Anda di halaman 1dari 3

DESENTRALISASI DAN DEMOKRASI LOKAL

Membicarakan pemerintah lokal saat ini, tidak dapat terlepas dari penerapan
desentralisasi sebagai wujud dari tuntutan akan penerapan prinsip-prinsip demokrasi dalam
kehidupan bernegara, khususnya di tingkat lokal. Salah satu prinsip demokrasi yang sejalan
dengan ide desentralisasi adalah adanya partisipasi masyarakat. Dengan desentralisasi,
kesempatan untuk berpartisipasi bagi masyarakat lokal semakin terbuka lebar.
Desentralisasi dan demokrasi merupakan dua arus utama perubahan politik yang
terjadi di Indonesia. Secara teoritis antara desentralisasi dan demokrasi tidak bisa terpisahkan
satu sama lainnya. Demokratiasi membawa perubahan dalam sitem pemerintahan daerah
yang pada awalnya sentralistis menjadi desentralisasi, di mana terjadi suatu pergeseran fokus
kekuasaan, dari pusat ke daerah.
Desentralisasi adalah suatu pemencaran fungsi negara kepada pemerintah lokal untuk
berhak mengurus rumah tangganya sendiri (otonomi). Pemerintah lokal yang memiliki
otonomi ini menyelenggarakan pemerintahan sesuai dengan tugas dan wewenang yang secara
terperinci diserahkan oleh pemerintah pusat (surbakti, hal 173). Desentralisasi meruapakan
sebuah bentuk pemindahan tanggung jawab, wewenang dan sumber-sumber daya (dana,
individual,dan segala sumber adaya lainnya) dari pemerintah pusat ke tingkat pemerintah
daerah.
Dasar dari inisiatif ini adalah untuk memindahkan proses pengambilan keputusan ke
tingkat pemerintah yang lebih dekat dengan masyarakat. Karena masyarakatlah yang
merasakan dampak dari pengambilan suatu keputusan. Tujuan dari penerapan desentralisasi
ini, diantaranya untuk mengembangkan perencanaan dan pelaksanaan pelayanan publik
dengan menggabungkan kebutuhan dan kondisi lokal sekaligus untuk mencapai objektivitas
pembangunan sosial-ekonomi pada tingkat daerah dan nasional, yang diharapkan dapat
menjamin bahwa sumber-sumber daya pemerintah yang terbatas dapat digunakan secara lebih
efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan lokal.
Pemberian wewenang kepada daerah melalui otonomi ini di picu oleh dua tujuan yang
menjadi dasar berlakunya otonomi dalam suatu negara. Pertama,menyangkut percepatan dan
pendekatan jarak antara pemerintah sebagai pemberi layanan dengan masyarakat yan
dilayaninya. Melalui otonomi ini, diyakini bahwa kebijakan pelayanan masyarakat akan
sangat pendek jaraknya, sehingga apa yang menjadi kepentingan masyarakat di daerah
tersebut dapat secara langsung di respon oleh pemerintah tanpa harus melakukan konsultasi
dengan pemerintahan atasannya. Melalui otonomi, ajarak antara aspirasi masyarakat dengan
pemerintah itu menjadi sangat dekat, sehingga respon dari pemerintah atas kepentingan
masyarakat akan semakin cepat (Sublihar dalam Naasution, 2000:25). Pada akuntabilitas
penyelenggaraan pemerintahan yang didalamnya termasuk pengelolaan sumber daya daerah,
sehingga seluruhkebijakan publik yang diambil oleh suatu pemerintahan dapat secara mudah
diakses oleh masyarakat ( Bachtiar, dalam Nasution.2000:75).
Prinsip-prinsip utama desentralilasi adalah mem-promosikan otonomi daerah,
perencanaan, partisipasi penuh seluruh masyarakat dalam proses yang demokratis, kendali
daerah yang lebih besar terhadap sumber-sumber keuangan, serta pembagian sumber daya
yang lebih berimbang antara pusat dengan daerah.
Dalam latar sejarah ditemukan bahwa ketika Indonesia merdeka, konsep otonomi
daerah sudah diundangkan sebagaimana termuat dalam undang-undang Nomor 1 tahun 1945
yang kemudian disempurnakan dalam undang-undang nomor 22 tahun 1948 dan undang-
undang No 1 tahun 1957. Undang-Undang tentang Pemerintahan daerah tersebut mengalami
pemnyempurnaan, hingga yang terakhir adalah Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 yang
direvisi dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, dan Undang-undang Nomor 25 tahun
1999 yang merupakan suatu paket Undang-undang mengenai Otonomi Daerah. Di dalam
beberapa pasal dari Undang-undang tersebut , antara ada yang mengaturmengenai kerjasama
luar negeri.
Dengan demikian, lahirlah Undang-undang Nomor 22 yang kemudian direvisi
menjadi Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004merupakan salah satu implementasi dari
kebijakan desentralisasi yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dalam rangka memajukan
rumah tangga daerah-daerah melalui otonomi daerah.
Desentralisasi tidak hanya berusaha dengan persoalan pembagian kewenangan dan
keuangan dari pusat ke daerah, melaikan juga akan membawa negara lebih dekat kepada
masyarakat atau membuat demokrasi lokal bekerja. Demokrasi lokal terdiri dari beberapa
aspek yaitu (akuntabilitas lokal, transparansi, responsivitas dan partisipasi masyarakat).
Dengan adanya desentralisasi dan demokrasi, kini peluang partisipasi masyarakat
lebih besar, bisa lebih mudah menyuarakan aspirasi termasuk dalam mengontrol kebijakan-
kebijakan yang diambil dan dilaksanakan pemerintah di daerah. Perjalanan otonomi daerah
belakangan ini banyak memunculkan pula figur tokoh-toh lokal, seperti kyai, dan kaum
bangsawan setempat. Peluang ini menjadi lebih besar seteah diterapkannya sistem pemilihan
kepala daerah secara langsung (Pilkada), sehingga masyarakat memiliki akses lebih besar
untuk menentukan pemimpinya.

Anda mungkin juga menyukai