Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MAKALAH AKUNTANSI PEMERINTAHAN

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN APBN

KELOMPOK 5:

FAJAR FERDIAN P 1704101400


GUNTUR SUGIRA 1704101400
NAJMA ROHADATUL A 1704101400
RIAN RINALDI 1704101400
RISKA ELMA KRISTENI 1704101400
ALLDI KUSMIADI 170410140023
SYIFA DAVIA HARIJA 170410140024
LUTFI S SUHANDI 170410140039

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2017
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana


keuangan tahunan pemerintahan yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan
pengeluaran negara selama satu tahun anggaran bisa diibaratkan sebagai anggaran
rumah tangga yang memiliki dua sisi, yaitu sisi penerimaan dan sisi pengeluaran

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sejatinya, merupakan


alat utama pemerintah untuk mensejahterakan rakyatnya dan sekaligus alat
pemerintah untuk mengelola perekonomian negara. Sebagai alat pemerintah,
APBN bukan hanya menyangkut keputusan ekonomi, namun juga menyangkut
keputusan politik. Dalam konteks ini, DPR dengan hak legislasi, penganggaran, dan
pengawasan yang dimilikinya perlu lebih berperan aktif dalam mengawal APBN.
sehingga APBN benar-benar dapat secara efektif menjadi instrumen untuk
mensejahterakan rakyat dan mengelola perekonomian negara dengan baik.
Sehingga terwujudnya keperintahan yang baik (good governance).

Disamping hal tersebut, anggarann pendapatan dan belanja negara (APBN),


dalam proses pelaksanaannya harus sesuai dengan prosedur yang berlaku, yaitu
Undang-undang yang mengaturnya baik itu dalam perencanaan, perumusan, dan
pelaksanaannya. Oleh sebab itu, anggaran pendapatan dan belanja negara yang
dijalankan selama satu penganggaran perlu dipertanggung jawabkan dari sisi
pengeluaran dan pendapatan. Sehingga diperlukan laporan pertanggungjawaban
APBN selama jangka waku satu tahun anggaran kepada DPR.

Berdasarkan pemaparan diatas jelas, bahwa anggaran pendapatan dan


belanja negara selama satu tahun anggaran harus dipertanggungjawabkan. Dengan
demikian, dalam makalah ini akan mencoba mejelaskan bagaimana prosedur
laporan pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
1.2 Rumusan Masalah

1.
2. Bagaimana tahapan dalam laporan Pertanggungjawaban Anggaran
Pendapatan dna Belanja Negara (APBN)?

.
BAB II
TINJAUAN LITERATUR

2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup APBN


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana
keuangan tahunan pemerintah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR). APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan Negara sebagai
konsekuensi penyelenggaraan pemerintahan yang menimbulkan hak dan kewajiban
Negara yang dapat dinilai dengan uang.

Hal tersebut sesuai dengan pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Dasar (UUD)
1945 yang mengamanatkan, APBN ditetapkan setiap tahun dengan undang-
undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar
besarnya kemakmuran rakyat. Selanjutnya, berdasarkan pasal 23 ayat (2) UUD
1945, sebagai undang-undang, Rancangan Undang-undang APBN diajukan oleh
Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah. Namun, berdasarkan ayat (3) pasal yang
sama, apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan APBN yang
diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan APBN tahun yang lalu. Selain
DPR, organ legislatif yang berperan terhadap penyusunan dan pelaksanaan APBN
adalah Dewan Perwakilan Daerah (DPD), yang berdasarkan pasal 22D ayat 2 UUD
1945, memberikan pertimbangan kepada DPR atas Rancangan UU APBN dan
berdasarkan ayat (3) pasal yang sama, dapat melakukan pengawasan atas
pelaksanaan APBN.

