KELOMPOK 5:
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.
2. Bagaimana tahapan dalam laporan Pertanggungjawaban Anggaran
Pendapatan dna Belanja Negara (APBN)?
.
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
Hal tersebut sesuai dengan pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Dasar (UUD)
1945 yang mengamanatkan, APBN ditetapkan setiap tahun dengan undang-
undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar
besarnya kemakmuran rakyat. Selanjutnya, berdasarkan pasal 23 ayat (2) UUD
1945, sebagai undang-undang, Rancangan Undang-undang APBN diajukan oleh
Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah. Namun, berdasarkan ayat (3) pasal yang
sama, apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan APBN yang
diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan APBN tahun yang lalu. Selain
DPR, organ legislatif yang berperan terhadap penyusunan dan pelaksanaan APBN
adalah Dewan Perwakilan Daerah (DPD), yang berdasarkan pasal 22D ayat 2 UUD
1945, memberikan pertimbangan kepada DPR atas Rancangan UU APBN dan
berdasarkan ayat (3) pasal yang sama, dapat melakukan pengawasan atas
pelaksanaan APBN.
1. fungsi alokasi, yaitu penerimaan yang berasal dari pajak dapat dialokasikan
untuk pengeluaran yang bersifat umum, seperti pembangunan jembatan,
jalan, dan taman umum.
2. fungsi distribusi, yaitu pendapatan yang masuk bukan hanya digunakan
untuk kepentingan umum,tetapi juga dapat dipindahkan untuk subsidi dan
dana pensiun.
3. fungsi stabilisasi, yaitu Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
berfungsi sebagai pedoman agar pendapatan dan pengeluaran keunagn
negara teratur sesuai dengan diterapkan jika pendapatan dipakai sesuai
dengan yang di terapkan, Anggaran PendapatanBelanja Negara (APBN)
berfungsi sebagai stabilisator.
4. fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran Negara dapat
menjadi pedoman bagi Negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun
tersebut. Bila suatu pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka
Negara dapat membuat rencana-rencana untuk mendukung pembelanjaan
tersebut misalnya, telah direncanakan dan dianggarkan akan membangun
proyek pembangunan jalan dengan nilai sekian miliar maka, pemerintah
dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut agar bisa
berjalan dengan baik dan lancar.
5. fungsi pengawasan, berarti anggaran Negara harus menjadi pedoman untuk
menilai apakah kegiatan penyel.engaraan pemerintah Negara sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan
Berdasarkan penjelasannya dapat difahami bahwa fungsi otorisasi berarti
APBN menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan, fungsi perencanaan menempatkan APBN sebagai pedoman dalam
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan, dan fungsi pengawasan
memberikan peran bagi APBN sebagai dasar untuk menilai kesesuaian kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan Negara dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
APBN juga harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan
sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian sebagai
perwujudan fungsi alokasi. Kemudian, APBN harus memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan serta menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan
keseimbangan fundamental perekonomian sebagai implikasi dari fungsi distribusi
dan stabilisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pertanggungjawaban Khusus
Dalam pengurusan Khusus ini terdiri dari Bendaharawan Uang dan
Barang. Karena pertanggungjawaban Bendaharawan barang sudah
diperhitungkan dalam pertanggungjawaban Kuasa/Pembantu Kuasa Material,
maka hanya Bendaharawan Uang saja yang perlu mempertanggungjawabkan
pengurusnya dalam kaitannya dengan perhitungan anggaran Negara.
Karena Bendaharawan Uang terdiri dari Bendaharawan Khusus dan
Umum, maka dalam pertanggungjawaban khusus ini perlu dibedakan pula
antara pertanggungjawaban bendaharawan khusus dengan bendaharawan
umum. Adapun perbedaan pokok antara keduanya adalah sebagai berikut:
1. Dalam menyampaikan laporan pertanggungjawaban
Dalam kaitan ini, Bendaharawan Khusus harus menyerahkan laporan
pertanggungjawabannya melalui atasannya langsung, yaitu kepada :
a. Departemen/Lembaga Negara (Biro Keuangan) yang membawahi
Bendaharawan yang bersangkutan.
b. KPKN sebagai pihak yang menerbitkan SPM
Untuk bedaharawan umum harus menyampaikan laporan
pertangungjawaban kepada :
a. Kanwil Dirjen Anggaran atau satuan kerja yang berdekatan
dengannya
b. Dirjen Anggaran (Direktorat Kas Negara Sub Direktorat Pengumpul
Data)
c. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
2. Dalam periode penyampaian laporan pertanggungjawaban
Bendaharawan khusus harus menyampaikan laporan pertangungjawaban
sebulan sekali dan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Sedangkan
Bendaharawan Umum harus menyampaikan laporan pertanggungjawaban
setiap hari, setiap minggu, atau setiap bulan, tergantung pada jenis
pengeluarannya.
3. Bentuk Laporan Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban Bendaharawan Khusus dibuat dalam bentuk LKK.
Sedangkan pertanggungjawaban Bendaharawan Umum dibuat dalam
bentuk BKU (Buku Kas Umum) Tabelaris, dan tidak perlu mendapat
persetujuan.
4. Bahan yang digunakan dalam membuat laporan pertanggungjawaban
Bendaharawan Khusus membuat LKK berdasarkan buki-bukti transaksi
BKU, dan buku-buku pembantunya. Sedangkan Bendaharawan Umum
membuat laporan pertanggungjawaban berdasarkan hal-hal sebagai
berikut : Buku Bank, Buku Pos, Rekening Bank, Rekening Pos, Setoran-
setoran dan Faktur Pengiriman Uang kepada Kanwil Dirjen Anggaran
setempat. Selanjutnya sebulan sekali, tiap-tiap Separtemen atau Lembaga
Negara yang menguasai suatu pendapatan Negara berkewajiban
menyampaikan pertangungjawaban kepada Departemen Keuangan.
D. Pertanggungjawaban Umum
Walaupun pengurus umum merupakan penguasa primer Keuangan
Negara, mereka tetap wajib mempertanggungjawabakan kepengurusan yang
dilakukannya. Adapun perbedaan dengan pertanggungjawaban pengurus
khusus teletak pada sumber data yang digunakannya. Bila data data
pertanggungjawaban pengurus khusus bersifat data tangan pertama, maka data
pertanggungjawaban pengurus umum sepenuhnya datang dari pihak lain, yaitu
data yang diterimanya dari pengurus khusus.
Dan karena pengurus umum terdiri dari Ordonatur dan Otorisator, maka
pertanggungjawabannya pun dibagi atas kedua jenis pengurus tersebut.
1. Pertanggungjawaban Ordonatur
Bentuk pertanggungjawaban Ordonatur dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu :
a. Pertangggungjawaban Ordonatur berupa laporan-laporan
pertanggungjawaban yang tidak akan digunakan sebagai data
penghitunagan angaran Negara.
b. Pertanggungjawaban Ordonatur berupa laporan-laporan
pertanggungjawaban yang akan digunakan sebagai data perhitungan
anggaran Negara.
2. Pertanggungjawaban Otorisator
Karena pertanggungjawabannya berasal dari Ordonatur maka ada
beberapa data yang akan digunakan oleh Otorisator antara lain :
a. LKKA dan LKK
b. Daftar contra post mengenai pengeluaran yang disetor kembali
c. Daftar rekenig regulasi dengan bagian yang lainnya
d. Rekenig perhitungan pihak ketiga
e. DIP dan DIK yang telah disahkan
f. SKO yang diterbitkan berdasarkan DIP dan DIk yang telah disahkan
g. Data yang berasal dari Perwakilan Reublik Indonesia yang berada
diluar negeri
h. Nota dbit-kredit Bank Indonesia
Berdasarkan semua data tersebut, maka Otorisator akan membuat
laporan perhitungan realisasi anggaran yang terdiri dari:
a. Daftar register 10 yang disusun per mata anggaran dan dibuat untuk
masing-masing KPKN
b. Daftar Pembukuan dan Pengeluaran yang disusun berdasarkan daftar
register 10
c. Daftar Himpunan Pengeluaran Penerimaan per mata anggaran untuk
periode 1 tahun yang disusun berdasarkan DAftar Pembukuan
Penerimaan dan Pengeluaran.
Daftar diataslah yang kemudian digunakan oleh masing-masing
Departemen dalm menyusun Sumbangan Perhitungan Anggaran (SPA).
SPA ini kemudian akan diserahkan kepada Departemen Keuangan.
Sedangkan oleh Departemen keuangan SPA ini akan di Amanat Kepala
Negara mengenai Perhitungan Anggaran Negara (Nota PAN). Nota PAN
ini sebelum diserahkan kepada DPR harus diperiksa terlebih dahulu oleh
BKP.
Setelah BPK memberikan pendapatnya barulah disusun Rancangan
Undang-Undang PAN yang terdiri dari:
a. Satuan Iberupa Nota Perhitungan Anggaran
b. Satuan II berupa Nota Hasil Pemeriksaan yang dibuatoleh BPK
c. Satuan IIIa Naskah RUU
d. Satuan IIIb Daftar Ikhtisar Perhitungan Anggaran
e. Satuan IV Perhitungan Anggaran
f. Satuan Amanat Kepala Negara mengenai Perhitungan Anggaran
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA