900
Roy's Largest Root 8.963 15.934a 9.000 16.000 .000 .900
menit * Perlakuan Pillai's Trace 2.312 1.912 45.000 100.000 .004 .462
Wilks' Lambda .013 2.757 45.000 74.675 .000 .583
Hotelling's Trace 12.287 3.932 45.000 72.000 .000 .711
Roy's Largest Root 8.951 19.892b 9.000 20.000 .000 .900
a. Exact statistic
b. The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level.
c.

Design: Intercept+Perlakuan
Within Subjects Design: menit

Tests of Within-Subjects Effects

Measure: kadar
Type III Sum Partial Eta
Source of Squares df Mean Square F Sig. Squared
menit Sphericity Assumed 113915.183 9 12657.243 67.643 .000 .738
Greenhouse-Geisser 113915.183 4.110 27715.147 67.643 .000 .738
Huynh-Feldt 113915.183 6.099 18677.896 67.643 .000 .738
Lower-bound 113915.183 1.000 113915.183 67.643 .000 .738
menit * Perlakuan Sphericity Assumed 35189.750 45 781.994 4.179 .000 .465
Greenhouse-Geisser 35189.750 20.551 1712.307 4.179 .000 .465
Huynh-Feldt 35189.750 30.495 1153.965 4.179 .000 .465
Lower-bound 35189.750 5.000 7037.950 4.179 .007 .465
Error(menit) Sphericity Assumed 40417.386 216 187.118
Greenhouse-Geisser 40417.386 98.645 409.725
Huynh-Feldt 40417.386 146.374 276.123
Lower-bound 40417.386 24.000 1684.058

Tests of Between-Subjects Effects

Measure: kadar
Transformed Variable: Average
Type III Sum Partial Eta
Source of Squares df Mean Square F Sig. Squared
Intercept 3954311.279 1 3954311.279 8769.215 .000 .997
Perlakuan 160931.662 5 32186.332 71.378 .000 .937
Error 10822.345 24 450.931
94
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Tests of Within-Subjects Contrasts

Measure: kadar
Type III Sum Partial Eta
Source menit of Squares df Mean Square F Sig. Squared
menit Linear 74639.949 1 74639.949 153.279 .000 .865
Quadratic 8934.455 1 8934.455 54.033 .000 .692
Cubic 23111.442 1 23111.442 62.644 .000 .723
Order 4 5121.823 1 5121.823 35.519 .000 .597
Order 5 96.725 1 96.725 .772 .388 .031
Order 6 1208.128 1 1208.128 10.400 .004 .302
Order 7 110.897 1 110.897 .797 .381 .032
Order 8 5.869 1 5.869 .092 .765 .004
Order 9 685.895 1 685.895 9.257 .006 .278
menit * Perlakuan Linear 10306.143 5 2061.229 4.233 .007 .469
Quadratic 11032.536 5 2206.507 13.344 .000 .735
Cubic 7829.535 5 1565.907 4.244 .007 .469
Order 4 2514.537 5 502.907 3.488 .016 .421
Order 5 1712.444 5 342.489 2.735 .043 .363
Order 6 961.046 5 192.209 1.655 .184 .256
Order 7 138.237 5 27.647 .199 .960 .040
Order 8 96.933 5 19.387 .303 .906 .059
Order 9 598.341 5 119.668 1.615 .194 .252
Error(menit) Linear 11686.949 24 486.956
Quadratic 3968.479 24 165.353
Cubic 8854.375 24 368.932
Order 4 3460.810 24 144.200
Order 5 3005.238 24 125.218
Order 6 2788.063 24 116.169
Order 7 3340.713 24 139.196
Order 8 1534.501 24 63.938
Order 9 1778.258 24 74.094
95
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Lampiran 10. Hasil uji Kruskal Wallis

Ranks

Perlakuan N Mean Rank


LDDK Kontrol negatif
5 33.00
AQUADEST
kontrol negatif CMC 5 27.80
Kontrol positif
5 3.00
GLIBENKLAMID
Perlakuan jamu
5 17.20
antidiabetes
Perlakuan jamu+1/3
dosis terapi ekstrak 5 16.00
MaDe
Perlakuan jamu+dosis
5 17.20
terapi ekstrak MaDe
Perlakuan jamu+3 dosis
5 11.80
terapi ekstrak MaDe
Total 35

Test Statistics(a,b)

LDDK
Chi-Square 28.084
Df 6
Asymp. Sig. .000

a Kruskal Wallis Test


b Grouping Variable: Perlakuan
96
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Lampiran 11. Hasil uji Mann Whitney

Ranks

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks


LDDK Kontrol negatif
5 8.00 40.00
AQUADEST
kontrol negatif CMC 5 3.00 15.00
Total 10

Test Statistics(b)

LDDK
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .008(a)

a Not corrected for ties.


b Grouping Variable: Perlakuan

Ranks

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks


LDDK Kontrol negatif
5 8.00 40.00
AQUADEST
Kontrol positif
5 3.00 15.00
GLIBENKLAMID
Total 10

Test Statistics(b)

LDDK
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .008(a)

a Not corrected for ties.


b Grouping Variable: Perlakuan
97
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Ranks

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks


LDDK Kontrol negatif
5 8.00 40.00
AQUADEST
Perlakuan jamu
5 3.00 15.00
antidiabetes
Total 10

Test Statistics(b)

LDDK
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .008(a)

a Not corrected for ties.


b Grouping Variable: Perlakuan

Ranks

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks


LDDK Kontrol negatif
5 8.00 40.00
AQUADEST
Perlakuan jamu+1/3
dosis terapi ekstrak 5 3.00 15.00
MaDe
Total 10

Test Statistics(b)

LDDK
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .008(a)

a Not corrected for ties.


b Grouping Variable: Perlakuan
98
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Ranks

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks


LDDK Kontrol negatif
5 8.00 40.00
AQUADEST
Perlakuan jamu+dosis
5 3.00 15.00
terapi ekstrak MaDe
Total 10

Test Statistics(b)

LDDK
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .008(a)

a Not corrected for ties.


b Grouping Variable: Perlakuan

Ranks

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks


LDDK Kontrol negatif
5 8.00 40.00
AQUADEST
Perlakuan jamu+3 dosis
5 3.00 15.00
terapi ekstrak MaDe
Total 10

Test Statistics(b)

LDDK
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .008(a)

a Not corrected for ties.


b Grouping Variable: Perlakuan
99
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Ranks

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks


LDDK kontrol negatif CMC 5 8.00 40.00
Kontrol positif
5 3.00 15.00
GLIBENKLAMID
Total 10

Test Statistics(b)

LDDK
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .008(a)

a Not corrected for ties.


b Grouping Variable: Perlakuan

Ranks

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks


LDDK kontrol negatif CMC 5 7.80 39.00
Perlakuan jamu
5 3.20 16.00
antidiabetes
Total 10

Test Statistics(b)

LDDK
Mann-Whitney U 1.000
Wilcoxon W 16.000
Z -2.402
Asymp. Sig. (2-tailed) .016
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .016(a)

a Not corrected for ties.


b Grouping Variable: Perlakuan
100
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Ranks

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks


LDDK kontrol negatif CMC 5 8.00 40.00
Perlakuan jamu+1/3
dosis terapi ekstrak 5 3.00 15.00
MaDe
Total 10

Test Statistics(b)

LDDK
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .008(a)

a Not corrected for ties.


b Grouping Variable: Perlakuan

Ranks

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks


LDDK kontrol negatif CMC 5 8.00 40.00
Perlakuan jamu+dosis
5 3.00 15.00
terapi ekstrak MaDe
Total 10

Test Statistics(b)

LDDK
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .008(a)

a Not corrected for ties.


b Grouping Variable: Perlakuan
101
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Ranks

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks


LDDK kontrol negatif CMC 5 8.00 40.00
Perlakuan jamu+3 dosis
5 3.00 15.00
terapi ekstrak MaDe
Total 10

Test Statistics(b)

LDDK
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .008(a)

a Not corrected for ties.


b Grouping Variable: Perlakuan

Ranks

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks


LDDK Kontrol positif
5 3.00 15.00
GLIBENKLAMID
Perlakuan jamu
5 8.00 40.00
antidiabetes
Total 10

Test Statistics(b)

LDDK
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .008(a)

a Not corrected for ties.


b Grouping Variable: Perlakuan
102
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Ranks

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks


LDDK Kontrol positif
5 3.00 15.00
GLIBENKLAMID
Perlakuan jamu+1/3
dosis terapi ekstrak 5 8.00 40.00
MaDe
Total 10

Test Statistics(b)

LDDK
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .008(a)

a Not corrected for ties.


b Grouping Variable: Perlakuan

Ranks

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks


LDDK Kontrol positif
5 3.00 15.00
GLIBENKLAMID
Perlakuan jamu+dosis
5 8.00 40.00
terapi ekstrak MaDe
Total 10

Test Statistics(b)

LDDK
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .008(a)

a Not corrected for ties.


b Grouping Variable: Perlakuan
103
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Ranks

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks


LDDK Kontrol positif
5 3.00 15.00
GLIBENKLAMID
Perlakuan jamu+3 dosis
5 8.00 40.00
terapi ekstrak MaDe
Total 10

Test Statistics(b)

LDDK
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .008(a)

a Not corrected for ties.


b Grouping Variable: Perlakuan

Ranks

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks


LDDK Perlakuan jamu
5 5.80 29.00
antidiabetes
Perlakuan jamu+1/3
dosis terapi ekstrak 5 5.20 26.00
MaDe
Total 10

Test Statistics(b)

LDDK
Mann-Whitney U 11.000
Wilcoxon W 26.000
Z -.313
Asymp. Sig. (2-tailed) .754
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .841(a)

a Not corrected for ties.


b Grouping Variable: Perlakuan
104
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Ranks

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks


LDDK Perlakuan jamu
5 5.60 28.00
antidiabetes
Perlakuan jamu+dosis
5 5.40 27.00
terapi ekstrak MaDe
Total 10

Test Statisticsb

LDDK
Mann-Whitney U 12.000
Wilcoxon W 27.000
Z -.104
Asymp. Sig. (2-tailed) .917
Exact Sig. [2*(1-tailed a
1.000
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Perlakuan

Ranks

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks


LDDK Perlakuan jamu
5 6.60 33.00
antidiabetes
Perlakuan jamu+3 dosis
5 4.40 22.00
terapi ekstrak MaDe
Total 10

Test Statistics(b)

LDDK
Mann-Whitney U 7.000
Wilcoxon W 22.000
Z -1.149
Asymp. Sig. (2-tailed) .251
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .310(a)

a Not corrected for ties.


b Grouping Variable: Perlakuan
105
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Ranks

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks


LDDK Perlakuan jamu+1/3
dosis terapi ekstrak 5 5.40 27.00
MaDe
Perlakuan jamu+dosis
5 5.60 28.00
terapi ekstrak MaDe
Total 10

Test Statistics(b)

LDDK
Mann-Whitney U 12.000
Wilcoxon W 27.000
Z -.104
Asymp. Sig. (2-tailed) .917
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] 1.000(a)

a Not corrected for ties.


b Grouping Variable: Perlakuan

Ranks

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks


LDDK Perlakuan jamu+1/3
dosis terapi ekstrak 5 6.40 32.00
MaDe
Perlakuan jamu+3 dosis
5 4.60 23.00
terapi ekstrak MaDe
Total 10

Test Statistics(b)

LDDK
Mann-Whitney U 8.000
Wilcoxon W 23.000
Z -.940
Asymp. Sig. (2-tailed) .347
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .421(a)

a Not corrected for ties.


b Grouping Variable: Perlakuan
106
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Ranks

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks


LDDK Perlakuan jamu+dosis
5 7.20 36.00
terapi ekstrak MaDe
Perlakuan jamu+3 dosis
5 3.80 19.00
terapi ekstrak MaDe
Total 10

Test Statistics(b)

LDDK
Mann-Whitney U 4.000
Wilcoxon W 19.000
Z -1.776
Asymp. Sig. (2-tailed) .076
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .095(a)

a Not corrected for ties.


b Grouping Variable: Perlakuan
107
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Lampiran 12. Leaflet GOD-PAP


108
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
109
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Lampiran 13. Proses Pembuatan ekstrak Mahkota dewa


110
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Lampiran 14. Surat Pernyataan PT. Capung Indah Abadi


111
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

BIOGRAFI PENULIS

Penulis lahir pada tanggal 30 Desember 1985


di Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta. Lahir
dari Ayah bernama Stefanus Sudarto, dan Ibu
bernama Roberta Maria Widiyanti, memiliki
satu saudara bernama Alloysius Andri
Silawidarta. Penulis telah menyelesaikan masa
studi di TK Santa Anna Ngijoreja pada tahun
1990 sampai tahun 1992, SD Kanisius Petung
pada tahun 1992 sampai dengan tahun 1998,
SLTP Negeri 1 Wonosari pada tahun 1998
sampai dengan 2001, kemudian penulis
melanjutkan sekolah di SMUN 1 Wonosari
pada tahun 2001 sampai tahun 2004 dan
kuliah di Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta mulai tahun 2004 sampai tahun 2008. Selama kuliah penulis juga
aktif mengikuti PSF Veronica, dan mengisi acara pada Pelepasan Wisuda, Acara
pentas seni Fakultas Farmasi, Dies Natalies dan Sumpahan Apoteker Universitas Sanata
Dharma.

Anda mungkin juga menyukai