Merujuk kepada Pasal 1 angka 7, UU No.17/2003. Merujuk Pasal 12 UU


No.1/2004 tentang Perbendaharaan Negara, APBN dalam satu tahun anggaran
meliputi :

1. Pemerintah Pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan.


2. Kewajiban Pemerintah Pusat yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan.
3. Penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akan
diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun
pada tahun-tahun anggaran berikutnya

2.2 Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

1. fungsi alokasi, yaitu penerimaan yang berasal dari pajak dapat dialokasikan
untuk pengeluaran yang bersifat umum, seperti pembangunan jembatan,
jalan, dan taman umum.
2. fungsi distribusi, yaitu pendapatan yang masuk bukan hanya digunakan
untuk kepentingan umum,tetapi juga dapat dipindahkan untuk subsidi dan
dana pensiun.
3. fungsi stabilisasi, yaitu Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
berfungsi sebagai pedoman agar pendapatan dan pengeluaran keunagn
negara teratur sesuai dengan diterapkan jika pendapatan dipakai sesuai
dengan yang di terapkan, Anggaran PendapatanBelanja Negara (APBN)
berfungsi sebagai stabilisator.
4. fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran Negara dapat
menjadi pedoman bagi Negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun
tersebut. Bila suatu pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka
Negara dapat membuat rencana-rencana untuk mendukung pembelanjaan
tersebut misalnya, telah direncanakan dan dianggarkan akan membangun
proyek pembangunan jalan dengan nilai sekian miliar maka, pemerintah
dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut agar bisa
berjalan dengan baik dan lancar.
5. fungsi pengawasan, berarti anggaran Negara harus menjadi pedoman untuk
menilai apakah kegiatan penyel.engaraan pemerintah Negara sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan
Berdasarkan penjelasannya dapat difahami bahwa fungsi otorisasi berarti
APBN menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan, fungsi perencanaan menempatkan APBN sebagai pedoman dalam
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan, dan fungsi pengawasan
memberikan peran bagi APBN sebagai dasar untuk menilai kesesuaian kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan Negara dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
APBN juga harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan
sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian sebagai
perwujudan fungsi alokasi. Kemudian, APBN harus memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan serta menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan
keseimbangan fundamental perekonomian sebagai implikasi dari fungsi distribusi
dan stabilisasi.
BAB II
PEMBAHASAN

3.1 Tahapan Pertanggungjawaban APBN

Pada tahap pertanggungjawaban APBN, Presiden menyampaikan rancangan


undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN berupa laporan
keuangan yang sudah diaudit BPK kepada DPR selambat-lambatnya 6 (enam)
bulan setelah tahun anggaran berakhir. Laporan keuangan yang disampaikan
tersebut menurut Pasal 30 Undang-undang 17 Tahun 2003 tentang keuangan
Negara adalah Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan
Atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan
Negara dan badan lainnya.

Menurut waktunya, siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)


adalah sebagai berikut (Atep Adya Barata dan Bambang Trihartanto, 2004):

1. Selambat- lambatnya pada pertengahan bulan Mei tahun anggaran berjalan,


pemerintah menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka
ekonomi makro tahun anggaran berikutnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), kemudian dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBN.
2. Pada bulan Agustus, pemerintah pusat mengajukan Rancangan Undang-
undang (RUU) APBN untuk tahun anggaran yang akan dating, disertai dengan
nota keuangan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPR. Dalam
pembahasan RUU APBN, DPR dapat mengajukan usul yang dapat mengubah
jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam RUU APBN. Perubahan RUU
APBN dapat diusulkan oleh DPR sepanjang tidak menambah defisit anggaran.
3. Selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan
dilaksanakan, DPR mengambil keputusan mengenai RUU APBN. APBN yang
disetujui oleh DPR diperinci menurut unit organisasi, fungsi program,
kegiatan, dan jenis belanja. Apabila DPR tidak menyetujui RUU APBN yang
diajukan pemerintah, pemerintah dapat melakukan pengeluaran maksimal
sebesar jumlah APBN tahun anggaran sebelumnya.
Pelaksanaa pertanggung jawaban APBN yang terdiri dari unsur
pertanggung jawaban umum dan khusus, dalam garis besarnya melalui dua
tahap sebagai berikut.
1. Pembuatan pertanggungjawaban oleh pengurus khusus atau
bendaharawan.
Pertanggung jawaban ini dibuat dalam bentuk laporan
pertanggungjawabnan yang disebut dengan LKK (Laporan Keadaan Kas).
Penyerahan laporan ini kepada KPKN bukan merupakan tanggung jawab
Bendaharawan, melainkan tanggung jawab dari kepala kantor, Satuan
Kerja atau Pimpinan Proyek yang menjadi atasan langsung Bendaharawan
yang bersangkutan.
Cara penyerahannya adalah dengan melapirkan pada laporan
pertanggungjawaban masing-masing Kepala Kantor, atau Pimpinan
Proyek tersebut.
2. Pembuatan laporan pertanggungjawaban oleh pengurus umum.
Tahap pembuatan laporan ini melalui empat tahapan sebagai berikut:
Pembuatan LKKA (Laporan Keadaan Kredit Anggaran) pleh masing-
masing Kepala Kantor, Satuan Kerja, dan Pimpinan Proyek. Sebagaimana
telah disinggung diatas, penyerahan laporan ini ke KPKN harus dilampiri
dengan LKK yang dibuat oleh Bendaharawan yang bersangkutan.
a. Pembuatan laporan realisasi penerimaan dan pengeluaran oleh KPKN.
Pembuatan laporan ini terdiri dari P8, P7, dan P6, ini dilaksanakan
atas SPM yang diterbitkan dan ditunaikan.
b. Pembuatan laporan perhitungan anggaran oleh masing-masing
Departemen atau Lembaga Negara yang bersangkutan. Pembuatan
laporang yang disebut sebagai SPA (Sumbangan Perhitungan
Anggaran), didasarkan atas Daftar P8 dan P6, daftar lalu lintas uang
pada perwakilan RI di luar negeri, serta LKKA dan LKK.
c. Pembuatan Nota PAN oleh Direktorat Jenderal
Anggaran,Departemen Keuangan.
Setelah Nota PAN selesai disusun, maka sebelum diserahkan kepada
Presiden ia harus diperiksa terlebih dahulu oleh BPK (Badan Pemeriksa
Keuangan). Kemudian BPK akan membuat laporan hasil pemeriksaan
yang disebut sebagai Nota Hasil Pemeriksan. Setelah itu barulah Nota
PAN dan Nota Hasil Pemeriksaan diserahkan kepada Presiden yang
kemudian diserahkan kepada DPR. Bila DPR menyetujui Nota PAN yang
bersangkutan, maka Presiden akan mengesahkan Rancangan Undang-
undang PAN (RUU-PAN) menjadi Undang-undang PAN (UU-PAN).

A. Pertanggungjawaban Khusus
Dalam pengurusan Khusus ini terdiri dari Bendaharawan Uang dan
Barang. Karena pertanggungjawaban Bendaharawan barang sudah
diperhitungkan dalam pertanggungjawaban Kuasa/Pembantu Kuasa Material,
maka hanya Bendaharawan Uang saja yang perlu mempertanggungjawabkan
pengurusnya dalam kaitannya dengan perhitungan anggaran Negara.
Karena Bendaharawan Uang terdiri dari Bendaharawan Khusus dan
Umum, maka dalam pertanggungjawaban khusus ini perlu dibedakan pula
antara pertanggungjawaban bendaharawan khusus dengan bendaharawan
umum. Adapun perbedaan pokok antara keduanya adalah sebagai berikut:
1. Dalam menyampaikan laporan pertanggungjawaban
Dalam kaitan ini, Bendaharawan Khusus harus menyerahkan laporan
pertanggungjawabannya melalui atasannya langsung, yaitu kepada :
a. Departemen/Lembaga Negara (Biro Keuangan) yang membawahi
Bendaharawan yang bersangkutan.
b. KPKN sebagai pihak yang menerbitkan SPM
Untuk bedaharawan umum harus menyampaikan laporan
pertangungjawaban kepada :
a. Kanwil Dirjen Anggaran atau satuan kerja yang berdekatan
dengannya
b. Dirjen Anggaran (Direktorat Kas Negara Sub Direktorat Pengumpul
Data)
c. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
2. Dalam periode penyampaian laporan pertanggungjawaban
Bendaharawan khusus harus menyampaikan laporan pertangungjawaban
sebulan sekali dan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Sedangkan
Bendaharawan Umum harus menyampaikan laporan pertanggungjawaban
setiap hari, setiap minggu, atau setiap bulan, tergantung pada jenis
pengeluarannya.
3. Bentuk Laporan Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban Bendaharawan Khusus dibuat dalam bentuk LKK.
Sedangkan pertanggungjawaban Bendaharawan Umum dibuat dalam
bentuk BKU (Buku Kas Umum) Tabelaris, dan tidak perlu mendapat
persetujuan.
4. Bahan yang digunakan dalam membuat laporan pertanggungjawaban
Bendaharawan Khusus membuat LKK berdasarkan buki-bukti transaksi
BKU, dan buku-buku pembantunya. Sedangkan Bendaharawan Umum
membuat laporan pertanggungjawaban berdasarkan hal-hal sebagai
berikut : Buku Bank, Buku Pos, Rekening Bank, Rekening Pos, Setoran-
setoran dan Faktur Pengiriman Uang kepada Kanwil Dirjen Anggaran
setempat. Selanjutnya sebulan sekali, tiap-tiap Separtemen atau Lembaga
Negara yang menguasai suatu pendapatan Negara berkewajiban
menyampaikan pertangungjawaban kepada Departemen Keuangan.

