Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara dan teknologi
pembuatan obat serta cara penyimpanan, penyediaan dan cara
penyalurannya. Pada era globalisasi yang semakin canggih, ilmu
pengetahuan dan tekhnologi juga ikut berkembang. Hal ini tentunya
memberikan dampak dan manfaat yang baik bagi kehidupan manusia.
Manusia ikut berperan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan,
misalnya dalam pengembangan ilmu obat-obatan ( Anonim, 2005).
Pada dasarnya farmasi mempelajari bukan hanya cara membuat
dan meracik suatu obat tetapi farmasi juga mempelajari tentang prinsip-
prinsip fisika kimia yang akan digunakan pada sistem farmasetik. Penerapan
fisika kimia secara kuantitatif adalah untuk menjamin bahwa bentuk sediaan
yang mengandung obat adalah stabil dengan dosis obat yang akurat. Salah
satunya dengan mempelajari farmasi fisika yaitu bisa mengetahui Stabilitas
Obat dari suatu zat obat (Martin, A. 2009).
Stabilitas obat merupakan kemampuan suatu obat kosmetik untuk
bertahan dalam batas spesifikasi yang ditetapkan sepanjang periode,
penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identifikasi kekuatan,
kualitas dan kemurnian produk tersebut. Stabilitas obat yaitu cara
pengujiaan sediaan obat dalam rentan waktu yang spesifik, dan untuk
mengetahui produk obat tersebut baik untuk dipakai setelah melalui berbagai
pengujian secara fisik maupun secara micro (Martin, A. 2009).
Hal ini penting mengingat suatu obat atau sediaan farmasi biasanya
diproduksi dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu yang lama
sampai ketenangan pasien yang membutuhkannya.
Obat yang disimpan dalam jangka waktu yang lama dapat
mengalami penguraian dan mengakibatkan hasil urai dari zat tersebut
bersifat toksik sehingga dapat membahayakan dan dampak negatif bagi
jiwa pasien. Maka dari itulah dilakukan percobaan stabilitas obat ini untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kestabilan suatu zat
sehingga dapat dipilih suatu kondisi dimana kestabilan obat optimum.
BAB IV
PEMBAHASAN
IV. 2 Pembahasan
Stabilitas obat adalah kemampuan suatu obat untuk
mempertahankan sifat dan karakteristiknya agar sama yang dimilikinya
pada saat dibuat (identitas, kekuatan, kualitas, kemurnian) dalam batas
yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan
sehingga mampu memberikan efek terapi yang baik dan menghindari efek
toksik.
Faktor yang mempengaruhi stabilitas sediaan farmasi tergantung
pada profil fisika dan kimia. Faktor utama lingkungan dapat
menurunkan stabilitas obat diantaranya temperatur yang tidak sesuai,
cahaya, kelembaban, oksigen dan mikroorganisme. Beberapa faktor lain
yang juga mempengaruhi stabilitas suatu iobat adalah uran partikel, pH,
kelarutan, dan bahan tambahan kimia. Sehinnga untuk menjaga kestabilan
suatu obat yaitu obat harus disimpan sehingga terhindar dari pencemaran
dan peruraian, terhindar dari pengaruh udara, panas dan cahaya.
Pada praktikum stabilitas obat ini bahan yang digunakan adalah
paracetamol murni. Dimana dilakukan penentuan stabilitas obat
paracetamol murni menggunakan metode spektrofotometer pada suhu
35C dan 75C. Spekrofotometer merupakan alat untuk mengukur
intensitas sinar pada berbagai panjang gelombang setelah itu sinar
diserap oleh suatu cuplikan, biasanya langsung terbaca absorban pada
gelombang itu (Hadyana, 2002).
Mekanisme kerja spektrofotometer dimulai dengan
dihasilkannya monokromatik dari sumber cahaya. Cahaya tersebut
menuju kuvet. Dalam hal ini kuvet sebagai wadah untuk menyimpan
sampel. Saat cahaya diteruskan ke sampel , maka akan terdapat
sebagian cahaya yang diteruskan dan sebagian lagi diserap.
Banyankanya cahaya yang diteruskan maupun yang diserap oleh
laruatan akan dibaca oleh detektor yang kemudian akan menampilkan
absorban di layar pemabaca (Abu Khair, 2014).
Dalam percobaan pengukuran stabilitas obat ini, langkah yang
pertama dilakukan adalah membuat larutan kurva baku. Hal ini
bertujuan sebagai patokan atau pembanding untuk mengukur stabilitas
paracetamol (Anonim, 2005).
Untuk membuat kurva larutan baku, dilarutkan 10 mg
Paracetamol ke dalam 10 mL alkohol 95%, sehingga konsentrasinya
menjadi 1000 ppm. Kemudian diencerkan menjadi 100 ppm dengan
cara mengambil 1 mL larutan Paracetamol dari 1000 ppm kemudian
dimasukkan ke dalam labu takar dan di cukupkan volumenya hingga
10 mL dengan alkohol. Selanjutnya diencerkan kembali menjadi 1 ppm
dengan cara mengambil 0,1 mL pada larutan 100 ppm dan dicukupkan
dengan alkohol sampai 10 mL. Kemudian 1 ppm diencerkan menjadi 0,1,
0,2, 0,3, dan 0,4. Setelah semua larutan diencerkan, kemudian
menentukan absorbansi menggunakan alat spektofotometer pada uji
metode spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 660 nm.
Alasan digunakannya Spektrofotometer UV-Vis karena Spektrofotometer
UV-Vis mempunyai kelebihan diantaranya menggunakan dua buah sumber
cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya Visible. Hasil
absorban yang terbaca pada spektrofotometer yaitu berurut-turut 0,878,
0,875 dan 0,875. Setelah itu ditentukan konsentrasi mana yang akan
dipaparkan pad a suhu 350c dan 750c pada waktu 10 dan 15 menit.
Langkah selanjutnya yaitu pembuatan larutan sampel dengan
mengambil konsentrasi 1 PPM 0,878. Konsentrasi tersebut berada pada
nilai absorbansi yang baik, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah
yaitu berada pada range 0,2-0,8. Pembuatan larutan sampel pada suhu
350C dan 500C masing-masing menggunakan 3 vial yang selanjutnya
vial-vial tersebut dimasukkan kedalam oven. Tujuan penggunaan oven
yaitu utuk melakukan pemanasan dan menguji bahwa adanya pengaruh
suhu pada terhadap umur simpanan dari sediaan (Harbone, 2007).
Setiap dilakukan pemaparan pada waktu yang telah ditentukan
kemudian dimasukan ke dalam lemari es. Hal ini bertujuan untuk
menghentikan reaksi-reaksi yang terjadi pada proses pemanasan
sehingga jika dilakukan pengamatan pada spektrofotometer akan
mendapatkan hasil yang akurat. Perlakuan yang sama untuk menit ke 5
dan 15. Kemudian dibaca absorbansinya menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 660 nm.
Hasilnya yang diperoleh yaitu untuk suhu 350c pada menit ke 5
mempunyai absorban 0,331, menit ke 15 yaitu 0,352. Untuk suhu 750c
pada menit ke-5 memiliki nilai absorban 0,352, pada menit ke-15 memiliki
nilai absorban 0,350. Hal ini berarti pada suhu 350c dan 750C terjadi
penurunan nilai absorban dari obat paracetamol murni.

Anda mungkin juga menyukai

  • Kata Penganta2
    Kata Penganta2
    Dokumen3 halaman
    Kata Penganta2
    Nifi Pputungan
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Dan 4 Stabo
    Bab 1 Dan 4 Stabo
    Dokumen6 halaman
    Bab 1 Dan 4 Stabo
    Nifi Pputungan
    Belum ada peringkat
  • BAB I Disolusi
    BAB I Disolusi
    Dokumen3 halaman
    BAB I Disolusi
    Nifi Pputungan
    Belum ada peringkat
  • BAB I Print
    BAB I Print
    Dokumen2 halaman
    BAB I Print
    Nifi Pputungan
    Belum ada peringkat
  • BAB I Disolusi
    BAB I Disolusi
    Dokumen3 halaman
    BAB I Disolusi
    Nifi Pputungan
    Belum ada peringkat
  • Bab I Stabo
    Bab I Stabo
    Dokumen5 halaman
    Bab I Stabo
    Nifi Pputungan
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen1 halaman
    Bab I
    Nifi Pputungan
    Belum ada peringkat
  • BAB I Print
    BAB I Print
    Dokumen2 halaman
    BAB I Print
    Nifi Pputungan
    Belum ada peringkat
  • Bab I Stabo
    Bab I Stabo
    Dokumen5 halaman
    Bab I Stabo
    Nifi Pputungan
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Dan 4 Stabo
    Bab 1 Dan 4 Stabo
    Dokumen6 halaman
    Bab 1 Dan 4 Stabo
    Nifi Pputungan
    Belum ada peringkat