B. Pembuatan dan Pengiriman Laporan Pertanggungjawaban


Bendaharawan Khusus
Bendaharawan khusus dapat dibedakan atas :
1. Pembuatan dan Penerimaan Laporan Pertanggungjawaban oleh
Bendaharawan Khusus Penerima/Penyetor Tahap.
Ada dua hal pokok yang harus dipertanggungjawabkan oleh
bendaharawan ini adalah:
a. Jumlah uang yang berhasil dikumpulkan
Penerimaan disini tidak terbatas pada penerimaan-penerimaan seperti
bea cukai, denda, restitusi serta pendapatan rutin lainnya. Melainkan
meliputi pendapatan Negara yang berasal dari kelebihan pengeluaran
atau ketekoran Negara yang disebabkan oleh pengurusan yang tidak
sesuai dengan semestinya.
b. Pembuatan dan penerimaan laporan pertanggungjawaban
bendaharawan khusus pengeluran
Kewajiban membuat laporan pertanggungjawaban bagi
bendaharawan ini timbul dalam kaitannya dengan pengeluaran-
pengeluaran yang dikategorikan sebagai UYHD. Adapun tahap-tahap
yang dilalui oleh bendaharawan ini adalah :
1) Bendaharawan menerima pembayaran dalam bentuk pemindah
bukuan, yaitu berupa giro bilyet BI, dari Kepala KPKN kepada
Bank Pemerintah tertentu atas nama bendaharawan tersebut.
2) Membukukan penerimaan tersebut dalam sisi debet BKU dan
Buku Banknya.
3) Pengeluaran-pengeluaran yang terjadi dalam bulan bersangkutan,
bendaharawan akan membukukannya dalam sisi kredit BKU, dan
dalam masing-masing buku pembantunya, seperti :
a) Biaya pemeliharaan rumah dinas dan kantor
b) Biaya telepon
c) Biaya pemeliharaan kendaraan bermotor
d) Biaya kantor
e) Biaya pemeliharaan peralatan kantor
f) Biaya perjalanan dinas
c. Pada tiap akhir bulan bendaharawan menurut BKU-nya dan membuat
laporan pertanggungjawaban yang disebut dengan LKK. Untuk itu
tiap-tiap pengeluaran harus didukung dengan bukti transaksi yang sah,
sedangkan tiap-tiap LKK harus ditandatangani oleh bendaharawan
yang sah pula.

C. Pembuat dan Pengiriman Laporan Pertanggungjawaban Bendaharawan


Umum
Bendaharawan umum dalam pelaksanaan tugasnya mengelola penerimaan
dan pengeluaran Negara sekaligus. Berdasarkan ruang lingkup tugas tersebut,
maka pembuatan laporan pertanggungjawaban Bendaharawan Umum
dilakukan dengan melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1. Bendaharawan mengelompokkan terlebih dahulu transaksi yang
dilakukannya ke dalam transaksi-transaksi penerimaan dan pengeluaran.
2. Transaksi penerimaan dibukukannya pada sebuah buku yang disebut KK-
6 sedangkan transaksi pengeluaran dibukukan dalam sebuah buku yang
disebut dengan KK-6k.
3. Setelah melalui KK-6 dan KK-6k, masing-masing transaksi dibukukan ke
dalam BKU sebagai berikut :
a. BKU penerimaan dan pengeluaran tunai
b. BKU penerimaan dan pengeluaran Bank
c. BKU penerimaan dan pengeluaran Pos
d. BKU penerimaan dan pengluaran persepsi
4. Dari BKU diatas, masing-masing transaksi disarikan ke dalam BKU
Tabelaris yang sekaligus berfungsi sebagai laporan pertanggungjawaban
Bendaharawan Umum.

D. Pertanggungjawaban Umum
Walaupun pengurus umum merupakan penguasa primer Keuangan
Negara, mereka tetap wajib mempertanggungjawabakan kepengurusan yang
dilakukannya. Adapun perbedaan dengan pertanggungjawaban pengurus
khusus teletak pada sumber data yang digunakannya. Bila data data
pertanggungjawaban pengurus khusus bersifat data tangan pertama, maka data
pertanggungjawaban pengurus umum sepenuhnya datang dari pihak lain, yaitu
data yang diterimanya dari pengurus khusus.
Dan karena pengurus umum terdiri dari Ordonatur dan Otorisator, maka
pertanggungjawabannya pun dibagi atas kedua jenis pengurus tersebut.
1. Pertanggungjawaban Ordonatur
Bentuk pertanggungjawaban Ordonatur dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu :
a. Pertangggungjawaban Ordonatur berupa laporan-laporan
pertanggungjawaban yang tidak akan digunakan sebagai data
penghitunagan angaran Negara.
b. Pertanggungjawaban Ordonatur berupa laporan-laporan
pertanggungjawaban yang akan digunakan sebagai data perhitungan
anggaran Negara.
2. Pertanggungjawaban Otorisator
Karena pertanggungjawabannya berasal dari Ordonatur maka ada
beberapa data yang akan digunakan oleh Otorisator antara lain :
a. LKKA dan LKK
b. Daftar contra post mengenai pengeluaran yang disetor kembali
c. Daftar rekenig regulasi dengan bagian yang lainnya
d. Rekenig perhitungan pihak ketiga
e. DIP dan DIK yang telah disahkan
f. SKO yang diterbitkan berdasarkan DIP dan DIk yang telah disahkan
g. Data yang berasal dari Perwakilan Reublik Indonesia yang berada
diluar negeri
h. Nota dbit-kredit Bank Indonesia
Berdasarkan semua data tersebut, maka Otorisator akan membuat
laporan perhitungan realisasi anggaran yang terdiri dari:

a. Daftar register 10 yang disusun per mata anggaran dan dibuat untuk
masing-masing KPKN
b. Daftar Pembukuan dan Pengeluaran yang disusun berdasarkan daftar
register 10
c. Daftar Himpunan Pengeluaran Penerimaan per mata anggaran untuk
periode 1 tahun yang disusun berdasarkan DAftar Pembukuan
Penerimaan dan Pengeluaran.
Daftar diataslah yang kemudian digunakan oleh masing-masing
Departemen dalm menyusun Sumbangan Perhitungan Anggaran (SPA).
SPA ini kemudian akan diserahkan kepada Departemen Keuangan.
Sedangkan oleh Departemen keuangan SPA ini akan di Amanat Kepala
Negara mengenai Perhitungan Anggaran Negara (Nota PAN). Nota PAN
ini sebelum diserahkan kepada DPR harus diperiksa terlebih dahulu oleh
BKP.
Setelah BPK memberikan pendapatnya barulah disusun Rancangan
Undang-Undang PAN yang terdiri dari:
a. Satuan Iberupa Nota Perhitungan Anggaran
b. Satuan II berupa Nota Hasil Pemeriksaan yang dibuatoleh BPK
c. Satuan IIIa Naskah RUU
d. Satuan IIIb Daftar Ikhtisar Perhitungan Anggaran
e. Satuan IV Perhitungan Anggaran
f. Satuan Amanat Kepala Negara mengenai Perhitungan Anggaran
BAB III

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai